Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO C BLOK 22

Tutor : dr. Khalif Anfasa, Sp.OG


Disusun oleh: Kelompok B7
Kelas Beta 2016
Rizka Dwi Patriawati (04011181621016)
Yorisda Septi Ayu (04011181621020)
Indah Dwi Destiana (04011181621030)
Desi Mawarni (04011181621056)
Nyayu Zianatul Khoiriyah (04011181621221)
Jurgen Kusumaatmajaya H (04011281621074)
Retno Putri Nusantari (04011281621096)
Melissa Shalimar Lavinia (04011281621107)
Dibyo Wiranto (04011281621133)
Ully Febra Kusuma (04011281621155)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang
berjudul “Laporan Tutorial Skenario C Blok 22” sebagai tugas kompetensi
kelompok.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna.Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan syukur,
hormat, dan terima kasih kepada :
1. Tuhan yang Maha Esa, yang telah merahmati kami dengan kelancaran
diskusi tutorial,
2. dr. Khalif Anfasa, Sp.OGselaku tutor kelompok B7
3. Teman-teman sejawat FK Unsri, terutama kelas PSPD Beta 2016
Semoga Tuhan memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan
tutorial ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan.Semoga
kita selalu dalam lindungan Tuhan.

Palembang, 19 Februari 2019

Kelompok B7

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................iii
Kegiatan Diskusi ................................................................................................ 4
Skenario .............................................................................................................. 5
I. Klarifikasi Istilah ..................................................................................... 6
II. Identifikasi Masalah ................................................................................ 7
III. Analisis Masalah ..................................................................................... 8
IV. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan ............................................................ 29
V. Sintesis .................................................................................................. 30
VI. Kerangka Konsep .................................................................................. 59
VII. Kesimpulan............................................................................................ 60
Daftar Pustaka ................................................................................................... 61

iii
KEGIATAN DISKUSI

Tutor : dr. Khalif Anfasa, Sp.OG


Moderator : Ully Febra Kusuma
Sekretaris Laporan : Yorisda Septi Ayu
Sekretaris PPT : Jurgen Kusumaatmajaya H
Pelaksanaan : 19 dan 20 Februari 2019
10.00-12.30 WIB

Peraturan selama tutorial:


1. Semua peserta wajib aktif dalam kegiatan diskusi
2. Mengangkat tangan sebelum menyampaikan pendapat.
3. Menjawab dan menyampaikan pendapat apabila telah diizinkan oleh
moderator.
4. Tidak langsung menyanggah pendapat orang lain.
5. Tidak diperbolehkan mengoperasikan hp setelah tahap klarifikasi
istilah.
6. Meminta izin terlebih dahulu dari moderator jika hendak keluar

4
SKENARIO C BLOK 22 TAHUN 2019
Mrs. A is a 40-year-old G7P6A0 woman brought to a midwife by a traditional brith
attendant due to failure to deliver the baby after pushing for 2 hours. She was put
on oxytocin drip and deliveried a 4100-gram infant by spontaneouse delivery 3
hours ago with the assistance of them midwife. The placenta was delivered
spontaneusely and intact. She recived episiotomy and had it repaired. After
delivery, she complained of massive vaginal bleeding and was brought to a
hospital. Due to the absesce of the OBGYN, she was referred to moh. Hoesin
hospital. The estimed blood losee at the time of delivery was 500 cc. At the
hospital, the patient looked pale, weak, and drowsy. He prenatal course was
uncomplicated and had no significant medical history. She had no history of
previous contraception.

In the examination findings:

Height= 163 cm; weight=75kg;

Sense: somnolen

BP: 70/40 mmHg. HR: 121x/men. RR: 24x/m. T: 36,4o

Obstetric examination

Outer examination : abdomen flat, soft, uterine fundus palpable at the level of
umbilicus, uterine contraction was poor, active vleeding (+)

Inspeculo : portio livide, external uterine ostium was opened, flour (-), fluxus (+),
active bleeding, erosion (+), laceration (+), repaired, polyp (-)

Lab : Hb 4,7 g/dL; PLT: 225.000 /mm3 WBC: 20.600/mm3, BT/CT : 3 minutes/12
minutes ureum: 48.5 mg/dL; creatinine: 1.10 mg/dL.

5
I. Klarifikasi Istilah
No Istilah Klarifikasi Istilah
1 Episiotomy insisi bedah pada perineum dan vagina untuk
mencegah robekan traumatik selama
persalianan.
2 Vaginal bleeding keluarnya darah dari vagina.
3 Pale salah satu pendanda terjadinya anemia.
4 Weak lemah tidak bertenaga.
5 Drowsy mengantuk/lethargi /setengah tidur.
6 Oxytocin drip obat yang serupa dengan hormon pada
manusia yang berfungsi untuk merangsang
kontraksi yang kuat pada dinding uterus
sehinga mempermudah dalam proses
pelahiran yang diberikan dalam bentuk
tetesan.
7 G7P6A0 gestasi 7 partus 6 abortus 0 : artinya hamil 7
kali, leharikan 6 kali tidak pernah abortus.
8 Spontaneous delivery persalinan bayi dari vagina tanpa bantuan
mekanis dari aspirator / vacum/ forcep
obstetri.
9 Contraception pencegahan konsepsi atau kehamilan.
10 BT bleeding time : lamanya keluarnya darah dari
pembuluh darah yang cedera.
11 CT waktu yang di perlukan darah untuk
membeku.

6
II. Identifikasi Masalah
No. Pernyataan
Mrs. A is a 40-year-old G7P6A0 woman brought to a midwife by a
1. traditional brith attendant due to failure to deliver the baby after
pushing for 2 hours.
She was put on oxytocin drip and deliveried a 4100-gram infant by
spontaneouse delivery 3 hours ago with the assistance of them
2.
midwife. The placenta was delivered spontaneusely and intact. She
recived episiotomy and had it repaired.
After delivery, she complained of massive vaginal bleeding and was
brought to a hospital. Due to the absesce of the OBGYN, she was
3. referred to moh. Hoesin hospital. The estimed blood losee at the
time of delivery was 500 cc. At the hospital, the patient looked pale,
weak, and drowsy.
He prenatal course was uncomplicated and had no significant
4.
medical history. She had no history of previous contraception.
In the examination findings:

5. Height= 163 cm; weight=75kg;


Sense: somnolen
BP: 70/40 mmHg. HR: 121x/men. RR: 24x/m. T: 36,4o
Obstetric examination
Outer examination : abdomen flat, soft, uterine fundus palpable at
the level of umbilicus, uterine contraction was poor, active vleeding
6. (+)
Inspeculo : portio livide, external uterine ostium was opened, flour
(-), fluxus (+), active bleeding, erosion(+), laceration (+), repaired,
polyp (-)
Lab : Hb 4,7 g/dL; PLT: 225.000 /mm3 WBC: 20.600/mm3, BT/CT :
7.
3 minutes/12 minutes ureum: 48.5 mg/dL; creatinine: 1.10 mg/dL.

7
III. Analisis Masalah
1. Mrs. A is a 40-year-old G7P6A0 woman brought to a midwife by a
traditional brith attendant due to failure to deliver the baby after
pushing for 2 hours.
a. Apa hubugan usia dan multiparitas dengan keluhan pada Mrs. A ?
Jawab:
Umur reproduksi yang ideal bagi wanita untuk hamil dan melahirkan
adalah 20-35 tahun, pada umur 35 tahun keatas elastisitas otot-otot
panggul dan sekitarnya serta alat-alat reproduksi pada umumnya telah
mengalami kemunduran sehingga dapat mempersulit persalinan dan
selanjutnya dapat menyebabkan kematian pada ibu.Elastisitas jaringan
juga akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia.
Umur yang lebih dari 35 tahun dan grande multipara (kehamilan lebih
dari 4 kali) meningkatkan insiden terjadinya perdarahan pasca
persalinan. BB 4100 gram menandakan bahwa terjadi makrosomia
yang dapat menyebabkan regangan otot uterus sehingga kontraksi otot
pada uterus menjadi tidak adekuat dan akhirnya menyebabkan atonia
uteri. Selain itu, faktor lain yakni penolong persalinan dalam kasus
mungkin saja melakukan proses persalinan dengan cara memijat uterus
dan mendorongnya kebawah untuk mengeluarkan bayi, mengeluarkan
plasenta, tapi dengan teknik yang salah.

b. Apa makna dari kalimat di atas ?


Jawab:
Usia pada Mrs. A 40 tahun, jumlah gestasi 7 kali dan partus 6 kali,
gagal melahirkan setelah 2 jam mengedan (partus lama) menunjukkan
adanya faktor risiko terjadinya atonia uteri

c. Apa kemungkinan penyebab mrs. A tidak bisa mengejan selama 2


jam?
Jawab:
Berdasarkan faktor risiko yang dimiliki oleh Mrs. A, kemungkinan
pasien mengalami atonia uteri. Atonia uteri dapat disebabkan oleh:

8
 Partus lama
 Pembesaran uterus yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada
kehamilan kembar, hidramnion atau janin besar
 Multi paritas
 Anestesi yang dalam
 Anestesi lumbal
d. Bagaimana mekanisme terjadinya kegagalan persalianan pada kasus ?
Jawab:
Faktor risiko (Grande multipara, usia 40 tahun) uterus menjadi
fibrotik  mengurangi daya kontraksi dan retraksi uterus  tonus
miometrium menurun ditambah dengan janin besarpendorongan
janin untuk membuka diafragma pelvis dan vulva menurun 
kegagalan dalam persalinan

e. Bagaimana mekanisme persalianan normal ?


Jawab:
Perubahan Posisi Janin Dalam Proses Persalinan
Mekanisme persalinan merupakan pergerakan janin yang berturut-turut
untuk menyesuaikandiri dengan jalan lahir.
Sebab terjadinya mekanisme persalinan:
- Jalan kelahiran merupakan tabung yang melengkung ke depan.
- PAP dan PBP berlainan dalam ukuran melintang
Gerakan utama mekanisme persalinan:

9
Gambar : Gerakan Utama Mekanisme Persalinan
a. Turunnya kepala (Engagement)
Sebetulnya janin mengalami penurunan terus-menerus dalam
jalan lahir sejak kehamilan trimester III, antara lain masuknya
bagian terbesar kepala janin ke dalam Pintu Atas Panggul (PAP)
yang pada primigravida terjadi pada usia kehamilan 36 minggu
dan pada multigravida 38 minggu.

10
Tabel Penurunan Kepala dan Perlimaan Dalam Persalinan
b. Fleksi
Pada permulaan persalinan kepala janin biasanya berada dalam
sikap fleksi. Dengan adanya his atau tahanan dari dasar panggul
yang makin besar, maka kepala janin akan makin turun dan
semakin fleksi sehingga dagu janin menekan dada dan belakang
kepala (oksiput) menjadi bagian terbawah, keadaan ini
dinamakan fleksi maksimal.
c. Putaran paksi dalam
Makin turunnya kepala janin dalam jalan lahir, kepala janin
akan berputar sedemikian rupa sehingga diameter terpanjang
rongga panggul atau diameter antero posterior kepala janin akan
bersesuaian dengan diameter terkecil tranversal (oblik) Pintu
Atas Panggul, dan selanjutnya dengan diameter terkecil antero
posterior Pintu Bawah Panggul.
Hal ini dimungkinkan karena pada kepala jainin terjadi gerakan
spiral atau seperti skrup sewaktu turun dalam jalan lahir. Bahu
tidak berputar bersama-sama dengan kepala, sehingga sumbu
panjang bahu dengan sumbu panjang kepala akan membentuk

11
sudut 450. Keadaan demikian disebut putaran paksi dalam dan
ubun-ubun kecil berada di bawah symfisis.
d. Ekstensi
Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai didasar
panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi kepala. Hal ini
disebabkan karena sumbu jalan lahir pada Pintu Bawah Panggul
mengarah ke depan dan ke atas, sehingga kepala harus
mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
e. Putaran paksi luar
Setelah ekstensi kemudian diikuti dengan putaran paksi luar
yang pada hakikatnya kepala janin menyesuaikan kembali
dengan sumbu panjang bahu, sehingga sumbu panjang bahu
dengan sumbu panjang kepala janin berada dalam satu garis
lurus.
f. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah
symfisis dan menjadi hipomoklion untuk kelahiran bahu
belakang. Kemudian bahu belakang menyusul dan selanjutnya
seluruh tubuh bayi lahir searah dengan paksi jalan lahir.

Pembagian Waktu Partus


Partus dibagi menjadi 4 kala. Pada kala.I yang dinamakan kala
pembukaan, serviks membuka sampai terjadi pembukaan l0 cm. Kala II
disebut kala pengeluran, pengeluaran, oleh karena berkat kekuatan his
dan kekuatan ibu mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Dalam
kala III. atau kala uri plasenta terlepas dari dinding uterus dan
dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plaienta dan lamanya 1 jam.
Dalam kala IV diamati, apakah tidak terjadi perdarahan pospartum.
 Kala I
Tanda-tanda klinis Kala I dapat dinyatakan mulai dari timbulnya his
dan keluar lendir bersama darah hingga pembukaan lengkap (10

12
cm). Durasi waktu berlangsung selama kira-kira 12 jam untuk
primigravida dan 8 jam untuk multigravida.
Kala I dibagi menjadi 2 fase yakni: fase laten dan fase aktif
- Fase laten dimulai dari saat ibu mersakan kontraksi teratur
berakhir dengan dilatasi serviks hingga mencapai bukaan
serviks 3 cm. durasi waktu kira-kira 8 jam.
- Fase aktif dimulai dari bukaan serviks 4-10 cm. umumnya
berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi 3 periode
o Periode akselerasi (berlangsung sealama 2 jam) dimulai
dari bukaan 3-4 cm
o Periode dilatasi (berlangsung sealama 2 jam) dimulai dari
bukaan 4-9 cm
o Periode deselerasi (berlangsung sealama 2 jam) dimulai
dari bukaan 9-10 cm

Pada fase ini ditandai dengan adanya kontraksi teratur yang


terus mneingkat secara bertahap. Kontraksi berlangsung tiga
kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama
40 detik atau lebih dengan kecepatan bukaan rata-rata 1 cm/jam
(primigravia) atau ≥ 1 cm/jam (multipara)

Hal yang perlu dilakukan dalam kala I adalah:

o Memperhatikan kesabaran parturien.


o Melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi temperatur perna-
fasan berkala sekitar 2 sampai 3 jam.
o Pemeriksaan denyut jantung janin setiap ½ jam sampai 1 jam.
o Memperhatikan keadaan kandung kemih agar selalu kosong.
o Memperhatikan keadaan patologis (meningkatnya lingkaran
Bandle, ketuban pecah sebelum waktu atau disertai bagian
janin yang menumbung, perubahan denyut jantung janin,
pengeluaran mekoneum pada letak kepala, keadaan his yang
bersifat patologis, perubahan posisi atau penurunan bagian
terendah janin).

13
o Parturien tidak diperkenankan mengejan.
 Kala II

Kala II dimulai dari turunya kepala bayi hingga lahirnya


keselutuhan tubuh bayi. Proses ini berlangsung selama 1½-2 jam
pada primigravida dan ½-1 jam pada multi gravida. Dalam 2-3
menit dapat terjadi kontrkasi uterus 1 kali selama 60-70 detik.

Menurut JNPK-KR Depkes RI, tanda dan gejala kala dua persalinan
adalah:

o Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya


kontraksi.
o Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum
dan/atau vaginanya.
o Perineum menonjol.
o Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
o Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam yang


hasilnya adalah pembukaan serviks telah lengkap atau terlihatnya
bagian kepala bayi melalui introinvus vagina.

Pada Kala II dapat terbagi menjadi 3 fase yakni

o Fase I atau fase tenang: pembukaan lengkap-mengejan


o Fase II atau fase menejan: mengejan-crowning
o Fase III atau fase perianal: crowning-bayi lahir
 Kala III
Kala III dimulai segara setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir,
uterus teraba keras dengan fundus uteri sedikit di atas pusat.
Beberapa menit kemudian, uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas

14
dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau
dengan tekanan pada fundus uteri.
 Kala IV
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
post partum
Menurut Manuaba (2010; h. 174, 192), Kala IV dimaksud-kan
untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum paling
sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang harus dilakukan
adalah:
o Kesadaran penderita, mencerminkan kebahagiaan karena
tugasnya untuk melahirkan bayi telah selesai.
o Pemeriksaan yang dilakukan: tekanan darah, nadi, pernafa-
san, dan suhu; kontraksi rahim yang keras; perdarahan yang
mungkin terjadi dari plasenta rest, luka episiotomi,
perlukaan pada serviks; kandung kemih dikosongkan,
karena dapat mengganggu kontraksi rahim.
o Bayi yang telah dibersihkan diletakan di samping ibunya
agar dapat memulai pemberian ASI.
o Observasi dilakukan selama 2 jam dengan interval pemerik-
saan setiap 2 jam.
o Bila keadaan baik, parturien dipindahkan ke ruangan inap
bersama sama dengan bayinya.

f. Apa dampak dari persalianan lama yang dibantu oleh dukun ?

Jawab:

 Bayi bisa kekurangan oksigen di dalam kandungan. Proses


persalinan yang terlalu lama bias membuat bayi kekurangan
oksigen. Kondisi ini bias berakibat fatal Intinya, makin lama
bayi kekurangan oksigen, makin parah juga efek yang akan
dialami. Mungkin mengalami cedera atau gangguan pada otak,

15
jantung, paru-paru, atau ginjal. Nyawanya juga bias terancam
jika tidak mendapatkan oksigen yang memadai.
 Ritme detak jantungnya melemah atau deselerasi. Bahaya atau
tidaknya kondisi ini ditentukano leh jenisnya. Jika detak
jantungnya melemah atau mengalami deselerasi dini, maka
kondisi tidak dalam bahaya.Namun, jika telah mencapai
deselerasi akhir atau variabel, bias jadi ada sesuatu tidak
normal yang menimpa bayi.
 Keracunan zat berbahaya yang mencemari air ketuban. Stress
akibat persalinan yang terlalu lama bias membuat janin
berisiko terpapar zat berbahaya dari air ketuban yakni
meconium. Ini adalah tinja pertama yang diproduksi oleh bayi
usai lahir. Jika dia mengeluarkannya saat masih di dalam
rahim, meconium bisamen cemari air ketuban dan
terhirupolehnya. Jika hal tersebut terjadi, gangguan pernapasan
serius bias menimpanya.
 Mengalami infeksi. Infeksi yang bias terjadi ketika persalinan
berlangsung terlalu lama yaitu korioamnionitis.
 Kematian ibu terkait erat dengan penolong persalinan dan
tempat/fasilitas persalinan. Persalinan yang ditolong tenaga
kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko
kematian ibu. Demikian pula dengan tempat/fasilitas, jika
persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan, juga akan semakin
menekan risiko kematian ibu. Persalinan yang dilakukan di
dukun bias membahayakan jika dukun tidak memiliki ilmu
yang cukupu ntukmembantu persalinan misalnya bagaimana
jika seorang wanita hamil memilliki riwayatp enyakit seperti
hipertensi, DM dll.

2. She was put on oxytocin drip and deliveried a 4100-gram infant by


spontaneouse delivery 3 hours ago with the assistance of them
midwife. The placenta was delivered spontaneusely and intact. She
recived episiotomy and had it repaired.

16
a. Apa makna klinis dari kalimat di atas ?
Jawab:
Oksitosin diberikan guna memperkuat kontraksi otot Rahim dan
menginduksi persalinan. Pelaksanaan episiotomy dilakukan karena
adanya indikasi.
b. Bagaimana interpretasi dari ukuran berat badan bayi lahir 4100 dan
berapa BB normal bayi baru lahir ?
Jawab:
BB normal bayi baru lahir adalah 2500 – 4000 gram,padakasusBB
bayi 4100 g menandakan bahwa terjadi makrosomia yang dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan regangan pada miometrium
sehingga memudahkan terjadinya atonia uteri lalu tidak terjadi
kontraksi uterus setelah plasenta dilahirkan dan menyebabkan
terjadinya perdarahan massif.

c. Apa dampak epysiotomi terhadap perdarahan vagina ?


Jawab:
Episiotomy dapat menjadi salah satu penyebab dari pendarahan
vagina, karena ada kemungkinan terjadinya epiostomi yang melebar
karena ukuran bayi yang besar.
Namun pada kasus dikatakan bahwa pendarahan terjadi pasca
epiostomy dilakukan, sehingga kemungkinan lain seperti
hipotonia/atonia uteri akibat distensi berlebih (makromsomnia), partus
lama, persalinan karena induksi oksitosin, multiparitas, atau karena
robekan uterii

d. Bagaimana indikasi penggunaan oxytocin drip pada kasus ?


Jawab:
Indikasi Janin :

- Kehamilan lewat waktu

- Ketuban pecah dini

17
- Janin mati

Indikasi ibu

- Kehamilan lewat waktu

- Kehamilan dengan hipertensi

e. Bagaimana mekanisme kerja oxytocin drip ?


Jawab:
Dewasa: 20 sampai 40 miliunit / menit oleh I.V. infus sampai total 10
unit (atau 10 unit I.M.) setelah melahirkan plasenta.

18
f. Apa indikasi di lakukannya episiotomy pada kasus ?
Jawab:

19
Ukuran bayi yang besar atau Makromsomnia.

3. After delivery, she complained of massive vaginal bleeding and was


brought to a hospital. Due to the absesce of the OBGYN, she was
referred to moh. Hoesin hospital. The estimed blood losee at the time
of delivery was 500 cc. At the hospital, the patient looked pale, weak,
and drowsy.
a. Apa makna “The estimed blood losee at the time of delivery was 500
cc” ?
Jawab:
Semua arteri besar uterus pada ibu hamil akan memasok darah 500 -
800 ml /mnt. Jika uterus tidak kontraksi (atonia) pasca plasenta lahir
maka 350 - 560 ml darah / menit akan keluar dan dalam 10 - 30 mnt
maka pasien akan kehabisan darah.

b. Bagaimana mekanisme perdarahan masive pada vagina berdasarkan


kasus ?
Jawab:
Bayi berukuran besar + manipulasi oleh penolong (mendorong uterus)
 ruptur uteri  gangguan kontraksi uterus  atoni uteri  uterus
tidak berkontraksi setelah plasenta dilahirkan  arteri tidak terjepit 
perdarahan tidak berhenti  perdarahan masif post partum.

c. Apasaja derajat perdarahan ?


jawab:

20
d. Bagaimana mekanisme pale weak, drowsy ?
Jawab:
Faktor risiko (Grande multipara, usia 40 tahun)  uterus menjadi
fibrotik  mengurangi daya kontraksi dan retraksi uterus atonia
uteri  kegagalan miometrium untuk berkontraksi  pembuluh darah
yang terbuka pasca plasenta terlepas dari tempat inseri tidak dapat
dijepit oleh miometrium  perdarahan post partum  penurunan
jumlah cairan intravaskuler  jumlah hemoglobin darah menurun 
suplai oksigen ke jaringan menurun  hipoksia jaringan  pale, weak,
drowsy

e. Bagaimana tatalaksana awal di rumah sakit ? (+ postpartum )


Jawab:
1. Minta dan panggil tim bantuan kegawatdaruratan
2. Nilai tanda vital, banyaknya kehilangan darah dan saturasi oksigen.
3. Lakukan stabilisasi hemodinamik
- Oksigen
- Infus cairan. Diberikan melalui 2 jalur dengan menggunakan
ukuran jarum besar (16 atau 18)
Cairan utama yang diberikan adalah NaCl 0,9%
Cairan alternatif Ringer Laktat 0,5 % atau Ringer Asetat

21
4. Ambil sampel darah untuk dilakukan pemeriksaan Hb. (gunannya
untuk menentukan tingaktan anemia dan jumlah pemberian tranfusi
darah).
5. Kemudian temukan etiologi atau penyebab terjadinya Pendarah
Pasca Persalinan. Selama menemukan etiologi tetap
MONITORING tanda vital.
- Pemeriksaan fisik. Lakukan inspeksi dan palpasi abdominal
o Periksa jalan lahir (adakah laserasi atau ruptur)
o Periksa kelengkapan plasenta yang keluar
o Nilai fundus uteri apakah teraba/ tidak. Menentukan adanya
bendungan cairan (darah) pada kavum uteri.
o Lakukan palpasi uterus. Nilai apalah uterus teraba lembek,
boggy, dan rileks (manifestasi Perdarahan Pasca Persalinan
karena hipotonia/atonia uteri)
- Pemeriksaan Laboratorium
o Pemeriksaan Darah Lengkap
o Faktor Koagulasi
o Urea dan Elektrolit
- Jika pemeriksaan di atas tidak memungkinkan atau responsif
maka dilakukan pemeriksaan USG (menilai pendarahan karena
penyebab lainnya seperti intraperitoneal, ruptur uteri atau
retensi palsenta)
6. Setelah hasil Lab (Hemoglobin) keluar
o Jika Hb < 8 g/dl maka lakukan transfusi darah Whole Blood
atau PRC
Jumlah darah yang diberikan dapat dinilai dengan rumus
berikut:
(Hb Target – Hb sekarang) x BB x Jenis darah
Jenis darah:
 PRC  x 3
 Whole Blood  x 6

22
Pemberian transfusi dilakukan secara perlahan agar tidak
terjadi peningkatan beban jantung mendadak.
Pasang kateter Fooley untuk mengawasi fungsi ginjal dan
urine output
o Jika nilai Hb belum keluar, lihat klinis Lab untuk
menentukan derajat anemia. Lakukan transfusi jika Anemia
Berat.
7. Setelah Tanda-tanda vital sudah stabil. Lakukan tatalaksana khusus
Atonia Uteri

Tatalaksana Khusus Atonia Uteri


1. Lakukan Massage Bimanual eksternal dan internal
2. Pastikan lagi apakah plasenta lengkap
3. Pemebrian Oksitosin 20-40 IU dalam 1000 ml NaCl 0,9 %
(alternatif Ringer Laktat) dengan kecepatan tetes 60 tetes/menit +
10 IU secara IM
4. Infus oksitosin 20 IU dalam 1000 ml NaCl 0,9 % (alternatif Ringer
laktat) dengan kecepatan tetes 40 tetes/menit.
Jika tidak ada oksitosin dapat diberikan egrometrin.
Kontraindikasi:
- Hipertensi berat/ unkontrol
- Penyakit jantung
- Penaykit pembuluh darah tepi
5. Pemebrian oksitosin dilakukan hingga darah berhenti
6. Jika pendarahan masih berlanjut berikan asam traneksamat IV,
bolus selama 1 menit diulang setelah 30 menit + massage bimanula
internal selama 5 menit
7. Jika perdarahan masih tidak berhenti maka rujuk ke rumah sakit
berfasilitas lengkap dan memadai untuk dilakukan prosedur
operasi. Berikut jenis-jenis operasi yang dilakukan:
- Prosedur jahitan B-lynich
- Embolisasi arteri

23
- Ligasi arteri uterine dan ovalica
- Histrektomi subtotal

4. He prenatal course was uncomplicated and had no significant medical


history. She had no history of previous contraception.
a. Apa makna klinis dari kalimat di atas ?
Jawab:
Tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi menunjukkana adanya
kemungkianan tidak menjaga jarak kehamilan sehingga meningkatkan
risiko terjadinya atonia uteri.

b. Bagaimana family planing yang dianjurkan pada Mrs. A untuk


kedepannya ?
Jawab:
Pada pasien jika tidak histeroktomi
1. Setelah periode nifas anjurkan untuk menggunakan kontrasepsi.
Yang disarankan adalah metode kontrasepsi mantap.
2. Mencukupkan jumlah anak, tidak untuk menambah anak lagi.
3. Fokus pada membesarkan anak-anak, memberikan pendidikan
yang baik, gizi yang cukup serta kasih sayang yang adil.

5. In the examination findings:


Height= 163 cm; weight=75kg;
Sense: somnolen
BP: 70/40 mmHg. HR: 121x/men. RR: 24x/m. T: 36,4o
a. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik di atas ?
Jawab:
No Hasil Nilai Normal Intepretasi Makna
Pemeriksaan Klinis
1 TB 163 cm 18,5-24,9 Obesitas I
BB 75 kg kg/cm2 Tanda-
IMT: 28,2 kg/cm2 Tanda Syok
2 Kesadaran: Compos Kesadaran kelas II
Somnolen Mentis menurun,

24
respon
psikomotor
yang lambat,
mudah tertidur,
namun
kesadaran dapat
pulih bila
dirangsang
dengan nyeri,
mampu
memberi
jawaban verba
3 TD 70/40 mmHg Sistole 90-120 Hipotensi
Diastole 60-80
4 HR 121 x/min 80 -100 x/min Takikardi
5 RR 24 x/min 16 – 24 x/min Normal
Borderline
6 Temp: 36,4oC 36,6-37,2 oC Hipotermia

b. Bagaimana mekanisme abnormalitas dari hasil pemeriksaan fisik di


atas ?
Jawab:
 BP 70/40
Perdarahan  penurunan volume darah  menurunkan tekanan
darah 70/40

 HR
Perdarahan  penurunan volume darah  eritrosit menurun 
kompensasi jantung  meningkatkan HR untuk memberikan
oksigenisasi dengan baik

 Somnolen
Perdarahan  penurunan volume darah  eritrosit menurun 
kompensasi dengan menurunkan fungsi tubuh (kesadaran) 
somnolen

 Tempratur
Perdarahan  penurunan volume darah  eritrosit menurun 
kompensasi dengan mengurangi aliran ke jaringan tubuh dan
memfokuskan untuk pendarahan ke organ-organ vital 
metabolisme di perifer menurun  temperatur tubuh turun.

25
6. Obstetric examination
Outer examination : abdomen flat, soft, uterine fundus palpable at the
level of umbilicus, uterine contraction was poor, active vleeding (+)
Inspeculo : portio livide, external uterine ostium was opened, flour (-),
fluxus (+), active bleeding, erosion (+), laceration (+), repaired, polyp
(-)
a. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan obstetri di atas ? ziana, desi
Jawab:

Hasil Pemeriksaan Keadaan Normal Interpretasi


Abdomen flat, soft flat, soft Normal
Uterine fundus palpable at Fundus uteri teraba sampai Normal
the level of umbilicus umbilicus
Uterine contraction was Amplitudo his masih Atonia Uteri
poor cukup tinggi hingga 24
jam pasca persalinan
Active bleeding (+) Bleeding (-) baik aktif atau Perdarahan post
tidak aktif partum
Portio livide Livide Normal
External Uterine Ostium OUE lebih terbuka pada Normal
was opened grande multipara
Fluor (-) Fluor (-) Normal
Fluxus (+) active bleeding Fluxus (-) Abnormal. Terjadi
perdarahan post
partum
Erosion (+) Erosion (-) Akibat persalainan
Laceration (+) repaired Laceration (-) Akibat persalainan
Polyp (-) Polyp (-) Normal

b. Bagaimana mekanisme abnormalitas dari hasil pemeriksaan obstetri di


atas ?
Jawab:

26
Bayi berukuran besar + manipulasi oleh penolong (mendorong uterus)
 ruptur uteri  gangguan kontraksi uterus  atoni uteri  uterus
tidak berkontraksi setelah plasenta dilahirkan  arteri tidak terjepit 
perdarahan tidak berhenti  perdarahan masif post partum.

7. Lab : Hb 4,7 g/dL; PLT: 225.000 /mm3 WBC: 20.600/mm3, BT/CT : 3


minutes/12 minutes ureum: 48.5 mg/dL; creatinine: 1.10 mg/dL
a. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan lab di atas ?
Jawab:
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Interpretasi
Lab
Hb 4,7 g/dl >11,0 g/dL Abnormal.
Hb rendah (Anemia)

PLT (Platelete) 225.000 /mm3 150.000- Normal


400.000/mm3
WBC 20.600/mm3 9.000- Normal.
25.000/mm3
(saat persalinan,
kembali normal pada
minggu ke-4 pasca
persalinan)
BT (Bleeding 3 minutes 1-6 menit Normal.
time)
CT (Clotting 12 minutes 6-12 menit Normal.
Time)
Ureum 48.5 mg/dL 10-50 mg/dL Normal.

Creatinine 1.10 mg/dL 0,6-1,3 mg/dL Normal

b. Bagaimana mekanisme abnormalitas dari hasil pemeriksaan lab di atas


?
Jawab:
 HB 4,7

27
Perdarahanpenurunan volume daraheritrositmenurun HB 4,7
g/dL

28
IV. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan

What I
Pokok What I What I have How will I
No don’t
Bahasan Know to prove learn
know

Anatomi dan Anatomi dan


Anatomi
Fisiologi Fisiologi
1. dan Fisiologi -
Kehamilan Kehamilan
Kehamilan
Dasar Lengkap

Jurnal
Mekanisme Istilah dalam Mekanisme
2. Persalinan proses - Persalinan
Normal persalinan Lengkap
Textbook

Epidemiologi
Etiologi
Faktor risiko
Pemeriksaan Algoritma Organisasi
penunjang penegakan Klasifikasi (Pakar
diagnosis Patogenesis Ahli)
Perdarahan Diagnosis
banding Tatalaksana Patofisiologi
3. postpartum
farmako
Definisi
(PPP/ PPS) dan non Manifestasi
SKDI farmako klinis
Edukasi
pencegahan
Komplikasi
Prognosis

29
V. Sintesis
ANATOMI DAN FISIOLOGI IBU HAMIL

A. Uterus

Uterus berbentuk seperti buah avokad atau buah pir yang sedikit gepeng ke
arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai
rongga. Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus
adalah 7-7.5 cm, lebar diatas 5.25 cm, tebal 2.5 cm, dan tebal dinding 1.35
cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio, yaitu
serviks ke depan dan membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus
uteri ke depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri.
Uterus terdiri atas fundusuteri, korpus uteri, dan serviks uteri. Fundusuteri
adalah bagian uterus proksimal, yaitu temoat masuknya tuba Falopii ke
uterus. Korpus uteri adalah bagian uterus yang terbesar. Rongga yang
tedapat di korpus uteri disebut kavumuteri (rongga rahim). Serviks uteri
terdiri atas parsvaginalisservisisuteri yang dinamakan porsio,
parssupravaginalisservisisuteri yaitu bagian serviks yang berada diatas
vagina.

Uterus memiliki beberapa bagian, yaitu:

 Korpus Uteri, yaitu bagian yang berbentuk seperti segitiga pada


bagian atas. Merupakan bagian uterus terbesar. Pada kehamilan

30
bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang.
Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavumuteri.

 Serviks uteri, yaitu bagian yang berbentuk seperti silinder. Terdiri


atas parsvaginalisservisisuteri yang dinamakan portio,
parssupravaginalisservisisuteri yaitu bagian serviks yang berada di
atas vagina.

 FundusUteri, yaitu bagian korpus yang terletak di atas kedua pangkal


tuba fallopi. Bagian proksimal, tempat kedua tuba falloppii masuk ke
uterus. Di dalam klinik penting untuk diketahui sampai di mana
fundusuteri berada, karena pemeriksaan perkiraan usia kehamilan
diketahui melalui perabaan tinggi fundusuteri.

Saluran yang terdapat dalam serviks disebutkanalisservikalis,


berbentuk seperti saluran lonjong dengan panjang 2,5 cm. Saluran ini
dilapisi kelenjar serviks, berbentuk torak bersilia dan berfungsi
sebagai reseptakulumseminis. Pintu saluran serviks sebelah dalam
disebut ostium uteriinternum dan pintu di vagina disebut ostium
uterieksternum.

Secara histologi, dari dalam ke luar, uterus terdiri atas endometrium di


korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri, otot-otot polos, dan
lapisan serosa, yaitu peritoneum viserale. Lapisan otot polos uterus
disebelah dalam berbentuk sirkuler dan disebelah luar berbentuk
longitudinal. Diantara kedua lapisan otot tersebut terdapat lapisan otot
oblik
a. Endometrium
Terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan jaringan dengan
banyak pembuluh darah yang berkeluk-keluk. Endometrium
melapisi seluruh kavumuteri dan mempunyai arti penting dalam
siklus haid pada masa reproduksi.dalam masa haid, endometrium
sebagian besar akan dilepaskan untuk kemudian tumbuh kembali

31
pada masa proliferasi yang selanjutnya akan diikuti dengan masa-
masa sekretorik.
b. Otot-otot polos
Lapisan otot polos uterus di sebelah dalam berbentuk sirkular dan di
sebelahluar berbentuk longitudinal. Di antara kedua lapisan tersebut
terdapat lapisan otot oblik, berbentuk anyaman. Lapisan ini paling
penting dalam persalinan karena setelah plasenta lahir, otot ini akan
berkontraksi secara kuat dan akan menjepit pembuluh-pembuluh
darah yang terbuka sehingga perdarahn berhenti.
c. Serosa
Uterus terfiksasi dalam rongga pelvis oleh jaringan ikat dan
ligamentum yang menyokongnya, anatara lain ligamentum kardinal,
ligamentumsakro-uterina kiri dan kanan, ligamentumrotundum kiri
dan kanan, ligamentumlatum kiri dan kanan,
ligamentuminfundibulo-pelvikum kiri dan kanan.

Uterus atau rahim merupakan organ bagian dalam yang memiliki


bentuk seperti buah pir dengan berat sekitar 30 gram yang tersusun
atas lapisan-lapisan otot. Ruang pada uterus ini berbetuk segitiga
dengan bagian atas lebih besar. Uterus berfungsi sebagai tempat
tumbuh dan berkembangnya janin. Otot pada uterus bersifat elastis
sehingga dapat menyesuaikan dan menjada janin ketika proses
kehamilan selama 9 bulan. Pada bagian uterus terdapat Endometrium
(dinding rahim) yang terdiri dari sel-sel epitel dan membatasi uterus.
Lapisan Endometrium akan menebal pada saat ovulasi dan akan
meluruh pada saat menstruasi. Untuk menyangga posisinya, uterus
disangga oleh Ligamentum dan jaringan ikat. Ligamen yang
menyokong uterus, yaitu :

 Ligamentum kardinal kiri dan kanan


 Ligamentumsakro-uterina kiri dan kanan
 Ligamnetumrotundum kiri dan kanan
 Ligamentumlatum kiri dan kanan

32
 Ligamentuminfundibulo-pelvikum kiri dan kanan
Uterus diperdarahi oleh arteri uterina kiri dan kanan yang terdiri atas
ramus asendens dan desendens, pembuluh ini berasal dari arteri
iliakainterna melalui dasar ligamentumlatum masuk ke dalam uterus.
Pembuluh darah lainyangmemperdarahi uterus adalah arteriovarika
kiri dan kanan, arteri ini berjalan dari lateral pelvis melalui
ligamentuminfundibulo-pelvikum mengikuti tuba falloppii, bergabung
dengan ramus desenden arteri uterina, diatasnya terdapat vena-vena
yang kembali melalui pleksus vena ke vena hipogastrika.

Getah bening yang berasal dari serviks akan mengalir ke darah


obturatorial dan inguinal, selanjutnyake daerah paraaorta dan
paravertebra dalam

Pada saat proses persalinan, rahim merupakan tempat jalan lahir yang
sangat penting, karena otot rahim mampu mendorong janin untuk
keluar, dan otot uterus dapat menutupi darah sehingga dapat
mencegah terjadinya pendarahan pasca persalinan. Pasca melahirkan,
rahim akan kembali kebentuk semula dalam waktu 6 minggu.

B. Plasenta

33
Setelah nidasi, trofoblas akan menembus (invasi) lapisan basal
endometrium dimana terdapat pembuluh darah spiralis, kemudian
terbentuk lacuna yang berisi plasma ibu. Proses pelebaran darah arteri
spiralis sangat penting sebagai bentuk fisiologi dengan bentuk mangkuk.

Proses invasi trofoblas kedua mencapai bagian myometrium arteri spiralis


akan terjadi pada usia kehamilan 14-15 minggu dan pada saat tersebut
telah lengkap. Bagian dasar sel trofoblas akan menebal disebut korion
frodorsum dan akan berkembang menjadi plasenta. Sementara itu, bagian
luar yang mengahadap ke kavumuteri disebut korion leave yang diliputi
ileh desidua kapsularis. Desidua tempat imlplantasi plasenta disebut
desidua basalis. (desidua = endometrium).

Arus Darah Utero Plasenta

Janin dan plassenta dihubungkan dengan tali pusat yang berisi 2 arteri
tersussunhelix berisi darah dengan CO2 dan 1 vena berisi darah penuh
oksigen. Tali pusat berisi massa mukopolisakarida yang disebut jeli
Wharton dan bagian luar adalah epitel amnion dengan panjang bervariasi
dari 30-90 cm. pada kehamilan aterm arus darah pada uteroplasenta
berkisar 500 – 750 ml/menit. Angiostensin II merupakan zat yang
mempertahankan arus darah uteroplasenta karena pengaruh produksi
prostasiklin. Namun pada kadar terlalu tinggi dapat menyebabkan
vasokontriksi sehingga oba-obatan ACEI kontraindikasi bagi ibu hamil.

Fungsi Plasenta

34
Pertukaran gas yang terpenting adalah transfer O2 dan CO2. Saturasi O2
pada ruang intervili plasenta adalah 90%, sedangkan tekanan parsialnya
adalah 90mmHg.

Perbedaan tekanan 5mmHg antara ibu dan janin memungkinkan


pertukaran CO2 (dalam bentuk asam karbonat, karbamino Hb, atau
bikarbonat) pada plasenta.

Keseimbangan asam – basa bergantung pada kadar H+, asam laktat, dan
bikarbonat pad sirkulasi janin-plasenta. Pada umumnya asidosis dapat
terjadi apabila terdapat kekurangan O2.

Metabolisme karbohidrat, terutama ditentukan oleh kadar glukosa yang


dipasok oleh ibu. Sebanyak 90% dari kebutuhan energy berasal dari
glukosa. Kelebihan glukosa akan disimpan sebagai glikogen dan lemak.
Glikogen disimpan di hati, otot, dan plasenta. Sedangkan lemak di sekitar
jantung dan belakang scapula. Glukosa dan monosakarida dapat langsung
melewati plasenta. Kadar glukosa janin berkaitan dengan kadar glukosa
ibu namun tidak dipengaruhi oleh hormonal ibu.

Asam lemak dibutuhkan oleh janin untuk pembentukan membrane sel dan
cadangan yang berguna untuk sumber energy pada eriodeneonates dini.

Janin mampu mensintesis protein dari asam amino yang dipasok lewat
plasenta. Asam amino masuk lewat plasenta dan ternyata kadarnya lebih
tinggi dari ibunya. Plasenta tidak berperan dalam sintesis protein fetus,
namun mensitesis protein ke sirkulasi ibu seperti korionik gonadotropin
dan human placentallactogen.

PERDARAHAN PASCAPERSALIANAN( PPS) / HPV

a. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Penunjang digunakan untuk mencari penyebab dan letak dari
terjadinya pendarahan pasa persalinan seperti :

35
- MRI: untuk melihat apakah terdapat rembesan darah ke daerah
peritoneum atau cavum douglas
- USG: untuk melihat keadaan uterus dan melihat apakah ada retensi
plasenta, inversi uterus (fundus uteri terbalik)
- Tes FDP (Fibrin Degradation Product), Protrombin, PTT (Partial
Thromboplastin Time): untuk melihat apakah ada gangguan koagulasi
darah.

b. Algoritma penegakan diagnosis


 Anamnesis
Anamnesis merupakan suatu cara penegakan diagnosis yang dilakukan
pertama kali. Di mana anamnesa yang baik dan benar dapat mengarahkan
diagnosis. Anamnesis pada kasus obstetri dan ginekologi memiliki prinsip
yang sama dengan anamnesa pada umumnya yaitu meliputi identitas,
keluhan utama, penyakit saat ini, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat
pengobatan, riwayat keluarga, dan riwayat sosial. Pada kasus obstetri dan
ginekologi, anamnesis dititik beratkan pada riwayat perkawinan,
kehamilan, siklus menstruasi, penyakit yang pernah diderita khususnya
penyakit obstetri dan ginekologi serta pengobatan, riwayat KB, serta
keluhan-keluhan seperti perdarahan dari jalan lahir, keputihan (fluor
albus), nyeri, maupun benjolan.
Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10%
dari volume darah total tanpa menunjukkan gejala-gejala klinis. Tanda
dan gejala baru tampak pada kehilangan darah sebanyak 20%.Gejala
klinis berupa perdarahan per vaginam yang terus-menerus setelah bayi
lahir.Kehilangan banyak darah tersebut menimbulkan tanda-tanda syok
yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil,
ekstrimitas dingin, dan lain-lain.
Gejala yang mungkin tampak atau dikeluhkan pasien yang mengalami
perdarahan pasca persalinan adalah tampak pucat, lemah, dan menggigil.
 Pemeriksaan Fisik

36
Pemeriksaan fisik perlu dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosis. Pemeriksaan fisik akan bermakna signifikan dalam
menegakkan diagnosis jika dilakukan sedini mungkin agar mengetahui
tanda-tanda awal dari perdarahan pasca persalinan.
Perdarahan pasca persalinan dapat dimulai sebelum atau setelah
terlepasnya plasenta.Lazimnya yang terjadi bukanlah perdarahan masif
mendadak, namun perdarahan yang konstan.Efek perdarahan bergantung
pada kondisi/derajat perdarahan di mana kita memulai tindakan resusitasi,
volume darah saat tidak hamil, dan besarnya hipervolemia yang diinduksi
kehamilan.Gambaran perdarahan pasca persalinan yang dapat
menyesatkan adalah kegagalan kompensasi dari denyut nadi dan tekanan
darah hingga telah terjadi kehilangan darah dalam jumlah besar.
Wanita yang awalnya normotensif bahkan dapat menjadi hipertensif
sebagai respon terhadap perdarahan.Begitu pula, wanita yang sebelumnya
hipertensif dapat dianggap sebagai normotensif walaupun sebenarnya
berada dalam keadaan hipovolemia berat.Namun perlu diberikan
pertimbangan khusus terhadap wanita dengan preeklamsia berat dan
eklamsia, karena golongan tersebut tidak mengalami pertambahan volume
darah yang normalnya terjadi.Pada wanita hamil dengan eklamsia akan
sangat peka terhadap PPP, karena sebelumnya telah mengalami defisit
cairan intravascular dan terdapat penumpukan cairan ekstravaskular.
Sehingga, perdarahan dalam volume rendah saja dapat mempengaruhi
status hemodinamika ibu secara cepat dan memerlukan penanganan
segera sebelum terjadinya tanda-tanda syok.
Zeeman dkk.(2009) mencatat peningkatan rerata volume darah hanya
terjadi pada 10% di antara 29 wanita dengan eklamsia saat
melahirkan.Sehingga, wanita-wanita tersebut sangat sensitif atau bahkan
tidak dapat memberikan toleransi atas kehilangan darah dalam jumlah
yang dianggap normal.
Tanda paling utama adalah keluarnya darah yang berlebihan setelah bayi
lahir atau setelah plasenta lahir.Adanya darah yang mengalir deras,
kontraksi uterus lembek dan tidak membaik dengan masase, pasien segara

37
jatuh dalam keadaan syokhemoragik adalah tanda dan gejala utama
perdarahan pascasalin karena atoni uteri.Menghitung jumlah darah yang
keluar tidak mudah sehingga jumlah darah yang keluar biasanya hanya
berdasarkan perkiraan yakni dengan melihat seberapa basah kain yang
dipakai sebagai alas, bagaimana darah mengalir dan berapa lama darah
tetap mengalir.Keterlambatan dalam menentukan banyaknya darah yang
keluar bisa menimbulkan masalah yang serius.
Pada beberapa wanita, setelah melahirkan terdapat kemungkinan darah
tidak keluar per vaginam, tetapi menggumpal dalam kavitas uteri yang
dapat melebar jika darah yang terkumpul mencapai 1000 ml atau
lebih.Pada beberapa kasus, penolong dapat memijat gulungan lemak yang
teraba saat masase abdomen, sebab mungkin salah diduga sebagai uterus
pasca persalinan.
 Pemeriksaan Penunjang
Penegakan diagnosis pada pasien dengan perdarahan pasca persalinan
cukup dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik, namun agar dapat
mengetahui penyebab dan menyingkirkan diagnosis banding, maka
pemeriksaan penunjang diperlukan.

c. Diagnosis banding
1) Perdarahan postpartum e.c. atonia uteri
2) Perdarahan postpartum e.c. robekanjalanlahir
3) Perdarahan postpartum e.c. retentiosisaplasenta
Berikut merupakan table penilaian klinik untuk menentukan penyebab
Perdarahan Post Partum

Gejala dan tanda Penyulit Diagnosis Kerja

- Uterus tidak Syok


berkontraksi dan
lembek Bekuan darah pada serviks Atonia uteri
atau posisi telentang akan
- perdarahan segera menghambat aliran darah
setelah anak lahir keluar

38
- Darah segar mengalir Pucat
segera setelah bayi
lahir Lemah
Robekan jalan
- uterus berkontraksi Menggigil lahir
dan keras

- plasenta lengkap

- Plasenta belum lahir Tali pusat putus akibat traksi


setelah 30 menit berlebihan

- perdarahan segera Inversio uteri akibat tarikan Retensio plasenta

- uterus berkontraksi Perdarahan lanjutan


dan keras
- Plasenta atau Uterus berkontraksi tetapi
sebagian selaput tidak tinggi fundus tidak berkurang Retensi sisa
lengkap plasenta
- perdarahan segera
- Uterus tidak teraba Neurologenik syok

- lumen vagina terisi Pucat dan limbung


massa Inversio uteri
- Tampak tali pusat
(bila plasenta belum
lahir)
- Sub-involusi uterus Anemia
Endometritis atau
- nyeri tekan perut Demam sisa fragmen
bawah dan pada plasenta
uterus (terinfeksi atau
tidak)
- Perdarahan sekunder

d. Diagnosis kerja

Perdarahan pascapersalianan et causa atonia uteri denagn komplikasi syok


hemoragik kelas II

e. Definisi

Perdarahan post partum didefinisikan sebagai kehilangan darah lebih dari


500 mL setelah persalinan vaginal ataulebihdari 1000 ml setelah
persalinan abdominal.

39
f. Epidemiologi
Perdarahan pasca persalinan menjadi penyebab kematian utama ibu hamil
di seluruh dunia dengan angka kejadian sekitar 30% dari seluruh kasus
kematian ibu, setara dengan 86.000 kematian per tahun atau sepuluh
kematian setiap jam.
Di negara-negara industri, perdarahan pasca persalinan menduduki
peringkat 3 dalam penyebab utama kematian ibu, bersama dengan emboli
dan hipertensi.Sedangkan pada negara berkembang, beberapa negara
memiliki angka kematian ibu lebih dari 1000 wanita per 100.000 kelahiran
hidup. Di mana 25% dari kematian ibu disebabkan oleh perdarahan pasca
persalinan, terhitung lebih dari 100.000 kematian maternal per tahun.

g. Etiologi
1. Atonia uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal untuk
berkontraksi dan mengecil sesudah janin keluar dari rahim. Perdarahan
postpartum secara fisiologis di control oleh kontraksi serat-serat
myometrium terutama yang berada disekitar pembuluh darah yang
mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta. Atonia uteri
terjadi ketika myometrium tidak dapat berkontraksi. Pada perdarahan
karena atonia uteri, uterus membesar dan lembek pada palpusi. Atonia
uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan,
dengan memijat uterus dan mendorongnya kebawah dalam usaha
melahirkan plasenta, sedang sebenarnya bukan terlepas dari
uterus.Atonia uteri dapat ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta
lahir terdapat perdarahan aktif, bergumpal, banyak, dan pada palpasi
didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan
kontraksi yang lemah.
2. Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahir biasa terjadi pada persalinan dengan trauma.
Robekan yang biasa terjadi bisa ringan berupa lecet atau laserasi, luka
episiotomi, robekan perineum dengan derajat ringan hingga

40
rupturaperinei totalis (sfingter aniterputus), yang paling buruk adalah
ruptura uteri. Perdarahan dapat diperiksa dengan cara melakukan
inspeksi pada vulva,vagina dan serviks untuk mencari sumber
perdarahan dengan ciri darah yang merah segar. Perdarahan yang
terjadi akibat rupturuterus dapat diduga akibat proses persalinan yang
lama, uterus denganlokus minoris resistensia, adanya atonia uteri dan
tanda cairanbebas pada intraabdominal.
3. Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir
sebagian atau seluruhnya hingga atau melebihi 30 menit setelah bayi
lahir.Hal ini bisa terjadi akibat adhesi yang kuat antara plasenta dan
uterus yang akan menyebabkan terganggungnya retraksi otot dan
kontraksi otot uterus,sehinggasebagian pembuluh darahtetap terbuka
yang akan menimbulkan perdarahan. Pada kasus plasenta yang sudah
lepas daridinding uterus namun belum dilahirkan disebabkan oleh
tidak adanya usaha untuk melahirkan akibat salah penanganan kala III.
Sisa plasenta yang tertinggal merupakan penyebab 20-25% dari kasus
perdarahan postpartum.
4. Perdarahan karena gangguan pembekuan darah
Gangguan pembekuan darah dapat dicurigai bila ibu bersalin pernah
mengalami hal yang sama dan penyebab perdarahan yang lain dapat
disinggirkan. akan terjadi tendensi mudahnya terjadi perdarahan setiap
dilakukan penjahitan maka perdarahan akan merembes atau
menimbulkan terjadinya hematoma pada bekas jahitan, suntikan,
perdarahan dari gusi, gigi, rongga hidung dan lain-lain.Pada
pemeriksaan penunjang dapatditemukan hasil pemeriksaan faal
hemostatis yang tidak normal. Waktu perdarahan, dan waktu
pembekuan memanjang, trombositopenia, terjadi juga
hipofibrinogenemia dan terdeteksi adanya fibrin degradation product
serta perpanjangan tes protrombin.Faktor predispoisi yang dapat
memicu terjadinya koagulopati adalah solusio plasenta, kematian janin
dalam kandungan, ekslampsia, emboli cairan ketuban dan sepsis.

41
h. Faktor risiko

1. Usia
Wanita yang melahirkan anak pada usia lebih dari 35 tahun
merupakan faktor predisposisi terjadinya perdarahan post partum yang
dapat mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada
usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah
mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal.
2. Paritas

42
Salah satu penyebab perdarahan post partum adalah multiparitas.
Paritas menunjukan jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai
batas viabilitas dan telah dilahirkan.Primipara adalah seorang yang
telah pernah melahirkan satu kali satu janin atau lebih yang telah
mencapai batas viabilitas, oleh karena itu berakhirnya setiap
kehamilan melewati tahap abortus memberikan paritas pada
ibu.Seorang multipara adalah seorang wanita yang telah
menyelesaikan dua atau lebih kehamilan hingga viabilitas. Hal yang
menentukan paritas adalah jumlah kehamilan yang mencapai
viabilitas, bukan jumlah janin yang dilahirkan. Paritas tidak lebih
besar jika wanita yang bersangkutan melahirkan satu janin, janin
kembar, atau janin kembar lima, juga tidak lebih rendah jika janinnya
lahir mati.Uterus yang telah melahirkan banyak anak, cenderung
bekerja tidak efisien dalam semua kala persalinan
3. Anemia
Anemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan nilai
hemoglobin di bawah nilai normal, dikatakan anemia jika kadar
hemoglobin kurang dari 11g/dL. Kekurangan hemoglobin dalam darah
dapat menyebabkan komplikasi lebih serius bagi ibu baik dalam
kehamilan, persalinan, dan nifas. Oksigen yang kurang pada uterus
akan menyebabkan otot-otot uterus tidak berkontraksi dengan adekuat
sehingga dapat timbul atonia uteri yang mengakibatkan perdarahan
post partum.
4. Riwayat persalinan
Riwayat persalinan di masa lampau sangat berhubungan dengan hasil
kehamilan dan persalinan berikutnya. Bila riwayat persalinan yang
lalu buruk petugas harus waspada terhadap terjadinya komplikasi
dalam persalinan yang akan berlangsung. Riwayat persalinan buruk
ini dapat berupa abortus, kematian janin, eklampsi dan preeklampsi,
sectio caesarea, persalinan sulit atau lama, janin besar, infeksi dan
pernah mengalami perdarahan ante partum dan post partum.
5. Bayi makrosomia

43
Bayi besar adalah bayi lahir yang beratnya lebih dari 4000 gram.
Menurut kepustakaan bayi yang besar baru dapat menimbulkan
dytosia kalau beratnya melebihi 4500 gram. Kesukaran yang
ditimbulkan dalam persalinan adalah karena besarnya kepala atau
besarnya bahu. Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat
besar dapat menimbulkan inertia dan kemungkinan perdarahan
postpartum lebih besar.
6. Kehamilan ganda
Kehamilan ganda dapat menyebabkan uterus terlalu meregang, dengan
overdistensi tersebut dapat menyebabkan uterus atonik atau
perdarahan yang berasal dari letak plasenta akibat ketidakmampuan
uterus berkontraksi dengan baik.

i. Klasifikasi

Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu (Manuaba, 2008) :


1. Perdarahan Postpartum Primer yaitu perdarahan postpartum yang terjadi
dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan postpartum
primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan
lahir dan inversio uteri.

2. Perdarahan Postpartum Sekunder yaitu perdarahan postpartum yang


terjadi setelah 24 jam pertama kelahiran. Perdarahan postpartum sekunder
disebabkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa
plasenta yang tertinggal.

j. Patofisiologi

Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus


masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam
stratum spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya
plasenta terbuka. Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang
terbuka tersebut akan menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh
bekuan darah sehingga perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan
retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat penutupan pembuluh

44
darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan demikian
menjadi faktor utama penyebab perdarahan pasca persalinan. Perlukaan
yang luas akan menambah perdarahan seperti robekan servix, vagina dan
perineum

k. Manifestasi klinis

Gejala klinis yang umum didapatkan pada perdarahan postpartum yaitu :

1. Perdarahan pervaginam, yang terus menerus setelah bayi lahir

2. Bilaberat bisa didapatkan tanda-tanda syok seperti, lemah, gelisah,


tekanan darah sulit dinilai, nadi cepat dan lemah, serta penurunan kadar
Hb ( < 8 gr%)

3. Gejala lain seperti, pucat, ekstremitas dingin, mual.

l. Tatalaksana
a. Tatalaksana farmako dan non farmako
Penatalaksanaan Awal
 Segera memanggil bantuan tim
 Nilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien.
 Bila menemukan tanda-tanda syok, lakukan penatalaksanaan syok.

45
Tatalaksana awal perdarahan pascasalin dengan Pendekatan Tim

1. Berikan oksigen.

2. Pasanginfusintravenadengankanulberukuranbesar (16 atau 18) dan


mulai pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat atau Ringer Asetat) sesuai dengan kondisiibu.

3. Lakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan pernapasan ibu.

46
4. Periksa kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka,
dan tinggi fundus uteri.

5. Periksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan
laserasi (jika ada, misal: robekan serviks atau robekan vagina).

6. Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban.

7. Pasang kateter Folley untuk memantau volume urin dibandingkan


dengan jumlah cairan yang masuk.

8. Catatan: produksiurin normal 0.5-1 ml/kgBB/jam atausekitar 30


ml/jam)

9. Jika kadar Hb< 8 g/dl rujuk ke layanan sekunder (dokter spesialis


obgyn)

10. Jika fasilitas tersedia, ambil sampel darah dan lakukan


pemeriksaan: kadar hemoglobin (pemeriksaan hematologi rutin)
dan penggolongan ABO.

11. Tentukan penyebabdari perdarahannya dan lakukantatalaksana


spesifik sesuai penyebab

Tujuan utama pertolongan pada pasien dengan perdarahan postpartum


adalah menemukan dan menghentikan penyabab dari perdarahan
secepar mungkin. Tahapan penatalaksanaan perdarahan pasca salin
berikut ini dapat disingkat dengan HAEMOSTASIS. Setiap kasus PPS
berisiko meningkatkan morbiditas dan moeralitas pada ibu sehingga
kondisi ini perlu diinformasikan kepada keluarga beserta tahapan-
tahapan resusitasi yang akan dilaksanakan. Harus dipastikan bahwa
proses ini diakhiri dengan penandatangana informed consent.
1. Ask for HELP. Segera meminta pertolongan, atau dirujuk ke
rumash sakit. Pendekata multidisipliner dapat mengoptimalkan
monitoring dan pemeberian cairan.

47
2. Assess and resuscitate. Segera menilai jumlah darah yang keluar
seakurat mungkin dan mementukan derajat perubahan
hemodinamik . nilai tingkat kesadaran, nadi, tekanan darah, dan
bila fasilitas memungkingkan, saturasi oksigen harus dimonitor.
3. Establish etiology. Ensure availability of Blood. Sambil
melakukan resusitaasi juga dilakukan upaya menentukan etiologi
PPS. Nilai kontraksi uterus, cari adanya cairan bebas di
cavum abdomen, bila adda resiko ruptur (pada kasus bekas
seksio atau partus buatan yang sulit),atau bila kondisi pasien lebih
buruk dari pada jumlah darah yang keluar. Harus dicek ulang
kelengkapn plasenta dan selaput plasenta yang telah berhasil
dikeluarkan. Bila perdarahan terjadi akibat morbidly adherent
placentae saat seksio sesarea dapat diupayakan hemostatic sutures,
lihasi arteri hipogastrika dan embolisasi arteria uterine. Keadaan
ini sering terjadi pada kasus plsenta previa pasca seksi sesarea.
4. Massage the uterus. Perdarah setekah plasenta lahir harus segera
ditangani dengan masase uterus dan pemberian obat-obatan
uterotonika. Nila uterus tetap lembek harus dilakukan kompresi
bimanual interna dengan menggunakan kepalan tangan kanan
didalam uterus dan kepalan tangan kanan didalam uterus dan
telapak tangan kiri melakukan masase fundus uteri.
5. Oxytocin infusin/Prostaglandin. Dapat iberikan oksitosi 40 IU
dalam 500 cc normal saline dan dipasang dengan kecepatan 123
cc/jam. Hindari kelebihan cairan karena dapat menyebabkan
edema pulmoner hingga edema otak yang pada kahirnya dapat
menyebabkan kejang karena hiponatremia. Hal ini timbul karena
efek antidiuretic hormon (ADH)- like effect dari oksitosin.
Ergomoetrin dapat diberikan secara IM atau IV dengan dosis awal
0,2 mg(secara perlahan). Dosis lanjutan 0,2 mg setelah 15 menit
bila masih diperlukan.dosis maksimal adalah 1 mg atau 5 dosis
perhar.ergometrin kontraindikasi diberikan pada preeklampsia dan

48
hipertensi. Bila perdarahan pasca salin tidak berhasil dengan
pemberian ergometrin atau oksitosis, dapat diberikan misoprostol.
6. Shift to theatre. Bila perdarahan masih tetap terjadi segera pasien
dievakuasi ke ruang operasi. Pastikan untuk mentungkirkan sisa
plasenta atua selapu ketuban dan kalau perlu dengan eksplorasi
kuret. Kompresi bimanual dilakukan selama ibu dibawa ke ruang
operasi.
7. Tamponade or uterine packing.tamponade uterus dapat membantu
mengurangi perdarahan. Tindakan ini juga dapat memberi
kesempatan koreksi faktor pembekuan. Dapat dilakukan
pemasangan Sengstaken Tube atau dapat dipakai Rush Urological
Hydrostatic Baloon dan Rakri SOS Baloon. Biasanya dimasukkan
300 – 400cc cairan untuk mencapai tekanan yang cukup adekuat
sehingga perdarahan berhenti. Atau yang paling sederhana dan
murah adalah tamponade kondom-kateter.
8. Apply compression sutura B-Lynch suture dianjurkan dengan
memakai chromic catgut no.2 atau Vicryl O (Ethicon). Cara ini
dipilih bila tos dengan manual kompresi berhasi menghentikan
perdarahan. Cara ini banyak dikembangkan modifikasi
disesuaikan dnegan fasilitas dan cara mengerjakan yang lebih
simple.
9. Systemic Pelvic Devascularization : ligasi arteria uterine atau
ligasi arteri hypogsatrica
10. Subtotal or total abdominal hysterectomy : tujuannya untuk
menyelamatkan nyawa dan diutamakn pada ibu yang sudah
mempunyai anak.

49
50
Penolong berdiri di depan vulva. Oleskan larutan antiseptik pada sarung
tangan kanan. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, sisihkan kedua
labium mayus ke lateral dan secara obstetrik, masukkan tangan kanan
melalui introitus.

Kepalkan tangan kanan dan letakkan dataran punggung jari telunjuk


hingga kelingking pada forniks anterior, dorong uterus ke kranio-

51
anterior.

Tapak tangan kiri menekan bagian belakang korpus uteri.

Lakukan kompresi dengan jalan mendekatkan telapak tangan kiri dengan


kepalan tangan kanan pada forniks anterior.

Perhatikanperdarahan yang terjadi, bilaperdarahanberhenti,


pertahankanposisidemikianhinggakontraksiuterusmembaik.
BilaperdarahanBelumberhenti, lanjutkanketindakanberikut.

Keluarkan tangan kanan, bersihkan sarung tangan dan rendam dalam


klorin 0,5 %.

Cuci tangan dan lengan, keringkan dengan handuk.

Pakai sarung tangan DTT yang baru secara benar.

52
Peralatan yang di perlukan untuk dapat melakukan kompresi aorta
abdominalis tidak ada, kecuali sedapat mungkin teknik yang benar,
sehingga aorta benar-benar tertutup untuk sementara waktu sehingga
perdarahan karena otonia uteri dapat di kurangi.

Tata cara komperesi aorta abdominalis:

1. Tekanlah aorta abdominalis diatas uterus dengan kuat dan dapat dibantu
dengan tangan kiri selama 5 s/d 7 menit.
2. Lepaskan tekanan sekitar 30 sampai 60 detik sehingga bagian lainnya
tidak terlalu banyak kekurangan darah.
3. Tekanan aorta abdominalis untuk mengurangi perdarahan bersifat
sementara sehingga tersedia waktu untuk memasang infus dan
memberikan uterotonika secara intravena.
Teknik penekanan aorta:
 Berikan tekanan kebawah dengan tekanan tangan diletakan diatas
pers abdominalis aorta melalui dinding abdomen
 Titik kompresi tepat diatas umbilikus dan agak kekiri
 Denyut aorta dapat diraba dengan mudah melalui dinding abdomen
anterior segera pada periode pascapartum
 Dengan tangan yang lain palpasi denyut nadi femoral untuk
memeriksa keadekuatan kompresi
 Jika denyut nadi teraba selama kompresi tekanan yang dikeluarkan
kepalan tangan tidak adekuat

53
 Jika denyut nadi femoral tidak teraba tekanan yang dikeluarakan
kepalan tangan adekuat
 Pertahanan kompresi sampai darah terkontrol
 Jika pendarahan berlanjut walaupun kompresi telah dilakukan
 Lakukan ligasi uteria dan ligasi ateri uteri
 Bila tidak berhasil, histerektomi adalah langkah terakhir

54
55
m. Edukasi pencegahan
Untuk mencegah terjadinya penyulit kehamilan, maka perlu untuk
menghindari apa yang disebut dengan 3T dan 4T.

56
3 Terlambat :
1. Terlambat dalam mencapai fasilitas (Transportasi ke rumah
sakit/puskesmas kerana jauh)
2. Terlambat dalam mendapatkan pertolongan yang cepat dan
tepat di fasilitas pelayanan(kurang lengkap atau tenaga medis
kurang)
3. Terlambat dalam mengenali tanda bahaya kehamilan dan
persalinan
4 Terlalu :
1. Terlalu muda (usia di bawah 16 tahun)
2. Terlalu tua (usia diatas 35 tahun)
3. Terlalu sering (perbedaan usia antara anak sangat dekat)
4. Terlalu banyak (memiliki lebih dari empat orang anak)
Pencegahan :
a) Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum, dan
mengatasi setiap penyakit kronis, anemia, dan lain lain sehingga
pada saat hamil dan persalinan pasien tersebut ada dalam keadaan
optimal
b) Mengenal faktor predisposisi PPP seperti multiparitas, anak besar,
hamil kembar, hidramnion, bekas seksio, ada riwayat PPP
sebelumnya dan kehamilan risiko tinggi lainnya yang risikonya
akan muncul saat persalinan
c) Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pecegahan partus
lama
d) Kehamilan risiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit
rujukan
e) Kehamilan risiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan
terlatih dan menghindari persalinan dukun
f) Menguasai langkah langkah pertolongan pertama menghadapi PPP
dan mengadakan rujukan sebagaimana mestinya
n. Komplikasi

57
Perdarahan postpartum dapat menyebabkan beberapa komplikasi,
diantaranya:
 Perdarahan yang terjadi sangat cepat sehingga menyebabkan
kolapsnya sirkulasi dan dapat mengarah pada syok dan kematian
 Anemia purpura dan morbiditas
 Kerusakan pada aliran darah ke kelenjar hipofisis sehingga
menyebabkan nekrosis dari kelenjar hipofisis (Sindroma Sheehan)
 Rasa takut pada kehamilan berikutnya karena perdarahan sangat
menakutkan bagi ibu
 Prognosis
Prognosis umumnya dubia ad bonam, tergantung dari jumlah
perdarahan dan kecepatan penatalaksanaan yang dilakukan.

o. Prognosis
Tergantung kepada penyebab, waktu, banyaknya kehilangan darah,
kondisi sebelumnya dan keefektifan pengobatan. Hal yang penting adalah
ketepatan dan kecepatan diagnosis dan penanganan.

p. SKDI

Tingkat kemampuan 3B. Gawat darurat

Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi


pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelematkan nyawa
atau mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter
mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali
dari rujukan

58
VI. Kerangka Konsep

Faktor risiko
Faktor risiko Distensi karena makrosomnia
Multiparitas, usia 40 tahun dan Partus Lama

Uterus menjadi lebih kaku Kontrakasi dan retraksi


karena tersusun dari jaringan uterus lemah
fibrotik

Arteri spiralis dekat


implantasi plasentaterbuka

Fluxus (+) Pendarahan terus menerus Terjadi bendungan


pendarahan aktif (syok hemoragik) darah di kavum uteri

↓ beban jantung ↓ volume darah (anemia) Fundus teraba di


umbilicus
Nemia
Hipotensi Perfusi jaringan ↓ Kompensasi ↑ HR

Tenperature tubuh ↓ Oksigenisasi ke Kompensasi ↑ RR


jaringan ↓

Pasien tampak
pucat, lemah dan
mengantuk

59
VII. KESIMPULAN
Mrs. A 40 tahun mengalami Perdarahan pascapersalianan et causa atonia uteri
dengan komplikasi syok hemoragik kelas II

60
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, B.S. Perdarahan Kehamilan Lanjut dan Persalinan. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan maternal dan Neonatal. Jakarta. YBP-SP.2000. Hal
173-183; 644-674

B-Lynch C, Keith LG, Lalonde AB and Karoshi M. 2006. A textbook of Post


partum Hemorrhage. Sapiens Publishing. UK.

Karkata, made kornia. 2008. Perdarahan pascapersalianan, Ilmu kebidananan


sarwono prawirohardjo, edisi IV. Bina pustaka warwono
prawirohardjo. Jakarta.

Leveno K, Garry C, Norman F, James M, Steven L, Brian M, et all . Obstetri


williams

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Bedah Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo. Jakarta. 2016.

panduan ringkas. Jakarta: EGC; 2009. hal : 40.

Llewellyn, J, D. 2001. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Hipokrates. Jakarta.

61

Anda mungkin juga menyukai