DINAS KESEHATAN
PEDOMAN
PEDOMAN PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN
Jl. Pelabuhan II KM. 6 Lembur situ Kota Sukabumi Telp (0266) 6243088
email :rsudalmulk@gmail.com
KOTA SUKABUMI
1
Sambutan Kepala UPT RSUD Al-Mulk
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan anugerah
yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Buku Pedoman Skrining didalam
maupun diluar Rumah Sakit UPT RSUD AL-Mulk ini dapat selesai disusun.
Buku Panduan ini merupakan Panduan kerja bagi seluruh staf Rumah Sakit dalam
menjalankan Pedoman skrining didalam maupun diluar rumah sakit di UPT RSUD AL-
Mulk.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam – dalamnya atas
bantuan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Pedoman skrining
didalam dan diluar rumah sakit UPT RSUD AL-Mulk.
Tim Penyusun
3
DAFTAR ISI
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit adalah organisasi yang berkiprah dalam bidang jasa pelayanan
kesehatan perorangan.Dalam penyelenggaraan upaya pelayanan pada pasien rumah
sakit didukung oleh banyak jenis keterampilan SDM baik yang berbentuk profesi
maupun non profesi.
Dalam menjalankan kegiatannya rumah sakit menyadari bahwa pelayanan yang
diberikan kepada pasien dalam bentuk bermacam macam asuhan yang merupakan
bagian dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para profesional dibidang
pelayanan kesehatan. Dengan adanya pedoman ini diharapkan rumah sakit dapat
menerapkan model pelayanan yang akan membangun suatu kontinuitas pelayanan,
menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien dengan pelayanan yang tersedia di rumah
sakit, mengkoordinasikan pelayanan, kemudian merencanakan pemulangan dan
tindakan selanjutnya. Hasilnya adalah meningkatnya mutu asuhan pasien dan efisiensi
penggunaan sumber daya yang tersedia di rumah sakit.
Setiap pasien yang datang kerumah sakit harus dijamin aksesnya untuk
mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan, terjamin pula kontinuitas pelayanan yang
didapat, serta mendapatkan pelayanan yang terkoordinasi dan terintegrasi dari
berbagai asuhan dari para profesional pemberi asuhan pasien. Sehingga dapatlah
diharapkan hasil pelayanan yang efektif, efisien dan menjamin keselamatan pasien,
yang akhirnya bermuara pada kepuasan pasien dan pemenuhan hak pasien.
Beberapa hal penting yang harus dikelola oleh rumah sakit adalah mengenali
dengan baik kebutuhan pasien yang mana yang dapat dilayani oleh rumah sakit,
mengatur pemberian pelayanan yang efisien kepada pasien, dan melakukan rujukan ke
pelayanan yang tepat baik di dalam maupun keluar rumah sakit serta mengatur
pemulangan pasien yang tepat ke rumah.
B. RUANG LINGKUP
UPT RSUD AL-MULK adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan melalui
penyelenggaraan pelayanan secara paripurna pada unit unit gawat darurat, rawat jalan,
rawat inap, ruang tindakan dan ruang perawatan khusus. Penyelenggaraan pelayanan
dilaksanakan oleh berbagai kelompok profesi . Para profesional utama yang
memberikan asuhan kepada pasien di rumah sakit adalah staf medis baik dokter
maupun dokter spesialis, staf klinis keperawatan (perawat dan bidan), nutrisionis dan
farmasis yang rutin dan pasti selalu berkontak dengan pasien, akan tetapi tidak kalah
pentingnya profesional lain yang berfungsi melakukan asuhan penunjang berupa analis
laboratorium dan Radiografer.
Secara garis besar ada empat kelompok SDM yang mendukung jalannya rumah
sakit yaitu, kelompok medis memberikan pelayanan asuhan medis, kelompok
keperawatan memberikan pelayanan asuhan keperawatan, serta kelompok keteknisian
medis yang memberikan pelayanan penunjang medis, dan kelompok administrasi yang
memberikan pelayanan administrasi manajemen.
5
Pedoman ini akan membahas pengaturan apa dan bagaimana yang perlu dibuat di
rumah sakit sejak pasien menginjakkan kakinya di rumah sakit sampai pasien
dipulangkan ke rumah atau dirujuk ke sarana kesehatan lain atau meninggal
dunia..Pada semua alur perjalanan pasien ini telah ada standar yang ditetapkan oleh
Kemenkes dalam Peraturan Menteri Kesehatan No ....tahun 2013
C. BATASAN OPERASIONAL
1. Skrining pasien di luar dan di dalam RS
2. Skrining pasien rawat Inap
3. Assesmen
a Assesmen Awal
b Assesmen Ulang
c PPA yang kompeten dan berwenang
d Integrasi assesmen PPA
4. Rencana Asuhan oleh PPA
5. Kontinuitas pelayanan
a. Pengaturan Pelayanan keperawatan 24 jam
b. Pengaturan operan jaga (hand over)
6. Alur pasien
7. Penundaan dan keterlambatan pelayanan
8. Transfer pasien intrahospital
9. Pemulangan pasien (termasuk kriteria pemulangan yang kompleks)
10. Kriteria pasien yang diijinkan pulang sementara (cuti)
11. Kriteria pasien rawat jalan yang kompleks, untuk dibuatkan Profil Ringkas Medis
Rawat Jalan
12. Pengelolaan AMA (Penolakan Asuhan Medis)
13. Pengelolaan pasien yang meninggalkan RS tanpa pemberitahuan
D. LANDASAN HUKUM
6
BAB II
RUANG LINGKUP
I. Definisi
Skrining (screening) merupakan pemeriksaan sekelompok orang untuk
memisahkan orang yang sehat dari orang yang mempunyai keadaan patologis
yang tidak terdiagnosis atau mempunyai risiko tinggi. (Kamus Dorland ed. 25 :
974). Menurut Rochjati P (2008), skrining merupakan pengenalan dini secara
pro-aktif pada ibu hamil untuk menemukan adanya masalah atau faktor risiko.
Sehingga skrining bisa dikatakan sebagai usaha untuk mengidentifikasi
penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas, dengan menggunakan
tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat
untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar-benar sehat tapi
sesungguhnya menderita kelainan.
Skrining juga dapat dikatakan sebagai suatu upaya mengidentifikasi penyakit
atau kelainan pasien sehingga didapat keterangan tentang kondisi dan
kebutuhan pasien saat kontak pertama. Keterangan hasil skrining digunakan
untuk mengambil keputusan untuk menerima pasien rawat inap atau pasien
rawat jalan dan merujuk ke pelayanan kesehatan lainnya dengan menyesuaikan
kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit. Skrining
dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik atau hasil pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik
sebelumnya. Skrining dilakukan apabila pasien tiba di rumah sakit, pada saat
pasien di transportasi emergensi atau di sumber rujukan.
Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit
bergantung pada informasi yang didapat tentang kebutuhan pasien dan
kondisinya lewat skrining pada kontak pertama. Skrining dilaksanakan melalui
kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan, atau hasil pemeriksaan fisis,
psikologis, laboratorium klinis, atau diagnostik imajing sebelumnya. Waktu
selesai penulisan laporan operasi didefinisiskan sebagai setelah operasi,
sebelum pasien dipindah ke ruang rawat inap.
Skrining dapat terjadi di tempat pasien, ambulans, atau waktu pasien tiba di
rumah sakit. Keputusan untuk mengobati, mengirim, atau merujuk dibuat
setelah ada evaluasi hasil skrining. Bila rumah sakit mempunyai kemampuan
menyediakan pelayanan yang dibutuhkan serta konsisten dengan misi dan
kemampuan pelayanannya maka dipertimbangkan untuk menerima pasien
rawat inap atau pasien rawat jalan. Rumah sakit dapat menentukan tes atau
7
bentuk penyaringan tertentu untuk populasi pasien tertentu sebelum ditetapkan
pasien dapat dilayani. Misalnya, pasien diare aktif harus diperiksa Clostridium
difficile atau pasien tertentu diperiksa Staphylococcus aureus yang resisten
terhadap methicillin. Tes spesifik tertentu atau evaluasi tertentu dilakukan jika
rumah sakit mengharuskannya, sebelum diputuskan dapat dilayani dirawat
inap atau terdaftar di unit rawat jalan.
3. RUANG LINGKUP
Skrining dilakukan terhadap pasien pada saat sebelum pasien masuk ke
rumah sakit, saat pasien tiba di rumah sakit atau saat pasien sudah di dalam
rumah sakit. Pada pasien yang datang langsung ke rumah sakit, skrining
dilakukan oleh petugas/staf rumah sakit yang pertama kontak dengan pasien.
Pada pasien yang tidak datang langsung ke rumah sakit, skrining dapat
dilakukan melalui telepon atau skrining dilakukan di tempat asal pasien yang
dilakukan oleh petugas medis RS Utama Husada.
Pasien yang akan dirawat atau terdaftar untuk mendapatkan pelayanan
rawat jalan adalah mereka yang kebutuhan dan kondisinya dapat dipenuhi oleh
sumber daya dan misi rumah sakit yang diidentifikasi melalui proses skrining.
Informasi yang didapat melalui proses skrining penting dalam membuat
keputusan yang tepat tentang apakah pasien dapat dilayani atau harus dirujuk.
8
BAB III
TATA LAKSANA
A. SKRINING PASIEN
Skrining adalah deteksi dini dari suatu penyakit atau usaha untuk
mengidentifikasi penyakit/kelainan secara klinis. Skrining dilakukan pada
kontak pertama di dalam atau di luar Rumah Sakit. Kontak pertama adalah
dimana pasien diterima untuk pertama kalinya di Rumah Sakit, biasanya
pasien pertama kali datang ke Unit Rawat Jalan ataupun Instalasi Gawat
Darurat.
(Nurhari, 2010)
Skrining awal sangat perlu dilakukan untuk memeperoleh informasi yang
tepat tentang masalah kesehatan yang dihadapi pasien guna menentukan dan
mengambil keputusan tentang pengobatan serta tindak lanjut sehingga setiap
pasien yang diterima dapat dilayani di UPT RSUD AL-MULK sesuai dengan
fasilitas dan sumber daya yang tersedia.
9
mudah, cepat dan tepat. Proses skrining di dalam Rumah Sakit dilakukan
dengan dua cara:
b. Dari hasil Skrining pasien rawat inap maka akan ditentukan prioritas
kebutuhan pelayanan pasien berdasarkan :
1) Pelayanan Preventif
adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam menc
egahterjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Reverensi secara e
11
timologi berasal dari bahasa latin, pravenire yang artinya
datang sebelum atauantisipasi atau mencegah untuk tidak
terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, presensi
diartikan sebagai upaya sengaja dilakukan untuk mencegah
terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seorang
atau masyarakat. Upaya preventif bertujuan untuk mencegah
terjadinya penyakit di gangguan kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Usaha yang dilakukan yaitu:
a) pemeriksaan kesehatan secara berkala (balita, bumil,
remaja, dll)
b) pemberian vitamin B, sodium
c) pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan
menyusui
d) deteksi dini kasus dan factor resiko (maternal, balita,
penyakit).
e) imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu
hamil
f) Pemberian suntikan anti rabies
g) Pemberian suntikan anti bisa ular
2) Pelayanan Paliatif
Pelayanan paliatif adalah pelayanan interdisipline yang
berfokus pada pasien penyakit serius atau mengancam jiwa.
Tujuan pelayanan paliatif adalah mengurangi beban penyakit,
meringankan penderitaan, dan mempertahankan kualitas hidup
dari saat setelah diagnosis. Tujuan dicapai melalui intervensi
yang mempertahankan kesejahteraan fisik, psikologis, sosial,
dan spiritual, meningkatkan komunikasi dan koordinasi
pelayanan, memastikan pelayanan yang layak secara budaya
dan konsisten dengan nilai/ nilai dan prevensi pasien,
memberikan bantuan jika diperlukan dan meningkatkan
kemungkinan bahwa pasien meninggal dengan keadaan
minimal.
Di Indonesia sendiri sebenarnya telah ada ketentuan dari
Kementerian Kesehatan yang menyatakan bahwa harus ada
penerapan perawatan paliatif untuk beberapa jenis penyakit
serius. Namun sampai saat ini memang pelaksanaannya masih
terhambat dengan berbagai hal sehingga belum ada perawatan
12
paliatif yang maksimal yang bisa diterima pasien di rumah
sakit.
Walaupun sampai saat ini perawatan paliatif seringnya
dilakukan pada pasien kanker, namun sebenarnya ada
beberapa penyakit yang juga membutuhkan perawatan ini,
seperti:
3) Pelayanan Kuratif
Pelayanan kuratif bertujuan untuk merawat
dan mengobati anggota keluarga, kelompok yang
menderita penyakit atau masalah kesehatan. Usaha
yang dilakukan, yaitu:
a) dukungan penyembuhan, perawatan, contohnya
dukungan psikis penderita
b) perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut
perawatan dari puskesmas dan rumah sakit
c) perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis
dirumah, ibu bersalin dan nifas
d) perawatan tali pusat bayibaru lahir
4) Pelayanan Rehabilitatif
Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi
penderita / pasien yang dirawat di rumah, maupun
terhadap kelompok tertentu yang menderita penyakit
yang sama. Usaha yang dilakukan yaitu :
a) pelatihan fisik yang mengalami gangguan fisik seperti,
patah tulang, kelainan bawaan
13
b) latihan fisik tertentu bagi penderita penyakit tertentu
misalnya stroke (fisioterapi)
B. DOKUMENTASI
Pendokumentasian skrining terutama skrining medis, perlu didokumentasikan
dalam berkas rekam medis. Tujuan pendokumentasian ini untuk mengikuti
perkembangan penyakit dan evaluasi pengobatan ataupun penanganan, serta
nantinya akan digunakan untuk bahan perencanaan pemulangan pasien.
BAB IV
PENUTUP
Demikian pedoman Skrining didalam dan diluar rumah sakit dibuat agar
menjadi pedoman dalam pelaksanaan pelayanan Skrining baik didalam
maupun luar RS di UPT RSUD AL-Mulk.
Ditetapkan di : Sukabumi
Pada Tanggal : Januari 2019
KEPALA UPT RSUD AL-MULK
14