A. Pengertian Tenaga Kependidikan Formal dan Non Formal
Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Hal ini sesuai dengan yang termaktub di dalam UU Sisdiknas (Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Sedangkan pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualitas sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Tenaga kependidikan sebagaimana termaktub di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1992 pasal 3 ayat 1, terdiri atas tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti dan pengembnagan di bidang pendidikan, pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar penguji. Pasal lain yang mengatur tentang tenaga kependidikan adalah Pasal 140 Ayat 1 (RPP, Bab XII/2005). Di dalam pasal tersebut disebutkan bahwa tenaga kependidikan mencakup pimpinan satuan pendidikan, penilik satuan pendidikan nonformal, pengawas satuan pendidikan formal, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi sumber belajar, tenaga lapangan pendidikan, tenaga administrasi, psikolog, pekerja sosial, terapis, tenaga kebersihan sekolah, dan sebutan lain untuk petugas sejenis yang bekerja pada satuan pendidikan (Hasbulloh, 2006:45). Tenaga kependidikan secara umum dapat diartikan sebagai anggota masyarakat yang memiliki wawasan pendidikan (memahami falsafah dan ilmu pengetahuan) dan mengabdikan dirinya di dalam lembaga atau organisasi pendidikan dan melaksanakan kegiatan atau penyelenggaraan pendidikan baik mikro maupun makro. Tenaga kependidikan non formal adalah anggota masyarakat yang dalam hal ini dapat dikatakan sebagai tenaga kerja yang mengelola dan menangani pendidikan non formal yang bertugas merencanakan dan menyelenggarakan proses pembelajaran. Tenaga kependidikan non formal terdiri dari pamong belajar, penilik, tutor kesetaraan, dan pengelola PKBM.
B. Kualifikasi Tenaga Kependidikan Formal dan Non Formal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kualifikasi adalah suatu pendidikan khusus untuk memperoleh suatu keahlian tertentu untuk melakukan sesuatu (menduduki jabatan, dsb). Kualifikasi tenaga kependidikan baik formal amupun non formal adalah sebagai berikut: 1. Kualifikasi tenaga pendidik (dalam hal ini yang dimaksud adalah guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya), antara lain seperti yang termaktub di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioanl, bab XI pasal 42, yaitu: 1) Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan unutk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional. 2) Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi dihasilkan oleh perguruan tinggi terakreditasi. 3) Ketentuan mengenai kualifikasi pendidik tersebut diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Sejalan dengan Undang-undang Sisdiknas tersebut dalam Undang-undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan dalam bab IV bagian kesatu pasal 8 dijelaskan bahwa: Pasal 8: Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pasal 9 dijelaskan bahwa kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat. 2. Kualifikasi tenaga administrasi 1) Kepala tenaga administrasi SD/MI/SDLB Berpendidikan minimal lulusan SMK atau sederajat, program studi yang relevan dengan pengalaman kerja sebagai tenaga administrasi sekolah/madrasah minimal empat tahun. 2) Kepala tenaga administrasi SMP/MTs/SMPLB Berpendidikan minimal lulusan D3 atau yang sederajat, program studi yang relevan dengan pengalaman kerja sebagai tenaga administrasi sekolah/madrasah minimal empat tahun. 3) Kepala tenaga administrasi SMA/MA/SMK/MAK/SMALB Berpendidikan S1 program studi yyang relevan dengan pengalaman kerja sebagai tenaga administrasi sekolah/madrasah minimal empat tahun, atau D3 dan sederajat, program studi yang relevan, dengan pengalaman kerja sebagai tenaga administrasi sekolah/madrasah minimal 8 tahun. 3. Kualifikasi kepala sekolah 1) Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat ((D4) kependidikan/non kependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi. 2) Pada waktu diangkat menjadi kepala sekolah, berusia setinggi- tingginya 56 tahun. 3) Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya lima tahun menurut jenjang sekolah masing-masing, kecuali di Taman Kanak- kanak/Raudatul Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya tiga tahun di TK/RA. 4) Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan non PNS disertakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang. 4. Kualifikasi pengawas satuan pendidikan 1) Memiliki pangkat minimal penata golongan ruang III/c 2) Berusia maksimal 50 tahun sejak diangkat menjadi pengawas satuan pendidikan 3) Pernah menyandang predikat guru atau kepala sekolah berprestasi 4) Lulus seleksi pengawas satuan pendidikan 5) Menempuh pendidikan profesi pengawas 5. Kualifikasi tenaga perpustakaan 1) Pustakawan harus mampu berbahasa sesuai dengan masanya 2) Pustakawan harus mampu menguasai teori-teori konsep diri 3) Menguasai teori dan konsep komunikasi interpersonal 4) Memiliki sikap ramah, terampil, bertanggung jawab, daya tanggap yang cukup, peduli 5) Memahami psikologi pengunjung dan pemustaka 6. Kualifikasi tenaga laboratorium 1) Kepala laboratorium sekolah/madrasah a. Jalur guru a) Pendidikan minimal sarjana (S1) b) Berpengalaman minimal tiga tahun sebagai pengelola praktikum c) Memiliki sertifikat kepala laboratorium sekolah/madrasah dari perguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah b. Jalur laboran/teknisi a) Pendidikan minimal diploma tiga (D3) b) Berpengalaman minimal lima tahun sebagai laboran atau teknisi c) Memiliki sertifikat kepala laboratorium sekolah/madrasah dari perguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah.
2) Teknisi laboratorium sekolah/madrasah
a. Minimal lulusan diploma dua (D2) yang relevan dengan peralatan laboratorium yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah b. Memiliki sertifikat teknisi laboratorium sekolah/madrasah dari peguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah. 3) Laboran sekolah/madrasah a. Minimal lulusan diploma satu (D1) yang relevan dengan jenis laboratorium, yang diselengarakan oleh perguruan tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah b. Memiliki sertifikat laboran sekolah/madarasah dari perguruan tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah. DAFTAR PUSTAKA
Aliyyah, Rusi Rusmiati. 2018. Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Jakarta Selatan: Polimedia Publishing
Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan: Dalam Upaya Peningkatan
Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: CV Pustaka Setia
Hendrowati, Tri Yuni. 2015. Profesi Kependidikan. Aura Publishing.
Siswantari. 2011. Kompetensi Pendidik dan tenaga Kependidikan pada Pendidikan
Non Formal. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 17(5): 540
Sunhaji. 2014. Kualitas Sumber Daya Manusia: Kualifikasi, Kompetensi, dan