SKENARIO C BLOK 22
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang
berjudul “Laporan Tutorial Skenario C Blok 22” sebagai tugas kompetensi
kelompok.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna.Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan syukur,
hormat, dan terima kasih kepada :
1. Tuhan yang Maha Esa, yang telah merahmati kami dengan kelancaran
diskusi tutorial,
2. dr. Khalif Anfasa, Sp.OGselaku tutor kelompok B7
3. Teman-teman sejawat FK Unsri, terutama kelas PSPD Beta 2016
Semoga Tuhan memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan
tutorial ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan.Semoga
kita selalu dalam lindungan Tuhan.
Kelompok B7
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................iii
Kegiatan Diskusi ................................................................................................ 4
Skenario .............................................................................................................. 5
I. Klarifikasi Istilah ..................................................................................... 6
II. Identifikasi Masalah ................................................................................ 7
III. Analisis Masalah ..................................................................................... 8
IV. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan ............................................................ 29
V. Sintesis .................................................................................................. 30
VI. Kerangka Konsep .................................................................................. 59
VII. Kesimpulan............................................................................................ 60
Daftar Pustaka ................................................................................................... 61
iii
KEGIATAN DISKUSI
4
SKENARIO C BLOK 22 TAHUN 2019
Mrs. A is a 40-year-old G7P6A0 woman brought to a midwife by a traditional brith
attendant due to failure to deliver the baby after pushing for 2 hours. She was put
on oxytocin drip and deliveried a 4100-gram infant by spontaneouse delivery 3
hours ago with the assistance of them midwife. The placenta was delivered
spontaneusely and intact. She recived episiotomy and had it repaired. After
delivery, she complained of massive vaginal bleeding and was brought to a
hospital. Due to the absesce of the OBGYN, she was referred to moh. Hoesin
hospital. The estimed blood losee at the time of delivery was 500 cc. At the
hospital, the patient looked pale, weak, and drowsy. He prenatal course was
uncomplicated and had no significant medical history. She had no history of
previous contraception.
Sense: somnolen
Obstetric examination
Outer examination : abdomen flat, soft, uterine fundus palpable at the level of
umbilicus, uterine contraction was poor, active vleeding (+)
Inspeculo : portio livide, external uterine ostium was opened, flour (-), fluxus (+),
active bleeding, erosion (+), laceration (+), repaired, polyp (-)
Lab : Hb 4,7 g/dL; PLT: 225.000 /mm3 WBC: 20.600/mm3, BT/CT : 3 minutes/12
minutes ureum: 48.5 mg/dL; creatinine: 1.10 mg/dL.
5
I. Klarifikasi Istilah
No Istilah Klarifikasi Istilah
1 Episiotomy insisi bedah pada perineum dan vagina untuk
mencegah robekan traumatik selama
persalianan.
2 Vaginal bleeding keluarnya darah dari vagina.
3 Pale salah satu pendanda terjadinya anemia.
4 Weak lemah tidak bertenaga.
5 Drowsy mengantuk/lethargi /setengah tidur.
6 Oxytocin drip obat yang serupa dengan hormon pada
manusia yang berfungsi untuk merangsang
kontraksi yang kuat pada dinding uterus
sehinga mempermudah dalam proses
pelahiran yang diberikan dalam bentuk
tetesan.
7 G7P6A0 gestasi 7 partus 6 abortus 0 : artinya hamil 7
kali, leharikan 6 kali tidak pernah abortus.
8 Spontaneous delivery persalinan bayi dari vagina tanpa bantuan
mekanis dari aspirator / vacum/ forcep
obstetri.
9 Contraception pencegahan konsepsi atau kehamilan.
10 BT bleeding time : lamanya keluarnya darah dari
pembuluh darah yang cedera.
11 CT waktu yang di perlukan darah untuk
membeku.
6
II. Identifikasi Masalah
No. Pernyataan
Mrs. A is a 40-year-old G7P6A0 woman brought to a midwife by a
1. traditional brith attendant due to failure to deliver the baby after
pushing for 2 hours.
She was put on oxytocin drip and deliveried a 4100-gram infant by
spontaneouse delivery 3 hours ago with the assistance of them
2.
midwife. The placenta was delivered spontaneusely and intact. She
recived episiotomy and had it repaired.
After delivery, she complained of massive vaginal bleeding and was
brought to a hospital. Due to the absesce of the OBGYN, she was
3. referred to moh. Hoesin hospital. The estimed blood losee at the
time of delivery was 500 cc. At the hospital, the patient looked pale,
weak, and drowsy.
He prenatal course was uncomplicated and had no significant
4.
medical history. She had no history of previous contraception.
In the examination findings:
7
III. Analisis Masalah
1. Mrs. A is a 40-year-old G7P6A0 woman brought to a midwife by a
traditional brith attendant due to failure to deliver the baby after
pushing for 2 hours.
a. Apa hubugan usia dan multiparitas dengan keluhan pada Mrs. A ?
Jawab:
Umur reproduksi yang ideal bagi wanita untuk hamil dan melahirkan
adalah 20-35 tahun, pada umur 35 tahun keatas elastisitas otot-otot
panggul dan sekitarnya serta alat-alat reproduksi pada umumnya telah
mengalami kemunduran sehingga dapat mempersulit persalinan dan
selanjutnya dapat menyebabkan kematian pada ibu.Elastisitas jaringan
juga akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia.
Umur yang lebih dari 35 tahun dan grande multipara (kehamilan lebih
dari 4 kali) meningkatkan insiden terjadinya perdarahan pasca
persalinan. BB 4100 gram menandakan bahwa terjadi makrosomia
yang dapat menyebabkan regangan otot uterus sehingga kontraksi otot
pada uterus menjadi tidak adekuat dan akhirnya menyebabkan atonia
uteri. Selain itu, faktor lain yakni penolong persalinan dalam kasus
mungkin saja melakukan proses persalinan dengan cara memijat uterus
dan mendorongnya kebawah untuk mengeluarkan bayi, mengeluarkan
plasenta, tapi dengan teknik yang salah.
8
Partus lama
Pembesaran uterus yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada
kehamilan kembar, hidramnion atau janin besar
Multi paritas
Anestesi yang dalam
Anestesi lumbal
d. Bagaimana mekanisme terjadinya kegagalan persalianan pada kasus ?
Jawab:
Faktor risiko (Grande multipara, usia 40 tahun) uterus menjadi
fibrotik mengurangi daya kontraksi dan retraksi uterus tonus
miometrium menurun ditambah dengan janin besarpendorongan
janin untuk membuka diafragma pelvis dan vulva menurun
kegagalan dalam persalinan
9
Gambar : Gerakan Utama Mekanisme Persalinan
a. Turunnya kepala (Engagement)
Sebetulnya janin mengalami penurunan terus-menerus dalam
jalan lahir sejak kehamilan trimester III, antara lain masuknya
bagian terbesar kepala janin ke dalam Pintu Atas Panggul (PAP)
yang pada primigravida terjadi pada usia kehamilan 36 minggu
dan pada multigravida 38 minggu.
10
Tabel Penurunan Kepala dan Perlimaan Dalam Persalinan
b. Fleksi
Pada permulaan persalinan kepala janin biasanya berada dalam
sikap fleksi. Dengan adanya his atau tahanan dari dasar panggul
yang makin besar, maka kepala janin akan makin turun dan
semakin fleksi sehingga dagu janin menekan dada dan belakang
kepala (oksiput) menjadi bagian terbawah, keadaan ini
dinamakan fleksi maksimal.
c. Putaran paksi dalam
Makin turunnya kepala janin dalam jalan lahir, kepala janin
akan berputar sedemikian rupa sehingga diameter terpanjang
rongga panggul atau diameter antero posterior kepala janin akan
bersesuaian dengan diameter terkecil tranversal (oblik) Pintu
Atas Panggul, dan selanjutnya dengan diameter terkecil antero
posterior Pintu Bawah Panggul.
Hal ini dimungkinkan karena pada kepala jainin terjadi gerakan
spiral atau seperti skrup sewaktu turun dalam jalan lahir. Bahu
tidak berputar bersama-sama dengan kepala, sehingga sumbu
panjang bahu dengan sumbu panjang kepala akan membentuk
11
sudut 450. Keadaan demikian disebut putaran paksi dalam dan
ubun-ubun kecil berada di bawah symfisis.
d. Ekstensi
Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai didasar
panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi kepala. Hal ini
disebabkan karena sumbu jalan lahir pada Pintu Bawah Panggul
mengarah ke depan dan ke atas, sehingga kepala harus
mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
e. Putaran paksi luar
Setelah ekstensi kemudian diikuti dengan putaran paksi luar
yang pada hakikatnya kepala janin menyesuaikan kembali
dengan sumbu panjang bahu, sehingga sumbu panjang bahu
dengan sumbu panjang kepala janin berada dalam satu garis
lurus.
f. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah
symfisis dan menjadi hipomoklion untuk kelahiran bahu
belakang. Kemudian bahu belakang menyusul dan selanjutnya
seluruh tubuh bayi lahir searah dengan paksi jalan lahir.
12
cm). Durasi waktu berlangsung selama kira-kira 12 jam untuk
primigravida dan 8 jam untuk multigravida.
Kala I dibagi menjadi 2 fase yakni: fase laten dan fase aktif
- Fase laten dimulai dari saat ibu mersakan kontraksi teratur
berakhir dengan dilatasi serviks hingga mencapai bukaan
serviks 3 cm. durasi waktu kira-kira 8 jam.
- Fase aktif dimulai dari bukaan serviks 4-10 cm. umumnya
berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi 3 periode
o Periode akselerasi (berlangsung sealama 2 jam) dimulai
dari bukaan 3-4 cm
o Periode dilatasi (berlangsung sealama 2 jam) dimulai dari
bukaan 4-9 cm
o Periode deselerasi (berlangsung sealama 2 jam) dimulai
dari bukaan 9-10 cm
13
o Parturien tidak diperkenankan mengejan.
Kala II
Menurut JNPK-KR Depkes RI, tanda dan gejala kala dua persalinan
adalah:
14
dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau
dengan tekanan pada fundus uteri.
Kala IV
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
post partum
Menurut Manuaba (2010; h. 174, 192), Kala IV dimaksud-kan
untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum paling
sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang harus dilakukan
adalah:
o Kesadaran penderita, mencerminkan kebahagiaan karena
tugasnya untuk melahirkan bayi telah selesai.
o Pemeriksaan yang dilakukan: tekanan darah, nadi, pernafa-
san, dan suhu; kontraksi rahim yang keras; perdarahan yang
mungkin terjadi dari plasenta rest, luka episiotomi,
perlukaan pada serviks; kandung kemih dikosongkan,
karena dapat mengganggu kontraksi rahim.
o Bayi yang telah dibersihkan diletakan di samping ibunya
agar dapat memulai pemberian ASI.
o Observasi dilakukan selama 2 jam dengan interval pemerik-
saan setiap 2 jam.
o Bila keadaan baik, parturien dipindahkan ke ruangan inap
bersama sama dengan bayinya.
Jawab:
15
jantung, paru-paru, atau ginjal. Nyawanya juga bias terancam
jika tidak mendapatkan oksigen yang memadai.
Ritme detak jantungnya melemah atau deselerasi. Bahaya atau
tidaknya kondisi ini ditentukano leh jenisnya. Jika detak
jantungnya melemah atau mengalami deselerasi dini, maka
kondisi tidak dalam bahaya.Namun, jika telah mencapai
deselerasi akhir atau variabel, bias jadi ada sesuatu tidak
normal yang menimpa bayi.
Keracunan zat berbahaya yang mencemari air ketuban. Stress
akibat persalinan yang terlalu lama bias membuat janin
berisiko terpapar zat berbahaya dari air ketuban yakni
meconium. Ini adalah tinja pertama yang diproduksi oleh bayi
usai lahir. Jika dia mengeluarkannya saat masih di dalam
rahim, meconium bisamen cemari air ketuban dan
terhirupolehnya. Jika hal tersebut terjadi, gangguan pernapasan
serius bias menimpanya.
Mengalami infeksi. Infeksi yang bias terjadi ketika persalinan
berlangsung terlalu lama yaitu korioamnionitis.
Kematian ibu terkait erat dengan penolong persalinan dan
tempat/fasilitas persalinan. Persalinan yang ditolong tenaga
kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko
kematian ibu. Demikian pula dengan tempat/fasilitas, jika
persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan, juga akan semakin
menekan risiko kematian ibu. Persalinan yang dilakukan di
dukun bias membahayakan jika dukun tidak memiliki ilmu
yang cukupu ntukmembantu persalinan misalnya bagaimana
jika seorang wanita hamil memilliki riwayatp enyakit seperti
hipertensi, DM dll.
16
a. Apa makna klinis dari kalimat di atas ?
Jawab:
Oksitosin diberikan guna memperkuat kontraksi otot Rahim dan
menginduksi persalinan. Pelaksanaan episiotomy dilakukan karena
adanya indikasi.
b. Bagaimana interpretasi dari ukuran berat badan bayi lahir 4100 dan
berapa BB normal bayi baru lahir ?
Jawab:
BB normal bayi baru lahir adalah 2500 – 4000 gram,padakasusBB
bayi 4100 g menandakan bahwa terjadi makrosomia yang dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan regangan pada miometrium
sehingga memudahkan terjadinya atonia uteri lalu tidak terjadi
kontraksi uterus setelah plasenta dilahirkan dan menyebabkan
terjadinya perdarahan massif.
17
- Janin mati
Indikasi ibu
18
f. Apa indikasi di lakukannya episiotomy pada kasus ?
Jawab:
19
Ukuran bayi yang besar atau Makromsomnia.
20
d. Bagaimana mekanisme pale weak, drowsy ?
Jawab:
Faktor risiko (Grande multipara, usia 40 tahun) uterus menjadi
fibrotik mengurangi daya kontraksi dan retraksi uterus atonia
uteri kegagalan miometrium untuk berkontraksi pembuluh darah
yang terbuka pasca plasenta terlepas dari tempat inseri tidak dapat
dijepit oleh miometrium perdarahan post partum penurunan
jumlah cairan intravaskuler jumlah hemoglobin darah menurun
suplai oksigen ke jaringan menurun hipoksia jaringan pale, weak,
drowsy
21
4. Ambil sampel darah untuk dilakukan pemeriksaan Hb. (gunannya
untuk menentukan tingaktan anemia dan jumlah pemberian tranfusi
darah).
5. Kemudian temukan etiologi atau penyebab terjadinya Pendarah
Pasca Persalinan. Selama menemukan etiologi tetap
MONITORING tanda vital.
- Pemeriksaan fisik. Lakukan inspeksi dan palpasi abdominal
o Periksa jalan lahir (adakah laserasi atau ruptur)
o Periksa kelengkapan plasenta yang keluar
o Nilai fundus uteri apakah teraba/ tidak. Menentukan adanya
bendungan cairan (darah) pada kavum uteri.
o Lakukan palpasi uterus. Nilai apalah uterus teraba lembek,
boggy, dan rileks (manifestasi Perdarahan Pasca Persalinan
karena hipotonia/atonia uteri)
- Pemeriksaan Laboratorium
o Pemeriksaan Darah Lengkap
o Faktor Koagulasi
o Urea dan Elektrolit
- Jika pemeriksaan di atas tidak memungkinkan atau responsif
maka dilakukan pemeriksaan USG (menilai pendarahan karena
penyebab lainnya seperti intraperitoneal, ruptur uteri atau
retensi palsenta)
6. Setelah hasil Lab (Hemoglobin) keluar
o Jika Hb < 8 g/dl maka lakukan transfusi darah Whole Blood
atau PRC
Jumlah darah yang diberikan dapat dinilai dengan rumus
berikut:
(Hb Target – Hb sekarang) x BB x Jenis darah
Jenis darah:
PRC x 3
Whole Blood x 6
22
Pemberian transfusi dilakukan secara perlahan agar tidak
terjadi peningkatan beban jantung mendadak.
Pasang kateter Fooley untuk mengawasi fungsi ginjal dan
urine output
o Jika nilai Hb belum keluar, lihat klinis Lab untuk
menentukan derajat anemia. Lakukan transfusi jika Anemia
Berat.
7. Setelah Tanda-tanda vital sudah stabil. Lakukan tatalaksana khusus
Atonia Uteri
23
- Ligasi arteri uterine dan ovalica
- Histrektomi subtotal
24
respon
psikomotor
yang lambat,
mudah tertidur,
namun
kesadaran dapat
pulih bila
dirangsang
dengan nyeri,
mampu
memberi
jawaban verba
3 TD 70/40 mmHg Sistole 90-120 Hipotensi
Diastole 60-80
4 HR 121 x/min 80 -100 x/min Takikardi
5 RR 24 x/min 16 – 24 x/min Normal
Borderline
6 Temp: 36,4oC 36,6-37,2 oC Hipotermia
HR
Perdarahan penurunan volume darah eritrosit menurun
kompensasi jantung meningkatkan HR untuk memberikan
oksigenisasi dengan baik
Somnolen
Perdarahan penurunan volume darah eritrosit menurun
kompensasi dengan menurunkan fungsi tubuh (kesadaran)
somnolen
Tempratur
Perdarahan penurunan volume darah eritrosit menurun
kompensasi dengan mengurangi aliran ke jaringan tubuh dan
memfokuskan untuk pendarahan ke organ-organ vital
metabolisme di perifer menurun temperatur tubuh turun.
25
6. Obstetric examination
Outer examination : abdomen flat, soft, uterine fundus palpable at the
level of umbilicus, uterine contraction was poor, active vleeding (+)
Inspeculo : portio livide, external uterine ostium was opened, flour (-),
fluxus (+), active bleeding, erosion (+), laceration (+), repaired, polyp
(-)
a. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan obstetri di atas ? ziana, desi
Jawab:
26
Bayi berukuran besar + manipulasi oleh penolong (mendorong uterus)
ruptur uteri gangguan kontraksi uterus atoni uteri uterus
tidak berkontraksi setelah plasenta dilahirkan arteri tidak terjepit
perdarahan tidak berhenti perdarahan masif post partum.
27
Perdarahanpenurunan volume daraheritrositmenurun HB 4,7
g/dL
28
IV. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan
What I
Pokok What I What I have How will I
No don’t
Bahasan Know to prove learn
know
Jurnal
Mekanisme Istilah dalam Mekanisme
2. Persalinan proses - Persalinan
Normal persalinan Lengkap
Textbook
Epidemiologi
Etiologi
Faktor risiko
Pemeriksaan Algoritma Organisasi
penunjang penegakan Klasifikasi (Pakar
diagnosis Patogenesis Ahli)
Perdarahan Diagnosis
banding Tatalaksana Patofisiologi
3. postpartum
farmako
Definisi
(PPP/ PPS) dan non Manifestasi
SKDI farmako klinis
Edukasi
pencegahan
Komplikasi
Prognosis
29
V. Sintesis
ANATOMI DAN FISIOLOGI IBU HAMIL
A. Uterus
Uterus berbentuk seperti buah avokad atau buah pir yang sedikit gepeng ke
arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai
rongga. Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus
adalah 7-7.5 cm, lebar diatas 5.25 cm, tebal 2.5 cm, dan tebal dinding 1.35
cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio, yaitu
serviks ke depan dan membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus
uteri ke depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri.
Uterus terdiri atas fundusuteri, korpus uteri, dan serviks uteri. Fundusuteri
adalah bagian uterus proksimal, yaitu temoat masuknya tuba Falopii ke
uterus. Korpus uteri adalah bagian uterus yang terbesar. Rongga yang
tedapat di korpus uteri disebut kavumuteri (rongga rahim). Serviks uteri
terdiri atas parsvaginalisservisisuteri yang dinamakan porsio,
parssupravaginalisservisisuteri yaitu bagian serviks yang berada diatas
vagina.
30
bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang.
Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavumuteri.
31
pada masa proliferasi yang selanjutnya akan diikuti dengan masa-
masa sekretorik.
b. Otot-otot polos
Lapisan otot polos uterus di sebelah dalam berbentuk sirkular dan di
sebelahluar berbentuk longitudinal. Di antara kedua lapisan tersebut
terdapat lapisan otot oblik, berbentuk anyaman. Lapisan ini paling
penting dalam persalinan karena setelah plasenta lahir, otot ini akan
berkontraksi secara kuat dan akan menjepit pembuluh-pembuluh
darah yang terbuka sehingga perdarahn berhenti.
c. Serosa
Uterus terfiksasi dalam rongga pelvis oleh jaringan ikat dan
ligamentum yang menyokongnya, anatara lain ligamentum kardinal,
ligamentumsakro-uterina kiri dan kanan, ligamentumrotundum kiri
dan kanan, ligamentumlatum kiri dan kanan,
ligamentuminfundibulo-pelvikum kiri dan kanan.
32
Ligamentuminfundibulo-pelvikum kiri dan kanan
Uterus diperdarahi oleh arteri uterina kiri dan kanan yang terdiri atas
ramus asendens dan desendens, pembuluh ini berasal dari arteri
iliakainterna melalui dasar ligamentumlatum masuk ke dalam uterus.
Pembuluh darah lainyangmemperdarahi uterus adalah arteriovarika
kiri dan kanan, arteri ini berjalan dari lateral pelvis melalui
ligamentuminfundibulo-pelvikum mengikuti tuba falloppii, bergabung
dengan ramus desenden arteri uterina, diatasnya terdapat vena-vena
yang kembali melalui pleksus vena ke vena hipogastrika.
Pada saat proses persalinan, rahim merupakan tempat jalan lahir yang
sangat penting, karena otot rahim mampu mendorong janin untuk
keluar, dan otot uterus dapat menutupi darah sehingga dapat
mencegah terjadinya pendarahan pasca persalinan. Pasca melahirkan,
rahim akan kembali kebentuk semula dalam waktu 6 minggu.
B. Plasenta
33
Setelah nidasi, trofoblas akan menembus (invasi) lapisan basal
endometrium dimana terdapat pembuluh darah spiralis, kemudian
terbentuk lacuna yang berisi plasma ibu. Proses pelebaran darah arteri
spiralis sangat penting sebagai bentuk fisiologi dengan bentuk mangkuk.
Janin dan plassenta dihubungkan dengan tali pusat yang berisi 2 arteri
tersussunhelix berisi darah dengan CO2 dan 1 vena berisi darah penuh
oksigen. Tali pusat berisi massa mukopolisakarida yang disebut jeli
Wharton dan bagian luar adalah epitel amnion dengan panjang bervariasi
dari 30-90 cm. pada kehamilan aterm arus darah pada uteroplasenta
berkisar 500 – 750 ml/menit. Angiostensin II merupakan zat yang
mempertahankan arus darah uteroplasenta karena pengaruh produksi
prostasiklin. Namun pada kadar terlalu tinggi dapat menyebabkan
vasokontriksi sehingga oba-obatan ACEI kontraindikasi bagi ibu hamil.
Fungsi Plasenta
34
Pertukaran gas yang terpenting adalah transfer O2 dan CO2. Saturasi O2
pada ruang intervili plasenta adalah 90%, sedangkan tekanan parsialnya
adalah 90mmHg.
Keseimbangan asam – basa bergantung pada kadar H+, asam laktat, dan
bikarbonat pad sirkulasi janin-plasenta. Pada umumnya asidosis dapat
terjadi apabila terdapat kekurangan O2.
Asam lemak dibutuhkan oleh janin untuk pembentukan membrane sel dan
cadangan yang berguna untuk sumber energy pada eriodeneonates dini.
Janin mampu mensintesis protein dari asam amino yang dipasok lewat
plasenta. Asam amino masuk lewat plasenta dan ternyata kadarnya lebih
tinggi dari ibunya. Plasenta tidak berperan dalam sintesis protein fetus,
namun mensitesis protein ke sirkulasi ibu seperti korionik gonadotropin
dan human placentallactogen.
a. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Penunjang digunakan untuk mencari penyebab dan letak dari
terjadinya pendarahan pasa persalinan seperti :
35
- MRI: untuk melihat apakah terdapat rembesan darah ke daerah
peritoneum atau cavum douglas
- USG: untuk melihat keadaan uterus dan melihat apakah ada retensi
plasenta, inversi uterus (fundus uteri terbalik)
- Tes FDP (Fibrin Degradation Product), Protrombin, PTT (Partial
Thromboplastin Time): untuk melihat apakah ada gangguan koagulasi
darah.
36
Pemeriksaan fisik perlu dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosis. Pemeriksaan fisik akan bermakna signifikan dalam
menegakkan diagnosis jika dilakukan sedini mungkin agar mengetahui
tanda-tanda awal dari perdarahan pasca persalinan.
Perdarahan pasca persalinan dapat dimulai sebelum atau setelah
terlepasnya plasenta.Lazimnya yang terjadi bukanlah perdarahan masif
mendadak, namun perdarahan yang konstan.Efek perdarahan bergantung
pada kondisi/derajat perdarahan di mana kita memulai tindakan resusitasi,
volume darah saat tidak hamil, dan besarnya hipervolemia yang diinduksi
kehamilan.Gambaran perdarahan pasca persalinan yang dapat
menyesatkan adalah kegagalan kompensasi dari denyut nadi dan tekanan
darah hingga telah terjadi kehilangan darah dalam jumlah besar.
Wanita yang awalnya normotensif bahkan dapat menjadi hipertensif
sebagai respon terhadap perdarahan.Begitu pula, wanita yang sebelumnya
hipertensif dapat dianggap sebagai normotensif walaupun sebenarnya
berada dalam keadaan hipovolemia berat.Namun perlu diberikan
pertimbangan khusus terhadap wanita dengan preeklamsia berat dan
eklamsia, karena golongan tersebut tidak mengalami pertambahan volume
darah yang normalnya terjadi.Pada wanita hamil dengan eklamsia akan
sangat peka terhadap PPP, karena sebelumnya telah mengalami defisit
cairan intravascular dan terdapat penumpukan cairan ekstravaskular.
Sehingga, perdarahan dalam volume rendah saja dapat mempengaruhi
status hemodinamika ibu secara cepat dan memerlukan penanganan
segera sebelum terjadinya tanda-tanda syok.
Zeeman dkk.(2009) mencatat peningkatan rerata volume darah hanya
terjadi pada 10% di antara 29 wanita dengan eklamsia saat
melahirkan.Sehingga, wanita-wanita tersebut sangat sensitif atau bahkan
tidak dapat memberikan toleransi atas kehilangan darah dalam jumlah
yang dianggap normal.
Tanda paling utama adalah keluarnya darah yang berlebihan setelah bayi
lahir atau setelah plasenta lahir.Adanya darah yang mengalir deras,
kontraksi uterus lembek dan tidak membaik dengan masase, pasien segara
37
jatuh dalam keadaan syokhemoragik adalah tanda dan gejala utama
perdarahan pascasalin karena atoni uteri.Menghitung jumlah darah yang
keluar tidak mudah sehingga jumlah darah yang keluar biasanya hanya
berdasarkan perkiraan yakni dengan melihat seberapa basah kain yang
dipakai sebagai alas, bagaimana darah mengalir dan berapa lama darah
tetap mengalir.Keterlambatan dalam menentukan banyaknya darah yang
keluar bisa menimbulkan masalah yang serius.
Pada beberapa wanita, setelah melahirkan terdapat kemungkinan darah
tidak keluar per vaginam, tetapi menggumpal dalam kavitas uteri yang
dapat melebar jika darah yang terkumpul mencapai 1000 ml atau
lebih.Pada beberapa kasus, penolong dapat memijat gulungan lemak yang
teraba saat masase abdomen, sebab mungkin salah diduga sebagai uterus
pasca persalinan.
Pemeriksaan Penunjang
Penegakan diagnosis pada pasien dengan perdarahan pasca persalinan
cukup dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik, namun agar dapat
mengetahui penyebab dan menyingkirkan diagnosis banding, maka
pemeriksaan penunjang diperlukan.
c. Diagnosis banding
1) Perdarahan postpartum e.c. atonia uteri
2) Perdarahan postpartum e.c. robekanjalanlahir
3) Perdarahan postpartum e.c. retentiosisaplasenta
Berikut merupakan table penilaian klinik untuk menentukan penyebab
Perdarahan Post Partum
38
- Darah segar mengalir Pucat
segera setelah bayi
lahir Lemah
Robekan jalan
- uterus berkontraksi Menggigil lahir
dan keras
- plasenta lengkap
d. Diagnosis kerja
e. Definisi
39
f. Epidemiologi
Perdarahan pasca persalinan menjadi penyebab kematian utama ibu hamil
di seluruh dunia dengan angka kejadian sekitar 30% dari seluruh kasus
kematian ibu, setara dengan 86.000 kematian per tahun atau sepuluh
kematian setiap jam.
Di negara-negara industri, perdarahan pasca persalinan menduduki
peringkat 3 dalam penyebab utama kematian ibu, bersama dengan emboli
dan hipertensi.Sedangkan pada negara berkembang, beberapa negara
memiliki angka kematian ibu lebih dari 1000 wanita per 100.000 kelahiran
hidup. Di mana 25% dari kematian ibu disebabkan oleh perdarahan pasca
persalinan, terhitung lebih dari 100.000 kematian maternal per tahun.
g. Etiologi
1. Atonia uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal untuk
berkontraksi dan mengecil sesudah janin keluar dari rahim. Perdarahan
postpartum secara fisiologis di control oleh kontraksi serat-serat
myometrium terutama yang berada disekitar pembuluh darah yang
mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta. Atonia uteri
terjadi ketika myometrium tidak dapat berkontraksi. Pada perdarahan
karena atonia uteri, uterus membesar dan lembek pada palpusi. Atonia
uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan,
dengan memijat uterus dan mendorongnya kebawah dalam usaha
melahirkan plasenta, sedang sebenarnya bukan terlepas dari
uterus.Atonia uteri dapat ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta
lahir terdapat perdarahan aktif, bergumpal, banyak, dan pada palpasi
didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan
kontraksi yang lemah.
2. Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahir biasa terjadi pada persalinan dengan trauma.
Robekan yang biasa terjadi bisa ringan berupa lecet atau laserasi, luka
episiotomi, robekan perineum dengan derajat ringan hingga
40
rupturaperinei totalis (sfingter aniterputus), yang paling buruk adalah
ruptura uteri. Perdarahan dapat diperiksa dengan cara melakukan
inspeksi pada vulva,vagina dan serviks untuk mencari sumber
perdarahan dengan ciri darah yang merah segar. Perdarahan yang
terjadi akibat rupturuterus dapat diduga akibat proses persalinan yang
lama, uterus denganlokus minoris resistensia, adanya atonia uteri dan
tanda cairanbebas pada intraabdominal.
3. Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir
sebagian atau seluruhnya hingga atau melebihi 30 menit setelah bayi
lahir.Hal ini bisa terjadi akibat adhesi yang kuat antara plasenta dan
uterus yang akan menyebabkan terganggungnya retraksi otot dan
kontraksi otot uterus,sehinggasebagian pembuluh darahtetap terbuka
yang akan menimbulkan perdarahan. Pada kasus plasenta yang sudah
lepas daridinding uterus namun belum dilahirkan disebabkan oleh
tidak adanya usaha untuk melahirkan akibat salah penanganan kala III.
Sisa plasenta yang tertinggal merupakan penyebab 20-25% dari kasus
perdarahan postpartum.
4. Perdarahan karena gangguan pembekuan darah
Gangguan pembekuan darah dapat dicurigai bila ibu bersalin pernah
mengalami hal yang sama dan penyebab perdarahan yang lain dapat
disinggirkan. akan terjadi tendensi mudahnya terjadi perdarahan setiap
dilakukan penjahitan maka perdarahan akan merembes atau
menimbulkan terjadinya hematoma pada bekas jahitan, suntikan,
perdarahan dari gusi, gigi, rongga hidung dan lain-lain.Pada
pemeriksaan penunjang dapatditemukan hasil pemeriksaan faal
hemostatis yang tidak normal. Waktu perdarahan, dan waktu
pembekuan memanjang, trombositopenia, terjadi juga
hipofibrinogenemia dan terdeteksi adanya fibrin degradation product
serta perpanjangan tes protrombin.Faktor predispoisi yang dapat
memicu terjadinya koagulopati adalah solusio plasenta, kematian janin
dalam kandungan, ekslampsia, emboli cairan ketuban dan sepsis.
41
h. Faktor risiko
1. Usia
Wanita yang melahirkan anak pada usia lebih dari 35 tahun
merupakan faktor predisposisi terjadinya perdarahan post partum yang
dapat mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada
usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah
mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal.
2. Paritas
42
Salah satu penyebab perdarahan post partum adalah multiparitas.
Paritas menunjukan jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai
batas viabilitas dan telah dilahirkan.Primipara adalah seorang yang
telah pernah melahirkan satu kali satu janin atau lebih yang telah
mencapai batas viabilitas, oleh karena itu berakhirnya setiap
kehamilan melewati tahap abortus memberikan paritas pada
ibu.Seorang multipara adalah seorang wanita yang telah
menyelesaikan dua atau lebih kehamilan hingga viabilitas. Hal yang
menentukan paritas adalah jumlah kehamilan yang mencapai
viabilitas, bukan jumlah janin yang dilahirkan. Paritas tidak lebih
besar jika wanita yang bersangkutan melahirkan satu janin, janin
kembar, atau janin kembar lima, juga tidak lebih rendah jika janinnya
lahir mati.Uterus yang telah melahirkan banyak anak, cenderung
bekerja tidak efisien dalam semua kala persalinan
3. Anemia
Anemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan nilai
hemoglobin di bawah nilai normal, dikatakan anemia jika kadar
hemoglobin kurang dari 11g/dL. Kekurangan hemoglobin dalam darah
dapat menyebabkan komplikasi lebih serius bagi ibu baik dalam
kehamilan, persalinan, dan nifas. Oksigen yang kurang pada uterus
akan menyebabkan otot-otot uterus tidak berkontraksi dengan adekuat
sehingga dapat timbul atonia uteri yang mengakibatkan perdarahan
post partum.
4. Riwayat persalinan
Riwayat persalinan di masa lampau sangat berhubungan dengan hasil
kehamilan dan persalinan berikutnya. Bila riwayat persalinan yang
lalu buruk petugas harus waspada terhadap terjadinya komplikasi
dalam persalinan yang akan berlangsung. Riwayat persalinan buruk
ini dapat berupa abortus, kematian janin, eklampsi dan preeklampsi,
sectio caesarea, persalinan sulit atau lama, janin besar, infeksi dan
pernah mengalami perdarahan ante partum dan post partum.
5. Bayi makrosomia
43
Bayi besar adalah bayi lahir yang beratnya lebih dari 4000 gram.
Menurut kepustakaan bayi yang besar baru dapat menimbulkan
dytosia kalau beratnya melebihi 4500 gram. Kesukaran yang
ditimbulkan dalam persalinan adalah karena besarnya kepala atau
besarnya bahu. Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat
besar dapat menimbulkan inertia dan kemungkinan perdarahan
postpartum lebih besar.
6. Kehamilan ganda
Kehamilan ganda dapat menyebabkan uterus terlalu meregang, dengan
overdistensi tersebut dapat menyebabkan uterus atonik atau
perdarahan yang berasal dari letak plasenta akibat ketidakmampuan
uterus berkontraksi dengan baik.
i. Klasifikasi
j. Patofisiologi
44
darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan demikian
menjadi faktor utama penyebab perdarahan pasca persalinan. Perlukaan
yang luas akan menambah perdarahan seperti robekan servix, vagina dan
perineum
k. Manifestasi klinis
l. Tatalaksana
a. Tatalaksana farmako dan non farmako
Penatalaksanaan Awal
Segera memanggil bantuan tim
Nilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien.
Bila menemukan tanda-tanda syok, lakukan penatalaksanaan syok.
45
Tatalaksana awal perdarahan pascasalin dengan Pendekatan Tim
1. Berikan oksigen.
46
4. Periksa kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka,
dan tinggi fundus uteri.
5. Periksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan
laserasi (jika ada, misal: robekan serviks atau robekan vagina).
47
2. Assess and resuscitate. Segera menilai jumlah darah yang keluar
seakurat mungkin dan mementukan derajat perubahan
hemodinamik . nilai tingkat kesadaran, nadi, tekanan darah, dan
bila fasilitas memungkingkan, saturasi oksigen harus dimonitor.
3. Establish etiology. Ensure availability of Blood. Sambil
melakukan resusitaasi juga dilakukan upaya menentukan etiologi
PPS. Nilai kontraksi uterus, cari adanya cairan bebas di
cavum abdomen, bila adda resiko ruptur (pada kasus bekas
seksio atau partus buatan yang sulit),atau bila kondisi pasien lebih
buruk dari pada jumlah darah yang keluar. Harus dicek ulang
kelengkapn plasenta dan selaput plasenta yang telah berhasil
dikeluarkan. Bila perdarahan terjadi akibat morbidly adherent
placentae saat seksio sesarea dapat diupayakan hemostatic sutures,
lihasi arteri hipogastrika dan embolisasi arteria uterine. Keadaan
ini sering terjadi pada kasus plsenta previa pasca seksi sesarea.
4. Massage the uterus. Perdarah setekah plasenta lahir harus segera
ditangani dengan masase uterus dan pemberian obat-obatan
uterotonika. Nila uterus tetap lembek harus dilakukan kompresi
bimanual interna dengan menggunakan kepalan tangan kanan
didalam uterus dan kepalan tangan kanan didalam uterus dan
telapak tangan kiri melakukan masase fundus uteri.
5. Oxytocin infusin/Prostaglandin. Dapat iberikan oksitosi 40 IU
dalam 500 cc normal saline dan dipasang dengan kecepatan 123
cc/jam. Hindari kelebihan cairan karena dapat menyebabkan
edema pulmoner hingga edema otak yang pada kahirnya dapat
menyebabkan kejang karena hiponatremia. Hal ini timbul karena
efek antidiuretic hormon (ADH)- like effect dari oksitosin.
Ergomoetrin dapat diberikan secara IM atau IV dengan dosis awal
0,2 mg(secara perlahan). Dosis lanjutan 0,2 mg setelah 15 menit
bila masih diperlukan.dosis maksimal adalah 1 mg atau 5 dosis
perhar.ergometrin kontraindikasi diberikan pada preeklampsia dan
48
hipertensi. Bila perdarahan pasca salin tidak berhasil dengan
pemberian ergometrin atau oksitosis, dapat diberikan misoprostol.
6. Shift to theatre. Bila perdarahan masih tetap terjadi segera pasien
dievakuasi ke ruang operasi. Pastikan untuk mentungkirkan sisa
plasenta atua selapu ketuban dan kalau perlu dengan eksplorasi
kuret. Kompresi bimanual dilakukan selama ibu dibawa ke ruang
operasi.
7. Tamponade or uterine packing.tamponade uterus dapat membantu
mengurangi perdarahan. Tindakan ini juga dapat memberi
kesempatan koreksi faktor pembekuan. Dapat dilakukan
pemasangan Sengstaken Tube atau dapat dipakai Rush Urological
Hydrostatic Baloon dan Rakri SOS Baloon. Biasanya dimasukkan
300 – 400cc cairan untuk mencapai tekanan yang cukup adekuat
sehingga perdarahan berhenti. Atau yang paling sederhana dan
murah adalah tamponade kondom-kateter.
8. Apply compression sutura B-Lynch suture dianjurkan dengan
memakai chromic catgut no.2 atau Vicryl O (Ethicon). Cara ini
dipilih bila tos dengan manual kompresi berhasi menghentikan
perdarahan. Cara ini banyak dikembangkan modifikasi
disesuaikan dnegan fasilitas dan cara mengerjakan yang lebih
simple.
9. Systemic Pelvic Devascularization : ligasi arteria uterine atau
ligasi arteri hypogsatrica
10. Subtotal or total abdominal hysterectomy : tujuannya untuk
menyelamatkan nyawa dan diutamakn pada ibu yang sudah
mempunyai anak.
49
50
Penolong berdiri di depan vulva. Oleskan larutan antiseptik pada sarung
tangan kanan. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, sisihkan kedua
labium mayus ke lateral dan secara obstetrik, masukkan tangan kanan
melalui introitus.
51
anterior.
52
Peralatan yang di perlukan untuk dapat melakukan kompresi aorta
abdominalis tidak ada, kecuali sedapat mungkin teknik yang benar,
sehingga aorta benar-benar tertutup untuk sementara waktu sehingga
perdarahan karena otonia uteri dapat di kurangi.
1. Tekanlah aorta abdominalis diatas uterus dengan kuat dan dapat dibantu
dengan tangan kiri selama 5 s/d 7 menit.
2. Lepaskan tekanan sekitar 30 sampai 60 detik sehingga bagian lainnya
tidak terlalu banyak kekurangan darah.
3. Tekanan aorta abdominalis untuk mengurangi perdarahan bersifat
sementara sehingga tersedia waktu untuk memasang infus dan
memberikan uterotonika secara intravena.
Teknik penekanan aorta:
Berikan tekanan kebawah dengan tekanan tangan diletakan diatas
pers abdominalis aorta melalui dinding abdomen
Titik kompresi tepat diatas umbilikus dan agak kekiri
Denyut aorta dapat diraba dengan mudah melalui dinding abdomen
anterior segera pada periode pascapartum
Dengan tangan yang lain palpasi denyut nadi femoral untuk
memeriksa keadekuatan kompresi
Jika denyut nadi teraba selama kompresi tekanan yang dikeluarkan
kepalan tangan tidak adekuat
53
Jika denyut nadi femoral tidak teraba tekanan yang dikeluarakan
kepalan tangan adekuat
Pertahanan kompresi sampai darah terkontrol
Jika pendarahan berlanjut walaupun kompresi telah dilakukan
Lakukan ligasi uteria dan ligasi ateri uteri
Bila tidak berhasil, histerektomi adalah langkah terakhir
54
55
m. Edukasi pencegahan
Untuk mencegah terjadinya penyulit kehamilan, maka perlu untuk
menghindari apa yang disebut dengan 3T dan 4T.
56
3 Terlambat :
1. Terlambat dalam mencapai fasilitas (Transportasi ke rumah
sakit/puskesmas kerana jauh)
2. Terlambat dalam mendapatkan pertolongan yang cepat dan
tepat di fasilitas pelayanan(kurang lengkap atau tenaga medis
kurang)
3. Terlambat dalam mengenali tanda bahaya kehamilan dan
persalinan
4 Terlalu :
1. Terlalu muda (usia di bawah 16 tahun)
2. Terlalu tua (usia diatas 35 tahun)
3. Terlalu sering (perbedaan usia antara anak sangat dekat)
4. Terlalu banyak (memiliki lebih dari empat orang anak)
Pencegahan :
a) Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum, dan
mengatasi setiap penyakit kronis, anemia, dan lain lain sehingga
pada saat hamil dan persalinan pasien tersebut ada dalam keadaan
optimal
b) Mengenal faktor predisposisi PPP seperti multiparitas, anak besar,
hamil kembar, hidramnion, bekas seksio, ada riwayat PPP
sebelumnya dan kehamilan risiko tinggi lainnya yang risikonya
akan muncul saat persalinan
c) Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pecegahan partus
lama
d) Kehamilan risiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit
rujukan
e) Kehamilan risiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan
terlatih dan menghindari persalinan dukun
f) Menguasai langkah langkah pertolongan pertama menghadapi PPP
dan mengadakan rujukan sebagaimana mestinya
n. Komplikasi
57
Perdarahan postpartum dapat menyebabkan beberapa komplikasi,
diantaranya:
Perdarahan yang terjadi sangat cepat sehingga menyebabkan
kolapsnya sirkulasi dan dapat mengarah pada syok dan kematian
Anemia purpura dan morbiditas
Kerusakan pada aliran darah ke kelenjar hipofisis sehingga
menyebabkan nekrosis dari kelenjar hipofisis (Sindroma Sheehan)
Rasa takut pada kehamilan berikutnya karena perdarahan sangat
menakutkan bagi ibu
Prognosis
Prognosis umumnya dubia ad bonam, tergantung dari jumlah
perdarahan dan kecepatan penatalaksanaan yang dilakukan.
o. Prognosis
Tergantung kepada penyebab, waktu, banyaknya kehilangan darah,
kondisi sebelumnya dan keefektifan pengobatan. Hal yang penting adalah
ketepatan dan kecepatan diagnosis dan penanganan.
p. SKDI
58
VI. Kerangka Konsep
Faktor risiko
Faktor risiko Distensi karena makrosomnia
Multiparitas, usia 40 tahun dan Partus Lama
Pasien tampak
pucat, lemah dan
mengantuk
59
VII. KESIMPULAN
Mrs. A 40 tahun mengalami Perdarahan pascapersalianan et causa atonia uteri
dengan komplikasi syok hemoragik kelas II
60
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, B.S. Perdarahan Kehamilan Lanjut dan Persalinan. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan maternal dan Neonatal. Jakarta. YBP-SP.2000. Hal
173-183; 644-674
61