Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MATA KULIAH ANALOGI DAN FISIOLOGI TERNAK

DOSEN PENGAMPU :

ASWAH RIDHOWI, S.Pt, M.P

DISUSUN OLEH :

NAMA : NUR IFADAH ROHMAH

NIM : 185050100111085

KELAS :H

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019
DAFTAR ISI
Hal
DAFTAR ISI............................................................................................................................ i

ISI MAKALAH ....................................................................................................................... 1

1. Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia ....................................................................... 1


2. Sistem Pencernaan Ternak Non-Ruminansia............................................................... 4
3. Sistem Anatomi Kelenjar Ambing ............................................................................... 5
4. Sistem Pencernaan Hewan Monogastrik ..................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 8

i
ISI MAKALAH

1. SISTEM PENCERNAAN TERNAK RUMINANSIA


Organ-Organ Pencernaan Ternak Ruminansia

1) Mulut
Pencernaan di mulut pertama kali di lakukan oleh gigi molar dilanjutkan
oleh mastikasi dan di teruskan ke pencernaan mekanis. Di dalam mulut terdapat
saliva. Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar khusus dan
disebarkan ke dalam cavitas oral.
Komposisi dari saliva meliputi komponen organik dan anorganik.
Komponen anorganik terbanyak adalah sodium, potassium (sebagai kation),
khlorida, dan bikarbonat (sebagai anion-nya). Sedangkan komponen organik pada
saliva meliputi protein yang berupa enzim amilase, maltase, serum albumin, asam
urat, kretinin, mucin ,vitamin C, beberapa asam amino, lisosim, laktat, dan
beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol. Selain itu, saliva juga
mengandung gas CO2, O2, dan N2. Saliva juga mengandung immunoglobin,
seperti IgA dan IgG dengan konsentrasi rata-rata 9,4 dan 0,32 mg%.
Fungsi saliva adalah membantu penelanan, Buffer (ph 8,4– 8,5),
Suplai Nutrien Mikroba (70% urea). Kelenjar saliva mensekresikan granula
sekretorik (zymogen) yang mengandung enzim-enzim saliva, kemudian
dikeluarkan dari sel-sel sinar kedalam duktus. Jumlah sekresi saliva berbeda-
beda, sekresi saliva pada sapi ±150 liter/hari, domba ±10 liter/hari. Organ yang
berfungsi mencerna makanan secara mekanik pada ruminansia adalah gigi
(dentis).
2) Esophagus
Esophagus merupakan saluran yang menghubungkan antara rongga mulut
dengan lambung. Pada ujung saluran esophagus setelah mulut terdapat daerah
yang disebut faring. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur
makanan agar tidak masuk ke trakea (tenggorokan). Fungsi esophagus adalah
menyalurkan makanan ke lambung. Agar makanan dapat berjalan sepanjang
esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat berjalan menuju
lambung.

1
3) Lambung
Lambung terdiri dari kardia, fundus, badan (sekresi pepsin dan HCl) dan
pylorus (sekresi mucus : gastrin). Fungsi lambung adalah sebagai tempat
menyimpan bahan makanan sementara, lambung mengalami proses mekanis dan
kimiawi, adanya gerakan lambung dan cairan lambung bersifat asam. Lambung
terbagi menjadi 4 ruang, yaitu rumen, retikulum, omasum, abomasum.
4) Rumen
Bagian sistem pancernaan ruminansia yang paling berperan besar adalah
rumen. Rumen berupa suatu kantung muskular yang besar yang terentang dari
diafragma menuju pelvis dan hampir menempati sisi kiri dari rongga abdominal.
Didalam rumen terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya.
Mikroba rumen dapat dibagi dalam tiga grup utama yaitu bakteri, protozoa dan
fungi. Kehadiran fungi di dalam rumen diakui sangat bermanfaat bagi pencernaan
pakan serat, karena dia membentuk koloni pada jaringan selulosa pakan. Rizoid
fungi tumbuh jauh menembus dinding sel tanaman sehingga pakan lebih terbuka
untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen.
Fungsi rumen adalah tempat fermentasi oleh mikroba rumen, Absorbsi :
VFA, Ammonia, Lokasi Mixing, Menyimpan Bahan Makanan → Fermentasi.
5) Retikulum
Retikulum sering disebut sebagai perut jalang atau hardware stomach.
Fungsi retikulum adalah sebagai penahan partikel pakan pada saat regurgitasi
rumen. Retikulum berbatasan langsung dengan rumen, akan tetapi diantara
keduanya tidak ada dinding penyekat. Pembatas diantara retikulum dan rumen
yaitu hanya berupa lipatan, sehingga partikel pakan menjadi tercampur.
(a). Secara fisik tidak terpisahkan dari rumen,
(b). Terdapat lipatan-lipatan esophagus yang merupakan lipatan jaringan yang
langsung dari esofagus ke omasum
(c). Permukaan Dalam : Papila → Sarang Laba-Laba (Honey Comb) perut jala.
Fungsi retikulum adalah tempat fermentasi, membantu proses
ruminasi, mengatur arus ingesta ke omasum, absorpsi hasil fermentasi, tempat
berkumpulnya benda- benda asing.
6) Omasum
Omasum sering juga disebut dengan perut buku, karena permukaannya
berbuku-buku. Ph omasum berkisar antara 5,2 sampai 6,5. Omasum merupakan
suatu organ seferis yang terisi oleh lamina muskuler yang turun dari bagian
dorsum atau bagian atap. Membran mukosa yang menutupi lamina, ditebari
dengan papile yang pendek dan tumpul yang akan menggiling hijauan atau serat -
serat sebelum masuk ke abomasum (perut sejati). Omasum letaknya disebelah
kanan rumen dan retikulum persis pada posisi kaudal hati. Omasum domba dan
kambing jauh lebih kecil dibandingkan omasum sapi. Dalam keadaan normal
tidak menyentuh dinding abdominal ruminansia kecil itu.
Omasum hampir terisi penuh oleh lamina dengan papila yang meruncing
yang tersusun sedemikian rupa sehingga makanan digerakkan dari orifisium
2
retikulo-omosal, di antara laminae, dan menuju ke orifisium omaso-abdomosal.
Setiap laminae mengandung tiga lapis otot, termasuk suatu lapis sentral yang
berhubungan dengan dinding otot dari omasum, serta suatu lapis mukosa
muskularis yang terletak pada tiap sisi dari otot sentral.
Dasar omasum seperti juga halnya lembaran-lembaran (lipatan-lipatan)
ditutupi oleh epitel squamosa berstrata. Pada pertautan antara omasum dan
abomasum terdapat suatu susunan lipatan membran mukosa ‘vela terminalia’
yang barang kali berperan sebagai katup untuk mencegah kembalinya bahan-
bahan dari abomasum menuju ke omasum, sedangkan pada domba merupakan
bagian dari abomasum. Fungsi omasum adalah sebagai grinder, fermentasi,
filtering dan absorpsi.
7) Abomasum
Abomasum sering juga disebut dengan perut sejati. Ph pada abomasum
asam yaitu berkisar antara 2 sampai 4,1. Abomasum terletak dibagian kanan
bawah dan jika kondisi tiba-tiba menjadi sangat asam, maka abomasum dapat
berpindah kesebelah kiri. Permukaan abomasum dilapisi oleh mukosa dan
mukosa ini berfungsi untuk melindungi dinding sel tercerna oleh enzim yang
dihasilkan oleh abomasum. Sel-sel mukosa menghasilkan pepsinogen dan sel
parietal menghasilkan HCl. Pepsinogen bereaksi dengan HCl membentuk pepsin.
Pada saat terbentuk pepsin reaksi terus berjalan secara otokatalitik. Fungsi
abomasum adalah Tempat awal pencernaan enzimatis (perut sejati) →
Pencernaan protein dan mengatur arus digesta dari abomasum ke duodenum.
8) Usus Halus (Intestinum Tenue)
Fungsi Usus Halus adalah sebagai pencernaan enzimatis dan absorpsi.
Kedalam usus halus masuk 4 sekresi :
(a). Cairan Duodenum : Alkalis,Fosfor, Buffer,
(b). Cairan Empedu : Dihasilkan Hati, K dan Na (mengemulsikanlemak),
Mengaktifkan Lipase Pankreas, Zat Warna,
(c).Cairan Pankreas : Ion Bikarbinat Untuk Menetralisir Asam Lambung,
(d).Cairan Usus.
Usus halus terbagi atas 3 bagian, yaitu: deudenum, jejenum, dan ileum.
Berdasarkan pada perbedaan - perbedaan struktural histologis / mikroskopis.
Deudenum merupakan bagian yang pertama dari usus halus. Ini amat dekat
dengan dinding tubuh dan terikat pada mesenteri yang pendek, yaitu
mesoduodenum. Duktus yang berasal dari pankreas dan hati masuk ke bagian
pertama dari duodenum. Duodenum meninggalkan pilorus dari perut dan ke arah
kaudal pada sisi kanan menuju ke ‘pelvic inlet’. Duodenum kemudian menjulang
ke sisi kiri di belakang akar dari mesenteri besar dan membelok ke depan untuk
bergabung dengan jejunum. Saluran yang berasal dari hati dan saluran pankreas
menyatu ke dalam duodenum, pada jarak yang pendek di belakang pilorus.
Jejenum dengan jelas dapat dipisahkan dengan duodenum. Jejenum
bermula dari kira-kira pada posisi dimana mesenteri mulai kelihatan memanjang
(pada duodenum mesenterinya pendek). Jejenum dan ileum itu bersambung dan

3
tidak ada batas yang jelas di antaranya. Bagian terakhir dari usus halus adalah
ileum. Persambungannya dengan usus besar adalah pada osteum iliale (bukan
ileal).

9) Usus Besar (Large Intestine)


Usus besar terdiri atas sekum, yang merupakan suatu kantung buntu
dan kolon yang terdiri atas bagian-bagian yang naik, mendatar dan turun. Bagian
yang turun akan berakhir direktum dan anus. Variasi pada usus besar (terutama
pada bagian kolon yang naik) dari satu spesies ke spesies yang lain, jauh lebih
menonjol dibandingkan dengan pada usus halus. Kolon yang menurun, bergerak
ke depan di antara dua lapis mesenteri yang menyangga usus halus. Lop
proksimal (ansa proksimalis) terletak di antara sekum dan kolon spiral
(ansaspiralis).
Ansaspiralis itu tersusun dalam bentuk spiral. Bagian yang pertama
membentuk spiralke arah pusat lilitan (bersifat sentripetal) sedangkan bagian
berikutnya membentuk spiral yang menjauhi pusat lilitan (sentrifugal). Bagian
terakhir dari kolon yang naik yaitu ansa distalis, menghubungkan ansa spiralis
dengan kolon transversal. Kolon transversal menyilang dari kanan ke kiri dan
berlanjut terus ke arah kaudal menuju ke rektum dan anus, bagian terminal dari
saluran pencernaan. Fungsi usus besar adalah sebagai fermentasi oleh mikroba.
10) Rectum
Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang
lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses
sudah siap dibuang maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan
penutupan anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan
otot lurik. Fungsi rectum adalah sebagai tempat pembuangan feses.

2. SISTEM PENCERNAAN TERNAK NON-RUMINANSIA

Hewan non ruminansia (unggas) memiliki pencernaan monogastrik (perut


tunggal) yang berkapasitas kecil. Makanan ditampung di dalam crop kemudian di
empedal/gizzard terjadi penggilingan sempurna hingga halus. Makanan yang tidak
tercerna akan keluar bersama ekskreta, oleh karena itu sisa pencernaan pada unggas
berbentuk cair.

Zat kimia dari hasil–hasil sekresi kelenjar pencernaan memiliki peranan


penting dalam sistem pencernaan manusia dan hewan monogastrik lainnya.
Pencernaan makanan berupa serat tidak terlalu berarti dalam spesies ini. Unggas tidak
memerlukan peranan mikroorganisme secara maksimal, karena makanan berupa serat
sedikit dikonsumsi. Saluran pencernaan unggas sangat berbeda dengan pencernaan
pada mamalia. Perbedaan itu terletak didaerah mulut dan perut, unggas tidak memiliki
gigi untuk mengunyah, namun memiliki lidah yang kaku untuk menelan makanannya.

Perut unggas memiliki keistimewaan yaitu terjadi pencernaan mekanik dengan


batu-batu kecil yang dimakan oleh unggas di gizzard.

4
Saluran pencernaan non ruminansia. Pada ternak non ruminansia atau hewan
yang mempunyai labung tunggal alat pencernaanya terdiri dari :
a. Mulut ( cawar oris )
b. Tekak ( pharing )
c. Kerongkongan ( esophagus )
d. Gastrium ( lambung )
e. Intestinum tenue ( usus halus: duodenum, ileum ,jejunum ) usus kasar ( caecum
dan rektum)
f. Anus
Saluran pencernaan ini dinamakan dengan monogastrik, pada jenis unggas
saluran pencernaanya mempunyai beberapa perbedaan dalam bentuk anatominya
dengan hewan monogastrik lainnya, tetapi fungsinya secara umum dapat di katakana
hamper sama, sedangkan pada hewan ruminansia lebih komleks.

3. SISTEM ANATOMI KELENJAR AMBING


Ambing merupakan kelenjar kulit yang ditumbuhi bulu kecuali puting, 4
saluran susu yang terpisah bersama-sama menuju ambing. Menurut Blakely dan Bade
(1995) anatomi ambing seekor sapi perah dibagi menjadi empat kuartir terpisah. Dua
kuartir depan biasanya berukuran 20% lebih kecil dari kuartir ambing bagian
belakang dan antara kuartir itu bebas satu dengan yang lainnya.

Tiap-tiap kuartir mempunyai satu puting. Bentuk putting bulat, seragam,


terletak pada masing-masing kuartir seperti pada sudut bujur sangkar. Kuartir ambing
terdapat saluran tempat air susu keluar yang disebut saluran putting. Pemisahan
ambing menjadi dua bagian ke arah ventral ditandai dengan adanya kerutan
longitudinal pada lekukan intermamae.

Anatomi Ambing pada sapi perah, Masing-masing terdiri dari 2 kuartir, kuartir
depan dan belakang dipisahkan oleh lapisan tipis (fine membrane). Lapisan pemisah
ini menyebabkan setiap kuartir ambing berdiri sendiri terutama pada kenampakan
secara eksterior. Perbedaannya terletak pada ukuran ambing dan struktur atau anatomi
bagian dalamnya, yaitu belum sempurnanya kerja sel-sel penghasil susu .

Ambing terbagi menjadi dua bagian kiri dan kanan terpisahkan oleh satu
lekukan yang memanjang, yang disebut intermammary groove. Anatomi Ambing
pada sapi perah, Diambing sering dijumpai adanya puting tambahan (extra teat) diluar

5
empat yang normal dari maisng-masing kuartir. Puting tambahan biasanya berada
dibelakang puting belakang atau kadang-kadang diantara puting depan dan belakang.

Menurut Soetarno kuartir sebelah kanan dan sebelah kiri dipisahkan oleh
membrane yang tebal yang disebut tenunan penyakit “septum media” (median
susupensory) yang menjulur keatas bertautan pada dinding perut, sehingga merupakan
alat penggantung bagi ambing. Bagian ambing kanan dan kiri masing-masing
dipisahkan menjadi dua bagian oleh suatu membrane yang amat tipis (fine
membrane).
Anatomi Ambing pada sapi perah terdiri dari dua tenunan atau jaringan yaitu
“tenunan kelenjar” yang menghasilkan susu dan tenunan pengikat berfungsi sebagai
kerangka. Tenunan kelenjar susu dan tenunan pengikat disatukan dan terbungkus oleh
kulit berfungsi sebagai pelindung

System tenunan kelenjar susu terdiri dari rongga putting, rongga ambing,
saluran susu besar dan alveoli. Sedang system tenunan pengikat terdiri dari
sekelompok alveolus-alveolus atau alveoli terbungkus oleh membran yang tipis
berbentuk lobulus. Lobulus-lobulus atau lobuli, satu dengan yang lainnya juga
terbungkus oleh membran yang tipis. Dari banyak lobuli yang terbungkus oleh
membran tipis tersebut terbentuk lobus. Membran yang tipis membungkus alveoli
atau lobuli dan semua tenunan atau jaringan pengikat yang ada pada tenunan kelenjar
susu merupakan sistema tenunan pengikat yang berfungsi sebagai kerangka dari
tenunan kelenjar susu

4. SISTEM PENCERNAAN HEWAN MONOGASTRIK

Hewan monogastrik adalah hewan-hewan yang memiliki lambung sederhana


atau lambung tunggal seringkali disebut hewan non-ruminansia. Hewan non
ruminansia (unggas) memiliki pencernaan monogastrik (perut tunggal) yang
berkapasitas kecil. Makanan ditampung di dalam crop kemudian empedal/gizzard
terjadi penggilingan sempurna hingga halus. Makanan yang tidak tercerna akan keluar
bersama ekskreta, oleh karena itu sisa pencernaan pada unggas berbentuk cair.

6
Unggas mengambil makanannya dengan paruh dan kemudian terus ditelan.
Makanan tersebut disimpan dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan
getah pencernaan proventrikulus dan kemudian digiling dalam empedal. Tidak ada
enzim pencernaan yang dikeluarkan oleh empedal unggas. Fungsi utama alat tersebut
adalah untuk memperkecil ukuran partikel-partikel makanan.

Dari empedal makanan yang bergerak melalui lekukan usus yang disebut
duodenum, yang secara anatomis sejajar dengan pankreas. Pankreas tersebut
mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti hanya pada spesies-
spesies lainnya. Alat tersebut menghasilkan getah pankreas dalam jumlah banyak
yang mengandung enzim-enzim amilolitik, lipolitik dan proteolitik. Enzim-enzim
tersebut berturut-turut menghidrolisa pati, lemak, proteosa dan pepton. Empedu hati
yang mengandung amilase, memasuki pula duodenum.

Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan


getah usus. Getah usus tersebut mengandung erepsin dan beberapa enzim yang
memecah gula. Erepsin menyempurnakan pencernaan protein, dan menghasilkan
asam-asam amino, enzim yang memecah gula mengubah disakharida ke dalam gula-
gula sederhana (monosakharida) yang kemudian dapat diasimilasi tubuh. Penyerapan
dilaksanakan melalui villi usus halus.

Unggas tidak mengeluarkan urine cair. Urine pada unggas mengalir kedalam
kloaka dan dikeluarkan bersama-sama feses. Warna putih yang terdapat dalam
kotoran ayam sebagian besar adalah asam urat, sedangkan nitrogen urine mammalia
kebanyakan adalah urine. Saluran pencernaan yang relatif pendek pada unggas
digambarkan pada proses pencernaan yang cepat (lebih kurang empat jam).

Saluran pencernaan non ruminansia. Pada ternak non ruminansia atau hewan
yang mempunyai lambung tunggal alat pencernaanya terdiri dari :

a. Mulut (cawar oris)


b. Tekak (pharing)
c. Kerongkongan (esophagus)
d. Gastrium (lambung)
e. Intestinum tenue (usus halus: duodenum, ileum ,jejunum)
f. Usus kasar (caecum dan rektum)
g. Anus.

7
DAFTAR PUSTAKA

http://ekafitriani120.blogspot.com/2016/03/pengertian-dan-sistem-pencernaan-hewan.html

https://sentulfresh.com/anatomi-ambing-pada-sapi-perah/

https://www.academia.edu/17493408/ORGAN-
ORGAN_PENCERNAAN_PADA_TERNAK_RUMINANSIA_ZAT-
ZAT_TOKSIT_PADA_PAKAN_NABATI_DAN_MEKANISME_KERACUNAN_PA
DA_TERNAK
https://www.astalog.com/4930/apa-yang-disebut-monogastrik.htm

Anda mungkin juga menyukai