Anda di halaman 1dari 3

SEPDIFA DEA RIFAYANA

165020301111034
PENGAUDITAN 2- CH

(1) Auditor dapat menggunakan jasa profesional lainnya untuk mendukung


pelaksanaan pengujian substantif. Bagaimana hal ini diatur dalam Standar Auditing
dan pada kondisi apa auditor diperkenankan menggunakan jasa profesional lainnya?
JAWAB :
Berdasarkan standar umum yang pertama berbunyi :

“ Audit harus dilaksanakan oleh seorang/lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis cukup sebagai auditor ”

Oleh karena itu, sebelum auditor menerima suatu perikatan audit, ia harus
mempertimbangkan apakah ia dan anggota tim auditnya memiliki kompetensi memadai
untuk meyelesaikan perikatan tersebut, sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan
oleh IAI.

Tetapi jika menurut pertimbangan auditor, ia akan menjumpai situasi yang memerlukan
pengetahuan khusus, ia perlu melakukan konsultasi dengan spesialis. Contoh : ahli geologi,
penasihat hukum, penilai(appraiser), dan aktuaris. Dan apabila memang dalam proses audit
tim auditnya tidak memiliki kompetensi atau kompetensi yang dimiliki kurang memadai
pada bidang khusus tersebut maka diperbolehkan menggunakan jasa profesional lain guna
mempermudah dalam perolehan bukti serta mempermudah berjalannya proses audit.
Sebagaimana diatur dalam :

PSA No.39, penggunaan pekerjaan spesialis (SA 336), menyatakan bahwa auditor
bisa menggunakan pekerjaan spesialis untuk mendapatkan bukti kompeten.
(2) Apakah perusahaan diperkenankan mengganti kebijakan akuntansi mengenai
depresiasi aktiva tetap? Jika ya, apakah pertimbangan auditor mengenai hal ini?

JAWAB : Menurut PSAK No. 16 (Revisi 2007) tentang Aset Tetap pada paragraf 63
dijelaskan bahwa metode penyusutan yang digunakan harus mencerminkan ekspektasi pola
konsumsi manfaat ekonomis masa depan dari aset oleh entitas.

Kemudian dalam paragraf 64 diatur bahwa metode penyusutan yang digunakan untuk aset
harus di-review minimum setiap akhir tahun buku, apabila terjadi perubahan yang
signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut,
maka metode penyusutan harus diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut.
Perubahan metode penyusutan harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi
sesuai PSAK No. 25.

Selanjutnya dalam paragraf 65 dijelaskan antara lain bahwa metode penyusutan aset dipilih
berdasarkan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan dari aset dan
diterapkan secara konsisten dari periode ke periode kecuali ada perubahan dalam
ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan dari aset tersebut.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pemilihan metode
penyusutan aset tetap harus diterapkan secara konsisten dari tahun ke tahun. Penggantian
metode penyusutan baru diperbolehkan jika sekiranya berdasarkan hasil review telah
terjadi perubahan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan dari aset
tersebut. Perubahan metode penyusutan yang terjadi harus diperlakukan sebagai perubahan
estimasi akuntansi seperti yang diatur di dalam PSAK No. 25.

Berdasarkan PSAK No. 25 paragraf 26 dijelaskan bahwa suatu perubahan dalam estimasi
akuntansi dapat hanya mempengaruhi periode berjalan ataupun mempengaruhi baik
periode berjalan maupun periode-periode yang akan datang (penerapan secara prospektif).

Jadi, perubahan suatu metode penyusutan dalam pencatatan akuntansi sebuah perusahaan
akan berpengaruh terhadap laporan keuangan tahun berjalan dan tahun-tahun selanjutnya.
Maka auditor harus mempertimbangkan mengenai laporan keuangan yang telah disajikan
dengan menggunakan metode baru tersebut dan melihat kembali laporan keuangan tahun
sebelumnya yang disajikan menggunakan metode lama. Sehingga auditor dapat melihat
apakah alasan perusahaan mengganti metode depresiasinya, apakah karena perubahan
ekpektasi pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan atau hal itu dilakukan karena
adanya kecurangan.

Anda mungkin juga menyukai