Anda di halaman 1dari 5

Potensi Antibakteri Beberapa Tumbuhan Obat Tradisional

(Antibacterial potential of some medicinal plants)

Risa Nursanty1) , Zumaidar2)


1),2)
Jurusan Biologi FMIPA Unsyiah Darussalam-Banda Aceh
E-mail: nursanty01@yahoo.co.id

Abstract

The research of antibacterial ability from Anacardium occidentale (Anacardiaceae), Lawsonia


inermis (Lythraceae), Averrhoa bilimbi, Averrhoa carambola (Oxalidaceae), Capsicum frutescens and
Solanum torvum (Solanaceae) to Escherichia coli ATCC 25922 and Staphylococcus aureus ATCC
29213 was done from Mei until November 2010 at Microbiology laboratory, Natural Science, Syiah
Kuala University. Leave and barks extracts of plant was soluted using n-Hexane solution. Antibacterial
activities was tested by using diffusion method with each concentrations 10%, 20%, and 30%. The
result showed that plants leaves and barks had ability to inhibit the growth of Staphylococcus aureus
ATCC 29213. The largest of inhibition zone was formed by L. inermis leaves extract in 6 mm.
Meanwhile C. frutescens barks extract was showed inhibition zone in 5 mm.

Key Words: Medicinal plants, antibacterial, Escherichia coli ATCC 25922 and Staphylococcus
aureus ATCC 29213

PENDAHULUAN Oxalidaceae), Capsicum frutescens dan


Solanum torvum (suku Solanaceae).
Indonesia sebagai negara tropis Anacardium occidentale atau dikenal dengan
memiliki kekayaan akan flora. Begitupula nama lokal jambu mete maupun jambu monyet
halnya propinsi Aceh yang dikelilingi digunakan oleh masyarakat Pidie untuk
beranekaragam flora berkhasiat, diantaranya mengobati sakit gigi. Menurut de Padua,
sebagai tanaman obat. Kearifan budaya lokal (1999), tanaman pacar kuku (Lawsonia
secara tidak langsung telah menjaga kelestarian inermis) berkhasiat menyembuhkan penyakit
tumbuhan obat (Muharso, 2000). Pengetahuan kuning. Tjitrosoepomo (2000) menyatakan,
masyarakat lokal akan etnobotani dalam bidang Averrhoa bilimbi atau dikenal sebagai
obat-obatan (farmakologi) telah menjadi belimbing wuluh dan Averrhoa carambola
sumber kajian bagi bidang medis modern. Pada (belimbing manis) telah dikenal luas memiliki
tiga dasawarsa terakhir popularitas obat bahan khasiat menyembuhkan berbagai penyakit
alam mengalami peningkatan baik di negara seperti hipertensi, antiradang, dan
maju maupun berkembang. Hal ini disebabkan menghilangkan panas. Anggota suku
telah meningkatnya kepedulian terhadap efek Solanaceae seperti cabai rawit (Capsicum
samping yang diakibatkan oleh obat sintetis. frutescens) dan rimbang (Solanum torvum)
Selain itu juga meningkatnya penderita banyak digunakan masyarakat untuk mengobati
penyakit degeneratif dan kronis yag penyakit kulit.
membutuhkan pengobatan dengan jangka Tumbuhan obat perlu ditingkatkan
waktu lama. Sehingga penggunaan obat herbal perannya menjadi bahan fitofarmaka sehingga
lebih diminati karena selain lebih aman juga tidak hanya sebatas ramuan jamu tradisional.
relatif lebih murah (Hamid, 2009). Untuk itu perlu dilakukan berbagai tahapan
Hasil penelitian Amalia dan Zumaidar penelitian yang mendukung pengembangan dan
(2007), di Kabupaten Pidie mendapatkan peningkatan tanaman obat tersebut.
beberapa khasiat dari sejumlah jenis tumbuhan Sehinggnya akhirnya nanti dapat menjadi
berdasarkan kajian etnobotaninya. Beberapa komoditi unggul yang memiliki multi manfaat.
jenis yang dominan penggunaannya yaitu: Beberapa penelitian telah dilakukan untuk
Anacardium occidentale (suku Anacardiaceae), mengetahui kemampuan antibakteri jambu
Lawsonia inermis (suku Lythraceae), Averrhoa mete oleh Yusuf et al. (2009); Dahoke et al.
bilimbi, Averrhoa carambola (suku (2009), pacar kuku (Babu, 2009), belimbing
wuluh (Zakaria et al. 2007), dan cabai rawit menggunakan corong kaca dan kertas saring
(Cowan, 1999). Berdasarkan uraian di atas sampai ampasnya terpisah. Selanjutnya
menarik untuk dilakukan uji antibakteri dimasukkan dalam labu untuk dievaporasi
terhadap Escherichia coli ATCC 25922 dan (diuapkan) menggunakan alat vacum rotary
Staphylococcus aureus ATCC 29213 evaporator hingga diperoleh ekstrak kental
menggunakan ekstrak n-Heksana dari organ (Harborne, 1987). Ekstrak yang diperoleh
daun dan batang tumbuhan A. occidentale, L. dijadikan larutan stok dengan konsentrasi
inermis, A. bilimbi, A. carambola, C. frutescens 100%, kemudian diencerkan sehingga diperoleh
dan S. torvum. larutan dengan konsentrasi 10%, 20% dan 30%.

METODE PENELITIAN b. Uji Antibakterial


Selanjutnya masing-masing
Tempat Penelitian konsentrasi ekstrak tersebut di uji hayati
Penelitian dilaksanakan di terhadap bakteri E. coli ATCC 25922, dan S.
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas aureus ATCC 29213. Pengujian dilakukan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, dengan metode Kirby-Bauer menggunakan
Unsyiah. kertas cakram (Madigan et al. 2003). Media uji
menggunakan media Mueller Hinton Agar
Alat dan Bahan (MHA). Suspensi bakteri yang digunakan
Peralatan yang digunakan adalah sebanyak 0,1 ml yang telah disetarakan dengan
seperangkat alat destilasi uap, alat-alat gelas standar 0,5 Mc Farland (McF). Media MHA
yang umum digunakan di laboratorium pertama dibagi menjadi 3 bagian yang masing-
Mikrobiologi, pemanas, bunsen, rotary masing diletakkan cakram yang berisi ekstrak
evaporator, pisau, jarum inokulasi, pinset, n-heksan tumbuhan pada media dengan
gunting tanaman, spatula, dan inkubator. konsentrasi (A : 30 %, B : 20 %, C : 10 %) pada
Bahan yang digunakan adalah organ daerah yang berbeda. Cakram yang berisi
daun dan batang tumbuhan A. occidentale, L. kontrol positif (ampisilin sebagai obat antibiotik)
inermis, A. bilimbi, A. carambola, C. frutescens diletakkan pada media lainnya dengan kontrol
dan S. torvum yang berasal dari daerah Aceh negatif (0%) pada daerah yang berbeda (D dan
Besar. Isolat uji digunakan Escherichia coli E). Selanjutnya media diinkubasi pada suhu 37
o
ATCC 25922, dan Staphylococcus aureus C selama 24 jam dan diamati terbentuknya zona
ATCC 29213 yang berasal dari laboratorium hambat disekitar kertas cakram. Zona hambat
Mikrobiologi Badan Penelitian dan yang terbentuk kemudian diukur diameternya
Pengembangan Kesehatan Kementrian menggunakan penggaris dalam satuan milimeter.
Kesehatan RI, Jakarta. Bahan-bahan lainnya Besarnya diameter zona hambat diukur
adalah kertas saring, alkohol 70%, N-Heksana, berdasarkan seluruh diameter zona bening
larutan garam fisiologis 0,85%, aquades, kertas dikurangi diameter kertas cakram (Tokasaya,
cakram berukuran 6 mm (OXOID), media 2010).
MHA (Mueller Hinton Agar), media NA
(Nutrien Agar) dan kertas cakram yang HASIL DAN PEMBAHASAN
mengandung antibiotik ampisilin (OXOID).
Ekstrak n-Heksana daun dan batang
Cara Kerja A.occidentale, L. inermis, A. bilimbi, A.
a. Ekstraksi carambola, C. frutescens dan S. torvum
Bagian tumbuhan yang digunakan menunjukkan kemampuan antibakteri terhadap
untuk uji daya hambat adalah organ daun dan S. aureus ATCC 29213 dan tidak terhadap E.
batang dari tumbuhan A. occidentale, L. coli ATCC 25922. Zona hambat tersebut
inermis, A. bilimbi, A. carambola, C. frutescens dihasilkan akibat pemberian ekstrak n-Heksana
dan S. torvum. Sampel dikeringanginkan pada daun L. inermis, A. bilimbi, A. carambola dan
suhu kamar, dan ditimbang 500 gr kemudian di S. torvum (Tabel 1.). Sedangkan ekstrak n-
maserasi (direndam) dengan n-Heksana Heksana batang yang memiliki kemampuan
sebanyak 400 ml. Kemudian ditutup dengan antibakteri adalah C. frutescens, S. torvum, A.
kertas alumunium foil dan disimpan selama 48 occidentale, dan A. bilimbi (Tabel 2).
jam. Kemudian hasil maserasi disaring dengan
Ekstrak n-Heksana daun L. inermis quinon yang juga berpotensi sebagai
dengan konsentrasi 30% membentuk zona antimikrob. Sasaran target senyawa ini pada
hambat terbesar yakni 6 mm dibandingkan bagian dinding sel mikroba. Quinon dapat
ekstrak lainnya. Akan tetapi jika dibandingkan membentuk kompleks irreversibel pada bagian
dengan kontrol positif (ampisilin), diameter nukleofilik asam amino. Kondisi ini akan
zona hambat tersebut kecil. Diameter zona menginaktivasi protein sel sehingga tidak dapat
hambat yang terbentuk pada kontrol positif berfungsi secara normal (Cowan, 1999).
sebesar 15 mm. Jika kriteria daya hambatan Ekstrak n-Heksana batang C.
antibakteri yang diuji mengacu pada Tokasaya frutescens menghasilkan diameter zona hambat
(2010), maka kontrol positif memiliki aktivitas sebesar 5 mm, lebih besar dibandingkan ekstrak
antibakteri yang kuat sedangkan ekstrak n- lainnya. Akan tetapi diameter tersebut kecil jika
Heksana daun L. inermis tergolong sedang. dibandingkan kontrol positif (ampisilin) yakni
Beberapa penelitian menghasilkan 15 mm. Sehingga aktivitas hambatan ekstrak
temuan yang juga sama terhadap adanya n-Heksana batang C. frutescens jika mengacu
aktivitas antibakteri tumbuhan L. inermis. kepada pendapat Tokasaya (2010) tergolong
Hasil penelitian Satish (2008), menggunakan lemah.
metode difusi agar memperlihatkan Kemampuan C. frutescens dalam
kemampuan antibakteri ekstrak daun L. inermis menghambat pertumbuhan S. aureus ATCC
terhadap bakteri patogen pada manusia. 29213 dimungkinkan karena adanya kandungan
Pemberian sebanyak 50 µl ekstrak air daun L. zat capsaicin yang merupakan turunan
inermis terhadap S. aureus menghasilkan zona terpenoid. Golongan terpenoid merupakan
hambat antara 9 – 17,5 mm. Hasil yang sama metabolit sekunder yang berpotensi sebagai
juga ditemukan pada penelitian Sukanya et al. antimikroba dan juga antiprotozoa. Mekanisme
(2009), bahwa ekstrak air daun L. inermis antibakteri yang dimiliki capsaicin bekerja
menghasilkan zona hambat sebesar 6 mm dengan cara mengganggu sintesis membran sel
terhadap S. aureus patogen. Sebaliknya pada (Cowan, 1999). Sehingga dengan
E. coli tidak menunjukkan adanya aktivitas dikacaukannya struktur membran maka sel
antibateri. menjadi sangat permeabel, yang mengakibatkan
Kemampuan antibakteri yang dimiliki isi sitoplasma akan mudah keluar. Kondisi ini
L. inermis dimungkinkan oleh adanya tentunya akan menjadikan sel bakteri tidak
kandungan Gallic acid dan Lawsone. Gallic dapat bertahan lama sehingga akhirnya akan
acid yang merupakan turunan phenol. Senyawa mati (Madigan et al., 2003).
phenol menghambat pertumbuhan mikroba Perbedaan aktivitas antibakteri yang
dengan cara menginaktivasi enzim-enzim dan ditunjukkan oleh ekstrak n-Heksana daun dan
merusak dinding sel (Cowan, 1999). Akibat batang dari ke-enam tumbuhan obat terpilih
terganggunya sintesa protein dan dinding sel tersebut dapat dimungkinkan oleh banyak
yang tidak sempurna maka sel tidak mampu faktor. Hal ini diungkapkan Maquire (2000)
menahan tekanan osmosis sehingga lama bahwa jenis antibakteri (konsentrasi dan
kelamaan sel bakteri akan mati (Madigan et al., polaritas), jenis bakteri dan cara pengujian
2003). Senyawa Lawsone merupakan turunan dapat mempengaruhi aktivitas antibakteri.

Tabel 1 Diameter zona hambat (mm) yang terbentuk akibat pemberian ekstrak n-Heksana daun A.
occidentale, L. inermis, A. bilimbi, A. carambola, S. torvum dan C. frutescens terhadap
pertumbuhan S.aureus ATCC 29213
No Tumbuhan Diameter zona hambat (mm)
Konsentrasi (%) Kontrol Positif
0 10 20 30 (ampisilin)
1. Anacardium occidentale 0 0 0 0 15
2. Lawsonia inermis 0 4 5 6 15
3. Averrhoa bilimbi 0 0 1,5 2 15
4. Averrhoa carambola 0 1,5 2 3 15
5. Solanum torvum 0 0 0 1,5 15
6. Capsicum frutescens 0 0 0 0 15
Tabel 2 Diameter zona hambat (mm) ekstrak n-Heksana batang A. occidentale, L.inermis, A. bilimbi,
A. carambola, S. torvum dan C. frutescens terhadap pertumbuhan S. aureus ATCC 29213
No Tumbuhan Diameter zona hambat (mm)
Konsentrasi (%) Kontrol Positif
0 10 20 30 (ampisilin)
1. Anacardium occidentale 0 1,5 1,8 3 15
2. Lawsonia inermis 0 0 0 0 15
3. Averrhoa bilimbi 0 0,8 1 3 15
4. Averrhoa carambola 0 0 0 0 15
5. Solanum torvum 0 1,5 2,5 4 15
6. Capsicum frutescens 0 2 4 5 15

Cowan, M. M. 1999. Plant products as


SIMPULAN microbial agents. Clinical Microbial
Review. 12 (4): 564-582.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:
1. Ekstrak n-Heksana daun dan batang Dahake, A. P., V. D. Joshi and A. B. Joshi.
tumbuhan A. occidentale, L. inermis, 2009. Antibacterial screening of
A. bilimbi, A. carambola, S. torvum different extract of Anacardium
dan C. frutescens hanya memiliki ocidentale Linn. leaves. Int. Journal of
kemampuan antibakteri terhadap ChemTech Research. 1 (4) : 40-43.
Staphylococcus aureus ATCC 29213
2. Ekstrak n-Heksana daun L. inermis dan de Padua L.S., N. Bunyapraphatsara, and R. H.
batang C. frutescens dapat menghasilkan M. J. Lemmens. 1999. Plant Resource of
diameter zona hambat masing-masing South-East Asia No.12 (1); Medical and
sebesar 6 mm dan 5 mm. Poisonous Plant. Backhuys Publishers,
Leiden the Nedherlands.
SARAN
Diperlukan uji lanjut terhadap Hamid, A. F. 2009. Pengembangan Farmasi
kemampuan daya hambat daun L. inermis dan Berbasis Tanaman Obat untuk
batang C.capsicum pada mikroba patogen Pemberdayaan dan Peningkatan
lainnya. Kesejahteraan. International Seminar
and Workshop Research and
UCAPAN TERIMA KASIH Development of Herbal Medicine for
Penulis mengucapkan terima kasih kepada I- Community, Empowerment and
MHERE Batch II atas bantuan dana dan juga controlling Tropical Diseases. Syiah
kepada Mariani, Rima, Nanda dan Maya Kuala University, Banda Aceh,
sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan Indonesia. December 23rd 2009.
baik.
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia:
Penuntun Cara Modern Menganalisa
DAFTAR PUSTAKA Tumbuhan. Terjemahan dari
Phytochemical Methods oleh Kosasih
Amalia dan Zumaidar. 2007. Kearifan Padmawinata dan I. Soediro. Penerbit
Tradisional Masyarakat Pidie dalam ITB, Bandung.
Pemanfaatan Tumbuhan Obat. Laporan
Penelitian. Jurusan Biologi, FMIPA Madigan, M. T., J. M. Martinko, and J. Parker.
Unsyiah. 2003. Brock Biology of Microorganism,
10th ed., Prentice Hall, New Jersey.
Babu, P. D., and R. S. Subhasree. 2009.
Antimicrobial activities of Lawsonia Maguire, M. 2000. Re:how do essensial oil
inermis – a review. Academic Journal of interact with bacteria to suppress
Plant Sciences. 2 (4) : 231-232 bacterial growth? MadSci
Network:Biochemistry. Webad Tokasaya. P. 2010. Sponge-Associated Bacteria
min@www.madsci.org. Diakses Producing Antimicrobial
Tanggal 10 Oktober 2010. Coumponds and Their Genetic
Diversity Analysis. Graduate School.
Muharso, 2000. Kebijakan Pemanfaatan Bogor Agricultural University. Bogor.
Tumbuhan Obat Indonesia. Makalah
seminar ”Tumbuhan Obat di Indonesia”, Tjitrosoepomo, G. 2000. Taksonomi Tumbuhan
Kerjasama Indonesia Resource Centre Spermatophyta. Gadjah Mada
for Indigenous Knowledge (INTRIK), University Press, Yogyakarta.
Unversitas Pajajaran dan Yayasan
Ciungwanara dengan Yayasan Kehati. Yusuf, Q. M., M. Aliyu, and R. Ndanusa. 2009.
26-27 April 2000. Effect of aqueous extract of Anacardium
occidentale (L.) stem bark on sodium
Satish, S., M. P. Raghavendra and K. A. and chloride transport in the rabbit
Raveesha. 2008. Evaluation of colon. Journal of Medicine Plants
antibacterial potential of some plants Research. 3 (6) : 493-497.
agent human pathogenic bacteria.
Advances in Biological Research. 2 (3- Zakaria, Z. A., H. Zaiton, E. F. P. Henie, A. M.
4) : 44-48. M. Jais, and E. N. H. E. Zainuddin.
2007. In vitro antibacterial activity of
Sukanya, L. S., J. Sudisha, P. hariprasad, S. R. Averrhoa bilimbi L. leaves and fruits
Niranjana, H. S. Prakash, and S. K. extracts. Int. Journal of Tropical
Fathima. 2009. Antimicrobial activity of Medicine. 2 (3) : 96-100.
leaf extracts of indian medicinal plants
againts clinical and phytopathogenic
bacteria. African Journal of
Biotechnology. 8 (23) : 6677-6682.

Anda mungkin juga menyukai