Anda di halaman 1dari 3

Di komplek yang padat tinggallah sepasang suami istri yang sudah tua.

Mereka tinggal
bersama, karena anak – anaknya sedang pergi ke perantauan.

Di waktu PAGI hari suaminya sedang duduk diteras.

Kakek : Ma. Ambilkan papa kopinya dong!


Nenek : Janganlah kamu panggil aku ma. Kita ini sudah tua, sudah kakek nenek. Anak – anak
kita juga sudah pada dewasa dan sudah memiliki anak.
Kakek : Ya sudah kalau begitu, nek ambilkan kakek kopinya!
Nenek : Memangnya aku terlihat tua apa? Sehingga kamu panggil aku nenek?
Kakek : Loh, bagaimana sih? Dipanggil mama tidak mau, dipanggil nenek marah!

Tetangga yang mendengar kegaduhan mereka ikut menimpali.

Pak Sukri : Kalian itu selalu bertengkar ya seperti muda – mudi yang masih pacaran.
Kakek : Maunya sih gitu pak sukri, tapi apa daya kulit sudah mengendur.
Bu Sukri : Memangnya kalau kulit mengendur disebut tua ya pak?
Nenek :Dia itu selalu berlagak seperti anak muda, padahal mengangkat kursi saja kentutnya
keluar.

Pada waktu menjelang siang tiba – tiba datang Bu Karni dan anak pertamanya, suami istri
tersebut bergabung dengan Yuli beserta Pak Karni suami Bu Karni mengunjungi orang tua
dan kakeknya. Karni membawa oleh – oleh luar kota untuk kedua orang tuanya.

Yuli : Kakek memang pikun, baru minggu yang lalu kami kemari.
Nenek : Dia memang pikun, kadang sampai lupa kalau dia sudah makan sampai enam kali
sehari.
Pak Karni : Wah, kalau bapak makannya banyak begitu akan gendut seperti pemain sumo
Bu Karni : Kalau badan bapak gendut ibu nanti disenggol sedikit langsung melayang.
Nenek : Huuusss, kamu kira ibu tidak punya kekuatan untuk melawan badan sumo bapakmu?
Tenaga ibu masih kuat seperti anak muda.
Bu Sukri : Ternyata suami istri sama saja, tidak mau kalah mengaku muda.
Pa Sukri : Ya begitulah bu, mereka itu kaya ABG jaman now.
Setelah itu kakek, nenek, anak beserta cucunya memasuki rumah, dan langsung berbincang –
bincang diruang tamu.

Yuli : Apa kabar kek, nek?


Nenek : Alhamdulillah nenek masih sehat, tidak tau tuh kakekmu sudah tua begitu masih saja
berlagak seperti anak muda.
Kakek : Jangan percaya kata nenek mu yul, kakek begini juga masih kuat loh. Walaupun kulit
kakek sudah mengendur.
Yuli : Iya deh kek, yuli percaya ke kakek dan nenek.
Nenek: Kamu gimana yul sekolahnya lancar?
Yuli : Alhamdulillah nek lancar, berkat belajar dengan sungguh – sungguh yuli mendapatkan
beasiswa sampai kuliah.
Nenek : Syukur kalau begitu, tapi kamu jangan sampai keberhasilanmu melupakan kerja
keras orang tuamu dan guru – guru yang mengajarimu
Yuli : Iya nek, makasih nasehatnya.
Bu Karni : Dengerkan tuh kata nenekmu yul, jangan sampai ibu dan ayahmu menangis
karena kelakuanmu, tapi ibu dan ayahmu akan menangis bahagia atas kesuksesan mu,
ingat itu nak.
Pak Karni : Iya yul, kamu sekolah yang paling penting adalah kejujuran, karena kalau
mengandalkan kepintaran itu akan sia – sia kalau kamu bohong, dan jangan sampai
kepintaranmu membohongi orang – orang disekitarmu.
Kakek : Iya tuh benar kata orang tuamu, jangan sampai lupa yul nasehat dari kakek, nenek
dan ayah ibumu.
Yuli : Iya kek, nek, ayah dan ibu, yuli akan ingat selalu.

Setelah SORE Pak Karni, Bu Karni dan anaknya pergi lagi meninggal Kakek dan Nenek.

Kakek : Begitu bahagia ya nek melihat mereka sudah mempunyai anak yang nurut sama
orang tuanya, padahal masih banyak seumuran dia yang suka bandel kalau
diomongin.
Nenek : Iya kek, semoga mereka selalu bahagia. Walaupun kakek dan neneknya selalu
bertengkar kaya anak muda.
Kakek : Iya, seharusnya kita lebih menyadari bahwa umur kita sudah tidak muda lagi, dan
harus lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
Nenek : Iya kek, mari kita nikmati masa tua dengan beribadah.

Akhirnya Kakek dan Nenek itu bahagia walaupun selalu bertengkar tapi mereka sudah sadar
setelah anak – anak dan cucunya mengunjungi mereka. TAMAT

Anda mungkin juga menyukai