Di susun oleh
Kelompok V
Ahmad Effendi (16120063)
Bahrul Udin Setiawan (16120065)
Moch. Mahrusil Mahbub (16120055)
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Sang Maha Kuasa,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “BUDAYA ORGANISASI
DALAM PERUSAHAAN”.
Yang mana tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Budya organisasi. Ucapan terima kasih dan rasa hormat kami sampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Adapun dalam penulisan makalah ini, kami mendapati beberapa hambatan dan
kendala yang tidak begitu besar tapi cukup mempengaruhi proses penyelesaian seperti :
Namun, karena kerjasama dan kesungguhan kami mampu menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktu yang ditentukan.
Akhir kata, kami sampaikan tidak ada makalah yang sempurna tanpa uluran
tangan pembaca yang berupa kritik, serta saran. Kami berharap nantinya kritik dan saran
akan membangun, memperkaya wawasan, sehingga makalah ini menjadi lebih baik di
masa yang akan datang tentunya dengan bimbingan dan perbaikan. Semoga makalah ini
dapat memberikan informasi yg bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan dibuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas budaya
organisasi. Selain itu makalah ini bertujuan untuk membandingkan
antara baik dan buruknya suatu organisasi. Membandingkan dalam arti
tidak mengatakan suatu organisasi itu baik atau tidak baik, tapi dijadikan
sebagai pedoman bagi para pembaca jika ingin membuat suatu
organisasi dan menjawab rumusan masalah.
2. Manfaat makalah ini adalah memenuhi tugas budaya organisasi dan
menjadi pedoman bagi seseorang jika ingin bergabung dengan suatu
organisasi atau bahkan mendirikan sebuah organisasi yang baik dan
dapat bertahan lama.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
penghargaan, penanaman kesetiaan pada nilai-nilai luhur, perluasan cerita
dan berita, pengakuan kinerja dan promosi. Berbagai praktik di atas dapat
memperkuat budaya organisasi dan memastikan karyawan yang bekerja
sesuai dengan budaya organisasi memberikan imbalan sesuai dukungan
yang dilakukan. Sosialisasi yang efektif akan menghasilkan kepuasan kerja,
komitmen organisasi, rasa percaya diri pada pekerjaan, mengurangi tekanan
serta kemungkinan keluar dari pekerjaan. Beberapa hal yang dapat
dilakukan organisasi untuk mempertahankan organisasi adalah menyusun
asumsi dasar, menyatakan dan memperkuat nilai yang diinginkan dan
menyosialisasikan melaui contoh.
4
pemutusan hubungan kerja besar- besaran dikomunikasikan baik oleh
karyawan maupun oleh pihak manajemen. Makna simbolik dari
menerima karyawan baru ketika yang lainnya dipecat tidak akan
dilewatkan oleh pekerja yang cerdik; mengapa memberikan uang pada
karyawan baru ketika yang lama kehilangan pekerjan mereka? Karyawan
memberikan kontribusi dalam pembentukan budaya organisasi. Perilaku
mereka sangatlah penting dalam menciptakan dan pada akhirnya
mempertahankan realitas organisasi.
5
2.3 Dimensi Budaya Organisasi
Terdapat banyak dimensi yang membedakan budaya. Dimensi ini
mempengaruhi perilaku yang dapat mengakibatkan kekeliruan pemahaman,
ketidakepakatan, atau bahkan konflik. Konsep budaya pada awalnya berasal
dari lapangan antropologi dan mendapat tempat pada awal perkembangan
ilmu perilaku organisasi. Dimensi-dimensi yang digunakan untuk
membedakan budaya.
organisasi, menurut Robbins (1996) ada tujuh karakteristik primer
yang secara bersama-sama menangkap hakikat budaya organisasi, yaitu:
6
5. Peraturan-peraturan Adalah aturan yang tegas dari organisasi. Pegawai
baru harus mempelajari peraturan ini agar keberadaannya dapat
diterima dalam organisasi.
6. Iklim Organisasi Adalah keseluruhan “perasaan” yang meliputi hal-hal
fisik, bagaimana para anggota berinteraksi dan bagaimana para anggota
organisasi mengendalikan diri dalam berhubungan dengan pelanggan
atau pihak luar organisasi.
1) Maskulin vs feminim
3. Individu vs kebersamaan
7
4. Jarak kekuasaan
a) Artefak
Pada tingkat ini budaya bersifat kasat mata tetapi seringkali
tidak dapat diartikan, misalnya lingkungan fisik organisasi,
teknologi, dan cara berpakaian. Analisis pada tingkat ini cukup rumit
karena mudah diperoleh tetapi sulit ditafsirkan.
b) Nilai
Nilai memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi daripada
artefak. Nilai ini sulit diamati secara langsung sehingga untuk
menyimpulkannya seringkali diperlukan wawancara dengan anggota
organisasi yang mempunyai posisi kunci atau dengan menganalisis
kandungan artefak seperti dokumen.
c) Asumsi dasar
Merupakan bagian penting dari budaya organisasi. Pada
tingkat ini budaya diterima begitu saja, tidak kasat mata dan tidak
disadari. Asumsi ini merupakan reaksi yang bermula dari nilai-nilai
yang didukung. Bila asumsi telah diterima maka kesadaran akan
menjadi tersisih. Dengan kata lain perbedaan antara asumsi dengan
nilai artefak terletak pada apakah nilai-nilai tersebut masih
diperdebatkan dan diterima apa adanya atau tidak.
1. Seorang (biasanya pendiri) datang dengan ide atau gagasan tentang sebuah
usaha baru.
8
2. Pendiri membawa orang-orang kunci yang merupakan para pemikir, dan
menciptakan kelompok inti yang mempunyai visi yang sama dengan
pendiri.
3. Kelompok inti memulai serangkaian tindakan untuk menciptakan
organisasi, mengumpulkan dana, menentukan jenis dan tempat usaha dan
lain-lain yang relevan.
4. Orang-orang lain dibawa ke dalam organisasi untuk berkarya bersama-
sama dengan pendiri dan kelompok inti, memulai sebuah sejarah bersama.
Pembianaan budaya perusahaan dapat dilakukan dengan serangkaian
langkah sosialisasi sebagai berikut:
1) Cerita-cerita
Cerita-cerita mengenai bagaimana kerasnya perjuangan pendiri
organisasi di dalam memulai usaha sehingga kemudian menjadi maju
seperti sekarang merupakan hal yang baik untuk disebarluaskan.
Bagaimana sejarah pasang-surut perusahaan dan bagaimana perusahaan
mengatasi kemelut dalam situasi tak menentu merupakan kisah yang
9
dapat menodorong dan memotivasi karyawan untuk bekerja keras jika
mereka mau memahaminya.
2) Ritual / Upacara-upacara
Semua masyarakat memiliki corak ritual sendiri-sendiri. Di dalam
perusahaan, tidak jarang ditemui acara-acara ritual yang sudah
mengakar dan menjadi bagian hidup perusahaan. Sehingga tetap
dipelihara keberadaannya, contohnya adalah selamatan mulai musim
giling di pabrik gula.
3) Simbol-simbol material
Simbol-simbol atau lambang-lambang material seperti pakaian
seragam, ruang kantor dan lain-lain, atribut fisik yang dapat diamati
merupakan unsur penting budaya organisasi yang harus diperhatikan
sebab dengan simbol-simbol itulah dapat dengan cepat diidentifikasi
bagaimana nilai, keyakinan, norma, dan berbagai hal lain itu menjadi
milik bersama dan dipatuhi anggota organisasi.
4) Bahasa
10
2.5 Contoh Budaya Organisasi :
Budaya Organisasi Lion Air
Maskapai penerbangan ini dibentuk oleh dua kakak beradik. Dengan
modal keinginan tinggi, akhirnya pada Oktober 1999, Kusnan dan Rusdi
Kirana selaku dua kakak beradik tersebut berhasil mendaftarkan maskapai
penerbangan yang dimilikinya ke badan hukum. Pada saat itu, maskapai
penerbangan ini hanya memiliki satu armada pesawat terbang. Rusdi
Kirana. Kelahiran 17 Agustus 1963 ini mampu menepis segala keraguan
dengan menjadikan Lion Air sebagai salah satu armada terbesar saat ini.
Berbekal pengetahuan menjadi sales agent sebuah biro perjalanan, ia nekad
mendirikan Lion Air. Ia menyebut modalnya saat itu hanya kepercayaan.
""Dari mana saya punya uang, modal airline itu kan bukan cuma 1-2
milyar? Ini karena kepercayaan," tegasnya.
Budaya keterbukaan dibangun Lion Air, Rusdi Kirana sering
melakukan pertemuan informal dengan bawahannya dan meminta ide-ide
untuk pengembangan perusahaannya, Gaya dan tingkah laku keduanya
menjadi inspirasi bagi karyawannya dan menjadikannya cerita yang
dibicarakan berulang-ulang diantara karyawannya. Mereka seolah menjadi
model yang dijadikan panutan bersama. Kepedulian terhadap karyawan
sangat tinggi dan tidak terlalu mengedepankan formalitas, ini
memperbolehkan sesama karyawan menikah tanpa ada rasa khawatir akan
penyelewengan. Kondisi ini yang memudahkan kultur terbentuk dengan
baik diantara staf Indonesia Lion Air.
Lion Air sangat fokus terhadap skill karyawan dibuktikan dengan
membangun fasilitas training dan simulator untuk pilot dan staffnya, dalam
hal rekrutmenpun Lion Air berani untuk membayar Transfer Fee lebih
mahal untuk membajak Pilot-pilot yang berkualitas, strategi outsourcingpun
dilakukan kepada beberapa pekerjaan yang bersifat core untuk memudahkan
retensinya.
Lion Air mengingat keselamatan adalah hal utama dalam industry dan
menjadi kewajiban yang diembankan oleh departemen perhubungan. Lion
Air membentuk Safety Management System yang merupakan salah satu
11
program safety yang harus dilaksanakan oleh serluruh operator
penerbangan di seluruh dunia sesuai instruksi Organisasi Penerbangan Sipil
(International Civil Aviation Organization/ICAO) melalui Document 8959
sejak 1 Januari 2009 , program SMS ini telah disosialisasikan kepada
seluruh karyawan Lion Air yang bertugas di kantor pusat dan di daerah
tempat kegiatan operasional Lion Air.
12
BAB III
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Http://strategimanajemen.net/2010/03/08/melacak-strategi-bisnis-lion-air/
Http://romailprincipe.com/daftar-standar-gaji-perusahaan-indonesia
14