Struktur sedimen merupakan pengertian yang sangat luas, meliputi penampakan dari
perlapisan normal termasuk kenampakan kofigurasi perlapisan dan/atau juga modifikasi dari
perlapisan yang disebabkan proses baik selama pengendapan berlangsung maupun setelah
pengendapan berhenti. Oleh sebab itu perlu kiranya dijelaskan dulu apakah sebenarnya yang
dimaksud dengan perlapisan (bedding) itu, sehingga selanjutnya akan memperjelas batasan
struktur sedimen.
Sebenarnya belum ada difinisi perlapisan yang memuaskan semua fihak, walaupun
sebenarnya istilah perlapisan sudah luas sekali digunakan dalam pemerian runtunan sedimen.
Difinisi yang paling luas digunakan adalah yang diusulkan Otto (1938), suatu perlapisan
tunggal adalah satuan sedimentasi yang diendapkan pada kondisi fisik yang tetap konstan.
Sejalan dengan itu mengartikan perlapisan sendiri sebagai bidang-bidang permukaan
pengendapan yang disebabkan oleh suatu perubahan rezim sedimentasi dari waktu ke waktu.
Perubahan ini meliputi:
A. Perubahan fisik:
B. Perubahan kimia, Pada cairan yang membawa larutan sedimen perubahan temperatur,
tekanan, dan konsentrasi ion akan menyebabkan perlapisan juga.
C. Proses biologi, Perbedaan populasi organisme dari waktu ke waktu akan menyebabkan
perlapisan. Walaupun organisme yang mati tidak tersisa sebagai fosil (cacing misalnya)
tetapi jejaknya kemungkinan akan ditemukan. Perlapisan yang tebalnya >1 cm disebut
lapisan (layer, bed atau strata), sedangkan yang <1 disebut laminasi (lamination).
Struktur pra-pengendapan
Struktur sebelum endapan boleh ditemui di atas lapisan, sebelum lapisan atau
endapan yang muda atau baru di endapkan. Ia adalah struktur hasil hakisan seperti terusan
(channel), scour marks, flutes, grooves, tool marking dan sebagainya. Struktur ini sangat
penting kerena ia juga boleh memberikan arah aliran arus. Struktur ini berkaitan dengan
struktur yang dibawahnya, dan ditemui diatas permukaan antar lapisan. Sebagian besar
struktur ini terdiri dari ciri hakisan seperti alur, keruk dan isi.
b. Flute Cast
Merupakan struktur sedimen yang menyerupai bentuk cekungan memanjang
yang melebar pada bagian ujungnya yang membentuk seperti jilatan api.
Struktur sedimen flute cast adalah struktur sedimen sole mark yang kebanyakan
terbentuk pada batupasir turbidit (Tucker, 1991) dan juga terdapat juga pada
sedimen laut dangkal dan bahkan endapan darat (Boggs, 1992).
c. Scours Mark
Merupakan struktur dalam skala kecil dan terdapat pada bagian bawah
perlapisan. Pada pandangan bidang biasanya memanjang dalam arah arus.
Dengan bertambahnya ukuran, scours mark ini berangsur menjadi channel. Ciri
khas permukaan scours mark adalah pemotongan endapan yang terletak di
bawah dan hadirnya sedimen kasar di atas gerusan.
d. Tool Markings
Struktur ini terbentuk ketika objek dibawa oleh arus sungai dan berhubungan
dengan permukaan sedimen bawahnya. Tanda ini terjadi sebagai akibat objek
menggelinding, menusuk dan menyikat permukaan sedimen dibawahnya.
Objek yang membuat tanda ini biasanya berupa fragmen binatang dan
rombakan tumbuhan.
e. Channels
Adalah struktur sedimen dimana persebarannya hampir pada semua lingkungan
pengendapan, dimana kenampakannya adalah sebagai permukaan erosi pada
tubuh / dasar perlapisan, struktur ini memiliki ciri khas yang dapat dikenali
dengan mudah dilapangan yaitu karena struktur ini memotong bidang
perlapisan atau laminasi dalam sedimen dibawahnya.
Struktur Selama Pengendapan
a. Cross bedding
Perlapisan yang membentuk sudut terhadap bidang lapisan yang ada diatasnya
atau dibawahnya dan dipisahkan oleh bidang erosi, struktur ini terbentuk akibat
intensita arus yang berubah-ubah.
b. Graded bedding
Struktur sedimen yang bila perlapisan disusun atas butiran yang berubah teratur
dari halus ke kasar maupun dari kasar ke halus pada arah vertical. Struktur ini
merupakan cirri dari suatu sedimentasi pada arus yang pekat.
c. Laminasi
Struktur sedimen berupa perlapisan sejajar yang ketebalannya kurang dari 1
cm.
d. Current Ripple
Struktur ini terbentuk pada permukaan lapisan yang dikontrol oleh arus yang
mengalir oleh air.
e. Wave Ripple
Struktur ini terbentuk pada permukaan lapisan yang dikontrol oleh arus yang
mengalir oleh gelombang.
Struktur Setelah Pengendapan
a. Slump
Pada daerah miring, masa sedimen dapat diangkut sepanjang lereng.
Bergeraknya masa sedimen dapat mengakibatkan perubahan pada bagian dalam
masa itu. Jika masa sedimen secara internal berubah selama gerakan sepanjang
lereng disebut slump. Masa yang mengalami slump menunjukkan lipatan-lipatan
minor.
b. Load Cast
Dibentuk melalui tenggelamnya suatu lapisan kedalam lapisan yang lain.
Biasanya terdapat pada dasar batupasir yang terletakdi atas batulumpur.
c. Flame Struktur
Kenampakan struktur yang seperti lidah/kobaran api. Struktur ini dapat
terbentuk ketika suatu sedimen yang belum terlitifikasi sempurna terbebani oleh
suatu lapisan sedimen yang lebih berat di atasnya.
d. Sandstone Dykes
Struktur sedimen berupa lapisan pasir yang terinjeksikan pada lapisan sedimen
di atasnya akibat proses deformasi.
e. Convolute
Convolute bedding adalah struktur yang dibentuk oleh perlipatan yang
kompleks atau rumit saat mengisutkan beds atau laminasi menjadi tidak teratur,
biasanya dalam skala kecil antiklin dan sinklin. Umumnya seperti itu, tapi tidak
tentu, terbatas pada unit sedimentasi tunggal atau bed. Convolute bedding
biasanya ditemukan di pasir halus atau pasir berlumpur.
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK Nama : Vinolia Granetsya
PROGRAM STUDI S1 GEOLOGI NIM : F 121 17 020
Chi-Square
Observed Expected
Frequency Frequency Contribution
(a) N
Fine Course Fine Course Fine Coarse
Very angular 30 26 56 27.692 28.308 16.992 17.579
Angular 35 31 66 32.637 33.363 21.740 22.442
Subangular 58 40 98 48.462 49.538 37.204 38.265
Subrounded 73 92 165 81.593 83.407 70.035 71.838
Rounded 47 53 100 49.451 50.549 38.179 39.262
Well rouded 27 34 61 30.165 30.835 19.358 20.003
∑ 270 276 546 270 276 204 209
x2 = 413
∑(𝑂−𝐸)2 ∑(6−27,692)2
Chi-square = = = 17,048
𝐸 27,692
Kesimpulan :
Dengan menggunakan chi-square test didapatkan nilai chi-square yaitu 413. Berdasarkan
critical value untuk 5 degrees of freedom didapatkan tingkat signifikan dari 0,05 adalah
11,07. Penentuan hipotesis nol diketahui semakin besar nilai chi-square semakin besar
perbedaan yang signifikan dalam roundness antar sampel. Hipotesis nol dapat diterima
jika nilai yang dihitung kurang dari critical value dan ditolak jika nilai yang dihitung lebih
dari critical value. Dari perhitungan di atas nilai yang dihitung dari chi-square lebih dari
critical value, sehingga hipotesis nol ditolak.
2b. Dengan menggunakan chi-square test untuk menentukan apakah ada atau tidaknya
perbedaan yang signifikan dalam roundness dari fraksi kedua ukuran.
x2 = 351
∑(𝑂−𝐸)2 ∑(6−27,692)2
Chi-square = = = 17,706
𝐸 27,692
Kesimpulan :
Dengan menggunakan chi-square test didapatkan nilai chi-square yaitu 351. Berdasarkan
critical value untuk 5 degrees of freedom didapatkan tingkat signifikan dari 0,05 adalah
11,07. Penentuan hipotesis nol diketahui semakin besar nilai chi-square semakin besar
perbedaan yang signifikan dalam roundness antar sampel. Hipotesis nol dapat diterima
jika nilai yang dihitung kurang dari critical value dan ditolak jika nilai yang dihitung lebih
dari critical value. Dari perhitungan di atas nilai yang dihitung dari chi-square lebih dari
critical value, sehingga hipotesis nol ditolak.
2c. Dengan menggunakan chi-square test untuk menentukan apakah ada atau tidaknya
perbedaan yang signifikan dalam roundness dari fraksi kedua ukuran.
x2 = 421
∑(𝑂−𝐸)2 ∑(6−27,692)2
Chi-square = = = 19,141
𝐸 27,692
Kesimpulan :
Dengan menggunakan chi-square test didapatkan nilai chi-square yaitu 421. Berdasarkan
critical value untuk 5 degrees of freedom didapatkan tingkat signifikan dari 0,05 adalah
11,07. Penentuan hipotesis nol diketahui semakin besar nilai chi-square semakin besar
perbedaan yang signifikan dalam roundness antar sampel. Hipotesis nol dapat diterima
jika nilai yang dihitung kurang dari critical value dan ditolak jika nilai yang dihitung lebih
dari critical value. Dari perhitungan di atas nilai yang dihitung dari chi-square lebih dari
critical value, sehingga hipotesis nol ditolak.
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK Nama : Vinolia Granetsya
PROGRAM STUDI S1 GEOLOGI NIM : F 121 17 020
Fine
∑(𝑀 × 𝐹) 828
Mean Roundness = ∑𝐹
= 270 = 3,0667
Coarse
∑(𝑀 × 𝐹) 907
Mean Roundness = ∑𝐹
= 276 = 3,2862
Fine
∑(𝑀 × 𝐹) 662,5
Mean Roundness = ∑𝐹
= = 2,749
241
Coarse
∑(𝑀 × 𝐹) 755
Mean Roundness = ∑𝐹
= 242 = 3,1198
Fine
∑(𝑀 × 𝐹) 745
Mean Roundness = ∑𝐹
= 268 = 2,780
Coarse
∑(𝑀 × 𝐹) 880,5
Mean Roundness = ∑𝐹
= = 3,068
287
LAPORAN PRAKTIKUM
SEDIMENTOLOGI
OLEH :
VINOLIA GRANETSYA
F 121 17 020
PALU
2019