Lenny Irmawaty
Abstract
The increasing premarital sexual behavior impact on pregnancy outside marriage. Research
problem was whether factors associated with premarital sexual behavior of college students
STIKes Medistra Indonesian in Jakarta in 2011. Research purpose to know the effect of
predisposing factors (personality, self-concept, knowledge, attitudes, and religiosity), reinforcing
factors (the role of peers, family roles, and attitudes of students’ teacher to personal mentoring
on adolescent reproductive health) and enabling factors (student residence) behavior premarital
sexual students. Quantitative research methods with cross sectional design. Subjects were students
aged ≤ 24 years old and not married in STIKes Medistra Indonesia Jakarta in 2011, totaling 582
respondents. Total sampling technique using correlation and regression analysis with α=0.05.
The results showed there were three variables in predisposing factors have a significant influence
on premarital sexual behavior of students that character, self-concept, and attitude. 2% strength
character, 2% self-concept, and 15% attitude toward students premarital sexual behavior. The
conclusions, the factors affecting premarital sexual behavior of students were character, self-
concept, and attitude.
45
Lenny Irmawaty / KEMAS 9 (1) (2013) 44-52
46
Lenny Irmawaty / KEMAS 9 (1) (2013) 44-52
informasi dan konseling tentang KKB termasuk poin penting dari tugas pendidikan adalah
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja membangun karakter (character building) anak
serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya didik. Karakter merupakan standar-standar
sehingga terhindar dari TRIAD KRR dan batin yang terimplementasi dalam berbagai
berusaha untuk berperilaku sehat dan aman bentuk kualitas diri. Karakter diri dilandasi
bagi reproduksi. Ruang lingkup PIK mahasiswa nilai-nilai serta cara berpikir berdasarkan nilai-
yaitu TRIAD KRR (Seksualitas, Npsza, HIV nilai tersebut dan terwujud di dalam perilaku.
dan AIDS), PKBR (Perencanaan Kehidupan
Berkeluarga Bagi Remaja), Pendewasaan Usia (3) Pengaruh Konsep Diri
Perkawinan, Keterampilan Hidup (Life Skills), Konsep diri dapat memperkirakan
pelayanan konseling, rujukan, pengembangan variabel intensi perilaku seks pranikah. Intensi
jaringan dan dukungan, serta kegiatan- perilaku seks pranikah dapat dipengaruhi oleh
kegiatan pendukung lainnya sesuai dengan ciri konsep diri. Keterkaitannya apabila individu
dan minat mahasiswa. memiliki intensitas interaksi yang kuat
maka ia akan melakukan aktivitas bersama-
(2) Pengaruh Karakter sama, membentuk identitas kelompok dan
Unsur terpenting dalam pembentukan imitasi, apabila kelompok memberikan
karakter adalah pikiran. Di dalam pikiran pengaruh negatif yang kuat dan remaja tidak
terdapat seluruh program yang terbentuk memiliki konsep diri yang positif maka ia
dari pengalaman hidup individu (Hanson, akan mudah melakukan hal-hal negatif yang
2005; Wang, 2007). Program ini kemudian dilakukan oleh anggota kelompok yang lain.
membentuk suatu sistem kepercayaan yang Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan
akhirnya dapat membentuk pola berpikir melainkan berkembang dari pengalaman yang
yang dapat mempengaruhi perilaku. Jika terus menerus dan terdiferensiasi. Selama
program yang tertanam sesuai dengan pembentukan konsep diri harus didukung
prinsip-prinsip kebenaran universal, maka oleh sarana, orang tua, dosen dan tidak
perilaku akan berjalan selaras dengan hukum kalah pentingnya adalah kelompok teman
alam dan hasilnya membawa ketenangan sebaya. Konsep diri merupakan inti dari pola
dan kebahagiaan. Sebaliknya, jika program perkembangan kepribadian seseorang yang
tersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip mempengaruhi berbagai bentuk sifat (Marks,
hukum universal, maka perilaku individu 2005; Peng, 2011). Jika konsep diri positif,
akan membawa kerusakan dan menghasilkan akan mengembangkan sifat percaya diri,
penderitaan. Perilaku seksual tidak sesuai harga diri dan kemampuan untuk melihat diri
toleransi berdampak terhadap masa depan secara realitas sehingga akan menumbuhkan
responden karena dapat terjadi kehamilan penyesuaian sosial yang baik. Sebaliknya apabila
di luar nikah dan PMS termasuk HIV/AIDS. konsep diri negatif, akan mengembangkan
Karakter responden harus dibentuk dan perasaan tidak mampu, ragu, rendah diri dan
dikelola, karena masing-masing karakter kurang percaya diri sehingga menumbuhkan
memiliki kelebihan dan kekurangan yang penyesuaian pribadi dan sosial yang buruk pula
dapat berdampak buruk terhadap perilaku. (Debby, 2010; Flory, 2006). Individu bertingkah
Untuk itu diperlukan pendampingan oleh laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep
orang dewasa (orang tua dan dosen) untuk diri.
melakukan pendekatan dan memberikan Konsep diri merupakan inti dari pola
bimbingan berkaitan dengan pembentukan perkembangan kepribadian seseorang yang
karakter mahasiswa, mengelola kelebihan mempengaruhi berbagai bentuk sifat. Jika
dan kekurangan masing-masing karakter. konsep diri positif, akan mengembangkan
Secara sederhana, fokus pendidikan ada tiga sifat percaya diri, harga diri dan kemampuan
yaitu membangun pengetahuan, membangun untuk melihat diri secara realitas sehingga akan
keterampilan (skill) dan membangun karakter. menumbuhkan penyesuaian sosial yang baik.
Dari ketiga elemen pendidikan intinya hanya Sebaliknya apabila konsep diri negatif, akan
satu yakni berbasis “karakter”. Salah satu mengembangkan perasaan tidak mampu, ragu,
47
Lenny Irmawaty / KEMAS 9 (1) (2013) 44-52
rendah diri dan kurang percaya diri sehingga awalnya merasa ingin tahu dan rasa penasaran
menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial terhadap hubungan seksual. Diperlukan peran
yang buruk pula. Sebaliknya apabila individu orang tua, dosen dan teman sebaya untuk
tersebut merasa bahwa dirinya memiliki memperdalam pemahaman akan dampak dan
kemampuan untuk mengatasi persoalan, maka risiko dari perilaku seksual pranikah.
persoalan apapun yang dihadapi dapat diatasi.
Asumsi bahwa konsep diri memberi peluang (5) Pengaruh Sikap
bagi responden untuk berperilaku seksual Hasil survey di Yogyakarta didapat
pranikah. Semakin baik konsep diri maka bahwa faktor paling mempengaruhi mahasiswi
perilaku seksual panikah akan berkurang dan melakukan hubungan seks pranikah (300%
sebaliknya konsep diri yang kurang baik akan lebih besar) bila sudah punya pacar, pasangan
memicu melakukan perilaku seksual pranikah bersikap setuju dengan hubungan seks pra
yang tidak sesuai batas toleransi (Moreira, nikah dan teman turut mendorong untuk
2006; Eric, 2007). melakukan seks pra nikah. Sikap responden
Walaupun didapat konsep diri baik sebagian besar berada pada sikap baik namun
dengan perilaku seksual tidak sesuai batas didapatkan perilaku seksual pranikah tidak
toleransi sebanyak 169 (36,7%), hal ini terjadi sesuai batas toleransi, artinya sikap responden
oleh karena faktor lain yang mendukung baik belum semuanya mendukung untuk tidak
diantaranya sikap, religiusitas, peran teman melakukan perilaku seksual pranikah untuk
sebaya dan tempat tinggal. Subjek yang itu diperlukan penegasan sikap “menolak”
melakukan hubungan seks pranikah adalah dan sikap ini didukung oleh kelompok tempat
subjek dengan gambaran harga diri yang mahasiswa berinteraksi.
rendah. Subjek merasa dirinya tidak dapat Pembelajaran agama perlu pendalaman
diterima apa adanya oleh pasangannya, setelah iman dan penekanan akan sikap menolak
subjek terbuka dengan pasangannya, subjek tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi
merasa pasangannya tidak ada yang dapat pembentukan sikap yaitu pengalaman pribadi,
menerima subjek apa adanya. Hal itu membuat kebudayaan, orang lain yang dianggap
subjek merasa tidak berani lagi terbuka penting (Significant Others), media massa
dengan pasangannya dan subjek merasa Institusi/Lembaga Pendidikan dan Agama,
dirinya tidak berharga dan kotor. Faktor-faktor Institusi/ Lembaga Pendidikan dan Agama
yang mempengaruhi subjek yaitu psikologis, dan Faktor Emosional. Dorongan atau hasrat
lingkungan sosial dan fisik. seksual diasumsikan sudah ada dalam diri
remaja dimana pada masa remaja ini alat-alat
(4) Pengaruh Pengetahuan reproduksi mereka memang mulai berfungsi.
Penelitian sebelumnya melibatkan 2000 Sangat diperlukan wadah untuk menampung
remaja perkotaan usia 18-24 tahun. Masing- aspirasi remaja khususnya mahasiswa yang
masing 1000 sampel diambil secara acak dari berkaitan dengan transisi yang dialami. Enam
populasi kaum remaja yang bekerja di pabrik penyesuaian yang harus dilakukan remaja
dan populasi kaum remaja kelas menengah yaitu: 1) menerima dan mengintegrasikan
dari para mahasiswa di perguruan tinggi bahwa pertumbuhan badannya dalam kepribadiannya,
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap 2) menentukan peran dan fungsi seksualnya
perilaku seksual sampel mahasiswa adalah yang adekuat (memenuhi syarat) dalam
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi kebudayaan dimana ia berada, 3) mencapai
yang “sangat rendah” dan dukungan sosial kedewasaan dengan kemandirian, kepercayaan
terhadap hubungan seksual-pranikah yang diri dan kemampuan untuk menghadapi
“sangat kuat”. Subjek yang menerima informasi kehidupan, 4) mencapai posisi yang diterima
seks dari teman-teman sepergaulan dan media oleh masyarakat, 5) mengembangkan hati
elektronik. Menurut subjek, terkadang meniru nurani, tanggung jawab, moralitas dan nilai-
apa yang dilihat dan dibacanya. Ibu subjek tidak nilai yang sesuai dengan lingkungan dan
terbuka dalam pendidikan seks. Pertama kali kebudayaan dan 6) memecahkan problem-
subjek melakukan hubungan seksual karena problem nyata dalam pengalaman sendiri dan
48
Lenny Irmawaty / KEMAS 9 (1) (2013) 44-52
dalam kaitannya dengan lingkungan. Hal ini dari kematangan iman dan interaksi antara
dapat tercapai dengan aman dan sehat jika keduanya.
mahasiswa difasilitasi dengan sarana PIK
Mahasiswa yaitu suatu wadah kegiatan program (7) Pengaruh Peran Teman Sebaya
Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) Interaksi antar teman sebaya dapat
yang dikelola dari, oleh dan untuk mahasiswa memprediksi variabel intensi perilaku seks
guna memberikan pelayanan informasi dan pranikah. Intensi perilaku seks pranikah dapat
konseling tentang KKB termasuk Penyiapan dipengaruhi oleh interaksi teman sebaya.
Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja serta Asumsi bahwa peran teman sebaya tidak
kegiatan-kegiatan penunjang lainnya (BKKBN, mempengaruhi perilaku seksual pranikah oleh
2010) sehingga terhindar dari TRIAD KRR dan karena mahasiswa sudah memiliki pendapat
berusaha untuk berperilaku sehat dan aman sendiri dan dapat ber-argumen menggunakan
bagi reproduksi. fikirannya sendiri sehingga tidak dapat lagi
tergantung pada kelompok teman sebaya serta
(6) Pengaruh Religiusitas sudah mulai dapat bertanggung jawab terhadap
Semakin rendah religiusitas maka diri sendiri termasuk segala bentuk perilaku
semakin tinggi intensitas perilaku seksual yang dilakukan. Pada penelitian ini masih
pranikah yang dilakukan remaja. Kontribusi ditemukan perilaku seksual pranikah yang
religiusitas terhadap penyesuaian perkawinan tidak sesuai toleransi pada peran teman sebaya
pada dewasa dini adalah sebesar 6,3%. Darmasih baik maupun tidak baik dan walaupun secara
(2009) menyatakan ada pengaruh pemahaman statistik tidak ada pengaruh peran teman
tingkat agama terhadap perilaku seks pranikah sebaya terhadap perilaku seksual pranikah,
pada remaja SMA di Surakarta. Semakin baik peran teman sebaya tetap ditingkatkan untuk
pemahaman tingkat agama, maka perilaku seks mengurangi perialku seksual pranikah yang
pranikah remaja semakin baik dan sebaliknya. tidak sesuai dengan toleransi.). pendapat ini
Alasan melakukan hubungan seksual pranikah ditegaskan BKKBN (2010) bahwa tiga kali lebih
adalah tingkat religius yang rendah terbukti besar faktor yang paling mempengaruhi remaja
bahwa subjek jarang menunaikan sholat lima untuk melakukan hubungan seksual adalah:
waktu. 1) Teman sebaya yaitu mempunyai pacar,
Asumsi bahwa walalaupun secara statistik 2) Mempunyai teman yang setuju dengan
didapat religiusitas tidak mempengaruhi hubungan seks pra nikah 3) Mempunyai teman
perilaku seksual pranikah, namun religiusitas yang mempengaruhi atau mendorong untuk
dapat memberi pengalaman berfikir untuk melakukan seks pranikah.
pembentukan sikap untuk itu tetap diperlukan Di dalam lingkungan keluarga dan
pendalaman iman. Upaya intervensi untuk masyarakat remaja merasa kesepian dan tidak
meningkatkan religiusitas mahasiswa melalui betah, teori sosiologi menyebutnya sebagai
ajaran agama sangat diperlukan. Pembelajaran kehidupan yang “hurry-busy and lonely crowd”
agama tidak hanya sekedar dikhotbahkan (kesepian dalam keramaian), tetapi kehidupan
tetapi diterjemahkan dan diwujudkan dalam remaja di lingkungan media massa dan
bentuk kegiatan konkrit yang dikaitkan dengan kelompok sebaya remaja merasa betah, kerasan
masalah-masalah yang konstektual dalam dan sangat menikmati, dimana menurut teori
kehidupan mahasiswa (antara lain kehidupan organisasi dikatakan sebagai System Dynamics
kesehatan reproduksi dan seksual) serta yaitu “establishing relationship and connected”
disampaikan secara menarik dan melibatkan (nyambung dan menyatu). Hal ini membuat
keaktifan mahasiswa. Mengenai dinamikanya, remaja mencari lingkungan kelompok sebaya
kematangan iman seseorang menolong yang memberi ketentraman dan kesenangan.
dirinya untuk menahan perilaku seksual yang Dengan kelompok sebaya antar remaja saling
progresif dan memunculkan rasa bersalah berkomunikasi dan saling mencurahkan isi hati
apabila melewati batas tertentu dalam perilaku bahkan saling tukar pengalaman tentang segala
seksual. Selain itu, perilaku seksual antara dua hal yang dibaca dan dilihat di website dan media
orang remaja Kristen merupakan sebuah fungsi informasi lainnya. Hubungan antar kelompok
49
Lenny Irmawaty / KEMAS 9 (1) (2013) 44-52
sebaya dalam kehidupan remaja berkembang kehidupan keluarga mengarah kepada bentuk
menjadi semakin bebas. Hal ini membawa hubungan antar anak, dan hubungan antar
remaja kearah prilaku kehidupan yang tidak anak dan orang tua yang semakin renggang dan
sehat berkaitan dengan seks pranikah, Narkoba, kurang intim. Perubahan ini mengakibatkan
dan HIV/AIDS. Karena kesamaan tingkat anak-anak terutama remaja, kendati berada
pertumbuhan dan perkembangan kehidupan dirumah, namun merasa tidak betah tinggal di
remaja yang berada pada masa transisi maka rumah (not feeling at home).
pengalaman-pengalaman berinteraksi dengan
orang tua di rumah, dengan para guru/ (9) Pengaruh Sikap PA dalam pembimbingan
dosen di sekolah, dan dengan orang-orang di pribadi tentang KRR
lingkungan masyarakat mendorong kualitas PA merupakan pembentuk individu
hubungan antar kelompok sebaya ini menjadi yang berperan dalam pendidikan karakter,
semakin akrab, intim, bahkan semakin bebas. konsep diri, sikap, pengetahuan dan religiusitas
Wadah (sarana PIK Mahasiswa) diharapkan responden. Pernyataan ini sejalan dengan
dapat menjadi jembatan antara orang tua pendapat yang menyatakan bahwa kebebasan
maupun dosen dengan mahasiswa (responden) adalah isu hangat bagi remaja. Masalah
sehingga perilaku seksual berada pada kondisi muncul kemudian tentang pengembangan
yang sehat dan aman, karena Pusat Informasi sikap dan masalah seksual. Banyak penelitian
dan Konseling Mahasiswa (PIK Mahasiswa) menemukan bahwa sikap seksual memiliki
adalah suatu wadah kegiatan program korelasi dengan perilaku seksual. Sebagian
Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) besar remaja mendapatkan pengetahuan
yang dikelola dari, oleh dan untuk mahasiswa reproduksi dari guru dan bukan dari orangtua
guna memberikan pelayanan informasi dan mereka. Jadi, guru menjadi tokoh penting untuk
konseling tentang KKB termasuk Penyiapan berkontribusi memimpin pengembangan sikap
Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja serta dan perilaku seksual remaja. Meskipun tidak
kegiatan-kegiatan penunjang lainnya (BKKBN, ada kurikulum khusus untuk pendidikan
2010). seks di SMP dan SMU, informasi seks dan
reproduksi sehat dapat diperkenalkan dalam
(8) Pengaruh Peran Keluarga subjek Biologi sejak SMP dan SMU. Sementara
Pemantauan orangtua memiliki dampak itu, budaya dan nilai seks dapat diajarkan oleh
yang lebih lemah untuk perilaku seksual remaja guru agama. BKKBN (2010) menambahkan
daripada pengaruh teman sebaya, oleh karena bahwa sebagian besar waktu remaja dihabiskan
itu, perlu bagi orangtua untuk mendekati remaja di sekolah, sehingga sekolah berpengaruh
mereka dan memberi mereka pendidikan yang cukup kuat terhadap perkembangan
seks dalam rangka untuk memberi mereka masa remaja. Beratnya tuntutan pendidikan,
pemahaman yang lebih baik. Hasil penelitian orang tua, persaingan antar teman dan beban
di atas berbanding terbalik dengan penelitian kurikulum dapat menimbulkan beban mental.
yang dilakukan oleh Darmasih (2009), Peranan Pendidikan menuntut mahasiswa untuk
keluarga mempunyai pengaruh yang tinggi berprestasi dan menjadi juara pada semua
terhadap perilaku seks pranikah pada remaja mata pelajaran. Akibatnya para remaja itu tidak
SMA di Surakarta. Berdasarkan hasil tersebut bisa menikmati kehidupan mereka di sekolah
dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi peran dengan rileks dan alami. Untuk itu diperlukan
keluarga pada remaja, maka perilaku seks peran PA dan orang tua dalam mengoptimalkan
pranikah remaja semakin baik dan sebaliknya. perkembangan jiwa remaja.
BKKBN (2010) menambahkan bahwa norma,
struktur, fungsi dan proses kehidupan dalam (10) Pengaruh Tempat Tinggal Mahasiswa
keluarga sudah dan sedang mengalami Perlu pengawasan terhadap mahasiswa
perubahan yang dilatar-belakangi oleh berbagai oleh karena kurangnya pengawasan dapat
sebab diantaranya masalah ekonomi keluarga, meningkatkan perilaku seksual pranikah yang
pekerjaan orang tua dan hubungan keluarga tidak sesuai toleransi. Pendapat ini diperkuat
dengan masyarakat sekitarnya. Perubahan oleh penelitian yang dilakukan oleh Zuryaty
50
Lenny Irmawaty / KEMAS 9 (1) (2013) 44-52
51
Lenny Irmawaty / KEMAS 9 (1) (2013) 44-52
The Journal of Sexual Medicine, 3(2): 201-211 Satisfaction in a Chinese Sample. The Journal
Mutiara, W., Komariah M., & Karwati. 2009. of Sexual Medicine, 8(2): 455-460
Gambaran Perilaku Seksual dengan Orientasi Wang, B. 2007. Sexual attitudes, pattern of
Heteroseksual Mahasiswa Kos di Kecamatan communication, and sexual behavior among
Jatinangor – Sumedang. Bandung: Universitas unmarried out-of-school youth in China.
Padjadjaran BMC Public Health, 7: 189
Peng, T.M.D. 2011. Sexual Behavior Predictors of
52