Anda di halaman 1dari 56

“ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH PADAT BAHAN BERBAHAYA

DAN BERACUN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH JAMBI

TAHUN 2019”

PROPOSAL

OLEH:

NOVARINA

NIM.1613201113

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARPAN IBU JAMBI

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya sehingga tetap mampu

menunjang pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan

lingkungan. Dengan meningkatnya pembangunan di segala bidang, semakin

meningkat pula jumlah limbah dihasilkan yang berbahaya dan beracun, dan

dapat membahayakan lingkungan hidup dan kesehatan manusia sehingga perlu

pengelolaan dan pengendalian yang baik (Perda Kota Jambi,2017). Rumah

sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes, 2016).

Segala bentuk usaha dan/atau kegiatan yang dilakukan akan

memberikan dampak terhadap lingkungan hidup dan oleh sebab itu perlu

dilakukan upaya pengelolaan lingkungan hidup. Aktifitas penyelenggaraan

pelayanan kesehatan dirumah sakit akan menimbulkan limbah, baik berupa

limbah cair maupun limbah padat yang sebagian termasuk kategori Limbah

Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3). Limbah yang ditimbulkan wajib

dilakukan pengelolaan agar fungsi rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan

kesehatan tidak berubah menjadi sumber penularan penyakit dan pencemaran

lingkungan.
Kewajiban pengelolaan limbah B3 termuat dalam pasal 3 ayat (1)

Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah

B3 yang berbunyi “Setiap Orang yang menghasilkan limbah B3 wajib

melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya”. Kewajiban

pengelolaan limbah B3 juga tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Jambi

nomor 7 tahun 2017 tentang Pengelolaan dan pengendalian limbah bahan

berbahaya dan beracun. Secara teknis pengelolaan limbah B3 di fasilitas

pelayanan kesehatan diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan

Kehutanan RI Nomor P56/Menlhk-Setjen/2015 tentang Tata Cara Dan

Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Dari

Fasilitas Pelayanan Kesehatan, yang menerangkan bahwa rumah sakit sebagai

salah satu fasilitas pelayanan kesehatan wajib melakukan pengelolaan limbah

B3 yang meliputi pengurangan dan pemilahan limbah B3, penyimpanan

limbah B3, pengangkutan limbah B3, pengolahan limbah B3, penguburan

limbah B3, dan/atau penimbunan limbah B3.

Pengelolaan limbah B3 pada fasilitas pelayanan kesehatan masih

banyak yang belum memenuhi ketentuan peraturan perundangan yang belaku.

Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ketersediaan sarana prasana

pengelolaan, ketersediaan anggaran pengelolaan, keterbatasan sumber daya

manusia pada unit pelayanan kesehatan, dan beberapa faktor lainnya (Pratiwi,

2013).Penelitian Vinidia Pertiwi, dkk (2017) di Semarang menyimpulkan

bahwa Pengelolaan LB3 di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang

belum memilki program khusus dan SOP pengurangan/pemilahan, ditemukan


LB3 dibuang tidak pada tempatnya, LB3 melebihi masa penyimpanan dan

belum memenuhi standar pengangkutan.

Penelitian (Choidiyah, Joko, & Setiani, 2018) menemukan Pemilahan

yang dilakukan RSUD Tugurejo hanya dilakukan pada sumber LB3 dihasilkan

sehingga kurang sesuai peraturan. Seharusnya pemilahan LB3 juga dilakukan

saat tahap pengumpulan, penyimpanan dan pengangkutan. Sementara itu, dari

survey awal penelitian (Rachmawati, Sumiyaningsih, & Atmojo, 2018)

Pengangkutan limbah ke tempat penyimpanan sementara (TPS) B3

menggunakan jalur umum yang biasa dilewati oleh pengunjung, pengangkutan

limbah medis oleh pihak ketiga dimana pemakaian APD yang tidak lengkap

pada saat pengangkutan. Dionisius Rahno dkk (2015) di Kabupaten

Manggarai Timur Provinsi NTB menyimpulkan bahwa limbah medis padat di

Puskesmas Borong belum dilakukan pengelolaan secara baik dan benar sesuai

ketentuan. Hal ini disebabkan karena belum adanya dukungan manajemen

berupa penyiapan peraturan atau kebijakan, SOP, anggaran, fasilitas atau

peralatan yang memadai. Ketersediaan tenaga sanitarian secara kuantitatif

mencukupi namun belum ada koordinasi yang jelas untuk kegiatan

pengelolaan limbah, dan rendahnya kesadaran para petugas puskesmas dalam

upaya sanitasi khususnya penanganan limbah medis.

Pengelolaan limbah B3 Rumah Sakit yang belum sesuai dengan

ketentuan yang berlaku akan meningkatkan risiko gangguan terhadap

kelompok masyarakat. Pertama, pasien yang datang ke Rumah Sakit untuk

memperoleh pertolongan pengobatan dan perawatan Rumah Sakit. Kelompok

ini merupakan kelompok yang paling rentan. Kedua, karyawan Rumah Sakit
dalam melaksanakan tugas sehari-harinya selalu kontak dengan orang sakit

yang merupakan sumber agen penyakit. Ketiga, pengunjung/ pengantar orang

sakit yang berkunjung ke Rumah Sakit, risiko terkena gangguan kesehatan

akan semakin besar. Keempat, masyarakat yang bermukim di sekitar Rumah

Sakit, lebih lebih lagi bila Rumah Sakit membuang hasil buangan Rumah

Sakit tidak sebagaimana mestinya ke lingkungan sekitarnya. Akibatnya adalah

mutu lingkungan menjadi turun kualitasnya, dengan akibat lanjutannya adalah

menurunnya derajat kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut. Oleh karena

itu, Rumah Sakit wajib melaksanakan pengelolaan buangan Rumah Sakit yang

baik dan benar dengan melaksanakan kegiatan sanitasi Rumah Sakit (WHO,

2005).

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi merupakan salah satu

fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di Provinsi Jambi, yang merupakan

sarana pelayanan kesehatan jiwa dimana merawat pasien-pasien dengan

gangguan jiwa. Selain pelayanan dibidang kesehatan jiwa juga melayani

pelayanan dibidang umum lainnya seperti Poliklinik Syaraf, Piliklinik

Penyakit Dalam, Instalasi Rehabilitasi Medik, Fisioterapi dan lainnya.. Unit

sanitasi rumah sakit sebagai bagian dari organisasi rumah sakit dalam

melaksanakan fungsi organisasinya mengikuti alur atau mekanisme yang

disebut suatu sistem yang meliputi input, proses, dan output. Demikian

halnya dengan pengelolaan sampah, di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi

Jambi berupa input yang meliputi perencanaan pengelolaan sampah, proses

yang meliputi pelaksanaan pengelolaan sampah, dan output yang meliputi

hasil pengelolaan sampah. Pihak Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi
telah melaksanakan pengelolaan sampah, akan tetapi pengelolaan sampah

yang dilakukan dirasakan belum optimal. Informasi yang diperoleh dari

Instalasi Sanitasi menunjukkan bahwa ada masalah dari sistemnya yaitu dari

segi input belum dilakukan perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM),

jumlah SDM yang menangani pengelolaan sampah baik medis maupun non

medis terbatas sehingga mengakibatkan beban kerja pegawai yang menangani

sampah menjadi bertambah. Hanya ada 2 petugas sanitarian yang

bertanggungjawab terhadap sanitasi lingkungan di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Jambi dimana hal itu membuat beban kerja berlebih/overload.

Perencanaan keuangan juga belum dilakukan hanya disesuaikan

dengan kebutuhan dan diminimalisir pengeluarannya sehingga masih ada

kebutuhan untuk pengelolaan sampah yang belum terpenuhi. Dari segi proses,

pada pelaksanaan pengelolaan sampah masih belum sesuai dengan yang telah

direncanakan, misalnya bak sampah non medis tidak menggunakan

kantong plastik hitam sehingga pada saat pengangkutan ada

kemungkinan sampah tercecer, troli untuk sampah medis juga tidak

menggunakan ember jadi ada kemungkinan darah tercecer, pencucian

bak sampah dan troli pun tidak dilakukan setiap hari melainkan 3 hari

sekali sehingga bisa menjadi sarang dan tempat berkembang biak serangga

penular penyakit. Jumlah bak sampah yang masih kurang dari yang

dibutuhkan mengakibatkan sampah terlalu menumpuk. Jika dilihat dari segi

output, b e r d a s a r k a n o b s e r v a s i a w a l pada hari Senin tanggal 23

Oktober 2018 di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi dimana ditemukan

spuit bekas ditempat penampungan sampah didekat Poliklinik Rehabilitasi


Medik, terdapat limbah organik yang dibuang di tempat limbah infeksius,

dalam pengelolaan limbah B3 sudah memiliki SOP pengelolaan tetapi dalam

pelaksanaan tidak sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan, wadah

penampungan limbah B3 sudah tersedia sesuai karaktersitiknya tetapi masih

terdapat limbah non infeksius yang dibuang di wadah limbah infeksius, selain

itu untuk penyimpanan limbah B3 pihak Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi

Jambi sering ditumpuk lebih dari 3 hari dikarenakan jumlahnya yang sedikit,

setelah terkumpul banyak baru diangkut ke tempat penampungan limbah B3.

Diketahui limbah medis banyak berasal dari ruang pelayanan seperti Instalasi

Gawat Darurat, Poliklinik Jiwa, Poliklinik Penyakit Anak, Poliklinik

Rehabilitasi Medik , Poliklinik Penyakit Dalam dan Poliklinik Syaraf. Setiap

pagi petugas Cleaning Service mengambil limbah medis tiap ruangan dan

diangkut ke tempat penampungan sementara. Ternyata dalam sistem

pengelolaan sampah di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi terdapat

beberapa permasalahan dan selama ini belum pernah dilakukan evaluasi.

Dari uraian permasalahan diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pengelolaan limbah B3 yang sesuai dengan ketentuan

berlaku meliputi Tahap Pemilahan, Penyimpanan dan Pengangkutan. Untuk

tahap Pengolahan, Penguburan dan atau Penimbunan limbah B3 tidak

dianalisa dikarenakan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi Tahap

tersebut tidak dilakukan, Hanya sebatas tahap Pemilahan, Penyimpanan dan

Pengangkutan. Sehingga penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul

“Analisis Pengelolaan Limbah Padat Bahan Berbahaya dan Beracun di

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi Tahun 2019”.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka yang

menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana

pengelolaan limbah padat B3 di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi

yang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran dan proses pengelolaan limbah padat B3 dan

analisis kesesuaian proses pengelolaan limbah padat B3 dari aspek input,

proses dan output di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi dengan

peraturan perundangan yang berlaku.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui gambaran dan analisis input (Sumber daya

manusia, jumlah limbah, biaya, sarana dan prasarana, pedoman

dan sosialisasi) pengelolaan limbah padat B3 di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Provinsi Jambi dengan peraturan perundangan yang

berlaku.

2) Untuk mengetahui gambaran dan analisis proses (perencanaan,

pemilahan, penngangkutan, penyimpanan insitu, pengawasan and

evaluasi) pengelolaan limbah padat B3 di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Provinsi Jambi dengan peraturan perundangan yang

berlaku.
3) Untuk mengetahui gambaran dan analisis hasil pelaksanaan

pengelolaan limbah padat B3 di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Jambi dengan kesesuaian peraturan perundangan yang

berlaku.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang nyata bagi

berbagai pihak antara lain sebagai berikut:

1.4.1 Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan pendalaman

materi terkait pengelolaan limbah B3 di fasilitas pelayanan kesehatan, serta

dapat menyelesaikan pendidikan Strata 1 Prodi Kesehatan Masyarakat

Peminatan Kesehatan Lingkungan.

1.4.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi untuk

melakukan penelitian selanjutnya yang lebih dalam atau dari aspek yang

berbeda.

1.4.3 Bagi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tatacara

pengelolaan limbah padat B3 di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi

yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui input,proses,output

pengelolaan limbah padat B3 di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi.

Input meliputi Sumber Daya Manusia (SDM), Bahan/limbah yang dihasilkan,

Biaya, Sarana prasarana, Metode/pedoman,Sosialisasi/peran serta masyarakat.

Proses meliputi pemilahan limbah padat B3 pada ruangan pelayanan

kesehatan, proses pengangkutan ke TPS limbah padat B3 dan proses

penyimpanan limbah B3 di TPS limbah B3 pada Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Jambi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang

dilaksanakan dengan pendekatan wawancara dan observasi lapangan

menggunakan alat bantu seperti kuisioner, checklist, kamera, dan alat perekam

audio. Output meliputi data yang diperoleh akan disajikan secara deskriptif

dan dibandingkan dengan dokumen acuan/referensi yaitu Peraturan

Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3, dan

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No P56 tahun 2015

tentang Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan

Berbahaya Dan Beracun Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU

RINomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit). Dalam Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Persyaratan

Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit, bahwa ruang pengelolaan

limbah menjadi persyaratan dalam pendirian bangunan rumah sakit yang

terdiri dari:

1. Ruangan Kepala

2. Ruangan Administrasi

3. Ruangan Rapat Umum

4. Gudang

5. KM/WC Petugas

6. Ruang Pengelolaan Limbah Cair

7. Ruang Pengelolaan Limbah Padat (Insinerator, TPS Umum, TPS

Limbah Medis, dan TPS Limbah B3).


2.2 Limbah Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1204 Tahun 2004

Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, limbah rumah

sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam

bentuk padat, cair dan gas.

Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang

berbetuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah

medis dan non medis, limbah padat medis terdiri dari limbah infeksius,

limbah patologi, limbajh benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis,

limbah kimiawi, limbah radioktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah

dengan kandungan logam berat yang tinggi (Permenkes RI, 2004).

Limbah padat non B3 adalah limbah domestik berasal dari dapur,

perkantoran dan aktifitas harian manusia lainnya dirumah sakit yang sebagian

besar merupakan limbah organik, sehingga pengelolaannya dapat dilakukan

bersamaan dengan sampah kota yang ada (Kepmenkes, 2004)

2.3 Limbah B3 Rumah Sakit

2.3.1 Pengertian Limbah B3 Rumah Sakit

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, yang selanjutnya disebut

limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3

(Perda, 2017). Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 Tentang

Pengelolaan Limbah B3 Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa Setiap Orang

yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan Pengelolaan Limbah B3

yang dihasilkannya.
2.3.2 Jenis Limbah B3 Rumah Sakit

Limbah B3 dari rumah sakit Dalam Peraturan Menteri Lingkungan

Hidup dan Kehutanan RI nomor P56/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Tata Cara

dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Dari Fasilitas Pelayan Kesehatan, meliputi limbah sebagai berikut:

a. Limbah Infeksius

Limbah infeksius adalah Limbah yang terkontaminasi organisme patogen

yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam

jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia

rentan.

b. Limbah Benda Tajam

Limbah tajam merupakan objek atau alat yang memiliki sudut tajam,sisi

ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk

kulit,seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur,

pecahangelas dan pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi

berbahaya dandapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan.

Benda-benda tajamyang terbuang mungkin terkontaminasi oleh oleh

darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi dan beracun, bahan sitotoksik

atau radioaktif. Limbah benda tajam mempunyai potensi bahaya tambahan

yang dapat menyebabkan infeksi atau cedera karena mengandung bahan

kimia beracun atau radioaktif. Potensi untuk menularkan penyakit akan

sangat besar bila benda tajam tersebut digunakan untuk pengobatan pasien

infeksi atau penyakit infeksi (Adisasmito, 2007)


c. Limbah Patologis

Limbah patologis adalah Limbah berupa buangan selama kegiatan operasi,

otopsi, dan/atau prosedur medis lainnya termasuk jaringan, organ, bagian

tubuh, cairan tubuh, dan/atau spesimen beserta kemasannya.

d. Limbah Kimia

Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakanmedis,

veterinari, laboratorium, proses sterilisasi dan riset.

e. Limbah Radioaktif

Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radioisotop

yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida. Limbahini

dapat berasal antara lain dari tindakan kedokteran nuklir,radioimmunoassay,

dan bakteriologis, dapat berbentuk padat, cair atau gas.

f. Limbah Farmasi

Limbah farmasi dapat berasal dari obat-obat yang kadaluarsa, obat-obatan

yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi ataukemasan

yang terkontaminasi, obat-obatan yang dikembalikan oleh pasienatau dibuang

oleh masyarakat, obat-obatan yang tidak lagi diperlukan olehinstitusi yang

yang bersangkutan, dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.

g. Limbah Sitotoksik

Limbah sitotoksik adalah Limbah dari bahan yang terkontaminasi dari

persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang

mempunyai kemampuan untuk membunuh dan/atau menghambat

pertumbuhan sel hidup.


2.4 Dampak Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan dan Lingkungan

Layanan kesehatan selain untuk mencari kesembuhan, juga

merupakan depot bagi berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita

maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat

hidup dan berkembang di lingkungan sarana kesehatan, seperti udara, air,

lantai, makanan dan benda-benda peralatan medis maupun non medis. Dari

lingkungan, kuman dapat sampai ke tenaga kerja, penderita baru. Ini disebut

infeksi nosokomial (Anies, 2006).

Limbah layanan kesehatan yang terdiri dari limbah cair dan limbah

padat memiliki potensi yang mengakibatkan keterpajanan yang dapat

mengakibatkan penyakit atau cedera. Sifat bahaya dari limbah layanan

kesehatan tersebut mungkin muncul akibat satu atau beberapa karakteristik

berikut (Pruss. A, 2005):

a. Limbah mengandung agent infeksius

b. Limbah bersifat genoktosik

c. Limbah mengandung zat kimia atau obat – obatan berbahaya atau

baracun

d. Limbah bersifat radioaktif

e. Limbah mengandung benda tajam.

Semua orang yang terpajan limbah B3 dari fasilitas kesehatan

kemungkinan besar menjadi orang yang beresiko, termasuk yang berada

dalam fasilitas penghasil limbah B3, mereka yang berada diluas fasilitas serta
memilki pekerjaan mengelola limbah semacam itu, atau yang beresiko akibat

kecerobohan dalam sistem manajemen limbahnya. Kelompok utama yang

beresiko antara lain :

a. Dokter, perawat, pegawai layanan kesehatan dan tenaga pemeliharaan

rumah sakit

b. Pasien yang menjalani perawatan di instansi layanan kesehatan atau

dirumah

c. Pengunjung pasien rawat inap dan rawat jalan

d. Tenaga bagian layanan pendukung yang bekerja sama dengan instansi

layanan kesehatan masyarakat, misalnya, bagian binatu, pengelolaan

limbah dan bagian transportasi.

e. Pegawai pada fasilitas pembuangan limbah (misalnya, ditempat

penampungan sampah akhir atau incinerator, termasuk pemulung (Pruss,

2005).

Limbah menjadi permasalahan yang sangat pelik dan srius bagi

lingkungan karena masyarakat yang kurang memeiliki kepekaan terhadap

lingkungan. Ketidak pedulian dan ketidak disiplinan mengenai kebersihan

dapat menciptakan suasana tidak nyaman, lingkungan tidak asri, limbah

berserakan, timbunan limbah bertumpuk dimana-mana. Begitu banyak

kondisi tidak menyenangkan akan muncul seperti bau tak sedap, lalat dan

gangguan berbagai penyakit (Endang,S.2018).


2.5 Manajemen Pengelolaan Limbah Padat B3 Rumah Sakit

Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana

(tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang

ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 5M, yaitu men, money, machines,

method, dan markets.

a. Man (SDM)

Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling

menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang

melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak

ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk

kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-

orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan. Penanggung jawab

kesehatan lingkungan di rumah sakit kelas C dan D (rumah sakit

pemerintah) dan yang setingkat adalah seorang tenaga yang memiliki

kualifikasi sanitarian serendah-rendahnya berijazah diploma (D3) di

bidang kesehatan lingkungan. Rumah sakit pemerintah maupun

swasta yang sebagian kegiatan kesehatan lingkungannya

dilaksanakan oleh pihak ketiga, maka tenaganya harus berpendidikan

sanitarian dan telah megikuti pelatihan khusus di bidang kesehatan

lingkungan rumah sakit yang diselenggarakan oleh pemerintah atau

badan lain sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku

(Kepmenkes, 2004).

b. Money (Uang)
Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang

merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil

kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan.

Oleh karena itu, uang merupakan alat (tools) yang penting untuk

mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara

rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus

disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan

dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu

organisasi.

c. Machines (Mesin)

Dalam kegiatan perusahaan, mesin sangat diperlukan. Penggunaan mesin

akan membawa kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih

besar serta menciptakan efesiensi kerja.

d. Methods (Metode)

Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu

tata cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan.

Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan

kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-

pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan

penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat

meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak

mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan

memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen

tetap manusianya sendiri.


f. Market (Sosialisasi)

Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang

yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti.

Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan

pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor

menentukan dalam perusahaan. Supaya pasar dapat dikuasai

maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen

dan daya beli (kemampuan) konsumen (Anam,2008)

2.6 Pengelolaan Limbah Padat B3 Rumah Sakit

2.6.1 Konsep Pengelolaan Limbah B3

Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup

reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,

pengolahan dan penimbunan limbah B3 (Perda, 2017). Konsep pengelolaan

lingkungan yang memandang pengelolaan lingkungan sebagai sebuah sistem

dengan berbagai proses manajemen didalamnya yang dikenal sebagai Sistem

Manajemen Lingkungan (Environment Management System), melalui

pendekatan ini, pengelolaan lingkungan tidak hanya meliputi bagaimana cara

mengolah limbah sebagai by product (output), tetapi juga mengembangkan

strategi-strategi manajemen dengan pendekatan sistematis untuk meminimasi

limbah dari sumbernya dan meningkatkan efisiensi pemakaian sumber daya

sehingga mampu mencegah pencemaran dan meningkatkan performa


lingkungan. Hal ini berarti menghemat biaya untuk remediasi pencemaran

lingkungan (Adisasmito, 2007).

Pengelolaan yang tepat untuk limbah layanan kesehatan selain

bergantung pada administrasi dan organisasi yang baik juga memerlukan

kebijakan dan pendanaan yang memadai sekaligus partisipasi aktif dari staf

terlatih dan terdidik.(Pruss, 2005)

Ada beberapa konsep tentang pengelolaan lingkungan sebagai berikut

(Adisasmito, 2007):

a. Reduksi limbah pada sumbernya (source reduction)

b. Minimisasi limbah

c. Produksi bersih dan teknologi bersih

d. Pengelolaan kualitas lingkungan menyeluruh (Total Quality

EnvironmentalManagement/TQEM) yaitu dengan Suatu pendekatan untuk

meningkatkan kualitas lingkungan proses dan produk secara terus menerus

melalui partisipasi semua tingkat dan fungsi organisasi

e. Continous Quality Improvement (CQI) yaitu Suatu pendekatan terhadap

manajemen mutu yang dibangun berdasarkan metode jaminan

kualitastradisional dengan menekankan organisasi dan sistem.

2.6.2 Aspek Pengelolaan Limbah Padat Rumah Sakit

2.6.2.1 Pendekatan Sistem dalam Pengelolaan Sampah Rumah Sakit


a. Pendekatan Sistem

Konsep pengertian sistem sebagai suatu metode dikenal

sebagai pendekatan sistem. Pada dasarnya pendekatan ini

merupakan penerapan metode ilmiah didalam usaha memecahkan

masalah. Atau menerapkan “kebiasaan berfikir atau beranggapan

bahwa ada banyak sebab terjadinya sesuatu” didalam memandang

atau menghadapi kesaling terhubungkannya sesuatu benda ,

masalah, atau peristiwa. Jadi, pendekatan sistem berusaha menyadari

adanya kerumitan di dalam kebanyakan benda, sehingga terhindar

dari memandangnya sebagai sesuatu yang amat sederhana atau

bahkan keliru. Besar keuntungan yang kita peroleh dengan

mengambil kesimpulan secara sistematik, yaitu dengan melihat

masing-masing faktor mana yang benar menjadi penyebab.

Mempergunakan pendekatan sistem menuntut pemahaman bahwa

setiap benda atau sistem itu berada (menjadi bagian) dari sistem

yang lebih besar atau lebih luas, sehingga semua benda dengan

sesuatu cara saling berkaitan. (Azwar, 1990)

b. Pendekatan Sistem dalam Pengelolaan Sampah Rumah Sakit

Pengelolaan sampah melalui pendekatan sistem meliputi

input, proses, dan output. Input dari sistem untuk pengelolaan

sampah di rumah sakit adalah masukan dari sebuah program

perencanaan dalam pengelolaan sampah rumah sakit, meliputi

sumber daya manusia yang menangani pengelolaan sampah rumah


sakit, keuangan yang dialokasikan untuk pengelolaan sampah

rumah sakit, metode yang diterapkan untuk pengelolaan sampah

rumah sakit, sarana dan prasarana yang digunakan dalam

pengelolaan sampah rumah sakit, serta jumlah sampah yang

dihasilkan oleh rumah sakit. Proses dari sistem dalam pengelolaan

sampah di rumah sakit adalah prosedur pelaksanaan program dalam

pengelolaan sampah rumah sakit, meliputi pemilahan sampah rumah

sakit sesuai dengan karakteristiknya, pengumpulan sampah rumah

sakit dengan kantong plastik sesuai dengan kategorinya, prosedur

pemindahan sampah rumah sakit dari bak sampah ke tempat

pembuangan sementara (TPS), prosedur pengangkutan sampah rumah

sakit dari TPS ke tempat pembuangan akhir (TPA), serta cara

penanganan akhir sampah rumah sakit. Output dari sistem dalam

pengelolaan sampah rumah sakit adalah keluaran/hasil dari program

pengelolaan sampah rumah sakit, meliputi jumlah sampah yang

terangkut dan keberadaan vektor penular penyakit (lalat, tikus,

nyamuk, kecoak, dan lain-lain) di TPS rumah sakit. Ketiga komponen

sistem (input, proses, output) tersebut saling berhubungan satu

sama lain. Pendekatan sistem dalam pengelolaan sampah rumah sakit

ini menganalisis permasalahan-permasalahan dalam sistem

sebagai metode untuk memecahkan masalah pengelolaan sampah

rumah sakit, karena akan terlihat faktor mana yang menjadi

penyebab masalah pengelolaan sampah rumah sakit dan kemudian

dapat menentukan solusi untuk mengatasinya. (Azwar, 1990)


2.6.2.2 Aspek Perencanaan (Planning)

Pengertian planning adalah sebagai berikut: "Planning is the

selecting and relating of facts and the making and using of

assumptions regarding the future in the visualization and formulation

of proposed activities believed necessary to achieve desired result”

(Perencanaan adalah pemilihan dan penghubungan fakta-fakta serta

pembuatan dan penggunaan perkiraan-perkiraan/asumsi-asumsi

untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan

merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil

yang diinginkan). Planning yang efektif didasarkan pada fakta dan

informasi, bukan atas dasar emosi atau keinginan. Fakta-fakta yang

relevan dengan situasi yang sedang dihadapi berhubungan erat dengan

pengalaman dan pengetahuan seorang manajer. Dibutuhkan cara

berfikir yang berefleksi, juga dapat dibantu oleh imajinasi dan

forecast (Terry,2011).

2.6.2.3 Aspek Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat B3 Rumah Sakit

Tata Cara Pengelolaan Limbah B3 yang timbul dari fasilitas pelayanan

kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri Lingungan Hidup dan

Kehutanan RI nomor P56/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Tata Cara dan

Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Dari Fasilitas Pelayan Kesehatan meliputi tahapan:


a. Pengurangan dan pemilahan Limbah B3; Pengurangan dan pemilahan

Limbah dipusatkan terhadap eliminasi atau pengurangan alur limbah

medis (waste stream)

b. Penyimpanan Limbah B3; Penyimpanan Limbah B3 dapat dilakukan

secara baik dan benar apabila Limbah B3 telah dilakukan pemilahan

yang baik dan benar, termasuk memasukkan Limbah B3 ke dalam

wadah atau kemasan yang sesuai, dilekati simbol dan label Limbah B3

c. Pengangkutan Limbah B3; Pengangkutan merupakan pengangkutan limbah

B3 yang dilakukan dalam area dimana limbah B3 dihasilkan.

d.Pengolahan Limbah B3; Pengolahan Limbah B3 adalah proses untuk

mengurangi dan/atau menghilangkan sifat bahaya dan/atau sifat racun

e. penguburan Limbah B3; dan/atau

f. Penimbunan Limbah B3.

2.7 Pengurangan dan Pemilahan Limbah B3

Pengurangan dan pemilahan Limbah dipusatkan terhadap eliminasi

atau pengurangan alur limbah medis (waste stream). Hal ini dapat

dilakukan melalui langkah berikut:

1. Pengurangan pada sumber.

Kegiatan pengurangan dapat dilakukan dengan

eliminasi keseluruhan material berbahaya atau material yang lebih sedikit

menghasilkan Limbah. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:

a. perbaikan tata kelola lingkungan (good house keeping) melalui

eliminasi penggunaan penyegar udara kimiawi (yang tujuannya hanya


untuk menghilangkan bau tetapi melepaskan bahan berbahaya dan

beracun berupa formaldehida, distilat minyak bumi, p-diklorobenzena,

dll);

b. mengganti termometer merkuri dengan termometer digital atau

elektronik;

c. bekerjasama dengan pemasok (supplier) untuk mengurangi kemasan

produk;

d. melakukan substitusi penggunaan bahan kimia berbahaya dengan

bahan yang tidak beracun untuk pembersih (cleaner); dan

e. penggunaan metode pembersihan yang lebih tidak

berbahaya, seperti menggunakan desinfeksi uap bertekanan daripada

menggunakan desinfeksi kimiawi.

Termasuk kegiatan pengurangan pada sumber yaitu:

a. melakukan sentralisasi pengadaan bahan kimia berbahaya;

b. memantau aliran atau distribusi bahan kimia pada beberapa fasilitas

atau unit kerja sampai dengan pembuangannya sebagai Limbah B3;

c. menerapkan sistem “pertama masuk pertama keluar” (FIFO, first in

first out) dalam penggunaan produk atau bahan kimia;

d. melakukan pengadaan produk atau bahan kimia dalam jumlah

yang kecil dibandingkan membeli sekaligus dalam jumlah besar,

terutama untuk produk atau bahan kimia yang tidak stabil (mudah

kedaluwarsa) atau frekuensi penggunaannya tidak dapat

ditentukan;

e. menggunakan produk atau bahan kimia sampai habis; dan


f. Selalu memastikan tanggal kedaluwarsa seluruh produk pada saat

diantar oleh pemasok yang disesuaikan dengan kecepatan konsumsi

terhadap produk tersebut.

Salah satu hal penting yang harus dilakukan dalam pelaksanaan

pengurangan pada sumber yaitu melakukan penaatan prosedur kerja

penanganan medis yang baik. Hal ini berlaku pada fasilitas pelayanan

kesehatan yang memberikan pelayanan pengobatan dan/atau perawatan

terhadap pasien. Sebagai contoh, terhadap pasien yang akan mendapatkan

suntikan 3 ml (tiga mililiter) obat, maka peralatan suntik yang digunakan

harus memiliki volume tepat sebesar 3 ml (tiga mililiter). Apabila

digunakan peralatan suntik yang tidak tepat maka tidak dapat digunakan

dan akan menjadi Limbah yang harus dikelola lebih lanjut.

Pemilahan merupakan tahapan penting dalam pengelolaan Limbah.

Beberapa alasan penting untuk dilakukan pemilahan antara lain:

a. Pemilahan akan mengurangi jumlah Limbah yang harus dikelola

sebagai Limbah B3 atau sebagai Limbah medis karena Limbah non-

infeksius telah dipisahkan

b. Pemilahan akan mengurangi Limbah karena akan menghasilkan alur

Limbah padat (solid waste stream) yang mudah, aman, efektif biaya

untuk daur ulang, pengomposan, atau pengelolaan selanjutnya

c. Pemilahan akan mengurangi jumlah Limbah B3 yang terbuang bersama

Limbah non B3 ke media lingkungan. Sebagai contoh adalah

memisahkan merkuri sehingga tidak terbuang bersama Limbah nonB3

lainnya
d. Pemilahan akan memudahkan untuk dilakukannya penilaian terhadap

jumlah dan komposisi berbagai alur Limbah (waste stream) sehingga

memungkinkan fasilitas pelayanan kesehatan memiliki basis data,

mengidentifikasi dan memilih upaya pengelolaan Limbah sesuai biaya,

dan melakukan penilaian terhadap efektifitas strategi pengurangan

Limbah.

Pemilahan pada sumber (penghasil) limbah merupakan tanggung jawab

penghasil Limbah. Pemilahan harus dilakukan sedekat mungkin dengan

sumber Limbah dan harus tetap dilakukan selama penyimpanan,

pengumpulan, dan pengangkutan.

Untuk efisiensi pemilahan Limbah dan mengurangi penggunaan

kemasan yang tidak sesuai, penempatan dan pelabelan pada kemasan harus

dilakukan secara tepat. Penempatan kemasan secara bersisian untuk limbah

non-infeksius dan Limbah infeksius akan menghasilkan pemilahan limbah

yang lebih baik.

Pemilahan dan pengumpulan limbah rumah sakit secara cermat dan

terpisah mungkin menyulitkan bagi tenaga rumah sakit tetapi tindakan

tersebut merupakan kunci untuk melaksanakan pengelolaan limbah layanan

kesehatan yang aman dan tepat.Pemilahan dapat memberikan penurunan

yang berarti dalam kuantitas limbah layanan kesehatan yang membutuhkan

pengelolaan khusus (Pruss, 2005)

Salah satu persyaratan pemilahan dan pewadahah limbah padat B3

yang dimuat dalam Kepemenkes RI No 1204 Tahun 2004 adalah pemilahan

limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah,


dengan menempatkan pada wadah yang sesuai dengan persyaratan

penggunaan wadah.

Tabel 2.1. Jenis wadah limbah medis padat

No. Kelompok/Kategori Warna Lambang/Simbol Kemasan

Wadah

1 Infeksius Kuning Kontainer

plastik kuat
2 Patologis
dan anti

3 Benda Tajam bocor

4 Bahan kima Coklat - Kantong

plastik atau
5 Farmasi
kontainer

6 Logam berat

7 Radioaktif Merah Kantong boks

timbal (Pb)

dengan

simbol

radioaktif

8 Sitotoksik Ungu Kantong

plastik atau

kontainer

plastik kuat
dan anti bocor

9 Kontainer bertekenan - - Kantong

plastik

Sumber: Permen LHK RI No. P56 Tahun 2015.

2.8 Pengangkutan insitu

Pengangkutan insitu merupakan pengangkutan limbah B3 yang

kesehatan, pengangkutan insitu adalah pengangkutan dari ruangan pelayanan

kesehatan ke tempat penyimpanan sementara (TPS) limbah B3.

Pengangkutan Limbah pada lokasi fasilitas pelayanan kesehatandapat

menggunakan troli atau wadah beroda. Alat pengangkutanLimbah harus

memenuhi spesifikasi:

a. mudah dilakukan bongkar-muat Limbah.

b. troli atau wadah yang digunakan tahap goresan limbah beda

tajam, dan

c. mudah dibersihkan.

Alat pengangkutan Limbah insitu harus dibersihkan dan dilakukan

desinfeksi setiap hari menggunakan desinfektan yang tepat sepertisenyawa

klorin, formaldehida, fenolik, dan asam. Personil yang melakukan

pengangkutan Limbah harus dilengkapi dengan pakaian yang memenuhi

standar keselamatan dan kesehatan kerja.

Dalam lampiran Permen LHK RI No.P56 Tahun 2015 ada memuat

beberapa gambar yang merupakan contoh alat yang dapat digunakan

dalam pengangkutan limbah B3, antaralain sebagai berikut:


Gambar 2.1

Troli pengangkut limbah B3 dengan wadah berpenutup

Gambar 2.2

Troli pengangkut limbah B3 dengan wadah berpenutup

Gambar 2.3

Wadah beroda pengangkut limbah B3


Pengumpulan dan pengangkutan Limbah insitu harus dilakukan secara

efektif dan efisien dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut:

a. jadwal pengumpulan dapat dilakukan sesuai rute atau zona.

b. penunjukan personil yang bertanggung jawab untuk setiap zonaatau area.

c. perencanaan rute yang logis, seperti menghindari area yang dilaluibanyak

orang atau barang

d. rute pengumpulan harus dimulai dari area yang paling jauh sampai

dengan yang paling dekat dengan lokasi pengumpulan Limbah.

2.9Penyimpanan Limbah B3

Penyimpanan Limbah B3 adalah kegiatan menyimpan

Limbah B3 yang dilakukan oleh Penghasil Limbah B3

dengan maksud menyimpan sementara Limbah B3 yang

dihasilkannya (PP 101 Tahun 2014).Penyimpanan limbah B3 merupakan salah

satu tahapan pengelolaan limbah B3, kewajiban penyimpanan limbah B3

tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 7 Tahun 2017 Tentang

Pengelolaan Dan Pengendalian Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun yang

berbunyi “Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan

Penyimpanan Limbah B3”.

Perangkat penunjang pada proses pengolahan limbah meruapakan

sarana dan prasarana yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Penentuan

untuk keseluruhan perangkat tersebut harus mempertimbangkan aspek

ketersediaan anggaran, jumlah kunjungan, dan lama rawat inap pasien, serta

berbagai pertimbangan teknis lain (Chandra,2005).


Penyimpanan Limbah B3 pada fasilitas pelayanan kesehatan yang

diatur dalam Permen LHK P56 tahun 2015, dilakukan dengan cara:

a. menyimpan Limbah B3 di fasilitas Penyimpanan Limbah B3;

b. menyimpan Limbah B3 menggunakan wadah Limbah B3 sesuai

kelompok Limbah B3;

c. penggunaan warna pada setiap kemasandan/atau wadah Limbah sesuai

karakteristik Limbah B3, antara lain :

- Merah, untuk Limbah radioaktif;

- kuning, untuk Limbah infeksius dan Limbah patologis;

- ungu, untuk Limbah sitotoksik.

- cokelat, untuk Limbah bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, atau

sisa kemasan,dan Limbah farmasi

d. pemberian simbol dan label Limbah B3 pada setiap kemasan dan/atau

wadah Limbah B3 sesuai karakteristik Limbah B3.

Label Limbah B3 paling sedikit memuat keterangan mengenai: nama

Limbah B3, identitas Penghasil Limbah B3, tanggal dihasilkannya

Limbah B3, tanggal Pengemasan Limbah B3 (Perda, 2017).

Ketentuan masa paling lama penyimpanan limbah B3 sejak limbah

dihasilkan dari fasilitas pelayanan kesehatan menurut Permen LHK RI P56

tahun 2015 terbagi menjadi 2 diantaranya :

1. Limbah Infeksius, Patologis dan Benda tajam

- 2 (dua) hari, pada temperatur lebihbesar dari 0oC (nol derajat

celsius).
- 90 (sembilan puluh) hari, pada temperatur sama dengan atau lebih

kecil dari 0oC (nol derajat celsius).

2. Limbah bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, atau sisa

kemasan, radioaktif, farmasi, sitotoksik, peralatan medis yang

memiliki kandungan logam berat tinggi, dan tabung gas atau kontainer

bertekanan.

- 90 (sembilan puluh) hari, untuk Limbah B3 yang dihasilkan

sebesar 50 kg (lima puluh kilogram) per hari atau lebih.

- 180 (seratus delapan puluh) hari, untukLimbah B3 yang

dihasilkan kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram) per hari untuk

Limbah B3 kategori 1.

Penyimpanan limbah B3 wajib memiliki izin dari Bupati/Walikota

sebagaimana yang tertuang dalam PP 101 Tahun 2014 pasal 12 ayat (3)

yang berbunyi “Untuk dapat melakukan Penyimpanan Limbah B3,Setiap

Orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki izin

Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatanPenyimpanan Limbah B3”

Penyimpanan dapat dilakukan secara baik dan benar apabila

Limbah B3 telah dilakukan pemilahan yang baik dan benar, termasuk

memasukkan Limbah B3 ke dalam wadah atau kemasan yang sesuai,

dilekati simbol dan label Limbah (Permen LHK P56 Tahun 2015).

Persyaratan fasilitas Penyimpanan Limbah B3 meliputi:

1. lantai kedap (impermeable), berlantai beton atau semen dengan sistem

drainase yang baik, serta mudah dibersihkan dan dilakukan desinfeksi.

2. tersedia sumber air atau kran air untuk pembersihan.


3. mudah diakses untuk penyimpanan limbah.

4. dapat dikunci untuk menghindari akses oleh pihak yang tidak

berkepentingan.

5. mudah diakses oleh kendaraan yang akan mengumpulkan atau

mengangkut limbah.

6. terlindungi dari sinar matahari, hujan, angin kencang, banjir, dan

faktor lain yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau bencana

kerja.

7. tidak dapat diakses oleh hewan, serangga, dan burung.

8. dilengkapi dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik dan memadai.

9. berjarak jauh dari tempat penyimpanan atau penyiapan makanan.

10. peralatan pembersihan, pakaian pelindung, dan wadah atau kantong

limbah harus diletakkan sedekat mungkin dengan lokasi fasilitas

penyimpanan.

11. dinding, lantai, dan langit-langit fasilitas penyimpanan senantiasa

dalam keadaan bersih, termasuk pembersihan lantai setiap hari.

Penyimpanan Limbah B3 yang dihasilkan dari fasilitas pelayanan

kesehatan oleh Penghasil Limbah B3 sebaiknya dilakukan pada bangunan

terpisah dari bangunan utama fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam hal

tidak tersedia bangunan terpisah, penyimpanan Limbah B3 dapat

dilakukan pada fasilitas atau ruangan khusus yang berada di dalam

bangunan fasilitas pelayanan kesehatan, apabila:


1. kondisi tidak memungkinkan untuk dilakukan pembangunan tempat

penyimpanan secara terpisah dari bangunan utama fasilitas pelayanan

kesehatan;

2. akumulasi limbah yang dihasilkan dalam jumlah relatif kecil; dan

3. limbah dilakukan pengolahan lebih lanjut dalam waktu kurang dari 48

(empat puluh delapan) jam sejak Limbah dihasilkan.

Limbah infeksius, benda tajam, dan/atau patologis tidak boleh

disimpan lebih dari 2 (dua) hari untuk menghindari pertumbuhan bakteri,

putrekasi, dan bau. Apabila disimpan lebih dari 2 (dua) hari, limbah harus

dilakukan desinfeksi kimiawi atau disimpan dalam refrigerator atau

pendingin pada suhu 0oC (nol derajat celsius) atau lebih rendah.

Prinsip dasar penanganan (handling) limbah medis antara lain:

1. Limbah harus diletakkan dalam wadah atau kantong sesuai kategori

Limbah.

2. Volume paling tinggi Limbah yang dimasukkan ke dalam wadah atau

kantong Limbah adalah 3/4 (tiga per empat) Limbah dari volume,

sebelum ditutup secara aman dan dilakukan pengelolaan selanjutnya.

3. Penanganan (handling) Limbah harus dilakukan dengan hati-hati untuk

menghindari tertusuk benda tajam, apabila Limbah benda tajam tidak

dibuang dalam wadah atau kantong Limbah sesuai kelompok Limbah.

4. Pemadatan atau penekanan Limbah dalam wadah atau kantong Limbah

dengan tangan atau kaki harus dihindari secara mutlak.


5. Penanganan Limbah secara manual harus dihindari. Apabila hal

tersebut harus dilakukan, bagian atas kantong Limbah harus tertutup

dan penangannya sejauh mungkin dari tubuh.

6. Penggunaan wadah atau kantong Limbah ganda harus dilakukan,

apabila wadah atau kantong limbah bocor, robek atau tidak tertutup

sempurna.

3.0 Pengawasan Pengelolaan Limbah Padat B3 Rumah Sakit

Pengawasan ialah pemeriksaan apakah sesuatu yang terjadi

sesuai dengan rencana, instruksi yang dikeluarkan dan prinsip-prinsip

yang telah ditentukan.

1) Maksud dan tujuan pengawasan

a) Untuk mengetahui jalannya pekerjaan apakah lancar atau tidak.

b) Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh

pegawai dan mengusahakan pencegahan supaya tidak terulang

kembali kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan-

kesalahan yang baru.

c) Untuk mengetahui apakah pelaksanaan biaya sesuai dengan

program (fase/tingkat pelaksanaan) seperti yang telah ditentukan

dalam planning atau tidak.

d) Untuk mengetahui apakah pelaksanaan kerja sesuai dengan

prosedur dan kebijaksanaan yang telah ditentukan.


2) Prinsip-prinsip pengawasan

Prinsip-prinsip pengawasan supaya pengawasan tersebut berjalan

efektif diantaranya sebagai berikut:

a) Prinsip Tercapainya Tujuan (Prinsiple of assurance of Objective).

Control harus ditujukan terhadap tercapainya tujuan yaitu dengan

mengadakan koreksi untuk menghindarkan penyimpangan/deviasi

dari pada rencana.

b) Prinsip Efisiensi Pengawasan (Prinsiple of Efficiency of Control).

Control adalah efisien bilamana dapat menghindarkan

penyimpangan-penyimpangan daripada planning, sehingga tidak

timbul hal-hal lain diluar dugaan.

c) Prinsip Tanggung jawab Pengawasan (Prinsiple of Control of

Responsibility). Control hanya dapat dilaksanakan apabila

manajer bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan

perencanaan.

3.1 Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat B3 Rumah Sakit

Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu

kebijakan. Evaluasi baru dapat dilakukan kalau suatu kebijakan sudah

berjalan cukup waktu. Memang tidak ada batasan waktu yang pasti kapan

sebuah kebijakan harus dievaluasi. Untuk dapat mengetahui outcome, dan

dampak suatu kebijakan sudah tentu diperlukan waktu tertentu, misalnya

5 tahun semenjak kebijakan itu diimplementasikan. Sebab kalau evaluasi


dilakukan terlalu dini, maka outcome dan dampak dari suatu kebijakan

belum tampak. Semakin strategis suatu kebijakan, maka diperlukan

tenggang waktu yang lebih panjang untuk melakukan evaluasi.

Sebaliknya, semakin teknis sifat dari suatu kebijakan atau program,

maka evaluasi dapat dilakukan dalam kurun waktu yang relatif lebih cepat

semenjak diterapkannya kebijakan yang bersangkutan.

2. Tujuan Evaluasi

Evaluasi memiliki beberapa tujuan yang dapat dirinci sebagai berikut:

a. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Melalui evaluasi

maka dapat diketahui derajad pencapaian tujuan dan sasaran

kebijakan.

b. Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan. Dengan evaluasi juga

dapat diketahui berapa biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.

c. Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan. Salah satu

tujuan evaluasi adalah mengukur berapa besar dan kualitas

pengeluaran atau output dari suatu kebijakan

d. Mengukur dampak suatu kebijakan. Pada tahap lebih lanjut,

evaluasi ditujukan untuk melihat dampak dari suatu kebijakan,

baik dampak positif maupun negatif.

e. Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan. Evaluasi juga

bertujuan untuk mengetahui adanya penyimpangan-

penyimpangan yang mungkin terjadi, dengan cara

membandingkan antara tujuan dan sasaran dengan pencapaian

target.
f. Sebagai bahan masukan (input) untuk kebijakan yang akan

datang

3.2 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan

lingkungan Rumah Sakit

Menimbang :

a. bahwa rumah sakit sebagai sarana kesehatan, tempat

berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat

menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan

terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.

b. bahwa untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan

sebagaimana dimaksud dalam huruf a, maka perlu

penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai

dengan persyaratan kesehatan.

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a dan b, perlu ditetapkan Kepuusan Menteri Kesehatan

tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.


3.3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun

2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan

Beracun (B3)

Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3

adalah zat, energi, dan/atau komponenlain yang karena sifat, konsentrasi,

dan/atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat

mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau

membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup

manusia dan makhluk hidup lain. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau

kegiatan. Limbah bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disebut

limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung

B3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 101 tahun 2014 ini mengatur tentang

Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), yang terdiri dari :

a. Penetapan limbah B3

b. Pengurangan limbah B3

c. Penyimpanan Limbah B3

d. Pengumpulan Limbah B3

e. Pengangkutan Limbah B3

f. Pemanfaatan Limbah B3

g. Pengolahan Limbah B3

h. Penimbunan Limbah B3
i. Dumping (Pembuangan) Limbah B3

j. Pengecualian Limbah B3

k. Perpindahan lintas batas Limbah B3

l. Peganggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup dan/atau

Kerusakan Lingkungan Hidup dan Pemulihan Fungsi

Lingkungan Hidup

m. Sistem Tanggap Darurat dalam Pengelolaan Limbah B3

n. Pembinaan

o. Pengawasan

p. Pembiayaan

q. Sanksi administratif.

3.4 Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Rumah Sakit

Limbah

Limbah Limbah
non B3 B3

Input
Proses
Output
1. Man/SDM 1. Perencanaan
Hasil
2. Materials/Limbah 2. Pelaksanaan
Pelaksanaan
3. Money/Biaya - Pengurangan/pemilahan
4. Mechine/Sarana Pengelolaan
- Penyimpanan
prasaran Limbah B3
- Pengangkutan
5. Methode/Pedoman - Pengolahan
6. Sosilaisasi - Penguburan
Sumber :
PP 101 Tahun 2014
Peraturan Menteri LHK RI No.P56 Tahun 2015
Azrul Azwar,1990
(Suprihanto, 2018)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pikir

Berdasarkan observasi awal, pengelolaan limbah B3 yang saat ini

dilakukan oleh pihak Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi meliputi

pemilahan, pengangkutan insitu dan penyimpanan. Berdasarkan kajian

pustaka ketentuan umum termasuk ketentuan perizinan pengelolaan limbah

B3 diatur dalam PP 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3. Untuk

ketentuan pemilahan, pengangkutan insitu dan penyimpanan limbah B3

khusus di fasilitas pelayanan kesehatan mengacu kepada Permen LHK RI No.

P56 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Sehingga kerangka pemikiran penelitian dituliskan sebagai berikut.

Gambar 3.1 Bagan kerangka pikir

Input Proses
1. Perencanaan
1. Man/SDM 2. Pelaksanaan
2. Materials/Limbah - Tahap Pemilahan Output
3. Money/Biaya - Tahap Pengangkutan Hasil Pelaksanaan
4. Mechine/Sarana Pengelolaan
insitu
prasaran
- Tahap Penyimpanan Limbah B3
5. Methode/Pedoman
3. Pengawasan
6. Sosilaisasi
4. Evaluasi

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dan menggunakan

metode kualitatif. Metode kualitatif ini digunakan dengan beberapa

pertimbangan. Pertama, lebih mudah menyesuaikan apabila berhadapan

dengan kenyataan lapangan (adaptif). Kedua, metode kualitatif berhubungan

secara langsung dengan khalayak sasaran, sehingga diperoleh pemahaman

yang lebih mendalam. Ketiga, metode ini lebih peka atau sensitif dan lebih

dapat menyesuaikan diri dengan penajamanpengaruh bersama terhadap pola

nilai yang dihadapi (Lexy J. Moleong, 2010).

3.3 Definisi Istilah

Input :
a. Man (SDM) : Sumber daya manusia yang menangani pengelolaan

Limbah Padat B3 di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi

b. Materials (Jumlah Limbah Padat B3) : Berat limbah padat B3 dalam

satuan kg) per hari yang dihasilkan di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Jambi.

c. Money (Biaya) : Ketersediaan biaya dalam kelancaran proses

pengelolaan sampah limbah padat B3 di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Jambi.

d. Machine (Sarana Prasarana) : Ketersediaan Seluruh sarana prasarana

yang mencukupi dan berfungsi dalam pengelolaan limbah padat B3 di

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi.

e. Methode (Pedoman/Regulasi) : Ketersediaan Pedoman atau Standar

Operasiona Prosedur (SOP) yang diterapkan dalam pengelolaan

limbah padat B3 di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi

f. Market (Sosialisasi) : Penyebaran informasi kepada penanggung jawab

pengelola limbah, petugas sanitasi, cleaning servise serta unit terkait

tentang pengelolaan limbah padat B3 di lingkungan Rumah Sakit Jiwa

Daerah Provinsi Jambi.

Proses :

a. Perencanaan : Hasil perencanaan yang dibutuhkan dari aspek input,

proses dan output dalam proses pengelolaan limbah padat B3 di

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi.

b. Pelaksanaan
- Pemilahan : Proses penyediaan pewadahan serta memisahkan

limbah padat medis dan non medis sesuai karakteristiknya

- Pengangkutan insitu : Kegiatan pemindahan limbah dari sumber

limbah ke tempat penyimpanan sementara menggunakan

kontainer khusus

- Penyimpanan : Kegiatan penyimpanan limbah padat medis b3

berdasarkan ketentuan yang berlaku,sistem pengamanan serta

kapasitas penyimpanannya.

c. Pengawasan : Kegiatan pengawasan oleh atasan terhadap pengelola

limbah padat B3 di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi

d. Evaluasi : Kegiatan menilai pelaksanaan pengelolaan limbah padat B3

di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi.

Output :

Hasil Pelaksanaan Pengelolaan : Hasil pelaksanaan kegiatan Pemilahan,

pengangkutan dan penyimpanan limbah padat B3 di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Provinsi Jambi

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi,

waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Januari 2019.

3.5 Sumber Data


Data yang dikumpulkan berasal (bersumber) dari naskah wawancara,

catatan lapangan, dokumen dan literatur lainnya. Pada penelitian ini, data

yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi lapangan merupakan data

primer, sedangkan data yang diperoleh dari dokumen resmi dan/atau literatur

yang lain merupakan data sekunder.

3.5.1 Data Primer

1) Observasi

Observasi yaitu pengumpulan data dengan pengamatan secara

langsung terhadap objek penelitian. Dalam hal ini,objek penelitian

adalah proses pemilahan limbah B3 pada ruangan pelayanan, proses

pengangkutan dan penyimpanan di TPS limbah B3.Observasi akan

dilaksanakan dengan menggunakan check list dan kamera untuk

pengambilan foto sebagai alat bantu (instrumen penelitian).

2) Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (informan) yang memberikan jawaban.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada petugas/tenaga

diruangan pelayanan kesehatandan petugas/tenaga yang melakukan

pengangkutan untuk mendapatkan tambahan informasi terkait proses

pengelolaan limbah B3 di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi.

3.5.2 Data Sekunder

1) Telaah Dokumen
Telaah dokumen dalam penelitian ini dilakukan terhadap dokumen

yang terkait dengan proses penyimpanan sementara limbah B3,

diantaranya dokumen izin penyimpanan limbah B3 dan

logbook/catatan jumlah limbah yang dihasilkan di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Provinsi Jambi.

2) Studi Literatur

Studi literature merupakan studi dengan melihat penelitian-penelitian

terdahuu yang relevan dengan masalah penelitian yang diambil.

3.6 Informan penelitian

Menurut Andi (2010;147) dalam buku Menguasai Teknik-Teknik

Koleksi Data Penelitian Kualitatif menjelaskan bahwa, “Informan adalah

orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun

fakta dari suatu objek penelitian”. Menurut Sugiyono (2006: 54): Penentuan

informan caranya dengan peneliti memilih orang tertentu yang

dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan, selanjutnya

berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari informan sebelumnya itu,

peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan

memberikan data lebih lengkap. Teknik penentuan informan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling yaitu teknik pengambilan

sampel yang disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan

berdasarkan tujuan penelitian.Dalam penelitian ini informan penelitan adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.1 Informan penelitian


No Informan Penelitian Petugas/Orang

1 Petugas Pengelola Limbah


1
a. Penanggung jawab Pengelola Limbah

b. Kepala Instalasi 1

c. Petugas Sanitasi 1

2 Perawat Ruangan 2

3 Cleaning Servis 3

Jumlah 8

3.7 Keabsahan data/informasi

Data/informasi dalam penelitian ini diperoleh dengan observasi yang

diperdalam didukung dengan foto-foto kondisi keadaan lapangan yang

berkaitan dengan objek penelitian, selain itu hasil wawancara juga didukung

dengan rekaman audio, sehingga keabsahan data/informasi dalam penelitian

ini dapat dikonfirmasi kepada sumbernya (confirmability).

Menurut Moloeng (2010), keabsahan (thrust worthiness) data dapat

diperiksa dengan mengacu pada beberapa kreteria, antara lain kreteria

“kredibilitas “ yang dapat dilakukan dengan berbagai teknik antara lain dengan

triangulasi, terdiri dari :

1. Triangulasi sumber yaitu mencari data yang sama dari beberapa sumber

yang berbeda

2. Triangulasi metoda yaitu memperoleh data dengan memakai beberapa

metoda yang bebeda meliputi : wawancara mendalam, Observasi dan TD.

3. Triangulasi data yaitu membandingkan data yang diperoleh dengan hasil

penelitian orang lain.


3.8 Kisi-kisi penelitian

Dari variabel yang akan diteliti, kisi-kisi penelitian dibuat

sebagaimana tabel berikut:

Tabel 3.2 Kisi-kisi penelitian


Metode
Informasi Yang
Variabel Informan Wawancar Obser Telaah
Dibutuhkan
a vasi Dokumen
1. Penanggung
jawab pengelola
1. Kuantitas
limbah √
Sumber Daya 2. Pendidikan
2. KaInst.Sanitasi √
Manusia 3. Pelatihan √
3. Petugas Sanitasi √
4. Pengalaman Kerja
4. Cleaning √
service

Kuantitas/Berat limbah
1. KaInst.Sanitasi
Jumlah Limbah padat medis yang √
2. Petugas Sanitasi
Padat Medis dihasilkan dalam satuan √ √
3. Cleaning
kg √
service

Ketersediaan dana dalam 1. Penanggung


Biaya/ proses pengelolaan jawab pengelola √

Anggaran limbah padat Medis. limbah medis
2. KaInst.Sanitasi √
1. KaInst.Sanitasi
1. Kuantitas √
Sarana 2. Petugas Sanitasi
2. Kualitas √ √ √
prasarana 3. Cleaning
3. Fungsi √
service
1. Penanggung
jawab pengelola
limbah

Panduan dalam 2. KaInst. Sanitasi
Pedoman/ √
pelaksanaan pengelolaan 3. Petugas Sanitasi
Panduan kerja √ √ √
limbah padat medis 4. Cleaning

service

5. Perawat
ruangan
1. Penanggung
jawab
pengelolal
Penyebaran informasi
limbah padat
terkait pengelolaan
medis √
Sosialisasi limbah padat medis ke √
2. KaInst. Sanitasi √
petugas pengelola limbah
3. Cleaning √
dan unit terkait lainnya.
service √
4. Perawat
ruangan
Hasil perencanaan sesuai 1. Penanggung
dengan kebutuhan dari jawab pengelola

Perencanaan aspek input, proses, limbah √

output pengelolaan 2. Ka.Instalasi
limbah padat medis Sanitasi
1. Ketersediaan sarana
pewadahan sesuai
karakteristiknya 1. Ka.Instalasi
2. SOP Pemilahan Sanitasi √
Pemilahan Limbah Padat medis 2. Petugas Sanitasi √ √
3. SDM pemilah limbah 3. Perawat √
padat medis ruangan
4. Proses pemilahan
limbah padat medis
1. SOP pengangkutan 1. Ka.Instalasi
Limbah Padat medis Sanitasi

2. SDM pengangkut 2. Petugas
Pengangkutan √
limbah padat medis Sanitasi
Insitu √ √
3. Proses pengangkutan 3. Cleaning

limbah padat medis servise
ke penampungan 4. Perawat
sementara ruangan
1. Ketersediaan
kuantitas dan kualitas
sarana prasarana 1. Ka.Instalasi
penyimpanan limbah Sanitasi √
Penyimpanan 2. Aspek keamanan 2. Petugas √ √
3. Kapasitas Sanitasi
penyimpanan
4. Waktu penyimpanan
limbah padat medis
1. Penanggung
jawab
pengelola
1. Kegiatan pengawasan
limbah √
pengelolaan limbah
Pengawasan 2. Ka.Instalasi √ √
padat medis
Sanitasi √
2. Waktu pengawasan
3. Cleaning
service

1. Penanggung
jawab
Hasil Pelaksanaan pengelola
evaluasi kegiatan limbah √ √
Evaluasi
pengelolaan limbah 2. Ka.Instalasi √ √
padat medis Sanitasi

1. Penanggung
1. Jumlah limbah yang jawab
dihasilkan pengelola
Hasil
2. Kesesuaian hasil limbah √
Pelaksanaan
pelaksanaan 2. Ka.Instalasi √
Pengelolaan √
pengelolaan limbah Sanitasi √
Limbah Padat
padat medis dengan 3. Petugas
medis
peraturan/regulasi/ Sanitasi
pedoman.
3.9 Cara menganalisis informasi

Informasi yang diperoleh dari hasil observasi lapangan dan

wawancara, dianalisis secara bersamaan dengan proses pengumpulan data

(Miles dan Huberman, 1992). Data yang diperoleh dalam penelitian ini

diambil dengan menggunakan tape recorder atau alat rekam, lembar observasi

dan dokumentasi kemudian dibuatkan transkrip percakapan dan matriks dan

disajikan dalam bentuk uraian teks naratif, tabel, dan foto. Penarikan

kesimpulan dilakukan dengan pengambilan intisari dari rangkaian kategori

hasilpenelitian berdasarkan observasi, wawancara dan dokumentasi hasil

penelitian. Kesimpulan akhir dalam penelitian ini berupa teks naratif yang

mendeskripsikan proses pemilahan diruangan pelayanan, pengangkutan dan

penyimpanan limbah B3 di TPS limbah B3 pada Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Jambi.
(PermenLHK, 2015)

(Pertiwi, Joko, & Dangiran, 2017)

(Rahno, Roebijoso, & Leksono, 2015)

(Organization, 2005)

(Riyanto, 2014)

(Jambi, 2017)
(RI, 2016)

(Kepmenkes, 2004)

(Anies, 2006)

(Endang, 2018)

(Chandra, 2005)

(101, 2014)

PP no.101 tentang Pengelolaan Limbah B3 (2014).

Adisasmito, W. (2007). Sistem kesehatan: RajaGrafindo Persada.

Anies. (2006). Manajemen Berbasis Lingkungan. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo.

Azwar, A. (1990). Kesehatan kini dan esok: Yayasan Penerbitan, Ikatan Dokter Indonesia.

Chandra, B. (2005). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.

Choidiyah, S., Joko, T., & Setiani, O. (2018). PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA
DAN BERACUN (LB3) DITINJAU DARI INDEKS PROPER DI RSUD TUGUREJO
SEMARANG. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(4), 515-524.
Endang, S. L. (2018). Penanggulangan Limbah. Deepublish: Yogyakarta.

Perda Kota Jambi No. 7 Tahun 2017 Tentang Pengelolaan dan Pengendalian Limbah B3
(2017).

PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN


(2017).

Kepmenkes, R. (2004). Nomor: 1204/Menkes/Sk/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan


Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta.

Organization, W. H. (2005). Global tuberculosis control: surveillance, planning, financing-


WHO report 2005: World Health Organization.

Perda. (2017). PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN.

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA RUMAH SAKIT DENGAN (2016).

PermenLHK. (2015). PermenLHK No. P56 2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.

Pertiwi, V., Joko, T., & Dangiran, H. L. (2017). EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI RUMAH SAKIT ROEMANI MUHAMMADIYAH
SEMARANG. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 5(3), 420-430.

Pruss, A. (2005). Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan. Jakarta: EGC.

Rachmawati, S., Sumiyaningsih, E., & Atmojo, T. B. (2018). ANALISIS MANAJEMEN


PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS B3 DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS
SEBELAS MARET SURAKARTA. Prosiding SNST Fakultas Teknik, 1(1).

Rahno, D., Roebijoso, J., & Leksono, A. S. (2015). Pengelolaan Limbah Medis Padat Di
Puskesmas Borong Kabupaten Manggarai Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Indonesian Journal of Environment and Sustainable Development, 6(1).

Permenkes RI No. 66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit (2016).

Riyanto. (2014). Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun. Yogyakarta: deepublish.

Suprihanto, J. (2018). Manajemen: UGM PRESS.

Anda mungkin juga menyukai