Anda di halaman 1dari 12

NAMA : YORISDA SEPTI AYU

NIM : 04011181621020
KELAS : BETA 2016
KELOMPOK : B1

LEARNING ISSUE

GIZI BURUK TANPA EDEMA

a. Definisi

Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein.
(Suriadi, 2001:196)

b. Gejala klinis

- Bayi cengeng dan sering merasa lapar.

- Iga gambang dan perut cekung

- Otot paha mengendor (baggy pant)


- Ubun-ubun cekung pada bayi
- Wajahnya tampak menua (old man/monkey face).

- Atrofi jaringan, otot lemah terasa kendor/lembek ini dapat dilihat pada paha dan
pantat bayi yang seharusnya kuat dan kenyal dan tebal.

- Oedema (bengkak) tidak terjadi.


- Warna rambut tidak berubah.
- Pada marasmus tingkat berat, terjadi retardasi
pertumbuhan, berat badan dibanding usianya sampai
kurang 60% standar berat normal. Sedikitnya jaringan
adipose pada marasmus berat tidak menghalangi
homeostatis, oksidasi lemak tetap utuh namun
menghabiskan cadangan lemak tubuh. Keberadaan
persediaan lemak dalam tubuh adalah faktor yang
menentukan apakah bayi marasmus dapat bertahan/survive
- Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan,
disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat
kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga
menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan
hilang dari bantalan pipi,
- Abdomen dapat kembung dan datar.
- Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat,
kemudian lesu dan nafsu makan hilang.
- Biasanya terjadi konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang
disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar
sering, tinja berisi mucus dan sedikit.

c. Tatalaksana (farmakologi dan non farmakologi)

1. Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan


kegawatan)
1) Penanganan hipoglikemi
2) Penanganan hipotermi
3) Penanganan dehidrasi
4) Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5) Pengobatan infeksi
6) Pemberian makanan
7) Fasilitasi tumbuh kejar
8) Koreksi defisiensi nutrisi mikro
9) Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental
10) Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh

2. Pengobatan penyakit penyerta


1. Defisiensi vitamin A
Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan 14
atau sebelum keluar rumah sakit bila terjadi memburuknya keadaan klinis
diberikan vit. A dengan dosis :
* umur > 1 tahun : 200.000 SI/kali
* umur 6 – 12 bulan : 100.000 SI/kali
* umur 0 – 5 bulan : 50.000 SI/kali
Bila ada ulkus dimata diberikan :
 Tetes mata khloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam
selama 7-10 hari
 Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari
 Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali
2. Dermatosis
Dermatosis ditandai adanya : hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi
(kulit mengelupas), lesi ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering
disertai infeksi sekunder, antara lain oleh Candida.
Tatalaksana :
1. kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4 (K-
permanganat) 1% selama 10 menit
2. beri salep atau krim (Zn dengan minyak kastor)
3. usahakan agar daerah perineum tetap kering
4. umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri preparat Zn peroral
3. Parasit/cacing
Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat
antihelmintik lain.
4. Diare melanjut
Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum.
Berikan formula bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan
Giardiasis merupakan penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila mungkin,
lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri : Metronidasol 7.5 mg/kgBB
setiap 8 jam selama 7 hari.
5. Tuberkulosis
Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali
alergi) dan Ro-foto toraks. Bila positip atau sangat mungkin TB, diobati
sesuai pedoman pengobatan TB.

3. Tindakan kegawatan
1. Syok (renjatan)
Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit
membedakan keduanya secara klinis saja.
Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan
intravena, sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap
terjadinya overhidrasi.
Pedoman pemberian cairan :
Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaCl 0.9% (1:1) atau larutan Ringer dengan
kadar dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam pertama.
Evaluasi setelah 1 jam :
 Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernapasan)
dan status hidrasi  syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan
seperti di atas untuk 1 jam berikutnya, kemudian lanjutkan dengan
pemberian Resomal/pengganti, per oral/nasogastrik, 10 ml/kgBB/jam
selama 10 jam, selanjutnya mulai berikan formula khusus (F-75/pengganti).
 Bila tidak ada perbaikan klinis  anak menderita syok septik. Dalam
hal ini, berikan cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan transfusi
darah sebanyak 10 ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3 jam).
Kemudian mulailah pemberian formula (F-75/pengganti)
2. Anemia berat
Transfusi darah diperlukan bila :
 Hb < 4 g/dl
 Hb 4-6 g/dl disertai distress pernapasan atau tanda gagal jantung
Transfusi darah :
 Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.
Bila ada tanda gagal jantung, gunakan ’packed red cells’ untuk transfusi
dengan jumlah yang sama.
 Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat transfusi dimulai.

Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok). Bila pada
anak dengan distres napas setelah transfusi Hb tetap < 4 g/dl atau antara 4-6
g/dl, jangan diulangi pemberian darah.

d. Komplikasi

 Defisiensi Vitamin A
 Dermatosis
 Kecacingan
 diare kronis
 tuberculosis

e. Pencegahan

Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik bila


penyebab diketahui. Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana
kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi.
1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi
yang paling baik untuk bayi.
2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6
tahun ke atas.
3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan
kebersihan perorangan.
4. Pemberian imunisasi.
5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu
kerap.
6. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat
merupakan usaha pencegahan jangka panjang.
Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang
endemis kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan

f. SKDI

Gizi buruk : 4A

IMUNISASI

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu antigen, sehingga bila kelak ia terkena antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit
(Ranuh,2008,p.10).
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah agar
merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Sistem
imun tubuh mempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam tubuh,
maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan
menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh
antigen yang sama dengan vaksin maka antibodi akan tercipta lebih kuat dari vaksin yang
pernah dihadapi sebelumnya (Atikah,2010,p.8).
Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis.
Kontra indikasi: a) Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti: eksim, furunkulosis dan
sebagainya. b) Mereka yang sedang menderita TBC.

Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus)


Indikasi: Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertusis, dan tetanus.
Kontra indikasi: Gejala- gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala
serius keabnormalan pada syaraf merupakan kontraindikasi pertusis. Anak-anak yang
mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus dihindarkan pada
dosis kedua, dan untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT.

Vaksin Hepatitis B
Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan virus hepatitis B.
Kontra indikasi: Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin- vaksin
lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat disertai kejang.

Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine)


Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis.
Kontra indikasi: Pada individu yang mnderita “immune deficiency” tidak ada efek yang
berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada
keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah
sembuh.

Vaksin Campak
Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
Kontra indikasi: Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang
diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma.

Setelah imunisasi, anak bisa mengalami reaksi pasca imunisasi atau dikenal sebagai Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Gejala KIPI pada anak dapat berupa:
Reaksi lokal
 Bengkak pada tempat bekas suntikan
 Kemerahan pada area kulit sekitar suntikan
Reaksi umum sistemik
 Demam
 Nyeri otot
 Nyeri kepala
 Mengigil
Reaksi lainnya
 Reaksi alergi
 Reaksi KIPI khusus lainnya seperti syok
 Reaksi saraf
Penanganan pertama untuk anak yang mengalami reaksi local atau reaksi umum sistemik
adalah diberikan parasetamol dengan dosis 10-15 mg/kg/BB anak selama 2-3 hari.
Konsultasikan ke dokter bila gejala berlanjut
ANALISIS MASALAH

a. Apa hubungan usia dan jenis kelamin terhadap keluhan ? ayu,yuffa

Jawab:

Berdasarkan umur lebih 50% pasien diare persisten mengenai balita. Di India dan
Bangladesh kejadian diare persisten banyak pada anak di bawah 5 tahun. WHO dan
UNICEF 1991 memperkirakan kejadian diare persisten 10% dari episode diare,
dengan 35% kematian terutama mengenai anak di bawah 5 tahun.1,5 Didapatkan
90,2% pasien diare persisten berumur <5 tahun. Berdasarkan jenis kelamin pasien
diare persisten pada penelitian ini lebih banyak mengenai laki-laki 75,6% sama
seperti penelitian Branth dkk13 tahun 1997 yang mendapatkan 61,7% laki-laki dari
141 pasien diare persisten di Guinea-Bissau. Penelitian Bhandari dkk14 tahun 1986
di kota Anangpur India Utara 30 km dari Delhi mendapatkan dari 90 pasien diare
persisten yang berumur 3-69 bulan, 48,3% laki-laki, 58% dengan penghasilan
keluarga >1100 rupees pertahun (rendah) dan 80% ibu pasien tidak memiliki
pendidikan. Penelitian Lima dkk15 di Barat Daya Brazil pada anak yang berumur
0-3 tahun didapatkan 86% ibu pasien tidak tamat sekolah dasar, 43% dengan
pendapatan keluarga <US $102 (rendah) dan 71% dengan pendapatan keluarga
<US $ 204 (sedang).

b. Apa dampak tidak diberikan ASI ekslusif dan ditambahkan dengan susu formula ?
tasya,ayu

Jawab:

Pemberian susu formula terutama pada hari hari pertama kelahiran mungkin
mengganggu produksi ASI, bonding, dan dapat menghambat suksesnya menyusui
dikemudian hari. Bayi yang diberi formula akan kenyang dan cenderung malas
untuk menyusu sehingga pengosongan payudara menjadi tidak baik. Akibatnya
payudara menjadi bengkak sehingga ibu kesakitan, dan akhirnya produksi ASI
memang betul menjadi kurang. Belum lagi akibat pemberian susu formula, masalah
medis lain yang mungkin timbul adalah perubahan flora usus, terpapar antigen dan
kemungkinan meningkatnya sensitivitas bayi terhadap susu formula (alergi) dan
bayi kurang mendapat perlindungan kekebalan dari kolostrum yang keluar justru
di hari hari pertama kelahiran

c. Apa makna klinis kalimat di atas ? (yuffa,ayu)


Jawab:

Imunisasi yang di dapat anak A belum lengkap untuk anak seusianya, seharusnya
diusia anak 16 bulan sudah imunisasi DPT 3x, hepatitis B 4x, polio 3x, dan di vaksin
campak 1x.

d. Bagaimana jadwal imunisasi ? (yuffa, ayu)

Jawab:

e. Apa indikasi dan kontra indikasi pemberian imunisasi ? (yuffa, ayu)

Jawab:

Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)


Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis.
Kontra indikasi: a) Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti: eksim,
furunkulosis dan sebagainya. b) Mereka yang sedang menderita TBC.
Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus)
Indikasi: Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertusis,
dan tetanus.
Kontra indikasi: Gejala- gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau
gejala serius keabnormalan pada syaraf merupakan kontraindikasi pertusis. Anak-
anak yang mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis
harus dihindarkan pada dosis kedua, dan untuk meneruskan imunisasinya dapat
diberikan DT.

Vaksin Hepatitis B
Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan virus
hepatitis B.
Kontra indikasi: Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti
vaksin- vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat
disertai kejang.

Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine)


Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis.
Kontra indikasi: Pada individu yang mnderita “immune deficiency” tidak ada efek
yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit.
Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan
dapat diberikan setelah sembuh.

Vaksin Campak
Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
Kontra indikasi: Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu
yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma.

f. Apa syarat dilakukanya imunisasi ? (yuffa,ayu)

Jawab:

Menurut Depkes RI (2005), dalam pemberian imunisasi ada syarat yang harus
diperhatikan yaitu: diberikan pada bayi atau anak yang sehat, vaksin yang diberikan
harus baik, disimpan dilemari es dan belum lewat masa berlakunya, pemberian
imunisasi dengan teknik yang tepat, mengetahui jadwal imunisasi dengan melihat
umur dan jenis imunisasi yang telah diterima, meneliti jenis vaksin yang telah
diberikan, memberikan dosis yang akan diberikan, mencatat nomor batch pada
buku anak atau kartu imuisasi serta memberikan informed concent kepada orang tua
atau keluarga sebelum melakukan tindakan imunisasi yang sebelumnya telah
dijelaskan kepada orang tuanya tentang manfaat dan efek samping atau kejadian
pasca imunisasi yang dapat timbul setelah pemberian imunisasi.
g. Bagaimana dampak imunisasi yang tidak lengkap dan mengalami keterlambatan ?
(yuffa,ayu)

Jawab:

Imunisasi bertujuan untuk menimbulkan /meningkatkan imunitas anak terhadap


infeksi penyakit tertentu. Jika imunisasi tidak di berikan tepat waktu / tidak lengkap
meningkatkan risiko terinfeksi peyakit dengan reaksi yang berat yang dapat
menyebabkan kematian atau kecacatan.

Anda mungkin juga menyukai