Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah batimetri berasal dari bahasa Yunani yaitu Bathy- yang berarti
kedalaman dan -metry yang berarti ilmu ukur, sehingga batimetri didefinisikan
sebagai pengukuran dan pemetaan dari topografi dasar laut (Pipkin et.al., 1977).
Batimetri merupakan ukuran tinggi rendahnya dasar laut dimana peta batimetri
memberikan infomasi mengenai dasar laut (Nurjaya, 1991). Pemanfaatan peta
batimetri dalam bidang kelautan misalnya dalam penentuan alur pelayaran,
perencanaan bangunan pantai, pembangunan jaringan pipa bawah laut dsb
(Fauzi,2009).
Batimetri merupakan unsur serapan yang secara sederhana dapat
diartikan sebagai kedalaman laut. Dari Kamus Hidrografi yang dikeluarkan oleh
Organisasi Hidrografi Internasional (International Hydrographic Organization,
IHO) tahun 1994, Batimetri adalah penentuan kedalaman laut dan hasil yang
diperoleh dari analisis data kedalaman merupakan konfigurasi dasar laut
(Anonim, 2013).
Alat yang biasa digunakan adalah Echosounder dimana alat ini merekam
waktu bolak balik yang ditempuh oleh pulsa suara dari permukaan hingga dasar
perairan. Dengan mengetahui cepat rambat gelombang bunyi di dalam air (V) dan
waktu tempuh untuk menangkap kembali gelombang bunyi yang dilepaskan (t),
maka diperoleh kedalaman perairan (s) (Hutabarat, 1986).
Awalnya, batimetri mengacu kepada pengukuran kedalaman samudra.
Teknik-teknik awal batimetri menggunakan tali berat terukur atau kabel yang
diturunkan dari sisi kapal. Pengukuran dalam satu waktu sehingga dianggap tidak
efisien. Teknik tersebut juga menjadi subjek terhadap pergerakan kapal dan
arus.Survey batimetri dmaksudkan untuk mendapatkan data kedalaman dan
konfigurasi/topografi dasar laut, termasuk lokasi dan luasan obyek-obyek yang
mungkin membahayakan (Fauzi,2009).
Adapun bentuk-bentuk dasar laut menurut Ross (1970) adalah :
 Ridge dan Rise merupakan suatu proses peningggian yang terdapat di atas lautan
(sea floor), hampir serupa dengan gunung-gunung di daratan. Ridge lerengnya
lebih terjal daripada rise.
 Trench adalah bagian laut yang terdalam. Disebut juga palung yang sempit
dengan sisi yang curam.
 Basin yaitu depresi atau cekungan yang berbentuk bulat dan lonjong.
 Island Arc merupakan kumpulan pulau-pulau seperti Kepulauan Indonesia yang
mempunyai perbatasan dengan benua, tetapi memiliki asal yang berbeda.
 Mid Oceanic Vulcanic Island merupakan pulau-pulau vulkanik yang terdapat
ditengah-tengah lautan.
 Atol merupakan pulau-pulau yang sebagian atau keseluruhannya tenggelam di
bawah permukaan air. Batuan yang terdapat di daerah ini umunya didominasi
oleh terumbu karang mati maupun hidup yang berbentuk seperti cincin
mengelilingi dan sebuah lagoon.
 Seamount dan Guyot merupakan gunung-gunung berapi yang muncul dari dasar
lautan, tetapi tidak mencapai ke permukaan.

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar praktikan dapat memngetahui kedalaman air laut
disekitar daerah penelitian untuk menghasilkan sebuah peta batimetri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Awalnya, batimetri mengacu kepada pengukuran kedalaman samudra.Teknik-


teknik awal batimetri menggunakan tali berat terukur atau kabel yang diturunkan dari
sisi kapal. Keterbatasan utama teknik ini adalah hanya dapat melakukan satu
pengukuran dalam satu waktu sehingga dianggap tidak efisien. Teknik tersebut juga
menjadi subjek terhadap pergerakan kapal dan arus. Sekarang ini, peta batimetri ini
dapat divisualisasikan dalam tampilan 2 dimensi maupun 3 dimensi. Visualisasi
tersebut dapat dilakukan karena perkembangan teknologi yang semakin maju,
sehingga penggunaan komputer untuk melakukan kalkulasi dalam pemetaan mudah
dilakukan. Data batimetri dapat diperoleh dengan penggunaan teknik interpolasi
untuk pendugaan data kedalaman untuk daerah-daerah yang tidak terdeteksi
merupakan hal mutlak yang harus diperhatikan. Teknik interpolasi yang sering
digunakan adalah teori Universal Kriging dan teori IRFK (Wikipedia, 2013).
Sebuah peta batimetri umumnya menampilkan relief lantai atau dataran
dengan garis-garis kontor (contour lines) yang disebut kontor kedalaman (depth
contours atau isobath), dan dapat memiliki informasi tambahan berupa informasi
navigasi permukaan. Di daratan, garis kontur menghubungkan tempat-tempat
berketinggian sama, sedangkan kontur pada batimetri menghubungkan tempat-tempat
dengan kedalaman sama di bawah permukaan air. Penggukuran kedalaman juga
berpengaruh pada cahaya (kecerahan). Cahaya matahari merupakan sumber energi
bagi kehidupan jasad hidup diperairan. Cahaya matahari dibutuhkan oleh tumbuhan
air dimana untuk proses fotosintesis. Cahaya yang jatuh dipermukaan air sebagian
akan dipantulkan dan sebagian lagi akan diserap. Cahaya yang diserap akan diubah
menjadi panas. Cahaya inilah yang nantinya akan menentukan kecerahan suatu
perairan (Anonim, 2013).
Kedalaman penetrasi cahaya dialam laut bergantung pada beberapa faktor
antara lain absorpsi cahaya oleh air, panjang gelombang cahaya, kecerahan air,
pemantulan cahaya oleh permukaan laut, lintang geografik dan musim. Peta batimetri
dalam aplikasinya memiliki banyak manfaat dalam bidang teknik sipil dan kelautan
antara lain penentuan jalur pelayaran yang aman, perencanaan bangunan pinggir
pantai dan lepas pantai, pendeteksian adanya potensi bencana tsunami di suatu
wilayah, dan pertambangan minyak lepas pantai. Selain itu, peta batimetri diperlukan
untuk mengetahui kondisi morfologi suatu daerah perairan. Karena kondisi laut yang
sangat dinamis, peta batimetri harus selalu di-update dengan perubahan dan
perkembangan kondisi perairan tersebut (Fauzi,2009).
Pengukuran kedalaman perairan secara konvensional dilakukan dengan
menggunakan metode batu duga, namun metode ini memiliki kelemahan terutama
hasil yang kurang akurat. Kemajuan teknologi yang semakin pesat membuat metode
ini sudah muali ditinggalkan dan beralih ke metode pengukuran kedalaman yang
mnenggunaka prinsip perambatan gelombang bunyi (Fauzi,2009).
Alat yang biasa digunakan adalah Echosounder dimana alat ini merekam
waktu bolak balik yang ditempuh oleh pulsa suara dari permukaan hingga dasar
perairan. Dengan mengetahui cepat rambat gelombang bunyi di dalam air (V) dan
waktu tempuh untuk menangkap kembali gelombang bunyi yang dilepaskan (t), maka
diperoleh kedalaman perairan (s) (Fauzi,2009).

Penentuan Batimetri
Metode Akustik
Metode akustik merupakan proses-proses pendeteksian target di laut dengan
mempertimbangkan proses-proses perambatan suara; karakteristik suara (frekuensi,
pulsa, intensitas); faktor lingkungan / medium; kondisi target dan lainnya. Aplikasi
metode ini dibagi menjadi 2, yaitu sistem akustik pasif dan sistem akustik
aktif. Salah satu aplikasi dari sistem aplikasi aktif yaitu Sonar yang digunakan untuk
penentuan batimetri.Sonar (Sound Navigation And Ranging): Berupa sinyal akustik
yang diemisikan dan refleksi yang diterima dari objek dalam air (seperti ikan atau
kapal selam) atau dari dasar laut. Bila gelombang akustik bergerak vertikal ke dasar
laut dan kembali, waktu yang diperlukan digunakan untuk mengukur kedalaman air,
jika c juga diketahui (dari pengukuran langsung atau dari data temperatur, salinitas
dan tekanan).Ini adalah prinsip echo-sounder yang sekarang umum digunakan oleh
kapal-kapal sebagai bantuan navigasi. Echo-sounder komersil mempunyai lebar sinar
30-45o vertikal tetapi untuk aplikasi khusus (seperti pelacakan ikan atau kapal selam
atau studi lanjut dasar laut) lebar sinar yang digunakan kurang 5o dan arahnya dapat
divariasikan. Walaupun menunjukkan pengaruh temperatur, salinitas dan tekanan
pada laju bunyi dalam air laut (1500 ms-1) relatif kecil dan sedikit perubahan pada c
dapat menyebabkan kesalahan pengukuran kedalaman dan kesalahan sudut akan
menambah keburukan resolusi (Seandy.2010)
Teknik echo-sounding untuk menentukan kedalaman dan pemetaan dasar laut
bertambah maju dengan berkembangnya peralatan sonar seperti SeaBeam dan
Hydrosweep yang merupakan sistem echo-sounding multi-beam yang menentukan
kedalaman air di sepanjang swath lantai laut di bawah kapal penarik, menghasilkan
peta-peta batimetri yang sangat detail. Sidescan imaging system, sperti GLORIA
(Geological Long Range Inclined Asdic), SeaMARC, dan TOBI (Towed Oceand
Bottom Instrument) menghasilkan fotografi aerial yang sama atau citra-citra radar,
menggunakan bunyi atau microwave. Echo-sounding banyak juga digunakan oleh
nelayan karena ikan menghasilkan echo, dan kawanan ikan atau hewan lain dapat
dikenali sebagai lapisan-lapisan sebaran dalam kolom air (Seandy,2010).

Satelit Altimetri
Altimetri adalah Radar (Radio Detection and Ranging) gelombang mikro
yang dapat digunakan untuk mengukur jarak vertikal antara permukaan bumi dengan
wahana antariksa (satelit atau pesawat terbang). Pengukuran ini dapat menghasilkan
topografi permukaan laut sehingga dapat menduga geoid laut, arus permukaan dan
ketinggian gelombang. Inderaja altimetri untuk topografi permukaan laut pertama kali
dikembangkan sejak peluncuran SKYLAB dengan sensor atau radiometer yang
disebut S-193. Satelit altimetri yaitu : GEOS-3, SEASAT, ERS-1, dan yang terakhir
yang sangat terkenal adalah TOPEX/POSEIDON. Satelit terakhir ini adalah satelit
misi bersama antara Amerika Serikat (NASA) dengan Perancis (Fauzi,2009).
Satelit altimetri memiliki prinsip penggambaran bentuk paras laut dimana
bentuk tersebut menyerupai bentuk dasar laut dengan pertimbangan gravitasi yang
mempengaruhi paras laut dan hubungan antara gravitasi dan topografi dasar laut yang
bervariasi sesuai dengan wilayah. Satelit altimetri juga memberikan bentuk gambaran
paras muka laut. Satelit ini mengukur tinggi paras muka laut relatif terhadap pusat
massa bumi. Sistem satelit ini memiliki radar yang dapat mengukur ketinggian satelit
di atas permukaan laut dan sistem tracking untuk menentukan tinggi satelit pada
koordinat geosentris. Satelit Altimetri diperlengkapi dengan pemancar pulsa radar
(transmiter), penerima pulsa radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi
(Seandy,2010).
Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-
pulsa gelombang elektromagnetik (radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut
dipantulkan balik oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit. Informasi
utama yang ingin ditentukan dengan satelit altimetri adalah topografi dari muka
laut. Hal ini dilakukan dengan mengukur ketinggian satelit di atas permukaan laut
dengan menggunakan waktu tempuh dari pulsa radar yang dikirimkan kepermukaan
laut, dan dipantulkan kembali ke satelit (Seandy,2010).

Kontur Batimetri
Bentuk kontur batimetri dari plot hasil sounding diamati sesuai dengan aturan-
aturan sederhana sederhana. Garis kontur tidak pernah saling
berpotongan/melewati/tumpang tindih satu sama lainnya. Contoh,jika garis kontur
100 meter adalah gambaran garis lepas pantai ke sambungangaris pantai,semua
kedalaman 100 m harus pada garis tersebut dan semua hasil sounding yang lebih
dangkal dari 100 m harus di antara garis kontur tersebut dan pantai. Jika hasil
sounding lebih besar dari 100 m yang ditemui di wilayah yang dilukiskan dengan
kontur tersebut,letak garis-garis harus disesuaikan.
Asas yang sama digunakan untuk letak dari garis ysng bertambah kedalamannya.
Wilayah garis antara 100-200 m tidak harus memuat titik-titik kurang dari 100 m atau
lebih dari 200 m. Jarak penutup antara kontur-kontur menunjukkan suatu slope yang
curam atau suatu kecuraman diubah menjadi kedalaman. Akhirnya garis kontur
menutup diatasnya. Kontur-kontur yang sedikt menonjol dapat tertutup di dalam
daerah peta,sehingga ujungnya bergabung/menyatu,sedangkan kontur-kontur yang
lebih besar akan menonjol dan menutup turunan wilayah peta (Hutabarat,1986).
Kita dapat memperleh topografi dari peta kontur ataupun peta laut dengan
membentuk atau membangun suatu topografi sepanjang garis pilihan atau
lintasan.Profil adalah seperti suatu grafik kedalaman dasar laut yang diplotkan secara
vertical dan jaraknya diplotkan secara horizontal. Berdasarkan hasil penggambaran
tersebut akan diperoleh bentuk-bentuk dasar laut (Hutabarat,1986).
Bentuk-bentuk dasar laut terdiri dari :
• Ridge dan Rise
Ini adalah suatu bentuk proses peninggian yang terdapat di atas laut ( sea floor)
yang hampir serupa dengan adanya gunung-gunung di daratan
• Trench
Bagian laut yang terdalam dengan bentuk seperti saluran seolah-olah terpisah
sangat dalam yang terdapat di perbatasan antara benua.
• Abyssal Plain
Daerah yang relatif tebagi rata dari permukaan bumi yang terdapat dibagian sisi
yang mengarah ke daratan.
• Continetal Island
Beberapa pulau yang menurut sifat geologisnya bagian dari massa tanah daratan
benua besar yang kemudian terpisah
• Island Arc (kumpulan pulau-pulau)
Kumpulan pulau-pulau seperti indonesia yang mempunyai perbatasan dengan benua
• Mid-Oceanic Volcanic Island
Pulau-pulau vulkanik yang terdapat di tengah-tengah lautan. Terdiri dari pulau-
pulau kecil, khususnya terdapat di Lautan pasifik
• Atol-atol
Daerah yang terdiri dari kumpulan pulau-pulau yang sebagian besar tenggelam di
bawah permukaan laut dan berbentuk cincin.
• Seamout dan guyot
Gunung-gunung berapi yang mucul dari dasar lantai lautan tetapi tidak mencapai
permukaan laut ( Hutabarat,1986).

Anda mungkin juga menyukai