Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

SEDIAAN DRY SYRUP ERHITROMICYN

Disusun oleh :
KELOMPOK II / Farmasi E
Taufik Hidayat (201610410311072)
Febri Widianti (201610410311092)
Ismi Kurrotul Aini (201610410311198)
Viecke Dwi Septyarini (201610410311211)
Arya Sigit Karisma (20161041031117)
Nisa’u Dhirifa Firdausy (201510410311232)

Dosen
Dra. Uswatun Chasanah,M.Kes.,Apt
Raditya Weka Nugraheni,SFarm.,Apt
Dian Ermawati,M.farm.,Apt
Mokh. Safirudin, S.Farm., S.E., Apt.
Renny Primasari, S.Farm., Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sirup kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air pada saat
akan digunakan, sediaan tersebut dibuat padat umumnya untuk bahan obat yang
tidak stabil dan tidak larut dalam pembawa air, seperti ampisilin, amoksisilin, dan
lain-lainnya. Agar campuran setelah ditambah air membentuk dispersi yang
homogen, maka dalam formulanya digunakan bahan pensuspensi. Komposisi
suspensi sirup kering biasanya terdiri dari bahan pensuspensi, pembasah, pemanis,
pengawet, penambah rasa/aroma, buffer, dan zat warna. Sirup kering adalah
sediaan berbentuk suspensi yang harus direkonstitusikan terlebih dahulu dengan
sejumlah air atau pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan. Sedian ini adalah
sediaan yang mengandung campuran kering zat aktif dengan satu atau lebih dapar,
pewarna, pengencer, pendispersi, dan pengaroma yang sesuai (Depkes RI, 1995).
Suspensi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang
terdispersi harus larut, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojog perlahan-
lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan
untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin
sediaan mudah digojog dan dituang. Suspensi sering disebut mixture gojog
(mixturae agitandae). Bila obat dalam suhu kamar tidak larut dalam pelarut yang
tersedia maka harus dibuat mikstur gojog atau disuspensi (Anief, 1997).
Suspensi dapat dibagi menjadi 4 yaitu suspensi oral, suspensi topical,
suspensi tetes telinga dan suspensi optalmik. Suspensi harus dikocok baik sebelum
digunakan untuk menjamin distribusi bahan padat yang merata dalam pembawa,
hingga menjamin keseragaman dan dosis yang tepat. Suspensi harus disimpan
dalam wadah tertutup rapat (Depkes RI, 1995).
Sejumlah bahan-bahan obat terutama antibiotika tertentu tidak memiliki
stabilitas yang cukup dalam larutan berair. Suspensi amoksisilin digunakan pada
anak-anak dan harus didinginkan (2-8°C) untuk mempertahankan efektifitas pada
saat dilarutkan. Formulasi cair pada umumnya cenderung memiliki stabilitas yang
buruk dari pada formulasi padat dan jika kemasan sudah dibuka harus digunakan

1
dalam waktu 7 hari untuk menghindari mikroba kontaminasi atau penurunan
aktivitas. Biasanya ini merupakan periode yang cukup bagi pasien untuk
menghabiskan semua volume obat yang biasa ditulis dalam resep. Campuran
bubuk kering mengandung semua komponen formulasi termasuk obat, penambah
rasa, pewarna, dapar dan lain-lain kecuali pelarut.
Keuntungan obat dalam sediaan sirup yaitu merupakan campuran yang
homogen, dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan, obat lebih mudah diabsorbsi,
mempunyai rasa manis, mudah diberi bau-bauan dan warna sehingga
menimbulkan daya tarik untuk anak-anak, membantu pasien yang mendapat
kesulitan dalam menelan obat. Kerugian obat dalam sediaan sirup yaitu ada obat
yang tidak stabil dalam larutan, volume bentuk larutan lebih besar, ada yang sukar
ditutupi rasa dan baunya dalam sirup (Ansel, 2008).
Adapun alasan dipihnya bentuk sediaan sirup kering , antara lain :
1. Bahan aktif amoksisilin didalam air diperkirakan efek antibiotiknya akan
terdegradasi dikarenakan cincin beta laktam rusak .
2. Menghindari masalah stabilitas fisika yang tidak dapat dihindari dalam
suspensi konvensional.
3. Sediaan suspensi kering lebih ringan sehingga lebih menguntungkan
dalam pendistribusian.
4. Sediaan suspensi lebih mudah diabsorbsi dalam tubuh dibandingkan
sediaan padat

2
1.2 Study Prafomulasi
 Karakteristik Bahan Obat
BAB II
PEMILIHAN BAHAN OBAT

2.1 Tabel Bahan Obat


Senyawa Aktif Efek atau Khasiat Efek Samping
Mual, muntah, diare,
Erhitromicyn Obat Antibiotik untuk ruam (hentikan
mengobati infeksi bakteri penggunaan),
gangguan pendengaran
yang reversibel pernah
dilaporkan setelah
pemberian dosis besar,
gangguan jantung
(aritmia dan nyeri dada)
Karakteristik Fisika Karakteristik Kimia Keterangan Khusus
Kelarutan, sukar larut Stabil pada pH 8.0 dan Digunakan untuk
dalam air, larut dalam 10.5 peroral.
etanol. Larut dalam BM : 733.94
kloroform dan dalam
eter (Farmakope
Indonesia Ed. V
hal.375)

2.2 Alur Pemilihan Bahan Obat

3
Bahan Aktif Amoxicillin

Agak sukar Sediaan oral


Adanya Serbuk
larut+tidak Stabil pada rasa pahit,
media air + Amoxicillin
stabil dalam pH 3,5-5,5 warna tidak
gula voluminus
air acceptable

dibuat
Media
sediaan dry + Wetting Digunakan
tumbuhnya untuk anak
syrup/ agent dapar
mikroba
Suspensi

Dibutuhkan
digunakan digunakan digunakan
suspending
Pengawet Pemanis flavour
agent

Sukrosa +
Melon
Saccharin
Gol:
-Polisakarida:Gom, Alginat
- Semi sintetis: CMC-Na
- Tanah Liat: Bentonit
- Sintesik: Karbomer
- Protein : Gelatin

Rancangan bahan aktif yang terpilih : Erhitrimicyn


Alasan : Ditujukan untuk penggunaan oral,
sedangkan amoxicillin sodium untuk
penggunaan injeksi.
Bentuk sediaan terpilih : Dry Syrup
Alasan : Bahan obat (amoxicillin) sukar
larut air, dan mudah terhidrolisis.
2.3 Tabel Bahan Tambahan
Bahan Pemerian Kelarutan ADI Ket.Lain
Saccharin Putih, tidak Etanol 1: 102 2,5 mg/kg BJ : 0,8-
Sodium berbau/aromatik Propylen glikol BB 1,1g/cm3
(HPE : 608) lemah, efflorescent, 1:3,5 (70 %

4
bubuk kristal. Rasa Air 1: 1,2 sacc.sodium)
manis, dengan 0,869 g/cm3
metalik atau pahit (84 %
setelah dirasa. sacc.sodium)
Sebagai
pemanis oral
syrup : 0,04-
0,25 %
Sukrosa Kristal tidak Air mendidih pH : 5-6
(HPE : 703) berwarna, kristal 1:0,2
bermassa atau Etanol 1: 400 BJ : 1,6 g/cm3
serbuk kristal putih, - Sebagai
tidak berbau dan sweetening
rasa manis. agent : 67 %

Sodium Granul putih atau Air mendidih


Benzoat kristal, serbuk agak 1:1,4 BJ : 1,497-
(HPE : 627) higroskopik, tidak Etanol 95% 1: 75 1,527 g/cm3
berbau. 5 mg/ kg pH 8,0
BB

Sodium sitrat Kristal monoklinik,/ - pH : 7,5-8,5


(HPE : 640) serbuk putih
dingin,rasa garam,
tidak berwarna, -
tidak berbau.

Kristal tidak
Asam sitrat berwarna/bening/ Etanol 95% 1:1 pka1 : 3,128
(HP kristal putih,serbuk Air 1:1 pka2 : 4,761
efflorescent, tidak pka3 : 6,396
berbau, rasa asam - BJ : 1,665
yang kuat. Struktur g/cm3

5
kristal orthrombik.
-
Tween Cairan kental, Pembasah :
(HPE : 549) hangat, rasa manis, 0,1-3 %
berwarna kuning.

Povidone / Serbuk halus, Larut pada asam, - BJ : 1,180


PVP warna putih etanol, dan air. g/cm3
(HPE : 581) kecoklatan, tidak MC : 1-2
berbau,
higroskopik.
CMC-Na Praktis tidak - Suspending
(HPE : 118) Granul berwarna larut pada agent : 0,1-
putih, tidak berbau, etanol,toluen, 1,0
tidak berasa, eter,aseton. pH 6,5-8,5
higroskopik. Mudah larut BJ : 0,78
pada air. g/cm3
-

6
BAB III
PERSYARATAN UMUM SEDIAAN

3.1.Definisi
3.1.1 Definisi Sirup Kering
Sirup kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air pada saat
akan digunakan, sediaan tersebut dibuat padat pada umumnya untuk bahan obat
yang tidak stabil dan tidak larut dalam pembawa air seperti ampisilin, amoksilin,
dan lain-lainnya. Sirup kering adalah sediaan berbentuk suspensi yang harus
direkonstruksikan terlebih dahulu dengan sejumlah air atau pelarut lain yang
esuai sebelum digunakan. Sediaan ini adalah sediaan yang menganung campuran
kering zat aktif dengan satu atau lebih dapar, pewarna, pengencer, pendispersi,
dan pengaroma yang sesuai (Depkes RI, 1995)
 Karakteristik dry syrup (sirup kering):
a. Campuran serbuk harus homogen
b. Rekonstruksi (mudah dan cepat terdispersi dalam pembawa)
c. Redispersi dan penuangan mudah
d. Aseptabel, bentuk, bau, dan rasa

3.1.2 Definisi Suspensi


Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk
halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (FI III, hal 32)
 Syarat suspensi:
a. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap
b. Jika dikocok perlahan endapan harus terdispersi
c. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi
d. Kekentlan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok
dan dituang

3.2.Alasan Dipilihnya Bentuk Sediaan Bentuk Kering


Adapun alasan dipilihnya bentuk sediaan sirup kering, yaitu:
a. Bahan aktif amoksilin di dalam air diperkirakan efek antibiotiknya akan
terdegradasi dikarenakan cincin betalaktam rusak

7
b. Menghindari masalah stabilitas fisika yang tidak dapat dihindari dalam
suspensi konvensional
c. Sediaan suspensi kering lebih ringan sehingga lebih menguntungkan dalam
pendistribusian
d. Sediaan suspensi lebih mudah diabsorbsi dalam tubuh dibandingkan sediaan
padat
Berikut kekurangan dan kelebihan dalam pembuatan dry syrup, sebagai beriku :
 Keuntungan:
a. Produk berbentuk granul, tampilan, karakteristik aliran, kurang pemisahan,
debu
b. Campuran serbuk lebih ekonomis, resiko ketidakstabilannya rendah
c. Campuran serbuk dan granul mengurangi biaya penggunaan komponen peka
panas
 Kerugian:
a. Masalah campuran, pemisahan serbuk, kehilangan obat
b. Biaya produk berbentuk granul, efek panas dan cairan, penggranulasi pada
obat dan eksipien
c. Campuran serbuk dan granul menjamin tidak ada pemisahan campuran
granul dan nongranul

3.3.Dosis (BNF 61, hal 336)


 Per oral
 > 5 tahun = 250 mg setiap 8 jam, infeksi parah dosis double
 1 bulan – 12 bulan = 62,5 mg tiap 8 jam, infeksi parah dosis double
 1 tahun – 5 tahun = 125 mg tiap 8 jam, infeksi parah dosis double
 Otitis media -> 500 mg tiap 8 jam
CHILD = 40 mg/kg setiap hari dengan 3 kali (maksimum 1,5 g/hari
Pneumonia -> ADULT (>18 tahun) = 0,5 – 1 g setiap 8 jam

4. Sasaran pengguna adalah bayi 1-12 bulan dan anak-anak 1-12 tahun
 1-12 bulan = 62,5 mg (2,5 ml) –> ½ cth
1 hari = 62,5 mg x 3 = 187,5 mg –> 7,5 ml (1,5 sendok takar)

8
3 hari = 187,5 mg x 3 = 562,5 mg –> 22,5 ml (4,5 sendok takar)

 1-5 tahun = 125 mg (5 ml) –> 1 cth


1 hari = 125 mg x 3 = 375 mg –> 375 ml (3 sendok takar)
3 hari = 375 mg x 3 = 1125 mg –> 45 ml (9 sendok takar)

 > 5 tahun = 250 mg (10 ml) –> 2 cth


1 hari = 250 mg x 3 = 750 mg –> 30 ml (6 sendok takar)
3 hari = 187,5 mg x 3 = 2250 mg –> 90 ml (18 sendok takar)

Kesimpulan
Sediaan yang akan dibuat 125 mg/5ml ini cocok digunakan untuk usia 1-12
bulan dan 1-5 tahun. Ini hanya membutuhkan 45 ml yang mana penggunaannya
minimal 3 hari dan masa penyimpanannya hanya sampai 7 hari. Untuk anak-anak
diatas 5 tahun lebih baik digunakan tablet atau sirup dengan kadar yang berbeda.

9
BAB IV
RANCANGAN SEDIAAN

4.1 Rancangan Spesifikasi Sediaan


Bentuk Sediaan : Dry Sirup (Suspensi)
Kadar bahan aktif : 125mg/5ml
pH sediaan : 6,0 (rentang pH 5.5 - 6.5)
Warna : kuning
Bau : Nangka
Rasa : Manis (Nangka)
Viskositas :
Wadah penyimpanan : Botol Coklat
Kemasan terkecil : 60 ml
Usia pasien :

Formula
No. Nama Bahan Fungsi % Rentang % dipakai Jumlah

1. Erhitromisin Bahan aktif 125mg/5ml gram


2. CMC-Na Suspending gram
Agent
3. Sukrosa Pemanis gram
4. PVP Pemanis gram
5. Na. Benzoat Pengawet gram
6. Na2HPO4 Dapar (Asam) - gram
7. NaH2PO4 Dapar (Garam) - gram
8. Essence Perasa (nangka) - q.s q.s
9. Pewarna merah Pewarna (kuning) - q.s q.s
10. Aquadest Pelarut ml

 Perhitungan
1. Erhitromicyn :
𝑔
2. CMC-Na : 𝑥 𝑚𝑙 𝑥 ⁄𝑚𝑙 = 𝑔𝑟𝑎𝑚

10
𝑔
3. Sukrosa : 𝑥 𝑚𝑙 𝑥 ⁄𝑚𝑙 = 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑔
4. PVP ∶ 𝑥𝑚𝑙 𝑥 ⁄𝑚𝑙 = 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑔
5. Na. Benzoat : 𝑥 𝑚𝑙 𝑥 ⁄𝑚𝑙 = 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚

6. Na2HPO4 : gram
7. NaH2PO4 : gram

8. Aquadest : 𝑥 𝑚𝑙 = 34,038𝑚𝑙

 Perhitungan ADI
1. CMC-NA
Umur BB(kg) ADI = 25mg/kgBB
0-1tahun 3,05-7,85 76,25- 106 mg
1-5 tahun 7,85-14,3 196 – 357,5 mg
CMC-Na yang ditimbang : 0,2184 gram
 Umur 0-1 tahun
4x2,5ml =10ml
0,70 𝑔
Sehari 100𝑚𝑙 𝑥 10𝑚𝑙 𝑥 0,52 ⁄𝑚𝑙 = 0,0364 𝑔𝑟𝑎𝑚

 Umur 1-5 tahun


4x 5 ml = 20ml
0,70 𝑔
Sehari =100𝑚𝑙 𝑥 20𝑚𝑙 𝑥 0,52 ⁄𝑚𝑙 = 0,0728 𝑔𝑟𝑎𝑚

Kesimpulan : tidak masuk rentang ADI, namun diperbolehkan karena tidak


digunakan setiap hari
2. Na. Benzoat
Umur BB(kg) ADI = 5mg/kgBB
0-1tahun 3,05-7,85 0,05-0,039 gram
1-5 tahun 7,85-14,3 0,039 – 0,071 gram
Na. Benzoat yang ditimbang : 0,0180 gram
 Umur 0-1 tahun
4x2,5ml =10ml
0,02 𝑔
Sehari 100𝑚𝑙 𝑥 10𝑚𝑙 𝑥 1,497 ⁄𝑚𝑙 = 0,0030𝑔𝑟𝑎𝑚

 Umur 1-5 tahun

11
4x 5 ml = 20ml
0,02 𝑔
Sehari =100𝑚𝑙 𝑥 20𝑚𝑙 𝑥 1,497 ⁄𝑚𝑙 = 0,0060 𝑔𝑟𝑎𝑚

Kesimpulan : tidak masuk rentang ADI, namun diperbolehkan karena tidak


digunakan setiap hari
PVP
Umur BB(kg) ADI = mg/kgBB
0-1tahun 3,05-7,85
1-5 tahun 7,85-14,3
PVP = 3/100 x60ml x 1,180 g/ml = 2,124 gram
 Umur 0-1 tahun
4x2,5ml =10ml
3 𝑔
Sehari 100𝑚𝑙 𝑥 10𝑚𝑙 𝑥 1,180 ⁄𝑚𝑙 = 0,354 𝑔𝑟𝑎𝑚

 Umur 1-5 tahun


4x 5 ml = 20ml
3 𝑔
Sehari =100𝑚𝑙 𝑥 20𝑚𝑙 𝑥 1,180 ⁄𝑚𝑙 = 0,708 𝑔𝑟𝑎𝑚

Kesimpulan : tidak masuk rentang ADI, namun diperbolehkan karena tidak


digunakan setiap hari
Sukrosa
Umur BB(kg) ADI = 11mg/kgBB
0-1tahun 3,05-7,85 33,58-86,35 gram
1-5 tahun 7,85-14,3 86,35 – 157,3 gram
Sukrosa = 30/100 x60ml x 1,68 g/ml =28,8 gram
 Umur 0-1 tahun
4x2,5ml =10ml
30 𝑔
Sehari 100𝑚𝑙 𝑥 10𝑚𝑙 𝑥 1,68 ⁄𝑚𝑙 = 4,8𝑔𝑟𝑎𝑚

 Umur 1-5 tahun


4x 5 ml = 20ml
30 𝑔
Sehari =100𝑚𝑙 𝑥 20𝑚𝑙 𝑥 1,68 ⁄𝑚𝑙 = 9,6 𝑔𝑟𝑎𝑚

Kesimpulan : tidak masuk rentang ADI, namun diperbolehkan karena tidak


digunakan setiap hari

12
Na. Benzoat
Umur BB(kg) ADI = 5mg/kgBB
0-1tahun 3,05-7,85 0,05-0,039 gram
1-5 tahun 7,85-14,3 0,039 – 0,071 gram
Na. Benzoat yang ditimbang : 0,02 gram
 Umur 0-1 tahun
4x2,5ml =10ml
0,02 𝑔
Sehari 100𝑚𝑙 𝑥 10𝑚𝑙 𝑥 1,497 ⁄𝑚𝑙 = 0,0030𝑔𝑟𝑎𝑚

 Umur 1-5 tahun


4x 5 ml = 20ml
0,02 𝑔
Sehari =100𝑚𝑙 𝑥 20𝑚𝑙 𝑥 1,497 ⁄𝑚𝑙 = 0,0060 𝑔𝑟𝑎𝑚

Kesimpulan : tidak masuk rentang ADI, namun diperbolehkan karena tidak


digunakan setiap hari

 Prosedur Kerja
1. Timbang bahan
2. Haluskan sukrosa
3. Tambahkan CMC-Na, campur ad homogen. Tambahkan satu persatu
Na.Benzoat, Asam Sitrat, Na.Sitrat, PVP, campur ad homogen (Campuran 1)
4. Aquadest 10% ditambahkan pewarna qs, campur ad homogen (Campuran 2)
5. Campuran 1 + Campuran 2 sedikit demi sedikit, hentikan penambahan
campuran 2 jika sudah membentuk masa granul, bentuk kepalan-kepalan
6. Ayak dengan pengayak mash No. 12 hingga membentuk granul
7. Oven dengan suhu 40°C ±24 jam, cek MC
8. Ayak kembali granul menggunakan mash No.14
9. Tambahkan Essence dan Amoxcillin, Campur ad homogen
10. Sisihkan ¼ bagian, masukkan dalam kemasan
11. ¼ bagian lagi ad aqua(ad 60ml) dan ½ sisanya ad aqua (ad 120ml) gunakan
sebagai evaluasi

13
 Bagan Alir

Timbang Bahan

Haluskan Sukrosa + CMC-Na + Aquadest 10% + pewarna


Na.Benzoat + Na. Sitrat + PVP Ccampur ad Homogen
½ bagian (Campuran 1) (Campuran 2)

Campuran 1 + Campuran 2 sedikit demi sedikit,


hentikan penambahan campuran 2 jika sudah
membentuk masa granul, bentuk kepalan-kepalan

Ayak dengan pengayak mash No.


12 hingga membentuk granul

Oven dengan suhu 40°C ±24 jam, cek MC


Dimasukkan alam toples + erhitromisin dan sisa PVP kocok ad homogen

Ayak kembali granul menggunakan mash No.14

Tambahkan Essence dan Amoxcillin, Campur ad homogen

Sisihkan ¼ bagian, masukkan dalam kemasan , ¼ bagian lagi ad aqua (ad 60ml)
dan ½ sisanya ad aqua (ad 120ml) gunakan sebagai evaluasi

14
BAB V
EVALUASI SEDIAAN
5.1 Evaluasi sediaan
1. ORGANOLEPTIS
 Warna : kuning
 Bau : nangka
 Rasa : Manis (nangka)

2. Sifat alir dan sudut istirahat


Alat : corong , penggaris , kertas berdiameter
 Syarat : sifat alir : 10 gram/detik, Sudut istiraht : <40
 Prosedur :
1. Siapkan alat
2. Timbang 50 gram sediaan , tutup corong pada ujung dengan
penggaris
3. Masuk serbuk dalam corong
4. Buka tutup corong bawah bersamaan nyalahan stopwatch
5. Hentikan stopwatch ketika serbuk telah habis dalam corong
6. Ukur diameter serbuk ynag jatuh diatas kertas berdiameter

3. Moisture Content
 Alat : moisture balance
 Persyaratan = <2%
 Prosedur :
1. Tekan ON pada alat , buka tutup bersihkan pan
2. Tara pan
3. Masukkan serbuk yang telah ditimbang
4. Tutup pan , tekan tombol start
5. Tunggu hingga alat berhenti otomatis

Hasil MC =

15
4. Viskositas
 Alat : viscometer Brookfield
 Persyaratan : 10-30 lpj
 Prosedur :
1. Cuci alat viscometer Brookfield dengan aquadest hingga
bersih , lap
2. Masukkan zat uji sebanyak 80ml kedalam beaker glass
3. Pasang pengaduk ( 3 padlle ) pad rotor viscometer, masukkan
dalam beaker glass ( jangan sampai menyentuh dasar beaker
glass)
4. Pastikan jarum pembaca pada posisi nol
5. Atur kecepatan putaran pada speed 60
6. Ketik On untuk memutar rotor
7. Hentikan skala untuk bisa membaca hasil skala
8. Catat skala dan baca skala berdasar buku panduan untuk
mengetahui viskositas sediaan
Hasil “ viskositas :

5. Pengukuran pH
 Alat : Ph meter
 Persyaratan : 5,5-6,5
 Prosedur :
1. Ambil alat , buka penutup , kcl jenuh
2. Bilas elektroda dengan aquadest, lalu keringkan
3. Kalibrasi pH meter dengan larutan pH standart
4. Bilas elektroda dengan aquadest , lalu keringkan
5. Tuang sediaan dalam beaker glas kurang lebih 50 ml
6. Celupkan electrode di sediaan hingga tercelup
7. Tekan tombol pH pada Ph meter
8. Catat Ph dan yang tertera pada alat

Hasil “ Ph =

16
6. Massa jenis / berat jenis
 Alat : piknometer
 Persyaratan
 Prosedur :
1. Timbang alat kosong(a) , pada suhu 20 derajat
2. Masukkan aquadest pada alat timbang(b) pada suhu 20 derajat,
buang aquadest
3. Masukkan sediaan pada alat timbang © pada suhu20 derajat
4. Massa jenis sediaan ditentukan menggunakan
P = c-a / b-a X P aqua
1. Penimbanag 1
Pikno kosong : gram
Pikno + air = gram
Pikno + sediaan = gram
BJ = gram /ml

7. Volume sedimentasi
 Alat : gelas ukur bertutup
 Persyaratan :
 Prosedur :
1. Suspense ( 10 ml ) dimasukkan dalam gelas ukur 10 ml
2. Kemudian diamkan tersimpan tanpa gangguan , catat volume
awal (Vo) simpan maksimal 4 minggu dan catat Volume Akhir
( Vu)
3. Parameter suatu pengendapan dari suatu suspense dapat dilihat
atau diukur dengan mengukur volume sedimentasi (F) yaitu
volume akhir pengendapan dengan volume awal sediaan
F = Vu / Vo
Volume awal : ml
𝑚𝑙
Hasil : 𝑚𝑙 =
Volume Akhir : ml

8. Redispersi

17
 Alat : botol coklat
 Persyaratan :
 Prosedur :
1. Evaluasi pengukuran ini dilakukan setelah pengukuran volume
sedimentasi
2. Tabung reaksi diputar 180 derajat dan dibalikan ke posisi
semula
3. Formulasi yang ditentukan berdasarkan jumlah putaran yang
diperlukan untuk mendispersikan kembali endapan partikel
agar kembali tersuspensi
4. Kemampuan mendispersi baik apabila suspense terdispersi
sempurna dan diberi nila 100%
5. Setiap pengulangan uji redispersi pada sampel yang sama ,
akan menurunkan nilai redispersi sebanyak 5%

Hasil : 20 kali / detik

9. Distribusi ukuran partikel


Alat : Mikroskop, objek gelas bersekala, cover gelas
Prosedur :
1. 1 tetes suspensi diencerkan 5 kali dengan aqua dest
2. Campur ad homogen
3. Letakkan suspensi yang sudah diencerkan pada objek gelass
bersekala, tutup dengan cover glass
4. Amati pada mikroskop
5. Amati ukuran partikel sejumlah 100 partikel

Hasil :

10. Waktu rekontruksi


Alat : botol coklat
Prosedur :
1. Granul dalam botol ditambahkan aquadest ad 60ml

18
2. Pada saat aquadest telah masuk, tutup dan kocok granul
sambal dihitung berapa jumlah sampai tercampur homogeny

Hasil : 20 kali/ detik

19
BAB VI
RANCANGAN PENANDAAN
6.1. Brosur

20
6.2. Kemasan
6.2.1. Kemasan Sekunder

21
6.2.2. Kemasan Primer

22
BAB VII
PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang kami lakukan dalam membuat sediian


suspensi dry sirup amoxcillin, langkah awal yang kami lakukan adalah memilih
bahan aktif Amoxcillin , suspending agent, pelarut, pengawet, pemanis, pewarna,
essence, dan larutan dapar. Kamudian dari bahan-bahan tersebut dicari sifat fisika-
kimianya serta rentangnya agar dapat berfungsi sebagai pelarut, pengawet maupun
pemanis untuk sediian obat. Setelah itu menentukan salah satu bahan yang kiranya
paling baik untuk digunakan dalam membuat sediaan dry sirup Amoxcillin.
Dimulai dari bahan aktif Amoxcillin, mulai menghitung dosis Amoxcillin per hari
(sendok takar) yang disesuaikan dengan dosis dalam literatur. Setelah itu,
menentukan kemasan terkecil sediaa berdasarkan dosis sediaan yang ingin dibuat,
didapatkan kemasan terkecil sediaan berdasarkan dosis sediaan yang ingin dibuat,
didapatkan kemasan terkecilnya 60 ml, dari dosis yang sudah didapat,
memperkirakan berapa banyak suspensi yang bisa dibuat untuk waktu terapi 3 hari
dengan penggunakan bahan yang efektif dan efisien serta untuk memaksimalkan
stabilitas sediaan. Dari kemasan terkecil, menentukan berapa jumlah Amoxcillin
yang akan digunakan dalam satu botolnya (60 ml). Selanjutnya menentukan kadar
suspending agent yang dapat melarutkan Paracetamol. Untuk mengetahui
kelarutan parasetamol dalam formulasimenjadikan amoxicillin sebagai sediaan
suspensi
Dalam pembuatan formulasi dry sirup, merancang 3 buah formulasi. Dari 3
formulasi tersebut terpilihlah formulasi 2, formulasi yang di anggap terbaik untuk
di buat sediaan sekala besar. Formula yang akan dibuat dengan
mempertimbangkan pH dan viskositas yang didapat dari formula skala kecil.
Setelah terbuat sekala besar dengan menggunakan supending agent PVP
3% dan CMC-Na 0,7% didapatkan hasil evaluasi sebagai berikut
 Evaluasi organoleptis warna putih sebenarnya warna yang
diingnkan adalah ungu tetapi karena kurang dalam penambahan
pewarna sehingga warna menjadi pudar, berbau aroma anggur yang
cocok di gunakan untuk anak-anak sehingga dapat menutupi rasa pahit

23
yang dihasilkan dari amoxicillin, dan rasa yang didapatkan adalah
manis dengan menggunakan pemanis kombinasi sakarin Na. dan
sukrosa.
 Evaluasi MC didapatkan hasil 1,59% dimana hal ini berarti
memenuhi persyaratan
 Evaluasi viskositas didapatkan rata-rata 162,3 cps dari hasil 3 kali
replikasi. Dari hasil viskositas ini tidak memenuhi persyaratan (10-30
cps), hal ini kemungkinan karena penggunaan 2 kombinasi suspending
agent yang menghasilkan viskositas tinggi dan konsentrasi sukrosa
yang tinggi sehingga sisa aquadest sangatlah sedikit.
 Evaluasi pH didapatkan 4,91 dimana hal ini tidak memehui
persyaratan. pH yan dirancang adalah 6 ± 5% (5,5-6,5), hal ini
kemungkinan kesalahan daram proses atau langkah-langkah
pencampuran sehingga mengakibatkan pH rendah, formula yang
digunakan adalah formula sekala kecil dan dibuat sekala besar bias jadi
kemungkinan penambahan dapar kurang
 Evaluasi berat jenis didapatkan hasil ,14 g/cm³, dari hasil evaluasi
berat jenis ini tidak memasuki rentang yaitu 1,2 g/ cm³
 Evaluasi sedimentasi didapatkan hasil 72 ml, setelah sediaan
suspense di diamkan selama ± 7 hari endapan berada di atas, hal ini
dikarenakan pendispersi lebih besar dibandingkan zat yang terdispersi

Hasil sediaan suspensi dry sirup dari data kelompok 1-6 jumlah
menggunakan kombinasi suspending agent yang berfariasi jenis dan
prosentasenya. Untuk suspending agent kelompok 1 menggunakan PVP 3%,
CMC-Na 0,7%, suspending agent kelompok 1 sama dengan kelompok 4 (PVP 2%
CMC-Na. 0,5%) dan kelompok 5 (PVP 3%, CMC-Na 0,1%). Hasil evaluasi
viskositas kelompok 1 paling timggi karena menggunakan perbandingan PVP dan
CMC-Na yang tinggi, kelpmpok 5 mendapatkan hasil viskositas yang tinggi pula
(96,3cps), dan kelompok 4 mendapatkan hasil viskositas (26cps) dari hasil
kelompok dengan viskositas tinggi karena menggunakan PVP konsentrasi 3% yang
dapat mempengaruhi hasil viskositas. Formulasi kelompok 2 yang menggunakan

24
suspending agent CMC-Na 1%, PEG 5%, sama dengan kelompok 3 (CMC-Na
0,7 % dan PEG 5%), dan kelompok 6 (CMC-Na 1%, PEG 7%). Didapatkan hasil
viskositas yang baik dan memasuki persyaratan (10-30cps) dari masing-masing
kelompok (kelompok 2 18,67cps; kelompok 3 14cps; kelompok 6 14cps).
Dari hasil data kelompok diatas dapat disimpulkan bahwa kombinasi suspending
agent PVP dan CMC-Na harus diperhatikan karena mempunya viskositas yang
tinggi disbanding kombinasi CMC-Na dan PEG. Namun kombinasi CMC-Na dan
PEG juga perlu diperhatikan dalam penentuan prosentase perbamdimgan supaya
mendapatkan viskositas yang baik. Dari hasil keenam kelompok mendapatkan BJ
kurang dari 1,2g/ml walaupun viskositas tinggi namun tidak ada pengaruh pada
berat jenis, hal ini dikarenaka kemungkinan pada saat penimbangan tidak tapat
suhu 20°C atau karena kesalahan praktisi, dan juga karena alat yang belum
tervalidasi.

BAB VIII
PENUTUP
8.1. Kesimpulan
1. Bentuk sediaan : suspensi dry sirup
2. Kadar bahan aktif : 2,5 %
3. Organoleptis :
- Warna : putih
- Bau : anggur
- Rasa : manis
4. MC : 1,59%
5. pH sediaan : 4,91
6. Berat jenis : 1,14 g/ml
7. Viskositas : 162,3 cps
8. Volume sedimentasi : 72 ml
9. Distribusi ukuran :
10. Resispersi : 20 kali/detik
11. Rekontruksi : 30 kali/detik

25
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.
Anonim.1979. Farmakope Indonesia Edisi III Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Kibbe, A. H. 2000. Handbook of Pharmaceuticals Excipients. London-United
Kingdom: Pharmaceutical Press
Reynolds, J.E.F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopeia, 28 Edition. London:
The Pharmaceutical Press.

26

Anda mungkin juga menyukai