Anda di halaman 1dari 23

PROSEDUR TENTANG PENGAJUAN IZIN PENDIRIAN APOTEK

BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI


(STUDY KASUS APOTEK JAYA WIJAYA)

Nama : Greta Valentia Ginting


Nim : 090200195
Email : valentia_greta@yahoo.com
No.Hp : 085275158077
Jurusan : Hukum Administrasi Negara (HAN)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013

1
PROSEDUR TENTANG PENGAJUAN IZIN PENDIRIAN APOTEK
BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI
(STUDY KASUS APOTEK JAYA WIJAYA)

ABSTRAK

Greta Valentia Ginting *)


Suria Ningsih, SH, M.HUM **)
Amsali Sembiring, SH, M.Hum ***)

Dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan
RI Nomor. 922/MenKes/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata cara pemberian Izin
Apotek, dan juga diundangkannya Undang – Undang Republik Indonesia Nomor. 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan pengganti Undang – Undang Kesehatan Nomor. 23
Tahun 1992 di negara kita ini selangkah lebih maju lagi dalam perkembangan dalam
bidang kesehatan nasional. Tata cara pendirian Apotek harus sesuai dengan Peraturan
Pemerintah dan juga harus terkontrol, sehingga tidak ada penyalahan gunaan dalam
pendirian apotek tersebut.
Sebagai suatu negara hukum harus ada suatu lembaga yang diberi tugas dan
kewenangan untuk menyatakan suatu putusan apakah tindakan yang dilakukan oleh
pengelola Apotek tersebut berdasarkan atas hukum yang berlaku atau tidak. Di mana
lembaga yang dimaksud tidak lain adalah Dinas Kesehatan dan Balai POM ( Balai
Pengawasan Obat dan Makanan). Apoteker adalah seseorang yang mempunyai keahlian
dan kewenangan di bidang kefarmasian baik di apotek, rumah sakit , industri,
pendidikan, dan bidang lain yang masih berkaitan dengan bidang kefarmasian.
Konsekuensi negative dari peran seorang Apoteker dalam pengelolaan Apotek yaitu
munculnya sejumlah penyimpangan seperti adanya pemberian salah resep kepada
pasien yang menebus obat, adanya obat – obatan palsu yang diracik sendiri, adanya obat
yang dijual dengan keadaan kadaluarsa di apotek, menjual narkotika tanpa resep dokter
yang jelas, dan sebagainya.
Perlindungan hukum terhadap rakyat atas tindakan Apoteker sangatlah penting
terlebih adanya pengaruh besar Apotek dan Apoteker dalam kaitannya dengan masalah
Kesehatan di Indonesia. Sehingga upaya penyelesaian kasus dalam Ketentuan dan Tata
cara pemberian izin pendirian apotek menjadi salah satu jalur hukum yang mempunyai
ciri pembeda dengan penyelesaiaan masalah dalam kasus hukum yang lain.

*) Mahasiswa Fakultas Hukum USU


**) Dosen Pembimbing I / Ketua Departemen Hukum Aministrasi Negara
***) Dosen Pembimbing II

2
THE PROCEDURE OF APPLYING FOR PERMITS THE ESTABLISHMENT OF
PHARMACIES BASED ON DECISION OF THE MINISTER OF HEALTH RI
(STUDY CASE OF JAYA WIJAYA PHARMACY)

ABSTRACT

This decision was rendered by the Minister of health RI Number


1332/MenKes/SK/X/2002 about the change on the regulation by Minister of Health RI
number 922/MenKes/PER/X/1993 about The Provisions and Procedures of granting
permission to the Pharmacy, and also invitations of legislation Republic of Indonesia
number 36/1992 in our country is a step further in the development of national health.
The procedures of the establishment of a pharmacy must comply with government
regulations and also must be controlable, so there is no abuse in the establishment of a
pharmacy.
As a law country, must have a institution that given the duty and authority to
declare an award, whether the acts performed by management apothecary are based on
the law or not. Where the institution that mean is Department of Health and Supervision
of Food and Drug agency (BPOM). Pharmacist is a person who has the expertise and
authority in the field of pharmaceuticals, good in pharmacy, hospital, industry,
education, and the other field that are related with pharmaceuticals. Negative
consequences of a role a pharmacist in the management druggist namely the rise of a
deviation such as trash wrong allotment prescription to the patient redeem medicine, the
handmade of fake drugs, expired drugs in pharmacy, and sell the narcotic drugs without
the prescription of doctor, etc.
The protection of law to the people of the apothecary very important moreover
the great influence pharmacies and pharmacists in relation to health problems in
Indonesia. So that a settlement effort cases in provisions and procedures of the grant of
permit the establishment of an apothecary become one of the law which has habitude
distinguishing with solving problems in the case of the other law.

3
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Indonesia adalah merupakan suatu negara hukum berlandaskan Pancasila dan
Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Di dalamUndang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia 1945 pada alinea ke 4 (empat) telah ditegaskan bahwa
tujuan negara Republik Indonesia adalah untuk membentuk suatu pemerintahan negara
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian yang abadi dan keadilan social maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Pancasila, yaitu :1
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan
Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dari tujuan yang telah digariskan tersebut, maka adapun yang menjadi tujuan
dari setiap kegiatan Administrasi Negara adalah guna tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan dalam konstitusi mengingat tujuan itu sendiri ialah sesuai dengan rakyat
yang membuat konstitusi dan juga merupakan tujuan dari Administrasi Negara tersebut.
Salah satu upaya untuk mewujudkan suatu kebahagiaan adalah dengan
meningkatkan taraf hidup dan kesehatan masyarakat karena tentu saja tidak mungkin
seseorang merasa bahagia jika ia tidak sehat (sakit), jadi salah satunya adalah dengan
meningkatkan taraf hidup dan kesehatan masyarakat itu sendiri.
Untuk melakukana perbaikan kesehatan masyarakat dilakukan hal – hal sebagai
berikut :

1
Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

4
a. Melalui upaya pencegahan dan penyembuhan dengan mendekatkan pelayanan
kesehatan kepada rakyat, pembangunan kesehatan ditujukan kepada peningkatan
pemberantasan penyakit menular dan penyakit rakyat.
b. Peningkatan keadaan gizi rakyat baik kepada orang dewasa maupun anak – anak.
c. Pengadaan air bersih bagi rakyat di daerah kota dan pedesaan.
d. Peningkatan kebersihan lingkungan dimulai pada diri sendiri dan meningkatkan
kesehatan dilingkungan tempat tinggal.
e. Perlindungan kepada rakyat terhadap bahaya narkotika dan penggunaan obat-
obatan yang tidak memenuhi syarat serta diberikan penyuluhan kesehatan pada
masyarakat untuk memasyarakatkan perilaku yang dimulai sedini mungkin sejak
kanak – kanak.
Maka dengan demikian, semakin jelas terlihat bahwa setiap usaha dalam
lapangan kesehatan tidak terlepas dari pada pengaturan dan pengawasan pemerintah
dengan kata lain haru ada izin dari para pihak yang bertanggung jawab.
Seperti yang telah diuraikan terdahulu bahwa didalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 alinea ke 4 (empat) bahwa telah
ditegaskan tujuan dari Negara Republik Indonesia adalah untuk membentuk suatu
pemerintahan yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan social.
Dilihat dari segi tujuan bahwa bagi setiap orang, maka mewujudkan
kebahagiaan tadi mengingat tidak mungkin orang merasa bahagia apabila ia tidak
merasakan sehat pada tubuhnya ataupun dikatakan sakit. Untuk mewujudkan
kebahagiaan tersebut secara menyeluruh adalah dengan cara meningkatkan taraf hidup
dan kesehatan bagi masyarakatnya agar masyarakat tersebut dapat hidup sehat, jika
seseorang tidak merasa sehat ataupun sakit, maka untuk itu seseorang tersebut
memerlukan obat-obatan sebagai alat penyembuh bagi mereka dan obat-obatan
tersebut haruslah sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat itu sendiri dan mereka
dapat membelinya ditoko obat yang kita kenal dengan nama Apotek.
Dengan demikian, Apotek merupakan suatu sarana pelayanan kesehatan kepada
setiap masyarakat, dimana setiap usaha di dalam bidang kesehatan selalu tidak terlepas

5
dari pada pengaturan dan pengawasan dari Pemerintah dengan kata lain adanya
pemberian Izin dari Pemerintah dalam Pendirian usaha tersebut.
Apotek adalah sebagai wadah atau tempat pendistribusian obat-obatan sangat
memegang peranan di dalam rangka peningkatan taraf kesehatan bagi masyarakat suatu
dalam suatu negara.2
Seperti yang tertuang dalam Undang – Undang RI NO.36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (pengganti Undang – Undang Kesehatan NO.23 Tahun 1992) menyatakan:
“Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan social yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis”. 3

B. POKOK-POKOK PERMASALAHAN
Melalui penelitian ini ditemukan permasalahn sebagai berikut :
1. Bagaimana ketentuan-ketentuan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Medan dalam hal pelaksanaan pemberian izin apotik?
2. Bagaimana mekanisme yang harus dipenuhi dalam pemohonan Izin Apotik?
3. Tindakan apa yang dapat diberikan kepada Surat Izin Apotik (SIA) yang telah
diberikan akan tetapi tidak berjalan dengan baik?

PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
Untuk mencapai tujuan suatu negara sangat diperlukan berbagai sarana
pendukung. Dalam hal ini salah satuya adalah sarana hukum, khususnya Hukum
Administrasi Negara. Tentang pentingnya eksistensi Hukum Administrasi bagi negara,
dapat dipahami dari pendapat Sjachran Basah, bahwa : “Hukum Administrasi Negara
adalah semua kaedah yang merupakan sarana hukum untuk mencapai tujuan negara”.4
Menurut Pendapat dari J.B.J.M. ten Berge :
Hukum Administrasi Negara adalah sebagai “in het verlengde van het
staatsrecht” yang artinya yaitu perpanjangan dari hukum tata negara atau “als
secundair recht heft meer betrekking op de nadere differentiatie van de publieke
rechtsorde onder invloed van de taakuitoefening door de overhead” yang artinya
yaitu sebagai hukum sekunder yang berkenaan dengan keanekaragaman lebih

2
Penjelasan Atas Peraturan Pemerintah RI No. 25 Tahun 1980.
3
Undang – Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pengganti UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992.
4
S.F.Marbun, Deno Kamelus, Saut P.Panjaitan, Gede Pantja Astawa, Zainal Muttaqin. Dimensi-Dimensi
Pemikiran Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta: UII Press, 2001, hal 19.

6
mendalam dari tatanan hukum public sebagai akibat pelaksanaan tugas oleh
penguasa.5

Jelas terlihat dari beberapa pengertian diatas, dapat kita tarik sebuah kesimpulan
yang mengatakan bahwa, Hukum Administrasi Negara adalah suatu Hukum yang
mengatur yang memungkinkan para pejabat Administrasi Negara melakukan pekerjaan
antara lain adalah kewenangannya untuk memberikan sebuah Izin kepada seseorang
untuk melakukan suatu pekerjaan.
Untuk berdirinya suatu Apotek tidaklah dapat berdiri dengan begitu saja tanpa
mendapatkan Izin dari pihak yang berwenang atas hal tersebut. Dengan adanya Izin
tersebut, maka setiap Apoteker sebagai Pengelola Apotek yang sudah memperoleh Izin
tersebut dapat melaksanakan kegiataanya sesuai dengan ketentuan yang termaksud
dalam Izin tersebut.
Menurut ahli Hukum Belanda N.M. Spelt dan J.B.J.M. ten Berge :
Izin adalah merupakan suatu persetujuan dan penguasa berdasarkan
undang – undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu
menyimpang dari ketentuan larangan perundang – undangan (izin dalam arti
sempit).6

Berikut adalah bebrapa tujuan dari perizinan, yaitu pertama, alokasi sumber daya
alam. Adakalanya kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan sumber daya jumlahnya
sangat terbatas. Apabila ada warga masyarakat yang membutuhkan hal tersebut maka
kesempatan yang ada pun terbatas. Pemerintah memandang hal yang demikian perlu
ditanggapi secara cepat. Kedua, mengarahkan aktivitas – aktivitas. Izin dapat ditujukan
untuk pengarahan dengan menyeleksi orang dan aktivitas – aktivitas tertentu yang
dilakukan oleh warga masyarakat.7
Berdasarkan pendapat ini, izin tidak dapat melakukan sesuatu kecuali diizinkan.
Jadi, aktivitas terhadap suatu objek tertentu pada dasarnya dilarang. Sesorang atau
badan hukum dapat melakukan usaha atau kegiatan atas objek tersebut jika mendapat

5
Philipus M. Hadjono, R. SriSoemantri Martosoewignyo, Syachran Basah, Bagir Manan, H.M. Laisa
Marzuku, J.B.JM ten Berge, P.J.J. Van Buuren, F.A.M. Sroink. Pengantar Hukum Administrasi
Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006, hal 1.
6
N.M. Spelt dan J.B.M. ten Berge, disunting Philipus M. Hadjon. Pengantar Hukum Perizinan. Surabaya:
Yuridika, 1993, hal 2-3.
7
Mengutip pendapat Ten Berge, Y. Sri Pudyatmoko, dalam Perizinan: Problem dan Upaya Pembenahan,
Grasindo, Jakarta, 2009, hal 11.

7
dari pemerintah/pemerintah daerah yang mengikatkan perannya dalam kegiatan yang
dilakukan oleh orang atau pihak yang bersangkutan.
Selain pengertian Izin yang diberikan oleh beberapa sarjana diatas, ada
pengertian Izin yang dimuat dalam Peraturan yang berlaku, misalnya Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah. Izin merupakan sebagai dokumen yang
dikeluarkan oleh pemerintah yang merupakan bukti legalitas, menyatakan sah atau
diperbolehkan seseorang atau badan untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu.8
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa hubungan Administrasi Negara
dengan masalah Perizinan adalah semakin luasnya campur tangan Pemerintah dalam
lapangan kehidupan masyarakat sehari – hari, antara orang lain didalam bidang
kesehatan.9
Demikian juga halnya dengan Pendirin Apotek atau Toko Obat Berizin lainnya
di Kotamadya Medan diperlukan adanya izin dari Menteri Kesehatan Republik
Indonesia yang melimpahkan wewenang pemberian izin kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota Medan.
Adapun Izin Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota bermaksud untuk memberikan jaminan terhadap umum,
bahwa baik tempatnya maupun segala usaha pekerjaan sebuah Apotek, teknik farmasi
itu dapat dipertanggung jawabkan.
Menurut Penjelasan dari pasal 1 angka 1 dari Peraturan Pemerintah Nomor 25
Tahun 1980 dikatakan bahwa : “Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan
pengelolahan, peracikan dan penyerahan obat atau bahan obat”.
Dari penjelasan pasal tersebut diatas dapatlah di artikan bahwa yang dimaksud
dengan Apotek adalah : Suatu bentuk badan usaha yang bekerja untuk membuat,
pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan
penyerahan obat kepada masyarakat.
Adapun Surat Izin Apotek (SIA) menurut Putusan Menteri Kesehatan RI
Nomor. 1332/MenKes/SK/X/2002, adalah Surat Izin yang diberikan oleh Menteri

8
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor. 20 Tahun 2008 Tentang pedoman Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah.
9
Adrian Sutedi. Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik. Jakarta: Sinar Grafika, 2010, hal 193

8
kepada Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk
menyelenggarakan Apotek disuatu tempat tertentu.
Dari uraian – uraian tersebut diatas, bahwa disini dapat kita lihat adanya suatu
hubungan antara Surat Izin Apotek dengan Hukum Administrasi Negara, dimana kedua
pengertian tersebut saling mnegisi, karena Hukum Administrasi Negara memberikan
tugas kepada aparat Pemerintah Pusat dalam hal ini Menteri Kesehatan Republik
Indonesia kepada aparat didaerah sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
dalam rangka pemberian Surat Izin Apotek dan Surat – Surat Izin Pengelola Apoteker
yang berkaitan dengan Apotek, yang telah memenuhi persyaratan untuk berdiri.
Dalam proses tata kerja penyelenggaraan atau proses teknis dimana dalam hal
pemberian Surat Izin Apotek (SIA), Pemerintah telah memberi petunjuk dan syarat –
syarat dibidang pemberian Izin Apoteker sebagai Pengelola Apotek, hal mana dapat
dilihat hubungan antara Departemen Kesehatan dengan Dirjen Kesehatan Republik
Indonesia dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai dasar hukum dapat kita
lihat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor.1332/MenKes/SK/X/2002 tentang
Ketentuan dan Tata cara pemberian Izin Apotek.
Pembangunan Kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya
kesehatan untuk mencapai kemampuan menuju hidup yang sehat bagi setiap penduduk
agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang lebih optimal lagi.
System Kesehatan secara nyata telah dipergunakan sebagai acuan dalam Garis –
garis Besar Haluan Negara (GBHN) bidang Kesehatan, Penyusunan Undang – Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan juga sebagai acuan dalam berbagai
kebijakan, pedoman dan arah pelaksanaan pembangunan kesehatan. Memasuki
milenium ke tiga, seperti juga banyak terjadi dinegara, Indonesia menghadapi banyak
perubahan dan tantangan strategis yang mendasar baik eksternal maupun internal, yang
perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan pembangunan nasional termasuk
pembangunan kesehatan. 10
Didalam hal pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan obat ini tentunya di dalam produksinya

10
Garis – garis Besar Haluan Negara adalah haluan negara tentang penyelenggaraan negara dalam garis –
garis besar sebagai pernyataan kehendak rakyat secara menyeluruh dan terpadu yang ditetapkan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk lima tahun guna mewujudkan kesejahteraan rakyat yang
berkeadilan.

9
haruslah dilakukan dengan suatu tujuan yang telah ditentukan. Adapun tujuan dari pada
badan usaha yang bergerak di bidang kefarmasian tersebut adalah :11
1) Memproduksi obat dengan baik dan sesuai dengan standar dan persyaratan
kesehatan yag telah ditetapkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM).
2) Memproduksi obat dengan harga yang ekonomis dan terjangkau bagi setiap lapisan
masyarakat.
3) Memproduksi obat dengan harapan dan tujuan memperoleh keuntungan secara
berkelanjutan dan semakin berkembang seiring berjalannya waktu.
Yang dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui
pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan.
Untuk suatu Apotek yang dikatakan sebagai pihak – pihak tenaga kesehatan
adalah : 12
1. Apoteker
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonsesia Nomor.
1332/MenKes/SK/X/2002 pasal 1 yang dimaksud dengan Apoteker adalah Sarjana
Farmasi yang telah lulus dan telah mengucap sumpah jabatan Apoteker, mereka
yang berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku berhak melakukan
pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker. Berdasarkan pasal 12
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 1332/MenKes/SK/X/2002, menjelaskan
bahwa Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan
Sediaan Farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin.
2. Apoteker Pengelola Apotek
Yang dimaksud dengan Apoteker Pengelola Apotek adalah Apoteker yang telah
diberi Surat Izin Apotek (SIA). Dalam pasal 19 Keputusan Menteri Kesdehatan
Nomor. 1332/MenKes/SK/X/2002 menyatakan bahwa, Apabila Apoteker Pengelola

11
Drs. Ngasil Ginting APT. Diktat Management Industri Farmasi, Jilid 2, Fakultas MIFA Universitas
Sumatera Utara, 1985, hal 140.
12
Pekerja Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

10
Apotek berhalanagan hadir untuk melaksanakan tugasnya pada jam buka Apotek,
Apoteker Pengelola Apotek harus menunjuk Apoteker Pendamping.
3. Apoteker Pendamping
Yang dikatakan sebagai Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di
Apotek disamping Apoteker Pengelola Apotek dan/atau menggantikannya pada jam
– jam tertentu pada hari buka Apotek.
4. Apoteker Pengganti
Yang dimaksud Apoteker pengganti adalah Apoteker yang menggantikan
Apoteker Pengelola Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak
berada ditempat lebih dari tiga bulan secara terus – menerus, telah memiliki Surat
Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek di Apotek lain.
5. Asisten Apoteker
Yang dimaksud dengan Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan
peraturan perundang – undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian sebagai asisten Apoteker.13
Jadi didalam sebuah Apotek harus paling sedikit 2 (dua tenaga kesehatan yang
dimiliki Apotek tersebut, yaitu : Apoteker Pengelola Apotek dan Apoteker Pendamping
atau Asisten Apoteker.

B. MEKANISME ATAU PROSEDUR YANG HARUS DIPENUHI DALAM


PERMOHONAN IZIN APOTEK
Di dalam pembentukan sebuah Apotek maka harus mempunyai suatu tujuan,
seperti halnya yang penulis kutip dari GBHN yaitu dalam rangka mendekatkan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat akan dilanjutkan dan ditingkatkan
pembangunan serta kemampuan pusat – pusat kesehatan untuk masyarakat, penyediaan
tenaga – tenaga medis dan para medis serta penyediaan obat – obatan yang makin
merata dan terjangkau oleh masyarakat luas.
Demikian juga halnya dengan pendirian atau pembentukan sebuah Apoek tentu
menjadi tujuan sebagaiamana yang telah ditetapkan, bahwa tujuan dari negara Indonesia
adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila, untuk

13
Peraturan Pemerintah RI No 51 Tahun 2009 Tentang Pekerja Kefarmasian.

11
terciptanya tujuan tersebut dengan upaya peningkatan taraf hidup dan kesehatan
masyarakat yang semakin merata diseluruh tanah air.
Sejalan dengan hal ini didalam penjelasan Undang – Undang Pokok Kesehatan,
ditegaskan bahwa : “ Derajat kesehatan yang setinggi – tingginya harus dicapai oleh
seluruh rakyat secara merata, di samping hak untuk memperoleh pemeliharaan
kesehatan yang sebaik – baiknya, setiap warga negara perlu juga aktif ikut serta dalam
semua usaha kesehatan yang dilakukan Pemerintah. Didalam mengikut sertakan
masyarakat pada usaha – usaha kesehatan dan berdasarkan sikap Pemerintah pada usaha
swasta pada umunya Pemerintah memberikan kepada badan – badan swasta didalam
menjalankan usaha – usaha pengobatan, perawatan, pendidikan, penyelidikan dan usaha
– usaha dalam bidang Farmasi dengan ketentuan bahwa usaha – usaha ini harus
mementingkan fungsi sosialnya tidak semata – mata hanya bertujuan mencari
keuntungan saja”.
Disamping bertujuan mencari keuntungan, Apotek harus tetap memperhatikan
dari segi kepentingan sosialnya dimana Apotek adalah merupakan partner dari
Pemerintah yang harus bekerjasama dengan pihak Pemerintah di dalam membangun
kesehatan masyarakat melalui penyaluran obat – obatan kepada masyarakat, dan untuk
mementingkan kepentingan social oleh Pemerintah dikeluarkan Keputusan Menteri
Kesehtan Nomor 1332/MenKes/SK/X/2002 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek agar dalam Pendirian Apotek tersebut tidak menyalah artikan
Izin Pendiriannya.
Didalam mendirikan suatu Apotek tentu saja harus terlebih dahulu dipenuhi
segala persyaratan untuk dapat kiranya Apotek tersebut dapat berdiri dan menjalankan
tugas dan fungsinya ditengah – tengah masyarakat, dimana persyaratan – persyaratan
yang dimaksudkan yaitu meliputi :
a. Persyaratan Lokasi berdirinya Apotek
b. Persyaratan Bangunan dan Perlengkapan Apotek
c. Persyaratan Perbekalan Apotek
Persyaratan yang disebutkan diatas adalah merupakan persyaratan minimal yang
harus dipenuhi dalam setiap pendirian sebuah Apotek baru maupun perpindahan
Apotek.

12
Ad.1. Persyaratan Lokasi
Setiap akan mendirikan suatu bentuk usaha harus memerlukan tempat atau
lokasi untuk berdirinya usaha tersebut atau tempat berdirinya bangunan, serta usahat
tersebut dapat beroperasi sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Biasanya apabila
seseorang akan mendirikan suatu bentuk usaha maka tentu saja ia akan berusaha agar
dapat memperoleh lokasi atau tempat usaha yang dianggap mempunyai lokasi strategis
yang cukup baik untuk menjalankan usaha tersebut. Begitu juga dengan lokasi usaha
yang akan dijalankan pengusaha tersebut dapat sesuai dengan kehendaknya dan juga
sesuai dengan kesanggupannya.
Ad.2. Persyaratan Bangunan dan Perlengkapan Apotek
Yang dimaksud dengan bangunan Apotek itu adalah gedung ataupun bagian dari
gedung yang dipergunakan untuk mengelola suatu Apotek. Bangunan Apotek harus
mempunyai luas dan memenuhi persyaratan yang cukup, serta memenuhi persyaratan
teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta
memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi.
Didalam pendirian Apotek baru maupun perpindahan Apotek terhadap bangunan
Apotek ini diperlukan syarat – syarat yang harus dipenuhi dalam memperoleh Surat Izin
Apotek (SIA) dari segi syarat luas dan persyaratan teknis.
Apabila dilihat dari segi teknisnya, bangunan Apotek tersebut adalah dapat
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan yaitu :
1) Dinding bangunan harus kuat dan tahan dengan air, permukaan sebelah dalam
bangunan harus rata dan tidak mudah mengelupas.
2) Lantai bangunan harus bersih dan tidak boleh lembab dan berlumut yang terbuat
dari ubin ataupun bahan – bahan lainnya yang memadai.
3) Langit – langit bangunan dibuat dari bahan yang tidak mudah rusak serta
permukaan sebelam dalam dari bangunan diberi warna yang terang.
4) Atap tidak boleh bocor, terbuat dari genteng atau bahan lainnya yang tidak
merembes kedalam bangunan.
Syarat – syarat lain yang harus dimiliki oleh Bangunan dari sebuah Apotek
terdiri dari beberapa ruangan yaitu :
a. Banguna Apotek harus dilengkapi ruang tunggu.
b. Bangunan Apotek harus dilengkapi ruang administrasi dan ruang kerja apoteker.

13
c. Bangunan Apotek harus dilengkapi ruang penyimpanan obat – obatan.
d. Bangunan Apotek harus dilengkapi ruang peracikan dan penyerahan obat.
e. Bangunan Apoetek harus dilengkapi tempat pencucian alat.
f. Bangunan Apotek harus dilengkapi alat pemadam kebakaran sekurang – kurangnya
dua buah dan masih berfungsi dengan baik.
g. Bangunan Apotek harus dilengkapi kamar mandi dan toilet.
Bangunan Apotek juga harus dilengkapi dengan beberapa persyaratan lainnya
yaitu :
a) Bangunan Apotek harus mempunyai Sumber air yang memenuhi syarat kesehatan.
b) Bangunan Apotek harus mempunyai penerangan yang baik
c) Banguna Apotek harus mempunyai Ventilasi dan sistem sanitasi yang baik dan
memenuhi syarat higienis
d) Bangunan Apotek harus memiliki Papan nama yang memuat nama Apotek, nama
APA, nomor Surat Izin Apotek (SIA), alamat Apotek, nomor telepon Apotek.
Ad.3. Persyaratan Perbekalan Apotek
Perbekalan Apotek disebutkan juga dengan perbekalan kesehatan farmasi yang
merupakan salah satu dari sarana Apotek disamping bangunan dan perlengkapan
Apotek yang berhubungan dengan kepentingan Perizinan Apotek maupun segi
kepentingan operasional Apotek di dalam pendistribusian obat – obatan dan bahan obat
kepada masyarakat.
Untuk perbekalan Apotek ini dapat kita bagi dalam empat bagian didalamnya
yaitu antara lain :
1. Perbekalan di bidang farmasi
Didalam persyaratan di bidang perbekalan farmasi yang harus dipenuhi oleh
Apotek tersebut terdiri dari alat dan peralatan sebagai berikut:
a. Botol dan gelas dengan ukuran yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan yang
terdiri dari :
- 10 sampai dengan 15 ml.
- 50 sampai dengan 1 liter.
b. Perlengkapan dan alat penyimpanan, dan perbekalan farmasi seperti lemari obat
yang sesuai dengan kebutuhan.
c. Lemari pendingin dengan jumlah minimal 1 buah.

14
d. Lemari tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika dan bahan beracun
lainnya sesuai dengan kebutuhan Apotek.
e. Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan plastik pengemas obat – obatan dan
bahan obat sesuai dengan kebutuhan.
2. Perbekalan Laboratorium
Yang dimaksud dengan perbekalan laboratorium dalam Apotek adalah segala
alat perbekalan yang diperlukan dalam Laboratorium yang berfungsi untuk pengujian
sederhana yaitu:
a. Alat Laboratorium untuk mengidentifikasi obat.
b. Reagensia untuk mengidentifikasi obat dengan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan.
3. Perbekalan di bidang Administrasi
Sebelum penulis menguraikan tentang persyaratan Administrasi pada sebuah
Apotek, maka baiknya terlebih dahulu penulis menerangkan apa yang dimaksud dengan
Administrasi serta termasuk pengertian jenis Administrasi yang dijalankan pada
Administrasi Apotek.
4. Perbekalan Tenaga Kesehatan
Yang dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui
pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan. Untuk suatu Apotek yang dikatakan sebagai pihak –
pihak tenaga kesehatan adalah: 14
a. Apoteker
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonsesia Nomor.
1332/MenKes/SK/X/2002 pasal 1 yang dimaksud dengan Apoteker adalah Sarjana
Farmasi yang telah lulus dan telah mengucap sumpah jabatan Apoteker, mereka
yang berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku berhak melakukan
pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker. Berdasarkan pasal 12
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 1332/MenKes/SK/X/2002, menjelaskan

14
Pekerja Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

15
bahwa Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan
Sediaan Farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin.
b. Apoteker Pengelola Apotek
Yang dimaksud dengan Apoteker Pengelola Apotek adalah Apoteker yang telah
diberi Surat Izin Apotek (SIA). Dalam pasal 19 Keputusan Menteri Kesdehatan
Nomor. 1332/MenKes/SK/X/2002 menyatakan bahwa, Apabila Apoteker Pengelola
Apotek berhalanagan hadir untuk melaksanakan tugasnya pada jam buka Apotek,
Apoteker Pengelola Apotek harus menunjuk Apoteker Pendamping.
c. Apoteker Pendamping
Yang dikatakan sebagai Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di
Apotek disamping Apoteker Pengelola Apotek dan/atau menggantikannya pada jam
– jam tertentu pada hari buka Apotek.
d. Apoteker Pengganti
Yang dimaksud Apoteker pengganti adalah Apoteker yang menggantikan
Apoteker Pengelola Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak
berada ditempat lebih dari tiga bulan secara terus – menerus, telah memiliki Surat
Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek di Apotek lain.
e. Asisten Apoteker
Yang dimaksud dengan Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan
peraturan perundang – undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian sebagai asisten Apoteker.15

Jadi didalam sebuah Apotek harus paling sedikit 2 (dua tenaga kesehatan yang
dimiliki Apotek tersebut, yaitu : Apoteker Pengelola Apotek dan Apoteker Pendamping
atau Asisten Apoteker.
Apotek disamping bentuknya sebagai sarana profesi yang berbentuk usaha
dagang yang bergerak dalam bidang obat – obatan dan bahan obat, juga mempunyai
kewajiban dalam hal kerjasana dengan pihak Pemerintah seperti yang disebutkan
didalam delapan jalur pemerataan, dimana didalam jalur yang kedua telah ditetapkan :
“Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan”.

15
Peraturan Pemerintah RI No 51 Tahun 2009 Tentang Pekerja Kefarmasian.

16
Fungsi Apotek seperti yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25
Tahun 1980, yaitu :
a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah
jabatan
b. Sarana Farmasi yang melaksanakan pembuatan, pengolahan, peracikan,
pengubahan bentuk pencampuran dan penyerahan obat – obatan atau bahan obat.
Fungsi Apotek di bidang pelayanan kesehatan adalah Segala daya upaya dan
kegiatan yang dilakukan oleh pihak Apotek dibawah pimpinan seorang Apoteker
Pengelola Apotek didalam memenuhi kebutuhan masyarakat disegala lapisan
masyarakat berupa macam obat – obatan atau bahan obat.
Pelayanan obat – obatan atau bahan obat meliputi:
a. Untuk pelayanan Resep Dokter, Dokter Gigi dan Dokter Hewan.
Yang dimaksud dengan Resep adalah permintaan tertulis dari Dokter, Dokter Gigi,
Dokter Hewan kepada Apoteker Pengelola Apotek untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundang – undangan yang
berlaku.
b. Untuk pelayanan langsung tanpa menggunakan Resep dalam hal khusus obat bebas
dan obat bebas terbatas.
c. Untuk pelayanan lain sesuai dengan perundang – undangan yang berlaku.
Dalam hal pelayanan Resep Dokter, Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti
obat – obatan lain yang tidak sesuai dengan yang ditulis dalam resep dan tidak
dibenarkan juga mengganti obat Generik yang ditulis dalam resep dengan obat merek
dagang lain tanpa persetujuan dari dokter dan/atau pasien yang bersangkutan, dan
menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika kepada masyarakat atas resep dari
dokter sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan seperti yang diatur
dalam pasal 24 Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian.

17
C. TINDAKAN YANG DIBERIKAN APABILA SURAT IZIN APOTEK
TIDAK BERJALAN DENGAN BAIK
Untuk memperoleh Surat Izin Apotek (SIA) ini terlebih dahulu haruslah
dimohonkan oleh Apoteker yang telah memiliki Surat Izin Pengelolaan Apotek (SIPA)
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, misalnya di Kota Medan yang ingin
mendirikan Apotek di kota Medan.
Sebelum permohonan diajukan, maka terlebih dahulu harus tersedia tempat/
daerah ataupun wilayah dimana Apotek tersebut didirikan sesuai dengan Izin yang akan
di usulkan. Untuk itu, terhadap lokasi tempat calon berdirinya sebuah Apotek tersebut,
haruslah terlebih dahulu memperoleh Surat Persetujuan Lokasi/Bangunan yang
diperoleh dari kantor perizinan tata kota.
Adapun yang dimaksud dengan Surat Persetujuan Lokasi/Bnagunan ini adalah
daerah/ wilayah yang telah dibenarkan untuk pendirian Apotek baru ataupun
perpindahan Apotek yang telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Kesehatan
Republik Indonesia atas usul dari Kepala Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Medan.
Surat Izin Apotek ini berlaku untuk seterusnya selama Apotek yang
bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan kefarmasian dan Apoteker Pengelola
Apotek dapat melaksanakan pekerjaannya dan masih memenuhi syarat dan ketentuan
yang berlaku (pasal 2 ayat 2 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor.
1332/MenKes/SK/X/2002).
Namun dapat juga dikatakan bahwa Surat Izin Apotek atas nama Apoteker
terebut bisa dicabut, penjelasan tentang hal tersebut terdapat dalam pasal 19 ayat 5
dimana dijelaskan bahwa: “Apabila Apoteker Pengelola Apotik berhalangan melakukan
tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terus menerus, Surat Izin Apotik atas nama
Apoteker bersangkutan dapat dilaksanakanPencabutan Surat Izin”.
Pihak yang berwenang untuk melakukan kegiatan dalam hal Pencabutan Surat
Izin Apotek (SIA) ini adalalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dimana
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang bersangkutan dapat melakukan
Pencabutan Izin Apotek (SIA) tersebut dengan alasan – alasan pencabutan sesuai
dengan pasal 25 ayat (1) dan (2) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor.
1332/MenKes/SK/X/2022, yang menyatakan bahwa :

18
1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut Surat Izin Apotik (SIA)
apabila :
a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yang dimaksud pasal 5 dan atau;
b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dimaksud dalam Pasal 12 dan Pasal 15 ayat
(2) dan atau;
c. Apoteker Pengelola Apotik terkena ketentuan dimaksud dalam pasal 19 ayat (5)
dan atau;
d. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dan atau;
e. Surat Izin Kerja Apoteker Pengelola Apotik dicabut dan atau;
f. Pemilik sarana Apotik terbukti terlibat dalam pelanggaran Perundangundangan
di bidang obat, dan atau;
g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan dimaksud dalam pasal 6.
2) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan
sebagaimana dimaksud ayat (1) berkoordinasi dengan Kepala Badan POM
setempat.
Dalam pasal 26 ayat 1 huruf (a) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor.
1332/MenKes/SK/X/2002, dimana dikatakan :
1) Pelaksanaan Pencabutan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 huruf
(g) dilakukan setelah dikeluarkan :
a. Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotik sebanyak 3 (tiga)
kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan dengan
menggunakan contoh Formulir Model APT-12.
Di dalam Pencabutan Surat Izin Apotek (SIA) disebabkan karena Apotek
melakukan pelanggaran atas ketentuan perundang – undangan, dapat diketahui apabila
berdasarkan atas suatu pembuktian baik oleh Instansi yang berwenang maupun atas
dasar pemikiran yang dilakukan oleh pihak Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM) pada kantor Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota taupun atas dasar
publikasi dari pihak media massa, maka oleh karena hal tersebut Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota segera mencabut Surat Izin Apotek (SIA) tersebut.

19
Pada pelaksanaan Pencabutan Surat Izin Apotek (SIA) pada pasal 26 keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor. 1332/MenKes/SK/X/2002, dilakukan setelah
dikeluarkannya :
1. Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotik sebanyak 3 (tiga) kali
berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan.
2. Pembekuan Izin Apotik untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak
dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotik.
Apoteker Pengelola Apotek dapat mengusulkan permohonan pencairan Izin
Apotek kepada kantor Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk permohonan
pencairan Izin Apotek tersebut dapat dilakukan setelah Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota menerima laporan pemeriksaan dari Kepala Badan Pengawasan Obat
dan Makanan (BPOM). Setelah menerima laporan pemeriksaan tersebut yang
menyatakan bahwa Apotek yang Surat Izin Apoteknya dicabut telah memenuhi segala
persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perizinan Apotek. Maka dalam hal
pencairan Surat Izin Apotek dapat dicairkan kembali oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat.
Dalam hal pencabutan Surat Izin Apotek oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota disampaikan langsung kepada pihak yang bersangkutan dan tembusan
Surat Izin tersebut disampaikan kepada pihak – pihak yang berwenang, yaitu :
1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia
2. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat
3. Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
Apabila persyaratan untuk permohonan pencairan Surat Izin Apotek tidak dapat
dilakukan setelah Surat Izin Apotek tersebut dicabut, maka Apoteker Pengelola Apotek
atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan kefarmasian berupa resep,
narkotika, psikotropika dan obat – obatan terlarang lainnya.
Pengamanan perbekalan farmasi yang dimaksud diatas pada pasal 29 Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor. 1332/MenKes/SK/X/2002, yaitu : “Pengamanan
dimaksud Pasal 28 wajib mengikuti tata cara sebagai berikut” :
a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, Psikotropika, obat
keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di Apotik;

20
b. Narkotika, Psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup
dan terkunci;
c. Apoteker Pengelola Apotik wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, tentang penghentian kegiatan disertai laporan
inventarisasi yang dimaksud dalam huruf (a).
Pada hal pelanggaran terhadap Undang – Undang Obat Keras Nomor. St. 1937
No. 541, Undang – Undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Undang – Undang
No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, Undang – Undang No 5 Tahun 1997 Tentang
Psikotropika serta ketentuan peraturan perundang – undangan lainnya yang terjadi pada
Apotek tersebut dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan peraturan perundang –
undangan yang bersangkutan, dalam hal ini dapat dilihat dalam pasal 31 Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor. 1332/MenKes/SK/X/2002 Tentang Ketentuan Dan Tata
Cara Pemberian Izin Apotek.
Demikianlah Tata Cara Permohonan PencairanPencabutan Izin Apotek dan
Pencabutan Surat Izin Apotek yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota Medan, Sumatera Utara.

A. KESIMPULAN
Setelah penulis mengadakan pembahasan dalam bab – bab sebelumnya
mengenai pelaksanaan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor.
1332/MenKes/SK/X/2002 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek,
maka penulis akan menutup penulisan skripsi ini dengan mengambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam pendirian sebuah Apotek haruslah diperoleh Surat Izin Apotek (SIA), dimana
Surat Izin Apotek (SIA) ini dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota atas pelimpahan wewenang dari Menteri Kesehatan Republik
Indonesia. Untuk pengajuan permohonan ini harus dipenuhi syarat – syarat yang
meliputi : bangunan, lokasi, jumlah Apotek dan perlengkapan Apotek, serta
persyaratan perbekalan Apotek. Pengeluaran Surat Izin Apotek (SIA) ini atas
pelimpahan wewenang dari Menteri Kesehatan RI kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Jika persyaratan belum lengkap, maka permohonan akan
ditangguhkan dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja dengan memberikan surat Surat

21
Penundaan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan diberikan jangka
waktu kepada Apoteker untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi
selambat – lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat Penundaan.
2. Tata cara pemberian, perubahan, pengalihan dan pencabutan Surat Izin Apotek
(SIA), Surat Izin Pengelolaan Apotek (SIPA), Surat Persetujuan Lokasi dan Izin
lainnya yang berhubungan dengan Apotek untuk daerah Kotamadya Medan pada
umumnya telah cukup dikatakan sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor. 1332/MenKes/SK/X/2002 dan peraturan pelaksananya dan
perkembangannya juga dianggap cukup positif dalam menunjang pemerataan
penyaluran obat – obatan dan bahan obat kepada masyarakat luas dengan harga yang
dapat dijangkau oleh setiap lapisan masyarakat.
3. Permohonan Surat Izin Apotek (SIA) ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, begitu juga dengan pembaharuan dan pengalihan dari Surat Izin
Apotek (SIA), begitu juga Pencabutan Surat Izin Apotek (SIA) Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota berhak mencabut Izin Apotek (SIA) berdasarkan alasan –
alasan yang telah dilanggar oleh Apoteker Pengelola Apotek dan persyaratan lain
yang tidak sesuai dengan Perundang – undangan yang berlaku.

B. SARAN
Adapun saran – saran yang dapat Penulis berikan menyangkut Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor. 1332/MenKes/SK/X/2002 Tentang Ketentuan Dan Tata
Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut :
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Medan menpunyai tugas selain merupakan
wakil Pemerintah Pusat di Daerah hendaklah kiranya dapat membuat suatu
mekanisme kerja yang terarah, terpadu, menyeluruh serta dengan koordinasi atau
kerjasama yang baik dan lebih efektif, serempak dan kesatuan tindakan dalam rangka
meningkatkan kesehatan masyarakat luas terutama dalam bidang penyaluran obat –
obatan dan bahan obat dalam mengisi Sistem Kesehatan Nasional yang bertujuan
untuk mencapai Pembangunan Nasional.
2. Kepada Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) hendaklah lebih
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai suatu lembaga yang mengawasi peredaran
maupun penjualan obat – obatan dan bahan obat di lapisan masyarakat luas, agar

22
obat – obatan dan bahan obat yang diperjual belikan dan yang beredar dipasaran
tidak disalah gunakan oleh orang – orang yang tidak bertanggung jawab dan adapun
obat – obatan dan bahan obat yang diperjual belikan dapat sesuai dengan standar
kesehatan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.
3. Kepada Pihak Apotek hendaklah menjalankan tugas dan fungsinya dalam penjualan
obat – obatan dan bahan obat lebih mementingkan fungsi sosialnya dari pada segi
mengejar keuntungan pribadi semata dan Apoteker juga harus berpegang teguh pada
sumpah/janji yang telah diucapkan dan mematuhi Kode Etik Perapotekan.

23

Anda mungkin juga menyukai