DISUSUN OLEH
2018
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Otonomi Daerah.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam kelancaran tahap demi tahap dalam penyusunan hingga
penyelesaian makalah ini. Sekian dan terima kasih.
Penulis
i
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan..............................................................................................
PENDAHULUAN
1
2
PEMBAHASAN
3
4
pendapatan daerah berasal dari penerimaan dari dana perimbangan pusat dan
daerah, juga yang berasal daerah itu sendiri yaitu pendapatan asli daerah serta
lain-lain pendapatan yang sah.1
2.3 Sumber Keuangan Daerah
Adapun sumber keuangan daerah berasal dari penghasilan sebagai berikut.
A. Pajak Daerah
1
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah.
5
Pajak Rokok.
Pajak Hotel
Pajak Restoran
Pajak Hiburan
Pajak Reklame
Pajak Parkir
B. Retribusi Daerah
Objek retribusi adalah jasa umum, jasa usaha dan perizinan tertentu
yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah. Untuk itu,
retribusi dapat digolongkan ke dalam 3 jenis, yaitu Retribusi Jasa Umum,
Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perizinan Tertentu.
1.Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bersifat Retribusi Jasa
Usaha atau Retribusi Perizinan Tertentu.
3.Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau Badan
yang diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani
kepentingan dan kemanfaatan umum.
4.Jasa tersebut hanya diberikan kepada orang pribadi atau Badan yang
membayar retribusi dengan memberikan keringanan bagi masyarakat yang
tidak mampu.
Jenis Retribusi Jasa Usaha antara lain terdiri dari: Retribusi Pemakaian
Kekayaan Daerah, Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan, Retribusi
Tempat Pelelangan, Retribusi Terminal, Retribusi Tempat Khusus Parkir,
Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa, Retribusi Rumah
Potong Hewan, Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan, Retribusi Tempat
Rekreasi dan Olahraga, Retribusi Penyeberangan di Air, dan Retribusi
Penjualan Produksi Usaha Daerah.
1. Retribiusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi
Jasa Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu.
3. Perizinan Tertentu
c.Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau
kelompok usaha masyarakat.
Lain-lain PAD yang sah merupakan pendapatan daerah yang tidak dapat
dikategorikan sebagai pajak daerah, retribusi dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, namun masih termasuk dalam kategori
PAD. Lain-lain PAD yang sah dirinci menurut obyek pendapatan yang
mencakup:
b. Jasa giro.
c. Pendapatan bunga.
F. Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari APBN yang
dibagihasilkan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu
dengan memperhatikan potensi daerah penghasil. Pada dasarnya, selain
dimaksudkan untuk menciptakan pemerataan pendapatan daerah, DBH
juga bertujuan untuk memberikan keadilan bagi daerah atas potensi yang
dimilikinya. Dalam hal ini, walaupun pendapatan atas pajak negara dan
pendapatan yang berkaitan dengan sumber daya alam (SDA) merupakan
wewenang pemerintah pusat untuk memungutnya, namun sebagai daerah
penghasil, pemerintah daerah juga berhak untuk mendapatkan bagian atas
pendapatan dari potensi daerahnya tersebut.
Dana Bagi Hasil dari penerimaan PBB sebesar 90% untuk daerah meliputi
16,2% untuk daerah Provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke
Rekening Kas Umum Daerah Provinsi, 64,8% untuk daerah
13
Dana Bagi Hasil dari penerimaan BPHTP sebesar 80% dengan rincian
16% untuk daerah Provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening
Kas Umum Daerah Provinsi, dan 64% untuk daerah Kabupaten dan Kota
penghasil dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah
Kabupaten/Kota. Sedangkan 20% bagian Pemerintah dari penerimaan
BPHTP dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh Kabupaten
dan Kota.
Dana Bagi Hasil dari penerimaan PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21 merupakan bagian daerah
adalah sebesar 20% yang dibagi antara Pemerintah Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota. Dimana 60% untuk Kabupaten/Kota dan 40% untuk
Provinsi.
Sedangkan Dana Bagi Hasil yang bersumber dari sumber daya alam,
meliputi:
14
A.Sektor Kehutanan
Penerimaan dari sektor Kehutanan yang berasal dari penerimaan Iuran Hak
Pengusahaan Hutan (IHPH) dan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) yang
dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan dibagi dengan imbangan
20% untuk Pemerintah dan 60% untuk daerah. Sedangkan penerimaan
yang berasal dari Dana Reboisasi dibagi dengan imbangan sebesar 60%
untuk Pemerintah dan 40% untuk daerah.
C. Sektor Perikanan
Dana Bagi Hasil dari penerimaan perikanan yang diterima secara nasional
dibagi dengan imbangan 20% untuk Pemerintah dan 80% untuk seluruh
Kabupaten dan Kota.
Dana bagi hasil dari pertambangan gas bumi untuk daerah sebesar 30%
dibagi dengan imbangan 6% dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan,
12% dibagikan untuk Kabupaten/Kota penghasil, dan 12% dibagikan
untuk Kabupaten/Kota dalam provinsi bersangkutan.
Sedangkan sisa dana bagi hasil dari pertambangan gas bumi untuk daerah
yang sebesar 0,5% dialokasikan untuk menambah anggaran pendidikan
dasar, dimana 0,1% dibagikan untuk Provinsi yang bersangkutan, 0,2%
dibagikan untuk Kabupaten/Kota penghasil, 0,2% dibagikan untuk
Kabupaten/Kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan
Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana yang bersumber dari APBN
yang bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah atau
mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antar-daerah melalui
penerapan formula tertentu. DAU suatu daerah ditentukan atas alokasi
dasar dan besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap) suatu daerah. Alokasi
dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji pegawai negeri sipil daerah
(belanja pegawai daerah) pada daerah yang bersangkutan. Sedangkan
celah fiskal merupakan selisih antara kebutuhan daerah (fiscal need) dan
potensi daerah (fiscal capacity).
Alokasi DAU bagi daerah yang potensi fiskalnya besar tetapi kebutuhan
fiskalnya kecil akan memperoleh alokasi DAU yang relatif kecil.
Sebaliknya, daerah yang potensi fiskalnya kecil, namun kebutuhan
fiskalnya besar akan memperoleh alokasi DAU relatif besar, yang mana
secara implisit, prinsip tersebut menegaskan fungsi DAU sebagai faktor
pemerataan kapasitas fiskal. Begitupula jika dibandingkan dengan alokasi
dasar, daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan nol menerima
DAU sebesar alokasi dasar. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal
17
negatif dan nilai negatif tersebut lebih kecil dari alokasi dasar menerima
DAU sebesar alokasi dasar setelah dikurangi nilai celah fiskal. Sedangkan
daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut
sama atau lebih besar dari alokasi dasar tidak menerima DAU.
Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang bersumber dari APBN
yang dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan khusus
di daerah tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional, khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan
prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai standar
tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah.
Berbeda dengan daerah penerima DBH dan DAU, daerah penerima DAK
wajib menyediakan Dana Pendamping sekurang-kurangnya 10% (sepuluh
persen) dari alokasi DAK. Dana Pendamping tersebut harus dianggarkan
18
PENUTUP
3.1 Simpulan
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 sebagaimana terdapat
pada Pasal 1 ayat (2) pengertian Pemerintah Daerah adalah sebagai berikut.
“Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”. Sumber keungan daerah
terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi
Khusus.
3.2 Saran
Sumber keuangan daerah harus dikelola sebaik-baiknya karena dengan
mengelola keuangan daerah dengan baik masyarakat daaerah akan sejahtera
dan potensi yang dimiliki oleh daerah bisa terkelola dengan baik.
18
DAFTAR PUSTAKA
19