Anda di halaman 1dari 10

PAPER PRAKTIKUM

LINGKUNGAN PERTANIAN DAN BIOSISTEM


(Identifikasi Elemen Lingkugan terkendali, tidak terkendali, dan Kesesuaian
Lahan terhadap tanaman padi, jagung kedelai, sawi)

Oleh:
Kelompok : 4/TEP 2016
Hari, Tanggal Praktikum : Jumat, 21 Maret 2018
Nama (NPM) : 1. Nina Nuraeni (240110160017)
2. Isni Nurfauziah (240110160071)
3. Wahyu Arianto (240110160081)
5. Dannisa Fathiya R (240110160093)
4. Dennys Alvanius (240110160106)
Asisten Praktikum : 1. Fauziah Aliyah
2. Istiqomah Haq
3. M. Akbar Anugrah
4. Novan Hermawan
5. Risti Kartikasari
6. Sulpa Yudha Prawira
7. Yuza Rahmadhan

LABORATORIUM KONSERVASI TANAH DAN AIR


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
I. Pendahuluan
Isni Nurfauziah Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
24011016071
keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilaku yang memengaruhi
keberlangsungan kehiduoan dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup
lainnya. Dalam konteks pertanian lingkungan hidup merupakan bagian utama,
sebab dalam prosesnya lingkungan hidup selalu dijadikan sumber utama segala
informasi. Lingkungan hidup secara umum terbagi atas dua bagian yaitu
lingkungan terkedali dan lingkungan tak terkendali. Kedua lingkungan ini yang
kemudian perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut, mengingat keberlangsungan
poros pertanian bergantung pada keberadaan lingkungan hidup
Identifikasi yang dilakukan berkaitan pada aspek dan elemen yang terdapat
didalamnya. Sejauh mana aspek utama mampu memenuhi kebutuhan dari proses
pertanian. Guna memenuhi informasi terkait, maka dilakukanlah prose identifikasi
pada sumber informasi.

II. Elemen-elemen Lingkungan Terkendali


Nina Nuraeni
240110160017 Lingkungan terdiri dari lingkungan terkendali dan tidak terkendali.
Faktor terkendali juga disebut mikro lingkungan yaitu kemampuan
keuangan, perusahaan sumber daya manusia, dengan lokasi, perusahaan pemasok,
perusahaan agen atau distributor. Setiap faktor lingkungan dapat berubah, dan
manajemen yang cerdas harus waspada untuk jangka pendek dan jangka panjang
perubahan dan membuat penyesuaian bauran produk dan alokasi sumber daya
manusia dan keuangan untuk melayani perubahan.
Kondisi Lingkungan yang dikehendaki:
 Kondisi cuaca yang mendukung rentang waktu tanam lebih panjang;
 Mikroklimat seperti suhu, kelembaban dan intensitas cahaya sesuai
dengan kebutuhan pertumbuhan tanaman;
 Suplai air dan pupuk dapat dilakukan secara berkala dan terukur;
 salinitas lingkungan sehingga tidak kondusif bagi hama dan penyakit;
 Kondisi nyaman bagi pelaksanaanya aktivitas produksi dan pengawasan
mutu;
 Bersih dari ekses lingkungan seperti polutan dan minimnya residu
pestisida; dan
 Hilangnya gangguan fisik baik oleh angin maupun hewan.
Selain itu parameter fisik yang dikumpulkan dalam inventarisasi sumber
daya lahan terdiri dari:
1. Aspek lahan- bentuk lahan – kemiringan dan lain-lainnya dapat diatur
sesuai kebutuhan tanaman yang akan ditanam.
2. Aspek tanah, seperti media tanamnya pada lingkungan terkendali ini
lebih menyesuaikan dengan kebutuhan media tanam untuk tanaman yangs sesuai
berbeda dengan lingkungan tak terkendali.
3. Kondisi erosi bisa termasuk kedalam aspek tanah, yaitu tentang
kemiringan suatu lahan, jadi bisa diatur sedemikian ruma sehingga tanaman
tertentu bisa bisa hidup dilahan yang disediakan.
4. Aspek tanaman berarti tanaman pada lingkungan terkendali tidak harus
disesuaikan sesuai dengan keadaan lingkungannya.
5. Aspek iklim, pada temperatur tertentu tanaman bisa hidup di lingkungan
tak terkendali, berbeda dengan tanaman yang hidup di lingkungan terkendali.
sistemnya berbeda yaitu dengan pengaturan temperatur sesuai yang dibutuhkan
oleh tanaman yang ditanam, cahaya baik secara langsung oleh matahari atau dari
sinar lampu UV.

III. Identifikasi Elemen-elemen Lingkungan Tak Terkendali


Isni Nurfauziah
24011016071 Lingkungan tak terkendali merupakan kesatuan benda hidup atau kesatuan
makhluk hidup berupa lahan terbuka bebas yang berada disekitar. Secara umum
lingkungan tak terkendali adalah lingkungan yang saat suatu proses berjalan
keadaannya tidak dapat dikendalikan. Biasanya lingkungan tak terkendali
merupakan kesatuan yang begitu erat hubungannya dengan alam, diantaranya
lahan, tanah, kondisi erosi, tanaman dan iklim.
Kaitan lingkungan tak terkendali dengan lingkungan pertanian adalah
dalam proses pengelolaan suatu lahan pertanian. Proses pengelolaan lahan tentu
saja tidak akan terlepas dari beberapa informasi dasar. Informasi ini dibutuhkan
dalam penentuan potensi lahan dan kesesuan untuk jenis tanaman. Informasi ini
kemudian dikaitkan dengan elemen-elemen dari lingkungan tak terkendali yang
sebelumnya telah disebutkan.
Aspek lahan meliputi bentuk lahan, kemiringan dan arah lereng, kondisi
drainase dan kondisi permukaan merupakan aspek pertama yang akan dilakukan
identifikasi keterkaiatannya dengan informasi yang dibutuhkan dalam pengelolaan
tanah untuk tanaman. Bentuk lahan pada suatu bidang lahan saat mempengaruhi
jenis tanaman yang akan ditanam. Sebagai contoh, ketika bentuk lahan
bergelombang maka tanaman yang cocok merupakan tanaman yang bukan
memiliki akar tunggang karena jelas akan sulit untuk tanaman memperpanjang akar
mengingat akar tunggang digunakan sebagai penguat tanaman dan pemenuhan
kebutuhan air. Elemen ini kemudian dikaitkan dengan kondisi permukaan yang
mana saat kondisi lahan bergelombang maka permukaan tanah biasanya banyak
bebatuan. Berlanjut kepada elemen kedua aspek pertama yaitu kemiringan dan arah
lereng. Informasi ini dibutuhkan untuk menentukan jenis daripada pola bercocok
tanam. Dikaetahui bahwa pada daerah pegungungan yang tingkat kemiringan lahan
dan arah lereng besar digunakan pola bercocok tanam dengan sistem terasering dan
irigasi surjan. Elemen ini sangat erat kaitannya dangan kondisi drainase yang
bergantung pada pola bercocok tanam. Selain daripada berkaitan erat dengan
elemen kondisi drainase, kemiringan dan alur lereng pun berpengaruh pada aspek
erosi yang mana ketika lahan semakin miring dan tidak ada penunjang maka
kemungkinan terjadinya erosi lebih besar.
Berlanjut kepada aspek kedua yaitu aspek tanah meliputi jenis tanah,
karakteristik tanah, sifat tanah kedalaman tanah dan Ph tanah. Dalam penentuan
tanaman informasi ini benar-benar dibutuhkan mengingat jenis tanah yang
bermacam macam, mulai berlempung, berpasir, liat dan lain sebagaimana.
Dilakukan penarikan contoh pada tanah berpasir. Tidak semua tanaman mampu
tumbuh pada daerah dengan kondisi tanah yang berpasir mengingat tanah beroasir
memiliki laju infiltrasi yang tinggi. Kondisi jenis tanah pun memengaruhi terhadap
pola pengelolaan lahan seperti pada penentuan irigasi, pada kondisi jenis tanah
berpasir irigasi yang cocok adalah irigasi tetes sebab apabila menggunakan teknik
irigasi permukaan air akan lebih dulu habis diserap oleh tanah dibandingkan oleh
tumbuhan. Elemen selanjutnya adalah karakteristik tanah yang secara tidak
langsung sudah meliputi sifat sifik dan juga Ph tanah karena dalam karakteristik
pendalaman informasi lebih kepada apa yang jelas dapat diidentifikasi seperti
warna, bau, tekstur serta Ph (mesikipun menggunakan bantuan alat). Karakteristik
ini sangat diperlukan mengingat proses tumbuh tanaman sangat bergantung kepada
hal ini, seperti contoh sawi hanya akan tumbuh pada kondisi Ph anatara 6-7, begitu
pula tanaman yang lain. Maka dari itu selain dilakukan identifikasi pada lahan perlu
pula dilakukan identifikasi lebih mendalam terkait tanah.
Aspek terakhir merupakan aspek iklim yang mana meliputi curah hujan,
ntensitas hujan, bulan basah dan bulan kering. Seperti telah diketahui sebelumnya
bahwa hujan sangat memengaruhi tumbuhan yang mana saat hujan turun dengan
konstan maka kebutuhan air tanaman akan sepenuhnya terpenuhi berbeda kasusnya
jika hujan tidak turun sepanjang tahun maka akan terjadi kegagalan dalam
pertumbuhan. Selain daripada itu, aspek iklim sangat tidak dapat ditebak
keberadaannya sehingga identifikasi lebih lanjut perlu dilakukan guna menyiasati
apabila suatu saat kondisi iklim berubah dari perkiraan.
Berdasarkan kepada pemaparan dapat dikatakan bahwa lingkungan tak
terkendali sepenuhnya tidak dapat dikendalikan. Namun, dapat disiasati dengan
metode dan car acara tertentu agar keberlangsungan dalam kegiatan pertanian tidak
mengalami kendala.

IV. Kesesuaian Lahan pada Tanaman Padi


Dennys Alvanius
240110160106 Tanaman padi dapat tumbuh dan hidup dengan suhu optimal yaitu 23°C.
Pengaruh suhu dalam budidaya tanaman padi harus diperhatikan karena suhu yang
rendah dalam budidaya padi akan memperlambat perkecambahan benih sehingga
dapat memperlambat proses pemindahan bibit ke lapangan. Suhu udara dan
intensitas cahaya di lingkungan sekitar tanaman berkorelasi positif dalam proses
fotosintesis yang merupakan proses pemasakan oleh tanaman untuk pertumbuhan
tanaman dan produksi buah atau biji. Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik di
daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air dengan curah hujan
rata-rata 200 mm/bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan
yang dikehendaki sekitar 1500-2000 mm/tahun (Sadono, 2013).
Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim kemarau
produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun
air melimpah produksi dapat menurun karena penyerbukan kurang intensif. Di
dataran rendah, padi memerlukan ketinggian 0-650 mdpl dengan temperatur 22-
27°C sedangkan di dataran tinggi, 650-1500 mdpl dengan temperatur 19-23°C.
Tanaman padi memerlukan penyinaran Matahari penuh tanpa naungan. Angin
berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang akan
merobohkan tanaman.
Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah
dengan kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dengan perbandingan tertentu
dan diperlukan air dalam jumlah yang cukup yang ketebalan lapisan atasnya
sekitar 18-22 cm dengan pH 4-7 (Hidayat, 2014)

V. Kesesuaian Lahan pada Tanaman Jagung


Dennys Alvanius
Tanaman jagung menghendaki daerah yang beriklim sedang hingga
240110160106
subtropik atau tropis yang basah dan di daerah uang terletak antara 0-50°LU
hingga 0-400 LS. Tanaman jagung juga menghendaki penyinaran Matahari yang
penuh. Suhu optimum yang dikehendaki adalah 21-34°C. Curah hujan yang ideal
untuk tanaman jagung adalah 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pertumbuhan
tanaman jagung sangat membutuhkan sinar Matahari. Tanaman jagung yang
ternanungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang
kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah.
Tanaman jagung memerlukan tanah yang gembur, subur, berdrainase yang
baik, pH tanah 5,6-7. Jenis tanah yang dapat toleran ditanami jagung antara lain
andosol, latosol dengan syarat pH-nya harus memadai untuk tanaman tersebut.
pada tanah-tanah bertekstur berat, jika akan ditanami jagung maka perlu dilakukan
pengolahan tanah yang baik. Namun, apabila kondisi tanahnya gembur, dalam
budidaya jagung tanah tidak perlu diolah. Tanaman jagung yang ditanam di
Indonesia mulai dari dataran rendah sampai ke daerah pegunungan yang memiliki
ketinggian antara 1000-1800 mdpl. Sedangkan daerah yang optimum untuk
pertumbuhan jagung adalah antara 0-600 mdpl (Wulandari, 2013).

VI. Kesesuaian Lahan untuk tanaman kedelai


Dannisa Fathiya
240110160093
Tingkat pH : 5,8 – 7

Ketinggian lahan : 600mpl – 1200mpl

Curah hujan : 100 - 400 ml / bulan

Suhu : 23 – 30 derajat

Kelembaban : 60% - 70 %

Lama penyinaran matahari: 12 jam/hari (Ridwan,2009)


Tanaman kedelai biasanya ditanam pada tanah kering (tegalan) atau
persawahan. Pengolahan tanah bagi penanaman kedelai di lahan kering sebaiknya
dilakukan pada akhir musim kemarau, sedangkan pada lahan sawah umumnya
dilakukan pada musim kemarau.

Persiapan lahan penanaman kedelai di areal persawahan dapat dilakukan


secara sederhana. Mula-mula jerami padi yang tersisa dibersihkan, kemudian
dikumpulkan, dan dibiarkan mengering. Selanjutnya, dibuat petak- petak
penanaman dengan lebar 3 m hingga 10 m dengan panjang disesuaikan dengan
kondisi lahan. Di antara petak penanaman dibuat saluran drainase selebar 25 cm –
30 cm, dengan kedalaman 30 cm. Setelah didiamkan selamn 7-10 hari, tanah siap
ditanami.

Jika areal penanaman kedelai yang digunakan berupa lahan kering atau
tegalan, sebaiknya dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu. Tanah dicangkul
atau dibajak sedalam 15 cm – 20 cm. Di sekeliling lahan dibuat parit selebar 40
cm dengan kedalaman 30 cm. Selanjutnya, dibuat petakan- petakan dengan
panjang antara 10 cm – 15 cm, lebar antara 3 cm – 10 cm, dan tinggi 20 cm – 30
cm. Antara petakan yang satu dengan petakan yang lain (kanan dan kiri) dibuat
parit selebar dan sedalam 25 cm. Antara petakan satu dengan petakan lainnya
dibuat parit selebar 30 cm dengan kedalaman 25 cm. Selanjutnya, lahan siap
ditanami benih.

Sebelum dilakukan kegiatan penanaman, terlebih dulu diberi pupuk dasar.


Pupuk yang digunakan berupa TSP sebanyak 75 kg – 200 kg/hektar, KCl 50 kg –
100 kg/hektar, dan Urea 50 kg/hektar. Dosis pupuk disesuaikan dengan anjuran.
Pupuk disebarkan secara merata di lahan, atau dimasukkan ke dalam lubang di
sisi kanan dan kiri lubang tanam sedalam 5 cm. (andri, 2011)

Dannisa Fathiya VII. Kesesuaian lahan untuk sawi


240110160093 Ketinggian lahan: 500 – 1200 mdpl

pH tanah : 6 - 7

Syarat agar budidaya sawi dapat tumbuh dengan baik dan hasilnya, tentu
perlu diketahui keadaan iklim, permukaan tanah dan ketinggian lahannya.
Budidaya sawi dapat tumbuh baik pada tempat berhawa panas ataupun berhawa
dingin, maka dapat dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran tinggi.
Tetapi, kenyataannya hasil yang didapat dari budidaya sawi ini lebih baik di
dataran tinggi. Lokasi budidaya sawi yang cocok yakni mulai dari ketinggian 500
– 1.200 meter dpl. Namun, lokasi budidaya sawi biasanya dilakukan pada daerah
yang memiliki ketinggian 100 – 500 meter dpl.Budidaya sawi relatif tahan
terhadap air hujan, dari itu dapat budidayakan sepanjang tahun. Yang perlu
diperhatikan dalam budidaya sawi di musim kemarau adalah penyiraman dengan
teratur. Pertumbuhan budidaya sawi memerlukan hawa yang sejuk, oleh sebab itu
budidaya sawi pada lahan suasana lembab akan lebih baik dalam pertumbuhannya.
Namun, dalam budidaya sawi juga tidak mengharapkan tergenang oleh air. Dari
itu, budidaya sawi cocok pada akhir musim hujan . Lahan tanah untuk budidaya
sawi harus pada tanah yang gembur, banyak mengandung humus, subur, serta
pembuangan airnya yang baik dengan pH tanah antara 6 – 7. Budidaya sawi efektif
dilakukan proses persemaian terlebih dahulu.(aini, 2015)

VIII. Simpulan
Isni Nurfauziah
24011016071 Lingkugan pertanian dan biosistem merupakan satu kesatuan dengan
lingkungan hidup yang tidak dapat dipisahkan. Segala sesuatu yang terdapat pada
lingkungan hidup dapat dikatakan sebagai elemen utama dari lingkungan
pertanian. Klasifikasi dan indentifikasi lingkungan terkendali dan tak terkendali
keberadaannya dibutuhkan untuk memberikan infromasi yang mumpuni terkait
proses yang terjadi pada sektor pertanian yang meliputi pemilahan tanman, proses
pengolahan lahan, kesesuaian lahan dengan tanaman, metode pengolahan dan lain
sebagainya. Bisa ataupun tidak lingkungan dikendalikan bukan menjadi masalah,
sebab ada bagian bagian tertentu yang dapat teratasi dengan melakukan siasat dana
tau metode yang sesuai

IX. Sumber Bacaan


Wahyu Arianto
Andri, 2011. Cara Budidaya Tanaman Kedelai. Terdapat pada :
240110160081
http://www.faunadanflora.com/cara-budidaya-tanaman-kacang-kedelai/

Hidayat. A. 2014. Lahan Tanaman Padi. Terdapat pada : http://repository.uin-


suska.ac.id (diakses pada Selasa, 27 Maret 2017 pukul 15.47 WIB).

Nurul, Aini. 2015. Cara Budidaya Sawi di Lahan Pertanian. Terdapat pada :
http://www.taniorganik.com/cara-budidaya-sawi-di-lahan-pertanian/

Nuryaman, 2011, pengertian dan lingkungan. Terdapat pada :http://nuryaman-


tritas. co.id/2011/05/pengertian-dan-lingkungan.html?view=classic
Ridwan, 2009. Budidaya Kedelai di Lahan Bekas Padi. Terdapat pada :
http://1001budidaya.com/budidaya-kedelai/

Sadono. D. 2013. Syarat Tumbuh Tanaman Padi. Terdapat pada :


http://digilib.unila.ac.id (diakses pada Selasa, 27 Maret 2017 pukul 15.39
WIB).

Wulandari. E. 2013. Budidaya Tanaman Jagung. Terdapat pada :


http://digilib.unila.aci.id (diakses pada Selasa, 27 Maret 2017 pukul 15.58
WIB).

Anda mungkin juga menyukai