BAB I
PENDAHULUAN
Tuntutan akan lulusan lembaga pendidikan yang bermutu semakin mendesak karena
semakin ketatnya persaingan dalam lapangan kerja. Salah satu implikasi globalisasi dalam
pendidikan yaitu adanya deregulasi yang membuka peluang lembaga pendidikan (termasuk
perguruan tinggi asing) membuka sekolahnya di Indonesia. Oleh karena itu persaingan di pasar
kerja akan semakin berat.
Banyak konsep diciptakan negara maju baik di bidang ekonomi, politik, demokrasi,
perlindungan HAM, pengelolaan Iingkungan hidup sampai pada konsep good governance terkait
dengan peningkatan mutu. Salah satu di antaranya dapat kita kaitkan bagaimana hubungan antara
peningkatan mutu dengan praktek good gavernance.
Ada tiga pilar utama yang mendukung kemampuan suatu bangsa dalam melaksanakan
good governance, yakni: Negara/pemerintah (the state), masyarakat adab, masyarakat madani,
masyarakat sipil (civil society), dan pasar atau dunia usaha. Penyelenggaraan pemerintahan yang
baik dan bertanggung jawab baru tercapai bila dalam penerapan otoritas politik, ekonomi dan
administrasi ketiga unsur tersebut memiliki jaringan dan interaksi yang setara dan sinerjik.
Interaksi dan kemitraan seperti itu biasanya baru dapat berkembang subur bila ada kepercayaan
(trust), transparansi, partisipasi, serta tata aturan yang jelas dan pasti, Good governance yang
sehat juga akan berkembang sehat dibawah kepemimpinan yang berwibawa dan memiliki visi
yang jelas.
Dalam hal ini manajemen mutu terpadu dalam kaitannya dengan penyelenggaraan good
governance bisa ditempatkan sebagai metodologi atau teknik manajemen untuk mencapai tujuan
peningkatan mutu itu sendiri.
1.2. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Manajemen Mutu Terpadu (MMT).
2. Memahami Konsep Mutu.
3. Mengetahui Prinsip Umum Manajemen Mutu Terpadu (MMT).
4. Memahami Tahap-tahap Pelaksanaan Manajemen Mutu Terpadu.
5. Mengetahui Kendala-kendala Dalam Penerapan Manajemen Mutu Terpadu.
6. Mengetahui Komponen Penting Dalam Pelaksanaan Manajemen Mutu Terpadu.
7. Memahami Evaluasi Dalam Manajemen Mutu Terpadu.
8. Mengetahui Karakteristik Evaluasi Dalam Manajemen Mutu Terpadu
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka masalah
pokok yang diangkat dalam makalah ini adalah:
1. Pengertian Manajemen Mutu Terpadu (MMT).
2. Konsep Mutu.
3. Prinsip Umum Manajemen Mutu Terpadu (MMT).
4. Tahap-tahap Pelaksanaan Manajemen Mutu Terpadu.
5. Kendala-kendala Dalam Penerapan Manajemen Mutu Terpadu.
6. Komponen Penting Dalam Pelaksanaan Manajemen Mutu Terpadu.
7. Evaluasi Dalam Manajemen Mutu Terpadu.
8. Karakteristik Evaluasi Dalam Manajemen Mutu Terpadu.
1.4. Manfaat
Bagi masyarakat atau khususnya guru ataupun yang berperan dalam bidang pendidikan ini sangat
pentingnya untuknya karena dengan adanya pengenalan manaejemen mutu terpadu ini bias
menambah keahlian dalam bidang pendidikan dengan manajemen yang terorganisir dengan baik
dan adanya sinkronisasi antara peran pemerintah dan orang yang terhubung dalam bidang
pendidikan ini
Bagi Pemerintahnya sangat merasakan betapa pentingnya manajemen terpadu ini dalam bidang
pendidikan karena peran pemerintah dalam hal ini sangat penting untuk mengatur bagaiman
jalannya manajemen dalam bidang pendidikan supaya bias lebih baik ke depannya dalam
mengaplikasikan di kehidupan pendidikan di sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
Manajemen Mutu Terpadu (MMT) adalah filosofi dan sistem untuk pengembangan
secara terus menerus (continuous improvement) terhadap jasa atau produk untuk memenuhi
kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Sistem pengembangan secara terus menerus dan
kepuasan pelanggan merupakan kalimat yang selalu ada dalam setiap definisi yang dikemukakan
pakar terhadap MMT.
1. Organisai yang memfokuskan pada ketercapaian kepuasan suatu subjek (Customer Focus
Organization) dimana subjek tersebut meliputi peserta didik dalam suatu sekolah.
Organisasi dalam hal ini manajemen harus dapat mengoptimalkan seluruh potensi dan
sumber daya organisasi dan sistem yang ada untuk menciptakan aktivitas terhadap tercapainya
kepuasan pelanggan. Tercapainya kepuasan pelanggan meliputi seluruh stakeholders, baik yang
berada didalam organisasi maupun di luar organisasi.
2. Kepemimpinan (Leadership)
Kepemimpinan merupakan proses untuk mempengaruhi pihak lain untuk mencapai
tujuan organisasi. Oleh karenanya pemimpin harus memiliki visi dan misi yang jelas, sehingga
keduanya dapat dituangkan dalam kebijakan yang akan diambil.
3. Keterlibatan seluruh partisipan organisasi (People Organization)
Seluruh komponen di dalam suatu organisasi harus dilibatkan. Artinya seluruh sitivitas
organisasi harus selalu berusaha untuk melakukan perbaikan secara terus menerus. Perbaikan
bukan hanya dari pihak kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, tetapi semua sivitas sekolah
harus memiliki komitmen untuk melakukan perbaikan. Dengan kata lain semua sivitas sekolah
harus dilibatkan dalam upaya memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada para peserta
didik.
4. Pendekatan yang menekankan pada perbaikan proses (Process Approach)
Kurangnya dukungan sistem informasi dan alat ukur keberhasilan MMT berasumsi
bahwa output akhir suatu organisasi tidak semata-mata dilihat secara parsial, tetapi suatu proses
yang panjang. Proses tersebut dilakukan secara sadar oleh setiap individu. Kegiatan tersebut juga
dilakukan saling terkait satu dengan lainnya sehingga menghasilkan output organisasi. Jelasnya
tamatan atau lulusan bukan semata-mata produk tenaga akademik, atau karyawan sajak, tetapi
menyangkut proses yang melibatkan tenaga akademik, karyawan, kepala sekolah, murid, orang
tua, pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat luas, yang tentu saja proporsinya berbeda satu
sama lainnya.
5. Penerapan manajemen dengan menggunakan pendekatan sistem (System Approach)
Dalam konteks organisasi, upaya menyempurnakan proses tertentu harus dikaitkan
dengan proses lainnya. Oleh karena pihak-pihak yang terkait dengan proses tersebut merupakan
tangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Tuntutan peningkatan kualitas pembelajaran tidak dapat
dilakukan oleh tenaga pengajar semata, tetapi harus pula melibatkan aspek ketatausahaan,
kepemimpinan, fassilitas, dan penciptaan organisasi yang optimal atau mendukung.
6. Langkah perbaikan yang dilakukan secara terus menerus (Continual Improvement atau Kaizen)
Inti perbaikan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan adalah adanya human
resources empowerment baik bagi tenaga edukatif maupun administratif. Realitas menunjukkan
belum seluruhnya pemimpin organisasi menyadari arti pentingnya pemberdayaan tenaga
akademik dan administratif. Para pimpinan sering lebih mementingkan pengembangan fasilitas.
Hal ini ditunjukkan oleh adanya anggaran pendidikan dan pelatihan untuk kedua tenaga tersebut
setidak-tidaknya kurang berimbang dibandingkan dengan anggaran pembangunan fisik.
7. Penerapan pengembilan keputusan didasarkan fakta (Factual Apprecision Making)
Manajemen Mutu Terpadu-MMT berdasarkan pada kepuasan peserta didik. Oleh
karenanya maka orientasi MMT harus mendasarkan pada fakta yang diinginkan oleh peserta
didik. Pada sisi lain kepuasan berkaitan dengan kualitas. Implikasinya kualitas kepuasan tersebut
harus dapat diukur dan dapat dilakukan monitoring setiap saat. Dengan demikian, pemimpin
organisasi harus dapat menciptakan dan mengembangkan alat ukur sebagai keberhasilan suatu
lembaga.
1. Baca dan pahami sistem, budaya dan sumber daya yang ada disekolah.
2. Identifikasi sistem, budaya dan sumber daya yang perlu diperkuat dan perlu diubah.
3. Buatlah komitmen secara rinci.
4. Bekerjalah dengan semua unsur sekolah untuk mengklarifikasi visi, misi, tujuan, sasaran,
rencana dan program-program.
5. Hadapi status quo terhadap perubahan
6. Garis bawahi prioritas sasaran, budaya dan sumber daya yang belum ada sekarang.
7. Pantaulah dan arahkan proses perubahan agar sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran,
rencana, dan program-program
8. Mengidentifikasi tantangan nyata di sekolah.
Tantangan adalah selisih antara ketidak sesuaian antara output sekolah saat ini dan output
sekolah yang diharapkan dimasa yang akan datang. Tantangan terdiri dari tantangan kualitas dan
tantangan efektivitas.
Contoh tantangan kualitas: rata-rata output sekolah saat ini NEM-nya adalah 6,2 dan output
sekolah yang diharapkan dimasa datang adalah 7,5 maka besarnya tantangan adalah 7,5-6,5=1,0.
Contoh tantangan efektivitas: dari 300 siswa yang ikut UNAS yang lulus 270 siswa, sehingga
tantangannya adalah 30 siswa atau 10%.
1. Penyusunan basis data dan profil sekolah lebih presentatif, akurat, valid dan secara sistimatis
menyangkut berbagai aspek akademis, administratif (siswa, guru, staf), dan keuangan.
2. Melakukan evaluasi diri (self assesment) untuk menganalisa kekuatan dan kelemahan mengenai
sumber daya sekolah, personil sekolah, kinerja dalam mengembangkan dan mencapai target
kurikulum dan hasil-hasil yang dicapai siswa berkaitan dengan aspek-aspek intelektual dan
keterampilan, maupun aspek lainnya.
3. Berdasarkan analisis tersebut sekolah harus mengidentifikasikan kebutuhan sekolah dan
merumuskan visi, misi, dan tujuan dalam rangka menyajikan pendidikan yang berkualitas bagi
siswanya sesuai dengan konsep pembangunan pendidikan nasional yang akan dicapai. Hal
penting yang perlu diperhatikan sehubungan dengan identifikasi kebutuhan dan perumusan visi,
misi dan tujuan adalah bagaimana siswa belajar, penyediaan sumber daya dan pengeloaan
kurikulum termasuk indikator pencapaian peningkatan mutu tersebut.
4. Berangkat dari visi, misi dan tujuan peningkatan mutu tersebut sekolah bersama-sama dengan
masyarakatnya merencanakan dan menyusun program jangka panjang atau jangka pendek
(tahunan termasuk anggarannnya). Program tersebut memuat sejumlah program aktivitas yang
akan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan nasional yang telah ditetapkan dan harus
memperhitungkan kunci pokok dari strategi perencanaan tahun itu dan tahun-tahun yang akan
datang. Perencanaan program sekolah ini harus mencakup indikator atau target mutu apa yang
akan dicapai dalam tahun tersebut sebagai proses peningkatan mutu pendidikan (misalnya
kenaikan NEM rata-rata dalam prosentase tertentu, perolehan prestasi dalam bidang
keterampilan, olah raga, dsb). Program sekolah yang disusun bersama-sama antara sekolah,
orang tua dan masyarakat ini sifatnya unik dan dimungkinkan berbeda antara satu sekolah dan
sekolah lainnya sesuai dengan pelayanan mereka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
setempat. Karena fokus kita dalam mengimplementasian konsep manajemen ini adalah mutu
siswa, maka program yang disusun harus mendukung pengembangan kurikulum dengan
memperhatikan kurikulum nasional yang telah ditetapkan, langkah untuk menyampaikannya di
dalam proses pembelajaran dan siapa yang akan menyampaikannya.
5. Dua aspek penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini adalah kondisi alamiah total
sumber daya yang tersedia dan prioritas untuk melaksankan program. Oleh karena itu,
sehubungan dengan keterbatasan sumber daya dimungkinkan bahwa program tertentu lebih
penting dari program lainnya dalam memenuhi kebutuhan siswa untuk belajar. Kondisi ini
mendorong sekolah untuk menentukan skala prioritas dalam melaksanakan program tersebut.
Seringkali prioritas ini dikaitkan dengan pengadaan peralatan bukan kepada output
pembelajaran. Oleh karena itu dalam rangka pelaksanaan konsep manajemen tersebut sekolah
harus membuat skala prioritas yang mengacu kepada program-program pembelajaran bagi siswa.
Sementara persetujuan dari proses pendanaan harus bukan semata-mata berdasarkan
pertimbangan keuangan melainkan harus merefleksikan kebijakan dan prioritas tersebut.
Anggaran harus jelas terkait dengan program yang mendukung pencapaian target mutu. Hal ini
memungkinkan terjadinya perubahan pada perencanaan sebelum sejumlah program dan
pendanaan disetujui atau ditetapkan.
6. Prioritas seringkali tidak dapat dicapai dalam rangka waktu satu tahun program sekolah, oleh
karena itu sekolah harus membuat strategi perencanaan dan pengembangan jangka panjang
melalui identifikasi kunci kebijakan dan prioritas. Perencanaan jangka panjang ini dapat
dinyatakan sebagai strategi pelaksanaan perencanaan yang harus memenuhi tujuan esensial, yaitu
:
(i) mampu mengidentifikasi perubahan pokok di sekolah sebagai hasil dari kontribusi berbagai
program sekolah dalam periode satu tahun, dan
(ii) keberadaan dan kondisi natural dari strategi perencanaan tersebut harus menyakinkan guru
dan staf lain yang berkepentingan (yang seringkali merasakan tertekan karena perubahan tersebut
dirasakan harus melaksanakan total dan segera) bahwa walaupun perubahan besar diperlukan
dan direncanakan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa, tetapi mereka disediakan waktu
yang representatif untuk melaksanakannya, sementara urutan dan logika pengembangan juga
telah disesuaikan.
Aspek penting dari strategi perencanaan ini adalah program dapat dikaji ulang untuk setiap
periode tertentu dan perubahan mungkin saja dilakukan untuk penyesuaian program di dalam
kerangka acuan perencanaan dan waktunya.
7. Melakukan monitoring dan evaluasi untuk menyakinkan apakah program yang telah
direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan, apakah tujuan telah tercapai, dan sejauh
mana pencapaiannya. Karena fokus kita adalah mutu siswa, maka kegiatan monitoring dan
evaluasi harus memenuhi kebutuhan untuk mengetahui proses dan hasil belajar siswa. Secara
keseluruhan tujuan dan kegiatan monitoring dan evaluasi ini adalah untuk meneliti efektifitas dan
efisiensi dari program sekolah dan kebijakan yang terkait dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan. Seringkali evaluasi tidak selalu bermanfaat dalam kasus-kasus tertentu, oleh
karenanya selain hasil evaluasi juga diperlukan informasi lain yang akan dipergunakan untuk
pembuatan keputusan selanjutnya dalam perencanaan dan pelaksanaan program di masa
mendatang. Demikian aktifitas tersebut terus menerus dilakukan sehingga merupakan suatu
proses peningkatan mutu yang berkelanjutan.
2.5. Kendala-kendala Dalam Penerapan Manajemen Mutu Terpadu
Jim Clemer sebagaimana dikutip oleh Djamhuri (2001), merinci kendala dalam
menerapkan Manajemen Mutu Terpadu adalah:
§ Lemahnya kepemimpinan dan delegasi wewenang manajemen
Manajemen Mutu Terpadu akan berjalan sesuai dengan sasaran yang diinginkan jika
pemimpin memiliki komitmen terhadap keterlibatan semua pihak. Artinya Manajemen Mutu
Terpadu tidak akan berhasil manakala hanya diserahkan kepada tim tertentu yang ditunjuk oleh
pimpinan, sementara pimpinan langsung menyerahkan program Manajemen Mutu Terpadu
tersebut kepada tim yang ditunjuk. Dengan demikian pimpinan dapat mensosialisasikan
perbaikan mutu yang dilakukan oleh pimpinan.
Kegagalan MMT dapat juga diakibatkan oleh usaha pelaksanaan yang setengah hati dan harapan-
harapan yang tidak realistis, ada pula beberapa kesalahan yang secara umum dilakukan pada saat
organisasi memulai inisitaif perbaikan kualitas.
Profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga kependidikan merupakan salah satu syarat
utama dalam keberhasilan pengembangan manajemen mutu. Salah satu alasan mengapa
peningkatan profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga kependidikan itu sangat penting,
dipengaruhi oleh kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat.
Sebagai seorang professional, diharapkan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah
dapat memahami dan mengantisipasi kemajuan teknologi dalam proses kegiatan pendidikan
terutama pembelajaran di kelas.
Peningkatan kemampuan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dapat dilakukan melalui:
1. Mengikutseratakan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan pada pelatihan yang sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya.
2. Sekolah perlu menyediakan buku atau referensi
3. Mendorong dan menfasilitasi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan untuk melakukan
tutorial sebaya misalnya melalui kegiatan KKG (Kelompok Kerja Guru), mengikuti
program penyetaraan atau program pelatihan terakreditasi.
4. Mengirimkan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan ke luar negeri sesuai dengan
tawaran yang diberikan oleh negara-negara donor.
5. Melakukan lomba karya ilmiah
6. Melakukan pengakuan dan penghargaan kepada yang berprestasi, kreatif atau yang
berhasil menemukan sesuatu di bidang pendidikan.
7. Mengadakan pertemuan berkala antar guru mata pelajaran sejenis antar sekolah.
Pemberdayaan dan akuntabilitas guru dan administrator adalah syarat penting dalam
MMT. Guru-guru memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan dengan berpartisipasi dalam
perencanaan, pengembangan, monitoring, dan meningkatkan program pengajaran di sekolah.
Dalam MMT peran guru adalah sebagai rekan kerja, pengambilan keputusan dan
pengimplementasi program pengajaran.
Agar para guru memiliki peran yang lebih besar dalam pengelolaan sekolah maka perlu
dilakukan pemberdayaan pengetahuan secara terpadu yang dimilki oleh guru. Terdapat dua jenis
pengetahuan yang penting untuk dimilki para guru. Pertama, pengetahuan yang berkaitan dengan
tanggung jawab partisipan sekolah di dalam kerangka manajemen mutu, seperti pengetahuan
tentang cara mengorganisasi pertemuan-pertemuan, cara meraih konsesus, dan bagaimana cara
membuat anggraran. Kedua, berkaitan dengan pengajaran dan perubahan-perubahan program
sekolah, diantaranya mencakup pengetahuan tentang pengajaran, pembelajaran, dan kurikulum.
Beberapa alternatif yang dapat dilakukan dalam rangka usaha pengumpulan dana melalui:
gerakan mencari donator, pengumpulan dana kecil-kecilan, beli barang untuk dijual, penjualan
hasil produksi sekolah, penjualan jasa, jasa periklanan, penyewaan fasilitas sekolah, an
menfassilitasi tempat penyelenggaraan kompetensi.
Kepala sekolah merupakan moto penggerak, penentu arah kebijakan sekolah dalam
mewujudkan tujuan sekolah, kepala sekolah senantiasa dituntut untuk meningkatkan efektivitas
kinerja. Kinerja kepemimpina kepala sekolah dalam kaitannya dengan manajemen mutu adalah
segala upaya yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh kepala sekolah dalam
mengimplementasikan manajemen mutu di sekolahnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien. Sehubungan dengan hal itu, kepemimpinan kepala sekolah yang efektif
dalam manajemen mutu memiliki kriteria sebagai berikut:
Proses pengambilan keputusan yang rasional melalui enam langkah yaitu: menetapkan
masalah, mengidentifikasi kriteria, mengembangkan alternatif, mengevaluasi alternative, dan
memilih alternative terbaik.
Menurut Hadari Nawawi (2005 : 47), bagi organisasi pendidikan, adaptasi manajemen
mutu terpadu dapat dikatakan sukses, jika menunjukkan gejala – gejala sebagai berikut :
1. Tingkat konsistensi produk dalam memberikan pelayanan umum dan pelaksanaan pembangunan
untuk kepentingan peningkatan kualitas SDM terus meningkat.
4. Inventarisasi aset organisasi semakin sempurna, terkendali dan tidak berkurang/hilang tanpa
diketahui sebab – sebabnya.
5. Kontrol berlangsung efektif terutama dari atasan langsung melalui pengawasan melekat,
sehingga mampu menghemat pembiayaan, mencegah penyimpangan dalam pemberian pelayanan
umum dan pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
7. Peningkatan ketrampilan dan keahlian bekerja terus dilaksanakan sehingga metode atau cara
bekerja selalu mampu mengadaptasi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sebagai cara bekerja yang paling efektif, efisien dan produktif, sehingga kualitas
produk dan pelayanan umum terus meningkat.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Manajemen Mutu Terpadu (MMT) adalah filosofi dan sistem untuk pengembangan
secara terus menerus (continuous improvement) terhadap jasa atau produk untuk memenuhi
kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Sistem pengembangan secara terus menerus dan
kepuasan pelanggan merupakan kalimat yang selalu ada dalam setiap definisi yang dikemukakan
pakar terhadap MMT.
Karena itu, pendekatan MMT tidak hanya bersifat parsial, tetapi komperhensip dengan
melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan produk yang dihasilkan. Masalah kualitas
juga tidak lagi dimaknai dan dipandang sebagai masalah teknis, tetapi lebih berorientasi pada
terwujudnya kepuasan konsumen atau pelanggan. MMT juga melibatkan faktor fisik dan faktor
non fisik, semisal budaya organisasi, gaya kepemimpinan dan pengikut. Keterpaduan faktor-
faktor ini akan mengakibatkan kualitass pelayanan menjadi lebih meningkat dan bermakna.
Mutu merupakan gagasan dinamis yang sulit untuk dapat disamakan. Di suatu sisi mutu data
dipahami sebagai konsep absolut dan pada sisi lain dapat dipahami sebagai konsep yang bersifat
relatif.
Mutu sebagai konsep absolut memungkinkan kepala sekolah untuk merumuskan standar
maksimal, yang pada kenyataannya akan sulit untuk direalisasikan.
Mutu sebagai konsep relatif, Mutu pada kondisi sekarang belum tentu menjadi ukuran mutu
dimasa yang akan datang. Kepala sekolah harus bisa merancang kebutuhan masa depan dengan
visi dan misi sekolah yang menantang. Untuk itu sekolah harus merumuskan program-
programnya terlebih dahulu dengan kejelasan target yang akan dicapai.
Jim Clemer sebagaimana dikutip oleh Djamhuri (2001), merinci kendala dalam menerapkan
Manajemen Mutu Terpadu di bidang pendidikan adalah:
Lemahnya kepemimpinan dan delegasi wewenang manajemen
Proses pengaturan yang tidak memadai
Kurangnya dukungan sistem informasi dan alat ukur keberhasilan
Menurut Hadari Nawawi (2005 : 47), bagi organisasi pendidikan, adaptasi manajemen
mutu terpadu dapat dikatakan sukses, jika menunjukkan gejala – gejala sebagai berikut :
1. Tingkat konsistensi produk dalam memberikan pelayanan umum dan pelaksanaan pembangunan
untuk kepentingan peningkatan kualitas SDM terus meningkat.
4. Inventarisasi aset organisasi semakin sempurna, terkendali dan tidak berkurang/hilang tanpa
diketahui sebab – sebabnya.
5. Kontrol berlangsung efektif terutama dari atasan langsung melalui pengawasan melekat, sehingga
mampu menghemat pembiayaan, mencegah penyimpangan dalam pemberian pelayanan umum
dan pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
7. Peningkatan ketrampilan dan keahlian bekerja terus dilaksanakan sehingga metode atau cara
bekerja selalu mampu mengadaptasi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sebagai cara bekerja yang paling efektif, efisien dan produktif, sehingga kualitas
produk dan pelayanan umum terus meningkat.
Menurut Deming, ada “tujuh penyakit yang mematikan” sebagai hambatan dalam peningkatan
kualitas, empat yang paling mematikan yaitu:
3.2. Saran
Penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan olehnya itu dibutuhkan saran yang
sifatnya membangun, guna kesempurnaan dalam penulisan makalah ini. Dalam makalah ini
dapat kita pelajari bahwa sangat penting peran pemerintah dalam memperbaiki kinerja system
pendidikan dalam suatu Negara untuk lebih baik lagi ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA
Widodo, Suparno Eko. 2011. Manajemen Mutu Pendidikan. Jakarta: Ardadizya Jaya.
http://uun1.blogspot.com/2014/01/contoh-makalah-manajemen-mutu-terpadu.html
http://www.inkindo-jateng.web.id/?p=779
Asian Development Bank, “Public Administration in the 21-st Century” (artikel di Internet)
- Buku Pedoman Penguatan Pengamanan Program Pembangunan Daerah, Badan Perencanaan
Nasional & Departemen Dalam Negeri, 2002
- Buletin Informasi Program Kemitraan untuk Pembaharuan Tata Pemerintahan di Indonesia,
2000
- Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM). (1996). ‘Laporan Tahunan (Annual
Report)’.Capital Market Fact Book. Jakarta.
- FCGI. (2000). Corporate Governance. Forum for Corporate Governance in Indonesia. Jakarta.
https://aqilakidd.files.wordpress.com/2012/04/manajemen-mutu-terpadu-dalam-bidang-
pendidikan.docx.