ABSTRAK
Dalam penelitian ini dibahas pengaruh metoda inversi dan dekonvolusi Wiener Filter Optimum
terhadap sebaran lapisan 2nd sand. Inversi yang sesuai untuk mengindentifikasi reservoir dan non-
reservoir adalah inversi impedansi elastik. Data seismic memiliki nilai frekuensi yang lebih rendah
dibandingkan dengan data log sumur. Untuk meningkatkan resolusi seismic, penggunaan Wiener Filter
Optimum sebagai metoda dekonvolusi bisa digunakan untuk meningkatkan resolusi seismic inversi
impedansi elastic. Hasil percobaan pada beberapa metoda Wiener Filter Optimum memberikan nilai
yang bervariasi. Namun, percobaan ke-tiga Wiener Filter Optimum mampu menghasilkan pseudo-
gamma ray yang baik serta memiliki nilai frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan frekuensi
dari input-nya. Penggunaan bandpass filter juga membantu pseudo-gamma ray menjadi lebih baik
dalam memisahkan antara lapisan 2nd sand dan lapisan lainnya. Hasil akhir yang didapatkan pada
penelitian ini adalah pola penyebaran 2nd sand yang sesuai pada setiap sumur yang digunakan.
Kata Kunci: Inversi, Impedansi Elastik, Wiener Filter, pseudo-gamma ray, reservoir.
ABSTRACT
In this study, the influence of the inversion type and Wiener Filter Optimum deconvolution methods on
the distribution of the 2nd sand layer in Talang Akar Formation. Elastic impedance inversions is more
appropriate to identify reservoirs and non-reservoirs compared to acoustic impedance. Seismic data
has a lower frequency value compared to well log data. To improve seismic resolution, using Optimum
Wiener Filter as a deconvolution method can be used to increase the resolution of elastic impedance
seismic inversion. Experimental results on several Optimum Wiener Filter methods provide varying
values. However, the third experiment of the Wiener Filter Optimum is capable of producing good
pseudo-gamma ray and has a higher frequency value compared to the frequency of the input. The use
of bandpass filters also helps the pseudo-gamma ray to be better in separating between the 2nd sand
layer and the other layers. The final results obtained in this study are the 2nd sand dispersion pattern
that is suitable for each well used.
Keywords: Inversion, Elastic Impedance, Wiener Filter, pseudo-gamma ray, reservoir.
2 𝜃)
= ∆𝑙𝑛[𝛼 (1+𝑡𝑎𝑛 𝛽(8𝐾𝑠𝑖𝑛
2 𝜃)
𝜌(1−4𝐾𝑠𝑖𝑛
2 𝜃)
] 𝑎0 𝑎1 𝑎2 ⋯ 𝑎𝑛−1 𝑏0 𝑐0
𝑎1 𝑎0 𝑎2 𝑎𝑛−2 𝑏1 𝑐1
⋯ 𝑎
𝑎2 𝑎1 𝑎0 ⋯ 𝑛−3 𝑏2 𝑐2
⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ = ⋯
⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯
Dan proses integrasi akan menghasilkan : ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯
[𝑎𝑛−1 𝑎𝑛−2 𝑎𝑛−3 … 𝑎0 ] 𝑏
[ 𝑛−1 ] [𝑐𝑛−1 ]
𝟐 𝜽) 𝟐 𝜽) 𝟐 𝜽)
𝑬𝑰(𝜽) = 𝜶(𝟏+𝒕𝒂𝒏 𝜷(−𝟖𝑲𝒔𝒊𝒏 𝝆(𝟏−𝟒𝑲𝒔𝒊𝒏
Matriks 1 akan berupa hasil auto-korelasi sinyal
input dan akan dijadikan sebagai sebagai
Persamaan 2.3 adalah ekspresi impedasi batuan matriks Toeplitz untuk memenuhi prinsip
pada sudut tidak normal serta merupakan fungsi orthogonal Wiener Filter Optimum. Hasil
dari Vp, Vs dan ρ yang bervariasi terhadap inversi dari matriks Toeplitz tersebut akan
sudut θ. Dengan menggunakan impedansi dikalikan dengan hasil kros-korelasi input dan
predicted output dan akan menghasilkan Gambar 4 adalah crossplot antara nilai P-
Wiener Filter Optimumnya. Impedance dan E-Impedance (28⁰) pada sumur.
Hasil crossplot antara log P-Impedance dan E-
𝐴 ∗ 𝐵 = 𝐶−→ 𝐵 = 𝐴−1 ∗ 𝐶
Impedance (28⁰) memperlihatkan bahwa
parameter sudut lebih sensitif dalam
Dimana A = hasil auto-korelasi sinyal input
yang telah dijadikan matriks Toeplitz, B = membedakan litologi batupasir dan
Koefisien Wiener Filter dan C = Kros-korelasi batulempung. Berdasarkan hasil crossplot
sinyal input dengan predicted output. Setelah tersebut, terlihat pada zona target yang
didapatkan Koefisien Wiener Filter Optimum, berwarna kuning memiliki nilai impedansi yang
tahapan yang akan dilakukan selanjutnya lebih rendah dibandingkan zona non-target
adalah konvolusi sinyal input untuk yang berwarna hijau. Berdasarkan analisa
mendapatkan actual output sebagai nilai yang diatas, penggunakan log E-Impedance dengan
mendekati predicted output. sudut 28⁰ dan Gamma Ray menjadi efektif
dalam pemisahan batupasir dan batulempung.
PENGOLAHAN DATA
Gambar 5. Analisis Inversi EI
Analisis sensitivitas dilakukan untuk
mengetahui parameter – parameter yang cocok
untuk digunakan dalam pemisahan litologi
maupun fluida dalam reservoir. Analisis ini
dilakukan dengan melakukan cross plot dari
ketersediaan data masing-masing sumur.