NIM : 04011181621020
KELAS : BETA 2016
KELOMPOK : B1
LEARNING ISSUE
a. Definisi
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein.
(Suriadi, 2001:196)
b. Gejala klinis
- Atrofi jaringan, otot lemah terasa kendor/lembek ini dapat dilihat pada paha dan
pantat bayi yang seharusnya kuat dan kenyal dan tebal.
3. Tindakan kegawatan
1. Syok (renjatan)
Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit
membedakan keduanya secara klinis saja.
Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan
intravena, sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap
terjadinya overhidrasi.
Pedoman pemberian cairan :
Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaCl 0.9% (1:1) atau larutan Ringer dengan
kadar dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam pertama.
Evaluasi setelah 1 jam :
Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernapasan)
dan status hidrasi syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan
seperti di atas untuk 1 jam berikutnya, kemudian lanjutkan dengan
pemberian Resomal/pengganti, per oral/nasogastrik, 10 ml/kgBB/jam
selama 10 jam, selanjutnya mulai berikan formula khusus (F-75/pengganti).
Bila tidak ada perbaikan klinis anak menderita syok septik. Dalam
hal ini, berikan cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan transfusi
darah sebanyak 10 ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3 jam).
Kemudian mulailah pemberian formula (F-75/pengganti)
2. Anemia berat
Transfusi darah diperlukan bila :
Hb < 4 g/dl
Hb 4-6 g/dl disertai distress pernapasan atau tanda gagal jantung
Transfusi darah :
Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.
Bila ada tanda gagal jantung, gunakan ’packed red cells’ untuk transfusi
dengan jumlah yang sama.
Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat transfusi dimulai.
Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok). Bila pada
anak dengan distres napas setelah transfusi Hb tetap < 4 g/dl atau antara 4-6
g/dl, jangan diulangi pemberian darah.
d. Komplikasi
Defisiensi Vitamin A
Dermatosis
Kecacingan
diare kronis
tuberculosis
e. Pencegahan
f. SKDI
Gizi buruk : 4A
IMUNISASI
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu antigen, sehingga bila kelak ia terkena antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit
(Ranuh,2008,p.10).
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah agar
merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Sistem
imun tubuh mempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam tubuh,
maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan
menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh
antigen yang sama dengan vaksin maka antibodi akan tercipta lebih kuat dari vaksin yang
pernah dihadapi sebelumnya (Atikah,2010,p.8).
Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis.
Kontra indikasi: a) Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti: eksim, furunkulosis dan
sebagainya. b) Mereka yang sedang menderita TBC.
Vaksin Hepatitis B
Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan virus hepatitis B.
Kontra indikasi: Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin- vaksin
lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat disertai kejang.
Vaksin Campak
Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
Kontra indikasi: Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang
diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma.
Setelah imunisasi, anak bisa mengalami reaksi pasca imunisasi atau dikenal sebagai Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Gejala KIPI pada anak dapat berupa:
Reaksi lokal
Bengkak pada tempat bekas suntikan
Kemerahan pada area kulit sekitar suntikan
Reaksi umum sistemik
Demam
Nyeri otot
Nyeri kepala
Mengigil
Reaksi lainnya
Reaksi alergi
Reaksi KIPI khusus lainnya seperti syok
Reaksi saraf
Penanganan pertama untuk anak yang mengalami reaksi local atau reaksi umum sistemik
adalah diberikan parasetamol dengan dosis 10-15 mg/kg/BB anak selama 2-3 hari.
Konsultasikan ke dokter bila gejala berlanjut
ANALISIS MASALAH
Jawab:
Berdasarkan umur lebih 50% pasien diare persisten mengenai balita. Di India dan
Bangladesh kejadian diare persisten banyak pada anak di bawah 5 tahun. WHO dan
UNICEF 1991 memperkirakan kejadian diare persisten 10% dari episode diare,
dengan 35% kematian terutama mengenai anak di bawah 5 tahun.1,5 Didapatkan
90,2% pasien diare persisten berumur <5 tahun. Berdasarkan jenis kelamin pasien
diare persisten pada penelitian ini lebih banyak mengenai laki-laki 75,6% sama
seperti penelitian Branth dkk13 tahun 1997 yang mendapatkan 61,7% laki-laki dari
141 pasien diare persisten di Guinea-Bissau. Penelitian Bhandari dkk14 tahun 1986
di kota Anangpur India Utara 30 km dari Delhi mendapatkan dari 90 pasien diare
persisten yang berumur 3-69 bulan, 48,3% laki-laki, 58% dengan penghasilan
keluarga >1100 rupees pertahun (rendah) dan 80% ibu pasien tidak memiliki
pendidikan. Penelitian Lima dkk15 di Barat Daya Brazil pada anak yang berumur
0-3 tahun didapatkan 86% ibu pasien tidak tamat sekolah dasar, 43% dengan
pendapatan keluarga <US $102 (rendah) dan 71% dengan pendapatan keluarga
<US $ 204 (sedang).
b. Apa dampak tidak diberikan ASI ekslusif dan ditambahkan dengan susu formula ?
tasya,ayu
Jawab:
Pemberian susu formula terutama pada hari hari pertama kelahiran mungkin
mengganggu produksi ASI, bonding, dan dapat menghambat suksesnya menyusui
dikemudian hari. Bayi yang diberi formula akan kenyang dan cenderung malas
untuk menyusu sehingga pengosongan payudara menjadi tidak baik. Akibatnya
payudara menjadi bengkak sehingga ibu kesakitan, dan akhirnya produksi ASI
memang betul menjadi kurang. Belum lagi akibat pemberian susu formula, masalah
medis lain yang mungkin timbul adalah perubahan flora usus, terpapar antigen dan
kemungkinan meningkatnya sensitivitas bayi terhadap susu formula (alergi) dan
bayi kurang mendapat perlindungan kekebalan dari kolostrum yang keluar justru
di hari hari pertama kelahiran
Imunisasi yang di dapat anak A belum lengkap untuk anak seusianya, seharusnya
diusia anak 16 bulan sudah imunisasi DPT 3x, hepatitis B 4x, polio 3x, dan di vaksin
campak 1x.
Jawab:
Jawab:
Vaksin Hepatitis B
Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan virus
hepatitis B.
Kontra indikasi: Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti
vaksin- vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat
disertai kejang.
Vaksin Campak
Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
Kontra indikasi: Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu
yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma.
Jawab:
Menurut Depkes RI (2005), dalam pemberian imunisasi ada syarat yang harus
diperhatikan yaitu: diberikan pada bayi atau anak yang sehat, vaksin yang diberikan
harus baik, disimpan dilemari es dan belum lewat masa berlakunya, pemberian
imunisasi dengan teknik yang tepat, mengetahui jadwal imunisasi dengan melihat
umur dan jenis imunisasi yang telah diterima, meneliti jenis vaksin yang telah
diberikan, memberikan dosis yang akan diberikan, mencatat nomor batch pada
buku anak atau kartu imuisasi serta memberikan informed concent kepada orang tua
atau keluarga sebelum melakukan tindakan imunisasi yang sebelumnya telah
dijelaskan kepada orang tuanya tentang manfaat dan efek samping atau kejadian
pasca imunisasi yang dapat timbul setelah pemberian imunisasi.
g. Bagaimana dampak imunisasi yang tidak lengkap dan mengalami keterlambatan ?
(yuffa,ayu)
Jawab: