Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO BUNUH DIRI

Oleh:
CITRA AIDA SOFYANA
NIM : 1801031005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
I. Masalah Utama
Resiko Bunuh Diri
II. Proses Terjadi Masalah
A. Definisi
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk
mengakhiri kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya
melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputu isyarat-
isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan
kematian, luka atau mernyakiti diri sendiri.
Bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:
a. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
b. Bunuh diri dilakukan dengan intensi
c. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
d. Bunuh diri biasa terjadi secara langsung (aktif) atau tidak langsung
(pasif), misalnya sengaja berada di rel keretaapi.
B. Tandadangejala:
a. Sedih
b. Marah
c. Putus asa
d. Tidak berdaya
e. Memberikan isyarat verbal maupun non verbal.
C. Stresor Pencetus Secara Umum
Stressor pencetus bunuh diri sebagian besar adalah kejadian
memalukan, masalah interpersonal, dipermalukan di depan umum,
kehilangan pekerjaan, ancaman penjara dan yang paling penting adalah
mengetahui cara-cara bunuh diri. Factor risiko secara psikososia: putus
asa, ras, jenis kelamin laki-laki, lansia, hidup sendiri klien yang memiliki
riwayat pernah mencoba bunuh diri, riwayat keluarga bunuh diri, riwayat
keluarga adiksi obat, diagnostic: penyakit kronis, psikosis,
penyalahgunaan zat.
D. Penyebab Bunuh Diri
Secara universal: karena ketidak mampuan individu untuk
menyelesaikan masalah terbagi menjadi:
a. Faktor genetik dan teori biologi
Faktor genetik mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri
pada keturunannya. Disamping itu adanya penurunan serotonin
dapat menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko
buuh diri.
1,5 - 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada
individu yang menjadi kerabat tingkat pertama dari orang yang
mengalami gangguan mood/depresi/yang pernah melakukan upaya
bunuh diri,
Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari pada
kembar dizigot
Faktor biologis lain:
Biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis tertentu, misalnya:
a) Stroke
b) Gangguan kerusakan kognitif (demensia)
c) Diabetes
d) Penyakit arteri koronia
e) Kanker
f) HIV/AIDS.
b. Teori sosiologi
Emile Durkheim membagi bunuh diri dalam 3 kategori yaitu :
Egoistik (orang yang tidak terintegrasi pada kelompok sosial) ,
atruistik (Melakukan bunuh diri untuk kebaikan masyarakat) dan
anomik ( Bunuh diri karena kesulitan dalam berhubungan dengan
orang lain dan beradaptasi dengan stressor).
c. Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri
merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.
d. Penyebab lain :
a) Adanya harapan yang tidak dapat di capai
b) Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dan ketidak-
berdayaan
c) Cara untuk meminta bantuan
d) Sebuah tindakan untuk menyelesaikan masalah.
E. Akibat
Resiko bunuh diri dapat mengakibatkan sebagai berikut:
a) Keputus asaan
b) Menyalahkan diri sendiri
c) Perasaan gagal dan tidak berharga
d) Perasaan tertekan
e) Insomnia yang menetap
f) Penurunan berat badan
g) Berbicara lamban, keletihan
h) Menarik diri dari lingkungan sosial
i) Pikiran dan rencana bunuh diri
j) Percobaan atau ancaman verbal.
F. Rentang Bunuh Diri
Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang
yang penuh stress. Perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang
diantaranya :
a) Suicidal ideation, Pada tahap ini merupakan proses kontemplasi
dari bunuh diri, atau sebuah metoda yang digunakan tanpa
melakukan aksi/ tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak akan
mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian,
perawat perlu menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki
pikiran tentang keinginan untuk mati.
b) Suicidal intent, Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah
melakukan perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri.
c) Suicidal threat, Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya
keinginan dan hasrat yan dalam , bahkan ancaman untuk
mengakhiri hidupnya.
d) Suicidal gesture, Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku
destruktif yang diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak
hanya mengancam kehidupannya tetapi sudah pada percobaan
untuk melakukan bunuh diri. Hal ini terjadi karena individu
mengalami ambivalen antara mati, hidup dan tidak berencana
untuk mati. Individu ini masih memiliki kemauan untuk hidup,
ingin di selamatkan, dan individu ini sedang mengalami konflik
mental. Tahap ini sering di namakan “Crying for help” sebab
individu ini sedang berjuang dengan stres yang tidak mampu di
selesaikan.
e) Suicidal attempt, Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang
mempunyai indikasi individu ingin mati dan tidak mau
diselamatkan misalnya minum obat yang mematikan, walaupun
demikian banyak individu masih mengalami ambivalen akan
kehidupannya.
G. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

ResikoBunuhDiri

Harga Diri Rendah


H. Masalah dan Data yang Perlu dikaji
Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian:
1. Riwayat masa lalu:
1) Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri
2) Riwayat keluarga terhadap bunuh diri
3) Riwayat gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan
skizofrenia
4) Riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik
5) Klien yang memiliki riwayat gangguan kepribadian boderline,
paranoid, antisosial, gangguan persepsi sensori, gangguan
prosespikir, dlsb
6) Klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berduka
2. Symptom yang menyertainya
1) Apakah klien mengalami:
a) Ide bunuh diri
b) Ancaman bunuh diri
c) Percobaan bunuh diri
d) Sindrom mencederai diri sendiri yang disengaja.
2) Derajat yang tinggi terhadap keputusasaan
ketidakberdayaan dan anhedonia dimana hal ini merupakan
faktor krusial terkait dengan resiko bunuh diri.
3. Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk
membunuh diri mereka sendiri. Perlu dilakukan penkajian lebih
mendalam lagi diantaranya:
1) Cari tahu rencana apa yang sudah di rencanakan
2) Menentukan seberapa jauh klien sudah melakukan aksinya
atau perencanaan untuk melakukan aksinya yang sesuai
dengan rencananya.
3) Menentukan seberapa banyak waktu yang di pakai pasien
untuk merencanakan dan mengagas akan bunuh diri
4) Menentukan bagaiamana metoda yang mematikan itu
mampu diakses oleh klien.
4. Hal – hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan pengkajian
tentang riwayat kesehatan mental klien yang mengalami resiko
bunuh diri:
1) Menciptakan hubungan saling percaya yang terapeutik
2) Memilih tempat yang tenang dan menjaga privasi klien
3) Mempertahankan ketenangan, suara yang tidak mengancam
dan mendorong komunikasi terbuka
4) Menentukan keluhan utama klien dengan menggunakan
kata – kata yang dimengerti klien
5) Mendiskuiskan gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat
pengobatannya
6) Mendaptakan data tentang demografi dan social ekonomi
7) Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan
8) Peroleh riwayat penyakit fisik klien.

Salah satu Instrumen yang dapat dipakai untuk mengukur bunuh diri:
SAD PERSONS
NO SAD PERSONS Keterangan
1 Sex (jenis kelamin) Laki laki lebih komit melakukan suicide 3 kali
lebih tinggi dibanding wanita, meskipun wanita
lebih sering 3 kali dibanding laki laki melakukan
percobaan bunuh diri
2 Age ( umur) Kelompok resiko tinggi : umur 19 tahun atau
lebih muda, 45 tahun atau lebih tua dan
khususnya umur 65 tahun lebih.
3 Depression 35 – 79% oran yang melakukan bunuh diri
mengalami sindrome depresi.
4 Previous attempts 65- 70% orang yang melakukan bunuh diri sudah
(Percobaan pernah melakukan percobaan sebelumnya
sebelumnya)
5 ETOH ( alkohol) 65 % orang yang suicide adalah orang
menyalahnugunakan alkohol
6 Rational thinking Orang skizofrenia dan dementia lebih sering
Loss ( Kehilangan melakukan bunuh diri disbanding general
berpikir rasional) populasi
7 Sosial support lacking Orang yang melakukan bunuh diri biasanya
( Kurang dukungan kurannya dukungan dari teman dan saudara,
social) pekerjaan yang bermakna serta dukungan
spiritual keagaamaan
8 Organized plan ( Adanya perencanaan yang spesifik terhadap
perencanaan yang bunuh diri merupakan resiko tinggi
teroranisasi)
9 No spouse ( Tidak Orang duda, janda, single adalah lebih rentang
memiliki pasangan) disbanding menikah
10 Sickness Orang berpenyakit kronik dan terminal beresiko
tinggi melakukan bunuh diri.
I. Strategi Pelaksanaan
SP Pada Pasien SP Pada Keluarga
SP 1 SP I k
1. Identifikasi beratnya 1. Diskusikan masalah yang dirasakan
masalah resiko bunuh diri: dalam merawat klien.
isyarat, ancaman, 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala,
percobaan (jika percobaan dan proses terjadinya resiko bunuh
segera rujuk). diri (gunakan booklet).
2. Identifikasi benda-benda 3. Jelaskan cara merawat resiko bunuh
berbahaya dan diri
mengamankannya 4. Latih cara memberikan pujian hal
(lingkungan aman untuk positif pasien, memberikan dukungan
pasien). pencapaian masa depan.
3. Latihan cara 5. Anjurkan membantu pasien sesuai
mengendalikan diri dari jadual dan memberikan pujian.
dorongan bunuh diri: buat
daftar aspek positif dari
diri sendiri, latihan
afirmasi/berpikir aspek
positif yang dimiliki.
4. Masukkan pada jadual
latihan berpikir positif 5
kali per hari.
DAFTAR PUSTAKA

Balitbang. 2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor

Captain, C, ( 2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy, Volume
6(3), May/June 2008, p 46–53. Philadelphia : Elsevier Mosby.

Kaplan and Saddock (2005). Comprehensive textbook of Psychiatry. St Louis:


Mosby.
Stuart, GW and Laraia (2005). Principles and practice of psychiatric nursing,
8ed. Philadelphia : Elsevier Mosby.
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.
Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model PraktikKeperawatanProfesionalJiwa.
Jakarta: ECG.

Anda mungkin juga menyukai