Sirosis Hepatis
Oleh:
N 111 16 105
Pembimbing Klinik
RSU ANUTAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
penyakit hati kronis yang ditandai dengan hilangnya arsitektur lobular hepatik
lanjut, asites, ikterus, hipertensi portal, dan gangguan sistem saraf pusat, yang
yang berarti belum adanya gejala klinis yang nyata dan sirosis hepatis
dekompensata yang ditandia gejala-gejala dan tanda klinis yang jelas. Sirosis hati
kompensata merupakan kelanjutan dari proses hepatitis kronik dan pada satu
tingkat tidak terlihat perbedaan secara klinis. Hal ini hanya dapat dibedakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1 Anatomi Hati
total berat badan atau sekitar 1,5 kg pada orang dewasa. Hati merupakan organ
berbentuk cembung dan terletak dibawah kubah kanan diafragma dan sebagian
kubah kiri. Bagian bawah hati berbentuk cekung dan merupakan atap ginjal
kanan, lambung, pankreas, dan usus. Hati memiliki dua lobus utama, kanan dan
kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior oleh fissura
segmentalis yang tidak terlihat dari luar. Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial
dan lateral oleh ligamentum falsiforme yang dapat dilihat dari luar. Ligamentum
Permukaan hati diliputi oleh peritoneum viseralis, kecuali daerah kecil pada
kapsula Glisson, yang meliputi seluruh permukaan organ; kapsula ini melapisi
mulai dari hilus atau porta hepatis di permukaan inferior, melanjutkan diri ke
dalam massa hati, membentuk rangka untuk cabang-cabang vena porta, arteri
3
Gambar 1. Permukaan anterior hati [5]
4
2.2 Vaskularisasi Hati
Hati memiliki dua sumber suplai darah, dari saluran cerna dan limpa
melalui vena porta, dan aorta melalui arteria hepatika. Sekitar sepertiga darah
yang masuk adalah darah arteria dan sekitar dua pertiga adalah darah dari vena
porta. Volume total darah yang melewati hati setiap menit adalah 1.500 ml dan
dialirkan melalui vena hepatika dekstra dan sinistra, yang selanjutnya bermuara
Vena porta bersifat unik karena terletak antara dua daerah kapiler, satu
dalam hati dan lainnya dalam saluran cerna. Saat mencapai hati, vena porta
lempengan hepatosit dan bermuara dalam vena sentralis. Vena sentralis dari
darah arteria dari arteria hepatika dan darah vena dari vena porta. Peningkatan
tekanan dalam sistem ini sering menjadi manifestasi gangguan hati dengan akibat
Beberapa lokasi anastomosis portakaval memiliki arti klinis yang penting. Pada
obstruksi aliran ke hati, darah porta dapat dipirau ke sistem vena sistemik. [3]
5
2.3 Fisiologi Hati
hampir setiap fungsi metabolik tubuh, dan khususnya bertanggung jawab atas
lebih dari 500 aktivitas berbeda. Untunglah hati memiliki kapasitas cadangan
yang besar, dan hanya dengan 10-20% jaringan yang berfungsi, hati mampu
kematian dalam 10 jam. Hati memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi. Pada
sebagian besar kasus, pengangkatan sebagian hati, baik karena sel sudah mati atau
Fungsi Keterangan
Pembentukan dan ekskresi empedu Garam empedu penting untuk pencernaan dan absorpsi lemak dan
Metabolisme garam empedu
vitamin yang larut dalam lemak di usus.
Metabolisme pigmen empedu Bilirubin, pigmen empedu utama, merupakan hasil akhir
konjugasinya.
Metabolisme karbohidrat Hati memegang peranan penting dalam mempertahankan kadar
Glikogenesis
Glikogenolisis glukosa darah normal dan menyediakan energi untuk tubuh.
Glukoneogenesis
Karbohidrat disimpan dalam hati sebagai glikogen.
Metabolisme protein Protein serum yang disintesis oleh hati termasuk albumin serta α dan
Sintesis protein
β globulin (γ globulin tidak).
(I), protrombin (II), dan faktor V, VII, VIII, IX, dan X. Vitamin K
faktor V.
Pembentukan urea Urea dibentuk semata-mata dalam hati dari NH 3, yang kemudian
Penyimpanan protein (asam amino)
diekskresi dalam kemih dan feses.
NH3 dibentuk dari deaminsasi asam amino dan kerja bakteri usus
6
(diabsorbsi dari usus) menjadi asam lemak dan gliserol.
Ketogenesis
Sintesis kolesterol Hati memegang peranan utama pada sintesis kolesterol, sebagian
penyaring vena kava (payah jantung kanan); kerja fagositik sel Kupffer
liter empedu kuning setiap hari. Unsur utama empedu adalah air (97%), elektrolit,
absorbsi lemak dalam usus halus. Setelah diolah oleh bakteri usus halus, maka
merupakan hasil akhir metabolisme dan secara fisiologis tidak penting, namun
merupakan petunjuk penyakit hati dan saluran empedu yang penting, karena
bilirubin cenderung mewarnai jaringan dan cairan yang berkontak dengannya. [3]
yang dikirimkan oeh vena porta pasca absorbsi di usus. Bahan makanan tersebut
adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Monosakarida dari usus halus diubah
7
menjadi glikogen dan disimpan dalam hati (glikogenesis). Dari depot glikogen ini,
untuk menghasilkan panas dan energi, dan sisanya diubah menjadi glikogen dan
disimpan dalam jaringan subkutan. Hati mampu mensintesis glukosa dari protein
disintesis oleh hati. Protein ini termasuk albumin yang diperlukan untuk
faktor pembekuan lain. Selain itu, sebagian besar degradasi asam amino dimulai
dalam hati melalui proses deaminasi atau pembuangan gugus amonia (NH 3).
Amonia yang dilepaskan kemudian disintesis menjadi urea dan disekresi oleh
ginjal dan usus. Amonia yang terbentuk dalam usus oleh kerja bakteri pada
protein juga diubah menjadi urea dalam hati. Fungsi metabolisme hati yang lain
dan ekskresi steroid adrenal dan gonad, serta detoksifikasi sejumlah besar zat
endogen dan eksogen. Fungsi detoksifikasi sangat penting dan dilakukan oleh
enzim-enzim hati melalui oksidasi, reduksi, hidrolisis, atau konjugasi zat-zat yang
dapat berbahaya, dan mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif.
Zat-zat seperti indol, skatol, dan fenol yang dihasilkan oleh kerja bakteri pada
asam amino dalam usus besar dan zat-zat eksogen seperti morfin, fenobarbital,
karena letaknya yang strategis antara usus dan sirkulasi umum. Sel kupffer pada
8
sinusoid menyaring bakteri darah portal dan bahan-bahan yang membahayakan
2.4 Etiologi
makronodular (besar nodul lebih dari 3 mm), mikronodular (besar nodul kurang
dari 3 mm), atau campuran mikro dan makronodular. Selain itu juga
penyebabnya tidak diketahui dan termasuk kelompok virus bukan B dan C (non
sangat kecil walaupun belum terdapat data yang menunjukkan hal tersebut. [2]
2.5 Patofisiologi
terdiri dari nodulus sel hati yang dipisahkan oleh pita fibrosis yang padat dna
nodulus sangat bervariasi, dengan sejumlah besar jaringan ikat memisahkan pulau
9
Patogenesis sirosis hati menurut penelitian terakhir, memperlihatkan
adanya peranan sel stelata (stellate cell). Dalam keadaan normal sel stelata
menerus (misal: hepatitis virus, bahan-bahan hepatotoksik), maka sel stelata akan
menjadi sel yang membentuk kolagen. Jika proses berjalan terus menerus maka
fibrosis akan berjalan terus di dalam sel stelata, dan jaringan hati yang normal
Gejala Sirosis
rtin atau karena kelainan penyakit lain. Gejala awal sirosis (kompensata) meliputi
perasaan mudah lelah dan lemas, selera makan berkurang, perasaan perut
kembung, mual, berat badan menurun, pada laki-laki dapat timbul impotensi,
testis mengecil, buah dada membesar, hilangnya dorongan seksualitas. Bila sudah
darah, perdarahan gusi, epistaksis, gangguan siklus haid, ikterus dengan air kemih
seperti teh pekat, muntah darah dan/atau melena, serta perubahan mental, meliputi
mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung, agitasi, sampai koma.. Mungkin disertai
hilangnya rambut badan, gangguan tidur, demam tidak begitu tinggi [2]
10
11
Gambar 3. Manifestasi klinis dari sirosis hepatis [1]
12
Pemeriksaan Fisis
kecil. Tanda ini sering ditemukan di bahu, muka, dan lengan atas. Mekanisme
rasio estradiol/testosteron bebas. Tanda ini juga bisa ditemukan pula pada orang
13
Eritema Palmaris, warna merah saga pada thenar dan hipothenar telapak
tangan. Hal ini juga dikaitkan dengan perubahan metabolisme hormon estrogen.
Tanda ini juga tidak spesifik pada sirosis. Ditemukan pula pada kehamilan,
kontraktur fleksi jari-jari berkaitan dengan alkoholisme tetapi tidak secara spesifik
berkaitan dengan sirosis. Tanda ini juga ditemukan pada pasien diabetes mellitus,
distrofi reflex simpatetik, dan perokok yang juga mengkonsumsi alkohol. [2]
Selain itu, ditemukan juga hilangnya rambut dada dan aksilla pada laki-laki,
mengecil. Bilamana hati teraba, hati sirotik teraba keras dan nodular. [2]
14
Splenomegali sering ditemukan terutama pada sirosis yang penyebabnya
nonalkoholik. Pembesaran ini akibat kongesti pulpa merah lien karena hipertensi
porta. [2]
porta dan hipoalbuminemia. Caput medusa juga sebagai akibat hipertensi porta. [2]
Foetor Hepatikum, Bau napas yang khas pada pasien sirosis disebabkan
peningkatan konsentrasi dimetil sulfide akibat pintasan porto sistemik yang berat.
[2]
konsentrasi bilirubin kurang dari 2-3 mg/dl tak terlihat. Warna urin terlihat gelap,
Diabetes melitus dialami 15 sampai 30% pasien sirosis. Hal ini akibat
resistensi insulin dan tidak adekuatnya sekresi insulin oleh sel beta pankreas. [2]
evaluasi keluhan spesifik. Tes fungsi hati meliputi amino transferase, alkali
fosfatase, gamma glutamil peptidase, bilirubin, albumin dan waktu protrombin. [2]
15
Aspartat aminotransferase (AST) atau serum glumatil oksaloasetat
piruvat transaminase (SGPT) meningkat tapi tidak terlalu tinggi. AST lebih
Alkali fosfatase, meningkat kurang dari 2 sampai 3 kali batas normal atas.
Konsentrasi yang tinggi bisa ditemukan pada pasien kolangitis sklerosis primer
fosfatase pada penyakit hati. Konsentrasinya tinggi pada penyakit hati alkohol
kronik, karena alkohol selain menginduksi GGT mikrosomal hepatic, juga bisa
bisa meningkat pada sirosis yang lanjut. Albumin, sintesisnya terjadi di jaringan
16
Anemia dengan trombositopenia, leukopenia, dan neutropenia akibat
hipersplenisme. [2]
mudah dilakukan. Pemeriksaan USG meliputi sudut hati, permukaan hati, ukuran,
homogenitas, dan adanya massa. Pada sirosis lanjut, hati mengecil dan noduler,
permukaan irreguler, dan ada peningkatan ekogenitas parenkim hati. Selain itu
USG juga dapat menilai asites, splenomegali, thrombosis vena porta, pelebaran
vena porta, dan skrining karsinoma hati pada pasien sirosis. [2]
2.8 Komplikasi
spontan, yaitu infeksi cairan asites oleh satu jenis bakteri tanpa ada bukti infeksi
sekunder intra abdominal. Biasanya pasien ini tanpa gejala, namun dapat timbul
17
Kerusakan hati lanjut menyebabkan penurunan perfusi ginjal yang berakibat pada
40% pasien sirosis dengan varises esofagus pecah yang menimbulkan perdarahan.
waktu satu tahun walaupun dilakukan tindakan untuk menanggulangi varises ini
dapat timbul gangguan kesadaran yang berlanjut sampai koma. Pada sindrom
2.9 Penatalaksanaan
tanpa dapat dibendung. Usaha-usaha yang dapat dilakukan hanya bertujuan untuk
suatu keharusan. Bilamana tidak ada koma hepatic diberikan diet yang
18
Penatalaksanaan sirosis kompensata
kolkisin dan obat herbal bisa menghambat kolagenik. Hepatitis autoimun; bisa
merupakan terapi utama. Lamivudin sebagai terapi lini pertama diberikan 100 mg
secara oral setiap hari selama satu bulan. Namun pemberian lamivudin setelah 9-
alfa diberikan secara suntikan subkutan 3 MIU, tiga kali seminggu selama 4-6
terapi standar. Interferon diberikan secara suntikan subkutan dengan dosis 5 MIU
tiga kali seminggu dan dikombinasikan ribavirin 800-1000 mg/ hari selama 6
bulan. [2]
Pada pengobatan fibrosis hati; pengobatan antifibrotik pada saat ini lebih
merupakan terapi utama. Pengobatan untuk mengurangi aktifasi sel stelata bisa
19
antiperadangan dan mencegah pembentukan kolagen, namun belum tebukti dalam
penelitian sebagai anti fibrosis dan sirosis. Metotreksat dan vitamin A juga
dicobakan sebagai antifibrosis. Selain itu, obat-obatan herbal juga sedang dalam
penlitian. [2]
Asites, Tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi garam
sebanyak 5,2 gram atau 90 mmol/hari. Diet rendah garam dikombinasi dengan
200 mg sehari.Respon diuretic bisa dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5
kg/hari, tanpa adanya edema kaki atau 1 kg/hari dengan edema kaki. Bilamana
dengan dosis 20-40 mg/hari. Pemberian furosemid bisa ditambah dosisnya bila
tidak ada respon, maksimal dosisnya 160 mg/hari. Parasentesis dilakukan bila
asites sangat besar. Pengeluaran asites bisa hingga 4-6 liter dan dilindungi dengan
ammonia, diet protein dikurangi sampai 0,5 gr/kg berat badan per hari, terutama
obat β-blocker. Waktu perdarahan akut, bisa diberikan preparat somatostatin atau
20
Sindrom hepatorenal, mengatasi perubahan sirkulasi darah hati, mengatur
Namun sebelum dilakukan transplantasi ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi
2.10 Prognosis
etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit lain yang menyertai. [2]
tidaknya asites dan ensefalopati juga status nutrisi. Klasifikasi ini terdiri dari
hidup selama satu tahun pada pasien. Angka kelangsungan hidup selama 1 tahun
Faktor Unit 1 2 3
Serum bilirubin µmol/L < 34 34−51 > 51
mg/dL < 2,0 2,0−3,0 > 3,0
Serum albumin g/L > 35 30−35 < 30
g/dL > 3,5 3,0−3,5 < 3,0
Prothrombin Detik pemanjangan 0−4 4−6 >6
INR < 1,7 1,7-2,3 > 2,3
time
Ascites Tidak ada Dapat Tidak dapat
dikontrol dikontrol
Hepatic Tidak ada Minimal Berat
encephalopathy
1
Klasifikasi Child-Pugh dihitung dengan menjumlahkan skor dari lima faktor dan dapat bernilai dari 5 sampai 15. Klasifikasi Child-Pugh
kelas A (5-6), B (7-9), atau C (10 atau lebih). Keadaan dekompensasi mengindikasikan cirrhosis dengan skor Child-Pugh 7 atau lebih (kelas
B). [8]
21
Daftar Pustaka
2006. p. 443-6.
3. Wilson LM, Lester LB. Hati, saluran empedu, dan pankreas. In Wijaya C,
editor. Patofisiologi konsep klinis proses proses penyakit. Jakarta: ECG; 1994.
p. 426-63.
4. Guyton AC, Hall JE. The liver as an organ. In Textbook of medical physiology.
K. MS, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
8. Ghany M, Hoofnagle JH. Approach to the patient with liver disease. In Kasper
22
DL, Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, editors.
1808-13.
23
BAB III
LAPORAN KASUS
I. ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan perut membesar
24
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat pengguna Alkohol(+), HT (+), DM (-)
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga : HT (+) ibu kandung, DM (-), Penyakit Kuning (-)
Pemeriksaan fisik
Berat Badan : 75 kg
Tanda vital
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), Sklera ikterik (+/+), Pupil isokor ø 2,5 mm
Leher
25
Thorax :
BT : Rh Wh : -/-
- -
- -
- -
Jantung:
Abdomen
Ekstremitas
26
Pemeriksaan Khusus : Tidak ada
RESUME
Pasien laki-laki umur 52 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan ascites kurang lebih
sejak 4 bulan sebelum masuk RS dan memberat kurang lebih 1 minggu terakhir disertai dengan
nyeri perut. Pasien juga mengeluhkan ikterus pada seluruh tubuh, dan adanya edem pada kedua
ekstremitas. Pasien mempunyai riwayat pengguna alcohol. BAK lancar berwarna seperti teh,
BAB warna hitam seperti tai kambing. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan
darah 190.70 mmhg, Respirasi 22x/menit Nadi 88x.menit, suhu 36,5 derajat celcius. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan perut tampak membesar, nyeri tekan pada seluruh abdomen,
undulasi (+), sclera ikterik, ekstremitas bawah edem pada kedua kaki.
DIAGNOSIS KERJA
Rencana Pemeriksaan
DR, Ureum, Kreatinin, SGOT, SGPT, HBsAg, Anti HCV, Albumin, USG Abdomen
Pemeriksaan penunjang
Lab
WBC 14,59 x 103
RBC 3,31 x 108
HGB 11,5
HCT 35,4
PLT 85 x 103
27
MCV 106,9
MCH 32,5
MCHC 30,8
LED
Creatinine 1,2
Ureum 47
ALP 201
SGOT 43
SGPT 23
Albumin 1,9
Patologi klinik
HbsAg (-)
Anti HCV (+)
PENATALAKSANAAN
- Tirah baring
28
Medika mentosa
- IVFD RL 5% 14 tpm
- Spironolactone 25 mg 1-0-0
- Vip Albumin 3 x 1
- Amlodipin 10 mg 0-0-1
DIAGNOSIS AKHIR
PROGNOSIS
29
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien datang dengan keluhan utama perut membesar (distensi abdomen), diduga
beberapa penyebab distensi abdomen, yaitu fas (flatus), lemak (fat), cairan (fluid), feses, dan
fetus. Penyebab fetus dapat disingkirkan berdasarkan jenis kelamin pasien : laki-laki. Penyebab
gas dan feses dapat disingkirkan berdasarkan anamnesis dimana pasien masih buang angin
(terakhir 5 jam sebelum masuk rumah sakit) dan buang air besar dengan konsistensi biasa warna
kuning-coklat, lendir (-), darah (-). Berdasarkan data antropometrik, BB koreksi pasien = 75 Kg
dengan IMT=27,5 kg/m2 dengan status gizi baik, maka penyebab lemak dapat disingkirkan. Dari
pemeriksaan fisis juga diperoleh bukti shifting dullness (+), yang menandakan bahwa penyebab
distensi abdomen pada pasien ini merupakan cairan atau disebut juga ascites.
Terdapat beberapa penyakit yang menyebabkan ascites, antara lain sirosis hepatis, gagal
Diagnosis gagal jantung kongestif dapat disingkirkan berdasarkan tidak adanya keluhan
gejala-gejala gagal jantung kongestif, seperti sesak nafas terutama setelah beraktivitas, terbangun
30
tengah malam dengan sesak nafas, harus tidur dengan bantal yang menyangga kepala lebih dari
dua buah (posisi ½ duduk). Dari pemeriksaan fisis juga tidak diperoleh peningkatan desakan
gejala-gejala hipotiroidisme, seperti lebih menyukai suhu yang panas, selalu merasa kedinginan
atau tidak tahan dingin, konstipasi, jarang berketingat. Dari pemeriksaan fisis juga tidak
Diagnosis peritonitis juga dapat disingkirkan berdasarkan tidak adanya keluhan nyeri
perut hebat yang muncul tiba-tiba, perut terasa kaku, dan perut terasa panas atau hangat. Dari
pemeriksaan fisis juga tidak didapatkan rigiditas abdomen, hilangnya pekak hepar, nyeri tekan
Pasien didiagnosis Sirosis Hepatis (SH), oleh karena ditemukannya gejala kegagalan
yang menyebabkan edema. Selain itu terdapat pula tanda-tanda hipertensi porta, yaitu ascites dan
edema tungkai. Pada pasien ini, juga terjadi penurunan nafsu makan, mual, dan kembung.
Diagnosis ini semakin diperkuat dengan adanya hasil hasil USG abdomen yang menyatakan
Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber energi tubuh
sebanyak 20% serta menggunakan 20 – 25% oksigen darah. Ada beberapa fungsi hati yaitu :
31
Kegagalan fungsi hati menimbulkan keluhan seperti rasa lemah, turunnya berat badan,
kembung, dan mual. Kulit tubuh di bagian atas, muka, dan lengan atas akan bisa timbul bercak
mirip laba-laba (spider nevi). Telapak tangan bewarna merah (eritema palmaris), perut
membuncit akibat penimbunan cairan secara abnormal di rongga perut (asites), dan pembesaran
payudara pada laki-laki. Bisa pula timbul hipoalbuminemia, pembengkakan pada tungkai bawah
sekitar tulang (edema pretibial), dan gangguan pembekuan darah yang bermanifestasi sebagai
peradangan gusi, mimisan, atau gangguan siklus haid. Kegagalan hati pada sirosis hati fase lanjut
dapat menyebabkan gangguan kesadaran akibat encephalopathy hepatic atau koma hepatik.
Tekanan portal yang normal antara 5-10 mmHg. Pada hipertensi portal terjadi kenaikan
tekanan dalam sistem portal yang lebih dari 15 mmHg dan bersifat menetap. Keadaan ini akan
menyebabkan limpa membesar (splenomegali), pelebaran pembuluh darah kulit pada dinding
perut disekitar pusar (caput medusae), pada dinding perut yang menandakan sudah terbentuknya
sistem kolateral, wasir (hemoroid), dan penekanan pembuluh darah vena esofagus atau cardia
(varices esofagus) yang dapat menimbulkan muntah darah (hematemesis), atau berak darah
(melena). Kalau pendarahan yang keluar sangat banyak maka penderita bisa timbul syok
(renjatan). Bila penyakit akan timbul asites, encephalopathy, dan perubahan ke arah kanker hati
primer (hepatoma).
Ada 2 faktor yang mempengaruhi terbentuknya asites pada penderita Sirosis Hepatis,
yaitu :
Tekanan koloid plasma yang biasa bergantung pada albumin di dalam serum. Pada
keadaan normal albumin dibentuk oleh hati. Bilamana hati terganggu fungsinya, maka
pembentukan albumin juga terganggu, dan kadarnya menurun, sehingga tekanan koloid
32
osmotic juga berkurang. Terdapatnya kadar albumin kurang dari 3 gr % sudah dapat
kadar plasma protein dapat menurun, sehingga tekanan koloid osmotic menurun pula,
kemudian terjadilah asites. Sebaliknya bila kadar plasma protein kembali normal, maka
asitesnya akan menghilang walaupun hipertensi portal tetap ada. Hipertensi portal
ini meningkatkan aktifitas plasma rennin sehingga aldosteron juga meningkat. Aldosteron
aldosteron maka terjadi terjadi retensi natrium yang pada akhirnya menyebabkan retensi
cairan.
hemat kalium yang bekerja ditubulus ginjal dan menahan reabsorbsi Na. pemberian
adekuat bias dikombinasikan dengan furosemid yang merupakan diuretic kuat dengan dosis 20-
40 mg/hari dan diberikan secara bertahap untuk menghindari dieresis berlebihan. Respon diuretic
bila dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5 kg/hari yang tanpa adanya edema kaki atau 1
kg/hari bila edema kaki ditemukan. Jika tidak ada respon pemberian furosemid bias ditambahkan
dosisnya, maksimal dosisnya 160 mg/hari. Pengeluaran asites bisa 4-6 liter dan diikuti dengan
pemberian albumin. Target dari pemberian terapi berupa tirah baring, diet rendah garam, dan
terapi diuretika adalah peningkatan dieresis sehingga berat badan menurun 400-800gr/hari.
33
Tindakan yang lain berupa parasintesis, baru dapat dikerjakan bila ascites cukup besar
Pasien ini didiagnosis dengan Sirosis hepatis dekompensata e.c.susp. HCV (Child-Pugh
C). Mengingat bahwa pengobatan sirosis hepatis hanya merupakan simptomatis dan mengobati
penyulit, secara umum dapat dikatakan bahwa prognosis pada pasien ini buruk.
34