Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi Skrining

Skrining merupakan suatu pemeriksaan asimptomatik pada satu atau


sekelompok orang untuk mengklasifikasikan mereka dalam kategori yang
diperkirakan mengidap atau tidak mengidap penyakit (Rajab, 2009). Tes skrining
merupakan salah satu cara yang dipergunakan pada epidemiologi untuk
mengetahui prevalensi suatu penyakit yang tidak dapat didiagnosis atau keadaan
ketika angka kesakitan tinggi pada sekelompok individu atau masyarakat berisiko
tinggi serta pada keadaan yang kritis dan serius yang memerlukan penanganan
segera. Namun demikian, masih harus dilengkapi dengan pemeriksaan lain untuk
menentukan diagnosis definitif (Chandra, 2009).

Berbeda dengan diagnosis, yang merupakan suatu tindakan untuk


menganalisis suatu permasalahan, mengidentifikasi penyebabnya secara tepat
untuk tujuan pengambilan keputusan dan hasil keputusan tersebut dilaporkan
dalam bentuk deskriptif (Yang dan Embretson, 2007). Skrining bukanlah
diagnosis sehingga hasil yang diperoleh betul-betul hanya didasarkan pada hasil
pemeriksaan tes skrining tertentu, sedangkan kepastian diagnosis klinis dilakukan
kemudian secara terpisah, jika hasil dari skrining tersebut menunjukkan hasil yang
positif (Noor, 2008).
Uji skrining digunakan untuk mengidentifikasi suatu penanda awal
perkembangan penyakit sehingga intervensi dapat diterapkan untuk menghambat
proses penyakit. Selanjutnya, akan digunakan istilah “penyakit” untuk menyebut
setiap peristiwa dalam proses penyakit, termasuk perkembangannya atau setiap
komplikasinya. Pada umumnya, skrining dilakukan hanya ketika syarat-syarat
terpenuhi, yakni penyakit tersebut merupakan penyebab utama kematian dan
kesakitan, terdapat sebuah uji yang sudah terbukti dan dapat diterima untuk
mendeteksi individu-individu pada suatu tahap awal penyakit yang dapat
dimodifikasi, dan terdapat pengobatan yang aman dan efektif untuk mencegah
penyakit atau akibat-akibat penyakit (Morton, 2008).

1
B. Tujuan dan Manfaat Skrining
Skrining mempunyai tujuan diantaranya (Rajab, 2009):
1. Menemukan orang yang terdeteksi menderita suatu penyakit sedini
mungkin sehingga dapat dengan segera memperoleh pengobatan.
2. Mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat.
3. Mendidik dan membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini
mungkin.
4. Mendidik dan memberikan gambaran kepada petugas kesehatan tentang
sifat penyakit dan untuk selalu waspada melakukan pengamatan terhadap
gejala dini.
5. Mendapatkan keterangan epodemiologis yang berguna bagi klinis dan
peneliti.
Beberapa manfaat tes skrining di masyarakat antara lain, biaya yang
dikeluarkan relatif murah serta dapat dilaksanakan dengan efektif, selain itu
melalui tes skrining dapat lebih cepat memperoleh keterangan tentang sifat
dan situasi penyakit dalam masyarakat untuk usaha penanggulangan penyakit
yang akan timbul. Skrining juga dapat mendeteksi kondisi medis pada tahap
awal sebelum gejala ditemukan sedangkan pengobatan lebih efektif ketika
penyakit tersebut sudah terdeteksi keberadaannya (Chandra, 2009).

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Definisi Penyakit Kangker Payudara

Penyakit kanker adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, yang tidak hanya
terdapat pada manusia tetapi pada hewan dan tumbuh-tumbuhan, akibat adanya
kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel. Salah satu sebab
kerusakan itu ialah adanya mutasi gen. Mutasi gen adalah suatu keadaan ketika sel
mengalami perubahan sebagai akibat adanya paparan sinar ultraviolet, sinar UV,
bahan kimia ataupun bahan-bahan yang berasal dari alam (Sukardja, 2000).

Kanker adalah salah satu penyakit yang paling banyak menimbulkan


kesakitan dan kematian pada manusia. Diperkirakan, kematian akibat kanker di
dunia mencapai 4,3 juta per tahun dan 2,3 juta di antaranya ditemukan di negara
berkembang. Jumlah penderita baru per tahun 5,9 juta di seluruh dunia dan tiga
juta di antaranya ditemukan di negara yang sedang berkembang (Anonim, 2010).

Kanker payudara merupakan proses keganasan yang terjadi akibat


kegagalan dalam koordinasi fungsi gen. Saat ini, kanker payudara merupakan
penyebab kematian kedua akibat kanker pada wanita, setelah kanker leher rahim
dan merupakan kanker yang paling banyak ditemui diantara wanita. Berdasarkan
data dari American Cancer Society, sekitar 1,3 juta wanita terdiagnosis menderita
kanker payudara, sedangkan sejak tahun 1990 angka kematian penderita kanker
payudara menurun, hal ini disebabkan oleh adanya deteksi dini dan terapi kanker

B. Metode dan Tahapan Skrining

Skrining kanker payudara adalah deteksi dini terhadap adanya kanker yang
belum disadari, atau sebelum timbulnya gejala, agar dapat dicegah
perkembangannya, dan mendapatkan akses pengobatan yang cepat dan tepat.
Kanker payudara yang masih kecil, atau tidak teraba, bila terdeteksi dini, akan
lebih mudah diobati, penanganannya juga akan tidak/kurang invasif, dan
prognosisnya akan lebih baik, daripada yang telah menjadi stadium
lanjut/menyebar. Adapun mqetode pemeriksaan skrining kanker payudara secara
umum terbagi tiga, yaitu :
3
 Metode utama:
1) Breast Self-Examination, atau pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI)

2) Clinical Breast Examination, atau pemeriksaan payudara klinis


(SADANIS)

3) Mamografi

4) Metode penunjang: USG Mammae dan MRI Mammae

 Tahapan Skrining

Dalam melakukan skrining tentunya harus ada persiapan berupa Informed


consent. Pasien diterangkan mengenai prosedur pemeriksaan yang akan
dijalaninya. Pasien juga disediakan baju pengganti untuk dikenakan selama
pemeriksaan. Tentunya skrining kanker payudara ini akan berbeda-beda
prosesnya tergantung metode yang digunakan.

a. Breast Self-Examination, atau pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan dengan menggunakan


tangan dan penglihatan untuk memeriksa apakah ada perubahan fisik pada
payudara. Proses ini dilakukan agar semua perubahan yang mengarah pada
kondisi yang lebih serius dapat segera ditangani.

Waktu terbaik untuk melakukan SADARI adalah beberapa hari setelah


periode menstruasi Anda berakhir. Pada masa menstruasi, kadar hormon
berfluktuasi sehingga menyebabkan perubahan pada tubuh, termasuk payudara
yang mengencang. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
melakukan sadari:

1. Di Depan Cermin
Untuk melakukan pemeriksaan SADARI, Anda memerlukan tangan,
penglihatan, dan cermin. Berdirilah di depan kaca, buka pakaian dari pinggang

4
ke atas. Pastikan terdapat cukup pencahayaan dalam ruangan tersebut dan
lakukan cara berikut.
 Perhatikan payudara Anda. Kebanyakan wanita tidak memiliki payudara
yang ukurannya sama besar (payudara kanan lebih besar atau lebih kecil
daripada yang lain).
 Berdirilah dengan lengan di samping tubuh. Perhatikan bentuk, ukuran,
dan apakah ada perubahan seperti permukaan dan warna kulit, juga bentuk
puting payudara.

 Letakkan tangan pada pinggang dan tekan kuat-kuat untuk


mengencangkan otot dada. Perhatikan payudara sambil berkaca dari sisi
kiri ke kanan dan sebaliknya.

 Membungkuklah di depan kaca sehingga payudara terjulur ke bawah.


Perhatikan dan raba untuk memeriksa apakah ada perubahan tertentu pada
payudara.

 Tautkan kedua tangan di belakang kepala dan tekan ke dalam. Perhatikan


kedua payudara Anda, termasuk di bagian bawah.

 Periksa apakah terdapat cairan yang keluar dari puting Anda. Tempatkan
jempol dan jari telunjuk Anda di sekitar puting, lalu tekan perlahan, dan
perhatikan apakah ada cairan yang keluar. Ulangi pada payudara yang lain.

2. Saat Mandi

Anda juga dapat memeriksa payudara saat mandi. Busa sabun akan
memudahkan pergerakan tangan untuk memeriksa benjolan atau perubahan pada
payudara. Angkat satu tangan ke belakang kepala. Dengan tangan lain yang
dilumuri sabun, raba payudara di sisi tangan yang terangkat. Gunakan jari untuk
menekan-nekan bagian demi bagian dengan lembut. Lakukan pada payudara di
sisi lain.

3. Berbaring

5
Pemeriksaan SADARI juga dapat dilakukan dengan berbaring. Pilih
tempat tidur atau permukaan datar lain yang nyaman.

Saat berbaring, payudara menjadi melebar dan memudahkan untuk diperiksa.

 Sambil berbaring, tempatkan gulungan handuk atau bantal kecil di bawah


pundak. Tempatkan tangan kanan di bawah kepala. Lumuri tangan kiri
dengan losion dan gunakan jari untuk meraba payudara kanan.
 Ibaratkan payudara seperti permukaan jam. Mulailah gerakan dari titik jam
12 ke angka 1 dengan gerakan melingkar. Setelah satu lingkaran, geser jari
dan mulailah kembali hingga seluruh permukaan payudara hingga ke
puting selesai teraba.

Tidak perlu terburu-buru saat melakukan pemeriksaan. Pastikan semua


permukaan payudara telah teraba dengan seksama.

Hal yang perlu diperhatikan saat dan setelah melakukan pemeriksaan


adalah tetap tenang jika mendapati perubahan pada payudara. Meski harus tetap
waspada, namun sebagian besar perubahan fisik tidak mengarah pada kanker.
Diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mendiagnosis kelainan. Sebagian besar
benjolan pada payudara juga merupakan tumor jinak yang tidak bersifat kanker.

Akan tetapi, kanker yang terlambat ditangani akan membawa dampak


yang sangat serius. Oleh karenanya, segera periksakan diri ke dokter jika dalam
pemeriksaan mandiri Anda menemukan:

 Benjolan keras pada payudara atau ketiak.


 Perubahan pada permukaan kulit: kulit menjadi berkerut, atau terdapat
cekungan.

 Perubahan ukuran dan bentuk payudara, terutama ketika Anda mengangkat


payudara atau menggerakkan lengan.

 Keluar cairan dari puting payudara, tapi bukan ASI.

 Keluar darah dari puting.

6
 Terdapat bagian puting yang memerah dan menjadi lembap, serta tidak
kunjung berubah menjadi seperti semula.

 Puting berubah bentuk, misalnya menjadi melesak ke dalam.

 Ruam di sekitar puting.

 Ada rasa sakit atau tidak nyaman yang berkelanjutan pada payudara.

b. Sadanis (CBE = Clinical Breast Examination)

Periksa Payudara Klinis, pemeriksaan payudara yang dilakukan oleh tenaga


kesehatan terlatih. Pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi kelainan-kelainan
yang ada pada payudara dan untuk mengevaluasi kanker payudara pada tahap dini
sebelum berkembang ke tahap yang lebih lanjut. CBE dapat menjadi metode
deteksi dini kanker payudara yang efektif pada wanita yang tidak melakukan
mammogram secara teratur.
Secara spesifik, CBE memberikan kesempatan kepada tenaga kesehatan untuk
melakukan deteksi kanker payudara serta memberikan penyuluhan pada wanita
tentang kanker payudara, baik gejala klinis, faktor resiko, serta peran deteksi dini
untuk menurunkan angka kematian akibat kanker payudara. Pada wanita berusia
20-40 tahun CBE dianjurkan untuk dilakukan setiap tiga tahun sekali.
c. Mamografi

Pemeriksaan mammografi adalah metode deteksi kanker payudara.


Mammografi penting untuk mengetahui keberadaan kanker payudara sehingga
pengobatan dan terapi dapat dilakukan lebih dini. Mammografi diperuntukkan
pada pasien di atas umur 35 tahun. Sedangkan untuk pasien lebih muda,
pendeteksian kanker payudara dilakukan dengan USG payudara.

Dengan mammografi dapat jelas terlihat perbedaan kepadatan suatu tumor


dengan jaringan sekitarnya, terutama pada wanita tua. Hal ini disebabkan oleh
absorbsi sinar X oleh jaringan tumor akan lebih banyak dibandingkan jaringan
sekitarnya. Untuk mengenal keganasan payudara pada penderita yang secara
klinis teraba benjolan, baik pada payudara yang sama maupun yang kontralateral.

7
Mamografi dapat melihat mikrokalsifikasi yang terkadang merupakan satu-
satunya yang mengarah pada keganasan. Selain itu mammografi juga berperan
sebagai penilaian yang teliti pada kasus-kasus keganasan payudara untuk melihat
respon penyinaran atau sitostatika.

Pasien diminta berdiri di depan mesin dengan dada terbuka. Selama


beberapa menit payudara akan ditekan mendatar dengan menggunakan dua buah
plat plastik. Tekanan pada payudara tersebut untuk beberapa saat mungkin
membuat tidak nyaman, namun semakin datar payudara maka semakin bagus
gambar yang dihasilkan. Pada setiap sisi payudara diambil 2 gambar.

Kelainan pada hasil mammogram dapat diketahui dengan munculnya


tanda primer dan tanda sekunder. Tanda primer adalah ditemukannya tumor
dengan peningkatan densitas, batas tumor tidak teratur, merupakan spikula atau
mempunyai ekor seperti komet atau ditemukan mikrokalsifikasi yang spesifik.
Tanda sekunder adalah ada perubahan pada kulit berupa penebalan dan retraksi,
kepadatan yang asimetris, keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular yang
tidak teratur, serta pembesaran kelenjar aksiler.

d. Ultrasonografi (USG)

USG adalah suatu alat yang mengirimkan gelombang suara ke dalam


tubuh. Gelombang tersebut ada yang diserap maupun dipantulakn sehingga
membentuk gambar organ-organ di dalam tubuh. USG payudara sama dengan
USG kehamilan, tidak menyakitkan, aman pada ibu hamil dan menyusui, dapat
diulang kapan saja. USG mampu mendeteksi kelainan/lesi berukuran
subscentimeter. Namun, kelemahan dari USG adalah operator dependent
(tergantung dari ketelitian dan keahlian dokter yang melakukan).

e. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

MRI Merupakan pemeriksaan dengan mesin yang berbentuk terowongan


yang memancarkan arus magnet. Pasien tidak akan merasa sakit, hanya terkadang
suara yang ditimbulkan oleh mesin cukup berisik, namun masih dalam ambang

8
toleransi pendengaran kita. Pun sebelumnya, telinga kita ditutup dengan
headphone. Yang harus diperhatikan pada pemeriksaan MRI adalah pasien tidak
menggunakan alat-alat logam yang tertanam dalam tubuh seperti pen, alat pacu
jantung.

Sebaiknya pasien mengkomunikasikan ke petugas bila ada alat-alat apapun


yang terpasang di dalam tubuh. MRI lebih superior dibandingkan USG dan
mammografi dalam mendeteksi kelainan payudara. Bahkan disebutkan ada 40%
kelainan yang hanya dapat dideteksi dini dengan MRI. Penulis pernah mendengar
dari sebuah seminar panelis menyebutkan pada hasil pemeriksaan MRI payudara
normal, maka pasien akan dapat merasa aman untuk 2 tahun. Meskipun demikian,
MRI belum menjadi protokol rutin pada deteksi dini kanker payudara.

C. Keuntungan dan Kerugian Metode Skrining


a. Keuntungan
1. Pemeriksaan sadari yang dapat dilakukan sendiri untuk
menemukan benjolan-benjolan abnormal pertanda indikasi kangker
tentunya diharapkan dapat membuat angka penderita kangker
payudara yang tidak ditangani sejak dini berkurang.
2. Dengan mammografi dapat jelas terlihat perbedaan kepadatan
suatu tumor dengan jaringan sekitarnya, terutama pada wanita tua.
3. USG payudara sama dengan USG kehamilan, tidak menyakitkan,
aman pada ibu hamil dan menyusui, dapat diulang kapan saja.
4. pada hasil pemeriksaan MRI payudara normal, maka pasien akan
dapat merasa aman untuk 2 tahun.
b. Kerugian
1. Meski mammografi menggunakan dosis rendah X-ray, namun tidak
boleh dilakukan berulang kali pada pasien dalam jangka waktu
pendek. Paparan x-ray yang berulangkali dilaporkan dapat
menimbulkan radiation-induced breast cancer.
2. Metode Ultrasonografi (USG) Mammae tidak memiliki
kontraindikasi absolut, namun sebaiknya tidak digunakan sebagai
metode skrining utama, karena spesifiitasnya rendah, hanya 34%,
dan memiliki kekurangan dalam mendeteksi mikrokalsifikasi.
3. Sebaiknya MRI tidak digunakan sebagai metode skrining utama,
karena spesifiitasnya yang rendah, hanya 26%, dan harga sangat

9
mahal dibanding mamografi. Kontraindikasi lainnya pada MRI
adalah kehamilan atau terdapat logam metal feromagnetik dalam
tubuh pasien.

D. Kendala dan Hambatan Metode Skrining


 Adapun beberapa hambatan dan kendala Mammografi yaitu:
 Mammografi kurang sensitif jika digunakan untuk memeriksa
wanita muda dengan payudara padat dan belum melahirkan.
Selain itu, mammografi juga tidak bisa membedakan antara
anomali padat dan anomali cair. Jika demikian, maka perlu
pemeriksaan USG untuk mendapatkan hasil yang tepat.
 “Negatif palsu” dapat terjadi. Artinya, semuanya terlihat
normal tetapi sebenarnya terdapat kanker. Negatif palsu jarang
terjadi. Perempuan yang lebih muda lebih cenderung
mendapatkan hasil mammogram negatif palsu daripada
perempuan yang lebih tua. Hal ini disebabkan jaringan
payudara lebih padat sehingga kanker lebih sulit terlihat.
 “Positif palsu” dapat terjadi. Hal ini terjadi ketika hasil
mammogram menunjukkan adanya kanker, walaupun
sebenarnya tidak ada. Positif palsu lebih sering terjadi pada
perempuan yang lebih muda daripada perempuan yang le
bih tua.
 Kendala dalam pemeriksaan dengan USG adalah operator
dependent (tergantung dari ketelitian dan keahlian dokter yang
melakukan).
 Dalam proses pemeriksaan dengan MRI, Terkadang suara yang
ditimbulkan oleh mesin cukup berisik.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Skrining merupakan suatu pemeriksaan asimptomatik pada satu atau
sekelompok orang untuk mengklasifikasikan mereka dalam kategori yang
diperkirakan mengidap atau tidak mengidap penyakit.
Tujuan skrining adalah menemukan orang terkena penyakit sedini
mungkin, mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat, membiasakan
masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin, dan mendapatkan
keterangan epodemiologis yang berguna bagi klinis dan peneliti. Sedangkan
manfaat skrining adalah biaya yang dikeluarkan relatif murah, mendeteksi kondisi
medis pada tahap awal sebelum gejala menyajikan sedangkan pengobatan lebih
efektif daripada untuk nanti deteksi.
Dalam mendeteksi kangker payudara terdapat berbagai macam
pemeriksaan antara lain: Metode utama yaitu Breast Self-Examination, atau
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), Clinical Breast Examination, atau
pemeriksaan payudara klinis (SADANIS), Mamografi, dan Metode penunjang:
USG Mammae dan MRI Mammae

B. Saran
Penting sekali bagi kita untuk mempelajari tentang bagaimana dan apa saja
program skrining kesehatan. Dengan memiliki pengetahuan yang banyak
mengenai skrining tentunya kita dapat dengan tanggap mendeteksi penyakit baik
untuk diri sendiri ataupun masyarakat sehingga penanganan medis dapat
dilakukan dengan tepat waktu.

SUMBER PUSTAKA

11
Basuki, Anindita.2016. “Pilih-pilih Metode Medical Check Up Payudara” dalam
https://www.kompasiana.com/anindita/55a0f49d2bb0bd6d078b4567/pilih
pilih-metode-medical-check-up-payudara diakses pada 29/04/2019

Budiarto dan Anggraeni, 2003.Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC.
Bustan. 2000. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Chandra, Budiman. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan & Komunitas. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
https://www.alodokter.com/periksa-payudara-sendiri-sadari-sebelum-terlambat
diakses pada 29/04/2019
Morton, Richard, Richard Hebel, dan Robert J. McCarter. 2008. Panduan Studi
Epidemiologi dan Biostatistika. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Noor, Nur Nasry. 2008. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.

12

Anda mungkin juga menyukai