Anda di halaman 1dari 17

UNIVERSITAS TADULAKO

FAKULTAS TEKNIK Nama : Vinolia Granetsya


PROGRAM STUDI S1 GEOLOGI NIM : F 121 17 020

Acara VI : Struktur Sedimen

1.1 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini, adalah agar mahasiswa mampu mengenali jenis-jenis struktur
sedimen dan mampu mengukur arah struktur sedimen.

1.2 Dasar Teori

Struktur sedimen merupakan pengertian yang sangat luas, meliputi penampakan dari
perlapisan normal termasuk kenampakan kofigurasi perlapisan dan/atau juga modifikasi dari
perlapisan yang disebabkan proses baik selama pengendapan berlangsung maupun setelah
pengendapan berhenti. Oleh sebab itu perlu kiranya dijelaskan dulu apakah sebenarnya yang
dimaksud dengan perlapisan (bedding) itu, sehingga selanjutnya akan memperjelas batasan
struktur sedimen.
Sebenarnya belum ada difinisi perlapisan yang memuaskan semua fihak, walaupun
sebenarnya istilah perlapisan sudah luas sekali digunakan dalam pemerian runtunan sedimen.
Difinisi yang paling luas digunakan adalah yang diusulkan Otto (1938), suatu perlapisan
tunggal adalah satuan sedimentasi yang diendapkan pada kondisi fisik yang tetap konstan.
Sejalan dengan itu mengartikan perlapisan sendiri sebagai bidang-bidang permukaan
pengendapan yang disebabkan oleh suatu perubahan rezim sedimentasi dari waktu ke waktu.
Perubahan ini meliputi:

A. Perubahan fisik:

1. perubahan butir, termasuk bentuk, ukuran, orientasi, kemasan dan komposisinya.


2. perubahan ragam batuan, misalnya dari batugamping kemudian napal.
3. Perubahan warna walaupun masih mempunyai komposisi yang sama.

B. Perubahan kimia, Pada cairan yang membawa larutan sedimen perubahan temperatur,
tekanan, dan konsentrasi ion akan menyebabkan perlapisan juga.
C. Proses biologi, Perbedaan populasi organisme dari waktu ke waktu akan menyebabkan
perlapisan. Walaupun organisme yang mati tidak tersisa sebagai fosil (cacing misalnya)
tetapi jejaknya kemungkinan akan ditemukan. Perlapisan yang tebalnya >1 cm disebut
lapisan (layer, bed atau strata), sedangkan yang <1 disebut laminasi (lamination).

Klasifikasi Batuan Sedimen


Para ahli mengelompokan klasifikasi struktur sedimen berdasarkan perbedaan-perbedaan
yang ada, misalnya: waktu terbentuknya disebandingkan dengan waktu pengendapan, tempat
dimana terdapat, penyebab terbentuknya, arus yang membentuknya dan batuan yang
umumnya dijumpai struktur tersebut. Dipilih klasifikasi berdasarkan waktu terjadinya
kemudian diikuti oleh dasar yang lainnya:
1. Struktur sedimen primer, dimana struktur sedimen itu terbentuk pada waktu pengendapan
berlangsung
2. Struktur sedimen sekunder, struktur ini terbentuk setelah pengendapan sampai selama
proses diagenesa.
Perlu dicatat bahwa struktur yang terbentuk setelah diagenesa yang disebabkan pengaruh
dari luar, terutama pengaruh dari tektonik, tidak lagi termasuk struktur sedimen. karena
struktur seperti itu disebut struktur tektonik.

Struktur sedimen primer.


Struktur sedimen primer dibagi menjadi: kontemporer terbentuk selama proses pengendapan
dan penekontemporer terbentuk segera setelah sedimentasi tetapi sebelum diagenesa
berlangsung. Struktur kontemporer disebabkan karena organisme (seperti ganggang,
pertumbuhan koral atau organisme lainnya) dan anorganik atau mekanik. Struktur sedimen
primer yang mekanik paling banyak dijumpai di alam.
Struktur penekontemporer juga dapat disebabkan karena mekanik dan organisme. Organisme
dapat membuat lubang pada sedimen sebagai tempat untuk perlindungan atau mencari
makanan. Akibat mekanik di antaranya struktur akibat pengeluaran air (water escape
structure), struktur kontorsi yang di akibatkan oleh lengseran dan liqufaction, dan struktur
diagenesa seperti retakan desikasi, geopetal dan cetakan hujan.
Struktur sedimen primer karena hasil sedimentasi mekanik dapat dibagi berdasarkan arus
yang membentuknya:

a. Struktur sedimen dari suspensi


Suspensi yang banyak dibicarakan dan memang lebih banyak membentuk struktur
sedimen yaitu arus turbit. Di bawah ini struktur yang dibentuknya: Laminasi sejajar
(parallel-lamination), Laminasi bergelombang (wavy-lamination), Lapisan bersusun
terbalik (reverse grading), Lapisan bersusun normal (normal graded bedding), Masa
tak terorganisasi contohnya: laharic breccia, disorganized pebbly conglomerate.
b. Struktur sedimen hasil arus traksi.
Sifat-sifat umum struktur sedimen hasil arus traksi ini umumnya merupakan lapisan
yang menyusut (silang) terhadap bidang sedimentasi dan berkelompok menjadi
composite set, co-set dan set. Struktur hasil arus traksi ini adalah: Lapisan silang-siur
(cross-bedding), Laminasi gelembur arus (current ripple lamination). Laminasi
gelembur gelombang dan lapisan silang-siur dibedakan berdasarkan ukurannya:
micro cross-lamination (1-10 cm), cros-bedding (10-100 cm), mega cross-bedding
(>100 cm). Berdasarkan batas permukaan setiap set: datar, mangkuk (concave), baji
(wedge). Berdasarkan besar sudutnya: bersudut kecil (<10o), bersudut besar (>10o).
Berdasarkan ukurannya (ketebalannya): kecil (ketebalan <0.04 m), besar (ketebalan
>0.04 m). Bersadarkan bentuknya: tabuler, planar, mangkok dan epsilon.
Lapisan sejajar (parallel lamination), Struktur pergentengan atau imbrikasi (struktur
seperti susunan geteng), Struktur pejal atau masif atau tanpa struktur.
c. Struktur sedimen hasil kombinasi traksi dan suspensi
Struktur linzen, Struktur wavy (ripple lamination), Struktur climbing ripple, Struktur
akrasi, Struktur flaser, Struktur ripple in phase, Sigmudal cross-bedding

d. Struktur hasil gelombang oksilari


Gelembur gelombang: Skala kecil (1-10 cm), Sinous, Eliptik-bundar dan Memanjang
(longitudinal)
Humocky cross-stratification dibentuk oleh gelombang badai: Skala besar (1-5 m),
Bulat telur, melingkar, Membentuk silang siur mengipas (bagian bawah tak tererosi,
bagian atas terpancung).

Struktur Sedimen Penekontemporer


Struktur ini terjadi pada saat sedimen dalam keadaan padat dan penuh air, sehingga keadaan
sedimen semiplastik.
1. Struktur pengeluaran air (water escape structure): Dish structure (struktur mangkok)Cas
heave, Pillar structure,
2. Struktur kontorsi: Slump structure dan liquafaction-convolute.
Struktur cetakan post sedimentasi: Cetakan hujan, Cetakan kristal garam, Cetakan desikasi,
es
Struktur biogenesa: Galian, Jejak rayapan (track and trail), Bioturbasi, Mottling
Karakteristik Struktur Sedimen
Menurut Selley (1969) Struktur sedimen dapat dibagi beberapa kelas berdasarkan
proses pembentukannya :

 Struktur pra-pengendapan
Struktur sebelum endapan boleh ditemui di atas lapisan, sebelum lapisan atau
endapan yang muda atau baru di endapkan. Ia adalah struktur hasil hakisan seperti terusan
(channel), scour marks, flutes, grooves, tool marking dan sebagainya. Struktur ini sangat
penting kerena ia juga boleh memberikan arah aliran arus. Struktur ini berkaitan dengan
struktur yang dibawahnya, dan ditemui diatas permukaan antar lapisan. Sebagian besar
struktur ini terdiri dari ciri hakisan seperti alur, keruk dan isi.

 Struktur selama pengendapan


Ini merupakan struktur yang terdapat didalam lapisan dan terbentuk sesama sedimen
yang terendap. Struktur yang terbentuk semasa proses endapan sedang berlaku termasuklah
lapisan mendatar (flat bedding), lapisan silang, laminasi, dan laminasi silang yang mikro
(micro-crosslamination), iaitu kesan riak. Contohnya lapisan massif, lapisan berged, dan
lapisan silang.

 Struktur setelah pengendapan


Struktur ini terbentuk selepas sedimen terendap. Ini termasuklah struktur beban,
'pseudonodules' dimana sebahagian lapisan pasir jatuh dan masuk kedalam lapisan lumpur di
bawahnya, laminasi konvolut (convolute lamination) dan sebagainya. Struktur nendatan,
hasil dari pergerakan mendatar sedimen yang membentuk lipatan juga termasuk dalam
struktur selepas endapan. Nendatan boleh berlaku di tebing sungai, delta dan juga laut dalan
dan ianya sangat berguna untuk menentukan arah cerun kuno.
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK Nama : Vinolia Granetsya
PROGRAM STUDI S1 GEOLOGI NIM : F 121 17 020

Acara VI : Struktur Sedimen


1. Struktur Sedimen
 Struktur Pra-pengendapan
a. Groove Cast
Merupakan struktur sedimen yang menyerupai cekungan memanjang / parit
memanjang pada batupasir yang terbentuk karena pengisian gerusan yang
memotong batulumpur yang berada dibawahnya. Groove cast biasanya
membentuk garis lurus dengan orientasi tertentu , sehingga dapat digunakan
dalam penentuan arus purba. Arah groove cast ini menunjukkan arah arus yang
mengendapkannya.

b. Flute Cast
Merupakan struktur sedimen yang menyerupai bentuk cekungan memanjang
yang melebar pada bagian ujungnya yang membentuk seperti jilatan api.
Struktur sedimen flute cast adalah struktur sedimen sole mark yang kebanyakan
terbentuk pada batupasir turbidit (Tucker, 1991) dan juga terdapat juga pada
sedimen laut dangkal dan bahkan endapan darat (Boggs, 1992).
c. Scours Mark
Merupakan struktur dalam skala kecil dan terdapat pada bagian bawah
perlapisan. Pada pandangan bidang biasanya memanjang dalam arah arus.
Dengan bertambahnya ukuran, scours mark ini berangsur menjadi channel. Ciri
khas permukaan scours mark adalah pemotongan endapan yang terletak di
bawah dan hadirnya sedimen kasar di atas gerusan.

d. Tool Markings
Struktur ini terbentuk ketika objek dibawa oleh arus sungai dan berhubungan
dengan permukaan sedimen bawahnya. Tanda ini terjadi sebagai akibat objek
menggelinding, menusuk dan menyikat permukaan sedimen dibawahnya.
Objek yang membuat tanda ini biasanya berupa fragmen binatang dan
rombakan tumbuhan.

e. Channels
Adalah struktur sedimen dimana persebarannya hampir pada semua lingkungan
pengendapan, dimana kenampakannya adalah sebagai permukaan erosi pada
tubuh / dasar perlapisan, struktur ini memiliki ciri khas yang dapat dikenali
dengan mudah dilapangan yaitu karena struktur ini memotong bidang
perlapisan atau laminasi dalam sedimen dibawahnya.
 Struktur Selama Pengendapan
a. Cross bedding
Perlapisan yang membentuk sudut terhadap bidang lapisan yang ada diatasnya
atau dibawahnya dan dipisahkan oleh bidang erosi, struktur ini terbentuk akibat
intensita arus yang berubah-ubah.

b. Graded bedding
Struktur sedimen yang bila perlapisan disusun atas butiran yang berubah teratur
dari halus ke kasar maupun dari kasar ke halus pada arah vertical. Struktur ini
merupakan cirri dari suatu sedimentasi pada arus yang pekat.
c. Laminasi
Struktur sedimen berupa perlapisan sejajar yang ketebalannya kurang dari 1
cm.

d. Current Ripple
Struktur ini terbentuk pada permukaan lapisan yang dikontrol oleh arus yang
mengalir oleh air.

e. Wave Ripple
Struktur ini terbentuk pada permukaan lapisan yang dikontrol oleh arus yang
mengalir oleh gelombang.
 Struktur Setelah Pengendapan
a. Slump
Pada daerah miring, masa sedimen dapat diangkut sepanjang lereng.
Bergeraknya masa sedimen dapat mengakibatkan perubahan pada bagian dalam
masa itu. Jika masa sedimen secara internal berubah selama gerakan sepanjang
lereng disebut slump. Masa yang mengalami slump menunjukkan lipatan-lipatan
minor.

b. Load Cast
Dibentuk melalui tenggelamnya suatu lapisan kedalam lapisan yang lain.
Biasanya terdapat pada dasar batupasir yang terletakdi atas batulumpur.

c. Flame Struktur
Kenampakan struktur yang seperti lidah/kobaran api. Struktur ini dapat
terbentuk ketika suatu sedimen yang belum terlitifikasi sempurna terbebani oleh
suatu lapisan sedimen yang lebih berat di atasnya.
d. Sandstone Dykes
Struktur sedimen berupa lapisan pasir yang terinjeksikan pada lapisan sedimen
di atasnya akibat proses deformasi.

e. Convolute
Convolute bedding adalah struktur yang dibentuk oleh perlipatan yang
kompleks atau rumit saat mengisutkan beds atau laminasi menjadi tidak teratur,
biasanya dalam skala kecil antiklin dan sinklin. Umumnya seperti itu, tapi tidak
tentu, terbatas pada unit sedimentasi tunggal atau bed. Convolute bedding
biasanya ditemukan di pasir halus atau pasir berlumpur.
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK Nama : Vinolia Granetsya
PROGRAM STUDI S1 GEOLOGI NIM : F 121 17 020

Acara VI : Struktur Sedimen


2a. Dengan menggunakan chi-square test untuk menentukan apakah ada atau tidaknya
perbedaan yang signifikan dalam roundness dari fraksi kedua ukuran.

Chi-Square
Observed Expected
Frequency Frequency Contribution
(a) N
Fine Course Fine Course Fine Coarse
Very angular 30 26 56 27.692 28.308 16.992 17.579
Angular 35 31 66 32.637 33.363 21.740 22.442
Subangular 58 40 98 48.462 49.538 37.204 38.265
Subrounded 73 92 165 81.593 83.407 70.035 71.838
Rounded 47 53 100 49.451 50.549 38.179 39.262
Well rouded 27 34 61 30.165 30.835 19.358 20.003
∑ 270 276 546 270 276 204 209
x2 = 413

∑(𝑂−𝐸)2 ∑(6−27,692)2
Chi-square = = = 17,048
𝐸 27,692

Nilai yang dihitung dari chi-square = 413


Degrees of freedom (df) = (c – 1) (r – 1)
= (2 – 1) (6 – 1) = 5
Critical value of chi-square (at 0.05 level) = 11,07
Menerima atau menolak hipotesa nol = Menolak hipotesis nol

Kesimpulan :
Dengan menggunakan chi-square test didapatkan nilai chi-square yaitu 413. Berdasarkan
critical value untuk 5 degrees of freedom didapatkan tingkat signifikan dari 0,05 adalah
11,07. Penentuan hipotesis nol diketahui semakin besar nilai chi-square semakin besar
perbedaan yang signifikan dalam roundness antar sampel. Hipotesis nol dapat diterima
jika nilai yang dihitung kurang dari critical value dan ditolak jika nilai yang dihitung lebih
dari critical value. Dari perhitungan di atas nilai yang dihitung dari chi-square lebih dari
critical value, sehingga hipotesis nol ditolak.
2b. Dengan menggunakan chi-square test untuk menentukan apakah ada atau tidaknya
perbedaan yang signifikan dalam roundness dari fraksi kedua ukuran.

Observed Expected Chi-Square


Frequency Frequency Contribution
(b) N
Fine Course Fine Course Fine Coarse

Very angular 34 23 57 28.441 28.559 17.707 17.820

Angular 40 33 73 36.424 36.576 25.413 25.560

Subangular 70 60 130 64.865 65.135 53.420 53.687

Subrounded 48 57 105 52.391 52.609 41.078 41.293

Rounded 27 35 62 30.936 31.064 20.100 20.223

Well rouded 22 34 56 27.942 28.058 17.230 17.341

∑ 241 242 483 241 242 175 176

x2 = 351

∑(𝑂−𝐸)2 ∑(6−27,692)2
Chi-square = = = 17,706
𝐸 27,692

Nilai yang dihitung dari chi-square = 351


Degrees of freedom (df) = (c – 1) (r – 1)
= (2 – 1) (6 – 1) = 5
Critical value of chi-square (at 0.05 level) = 11,07
Menerima atau menolak hipotesa nol = Menolak hipotesis nol

Kesimpulan :
Dengan menggunakan chi-square test didapatkan nilai chi-square yaitu 351. Berdasarkan
critical value untuk 5 degrees of freedom didapatkan tingkat signifikan dari 0,05 adalah
11,07. Penentuan hipotesis nol diketahui semakin besar nilai chi-square semakin besar
perbedaan yang signifikan dalam roundness antar sampel. Hipotesis nol dapat diterima
jika nilai yang dihitung kurang dari critical value dan ditolak jika nilai yang dihitung lebih
dari critical value. Dari perhitungan di atas nilai yang dihitung dari chi-square lebih dari
critical value, sehingga hipotesis nol ditolak.
2c. Dengan menggunakan chi-square test untuk menentukan apakah ada atau tidaknya
perbedaan yang signifikan dalam roundness dari fraksi kedua ukuran.

Observed Expected Chi-Square


Frequency Frequency Contribution
(c) n
Fine Course Fine Course Fine Coarse

Very angular 38 24 62 29.939 32.061 19.141 21.184

Angular 52 57 109 52.634 56.366 41.318 45.004

Subangular 70 63 133 64.223 68.777 52.784 57.300

Subrounded 41 55 96 46.357 49.643 35.133 38.368

Rounded 39 51 90 43.459 46.541 32.288 35.314

Well rouded 28 37 65 31.387 33.613 20.534 22.684

∑ 268 287 555 268 287 201 220

x2 = 421

∑(𝑂−𝐸)2 ∑(6−27,692)2
Chi-square = = = 19,141
𝐸 27,692

Nilai yang dihitung dari chi-square = 421


Degrees of freedom (df) = (c – 1) (r – 1)
= (2 – 1) (6 – 1) = 5
Critical value of chi-square (at 0.05 level) = 11,07
Menerima atau menolak hipotesa nol = Menolak hipotesis nol

Kesimpulan :
Dengan menggunakan chi-square test didapatkan nilai chi-square yaitu 421. Berdasarkan
critical value untuk 5 degrees of freedom didapatkan tingkat signifikan dari 0,05 adalah
11,07. Penentuan hipotesis nol diketahui semakin besar nilai chi-square semakin besar
perbedaan yang signifikan dalam roundness antar sampel. Hipotesis nol dapat diterima
jika nilai yang dihitung kurang dari critical value dan ditolak jika nilai yang dihitung lebih
dari critical value. Dari perhitungan di atas nilai yang dihitung dari chi-square lebih dari
critical value, sehingga hipotesis nol ditolak.
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK Nama : Vinolia Granetsya
PROGRAM STUDI S1 GEOLOGI NIM : F 121 17 020

Acara VI : Struktur Sedimen


3a. Menghitung nilai mean roundness untuk menentukan jenis batuan berdasarkan ukuran
butirnya menurut klasifikasi ukuran butir sedimen.

Fine

Class Midpoint Frequency Product Mean


Fine
Interval (M) (F) (M x F) Roundness
Very Angular 0-1 0.5 30 15
Angular 1-2 1.5 35 52.5
Subangular 2-3 2.5 58 145
Subrounded 3-4 3.5 73 255.5 3.0667
Rounded 4-5 4.5 47 211.5
Well Rounded 5-6 5.5 27 148.5
∑ 270 828

∑(𝑀 × 𝐹) 828
Mean Roundness = ∑𝐹
= 270 = 3,0667

Grain size terms for rock : Breccia

Coarse

Class Midpoint Frequency Product Mean


Course
Interval (M) (F) (M x F) Roundness

Very Angular 0–1 0.5 26 13


Angular 1–2 1.5 31 46.5
Subangular 2–3 2.5 40 100
Subrounded 3–4 3.5 92 322 3.2862
Rounded 4–5 4.5 53 238.5
Well Rounded 5–6 5.5 34 187
∑ 276 907

∑(𝑀 × 𝐹) 907
Mean Roundness = ∑𝐹
= 276 = 3,2862

Grain size terms for rock : Breccia


3b. Menghitung nilai mean roundness untuk menentukan jenis batuan berdasarkan ukuran
butirnya menurut klasifikasi ukuran butir sedimen.

Fine

Class Midpoint Frequency Product Mean


Fine
Interval (M) (F) (M x F) Roundness

Very Angular 0–1 0.5 34 17


Angular 1–2 1.5 40 60
Subangular 2–3 2.5 70 175
Subrounded 3–4 3.5 48 168 2.749
Rounded 4–5 4.5 27 121.5
Well Rounded 5–6 5.5 22 121
∑ 241 662.5

∑(𝑀 × 𝐹) 662,5
Mean Roundness = ∑𝐹
= = 2,749
241

Grain size terms for rock : Breccia

Coarse

Class Midpoint Frequency Product Mean


Course
Interval (M) (F) (M x F) Roundness

Very Angular 0–1 0.5 23 11.5


Angular 1–2 1.5 33 49.5
Subangular 2–3 2.5 60 150
Subrounded 3–4 3.5 57 199.5 3.1198
Rounded 4–5 4.5 35 157.5
Well Rounded 5–6 5.5 34 187
∑ 242 755

∑(𝑀 × 𝐹) 755
Mean Roundness = ∑𝐹
= 242 = 3,1198

Grain size terms for rock : Breccia


3c. Menghitung nilai mean roundness untuk menentukan jenis batuan berdasarkan ukuran
butirnya menurut klasifikasi ukuran butir sedimen.

Fine

Class Midpoint Frequency Product Mean


Fine
Interval (M) (F) (M x F) Roundness

Very Angular 0–1 0.5 38 19


Angular 1–2 1.5 52 78
Subangular 2–3 2.5 70 175
Subrounded 3–4 3.5 41 143.5 2.780
Rounded 4–5 4.5 39 175.5
Well Rounded 5–6 5.5 28 154
∑ 268 745

∑(𝑀 × 𝐹) 745
Mean Roundness = ∑𝐹
= 268 = 2,780

Grain size terms for rock : Breccia

Coarse

Class Midpoint Frequency Product Mean


Course
Interval (M) (F) (M x F) Roundness

Very Angular 0–1 0.5 24 12


Angular 1–2 1.5 57 85.5
Subangular 2–3 2.5 63 157.5
Subrounded 3–4 3.5 55 192.5 3.068
Rounded 4–5 4.5 51 229.5
Well Rounded 5–6 5.5 37 203.5
∑ 287 880.5

∑(𝑀 × 𝐹) 880,5
Mean Roundness = ∑𝐹
= = 3,068
287

Grain size terms for rock : Breccia


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI

LAPORAN PRAKTIKUM

SEDIMENTOLOGI

ACARA 6 : STRUKTUR SEDIMEN

OLEH :
VINOLIA GRANETSYA
F 121 17 020

PALU
2019

Anda mungkin juga menyukai