OLEH:
EDIZUL A. SADIR
FAJAR HERMAWAN
SAFINGI ALAMSAH
PROGRAM PASCASARJANA
PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
SEKOLAH TINGGI PERIKANAN
JAKARTA
2019
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Purse seine merupakan alat tangkap yang bersifat multi species, yaitu
menangkap lebih dari satu jenis ikan. Dalam banyak kasus sering ditemukan
ukuran mesh size alat tangkap purse seine yang sangat kecil, hal ini dapat
berpengaruh terhadap hasil tangkapan yang didapatkan. Hal yang mungkin saja
akan di pengaruhi adalah ukuran ikan dan komposisi jenis hasil tangkapan antara
jumlah hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan. Dalam
penelitiannya, Agustia (2014) menyebutkan bahwa hasil tangkapan purse seine di
Muara Angke sangat beranekaragam dengan jumlah hasil tangkapan utamanya 1 :
4 dengan hasil tangkapan sampingan. Keanekaragaman hasil tangkapan yang
tinggi dikhawatirkan dapat mengancam berkurangnya kelestarian jenis spesies
biota laut.
Purse seine disebut juga “pukat cincin” karena alat tangkap ini dilengkapi
dengan cincin untuk mana “tali cincin” atau “tali kerut” dilalukan didalamnya.
Fungsi cincin dan tali kerut/tali kolor ini penting terutama pada waktu
pengoperasian jaring. Sebab dengan adanya tali kerut tersebut jaring yang tadinya
tidak berkantong akan terbentuk pada tiap akhir penangkapan.
Prinsip menangkap ikan dengan Purse seine adalah dengan melingkari suatu
gerombolan ikan dengan jaring, setelah itu jaring bagian bawah dikerucutkan,
dengan demikian ikan-ikan terkumpul di bagian kantong. Dengan kata lain
dengan memperkecil ruang lingkup gerak ikan. Ikan-ikan tidak dapat melarikan
diri dan akhirnya tertangkap. Fungsi mata jaring dan jaring adalah sebagai dinding
penghadang, dan bukan sebagai pengerat ikan.
Di Jepang Purse seine dapat dapat dikelompokkan sebagai berikut :
One Boat Horse Sardine Purse seine
Two Boat Sardine Purse seine
One Boat Horse Mackerel and Mackerel Purse seine
Two Boat Horse Mackerel and Mackerel Purse seine
One Boat Skipjack and Tuna Purse seine
Two Boat skipjack and Tuna Purse seine
Purse seine merupakan Alat Penangkap Ikan yang banyak diminati oleh
kalangan nelayan di Indonesia. Jenis Purse seine yang banyak digunakan nelayan
indonesia adalah jenis mini Purse seine yang hanya memiliki panjang tali ris atas
berkisar antara 300-600 m. Namun bentuk API tersebut telah mengalami banyak
modifikasi dengan tujuan untuk mengefisienkan operasi penangkapan. adapun
masalah yang muncul adalah terdapat dugaan bahwa API tersebut memiliki
banyak masalah tentang selektifitas.
Potensi sumberdaya perikanan tangkap di Pantura Jawa terindikasi
mengalami tangkap lebih (over fishing). Kondisi ini salah satunya disebabkan
oleh tekanan penangkapan yang didominasi oleh perikanan tangkap skala
menengah jenis purse seine yang banyak beroperasi di perairan pantai utara. Salah
satu cara untuk mengatasi masalah tersebut dengan membuat regulasi yang ketat
tentang alat tangkap yang ramah lingkungan dan selektif. Tingkat keselektifan
sebuah alat tangkap akan berdampak pada terciptanya sumberdaya ikan yang
berkelanjutan.
1
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)
1.2 Tujuan
Tujuan dari tulisan ini adalah untuk menganalisis tingkat selektivitas alat
tangkap purse seine berdasarkan indikator yang telah ditentukan oleh FAO.
2
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)
3
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)
2. PEMBAHASAN
2.1 Perikanan Yang Bertangung Jawab
Code Of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) adalah salah satu
kesepakatan dalam konferensi Committee on Fisheries (COFI) ke-28 FAO di
Roma pada tanggal 31 Oktober 1995, yang tercantum dalam resolusi Nomor:
4/1995 yang secara resmi mengadopsi dokumen Code of Conduct for Responsible
Fisheries. Resolusi yang sama juga meminta pada FAO untuk berkolaborasi
dengan anggota dan organisasi yang relevan untuk menyusun technical guidelines
yang mendukung pelaksanaan dari CCRF. Tatalaksana ini menjadi asas dan
standar internasional mengenai pola perilaku bagi praktek yang bertanggung
jawab, dalam pengusahaan sumberdaya perikanan dengan maksud untuk
menjamin terlaksananya aspek konservasi, pengelolaan dan pengembangan efektif
sumberdaya hayati akuatik berkenaan dengan pelestarian ekosistem dan keaneka-
ragaman hayati.
Tatalaksana tersebut mengakui arti penting aspek gizi, ekonomi, sosial,
lingkungan dan budaya yang menyangkut kegiatan perikanan dan terkait dengan
semua pihak yang berkepertingan yang peduli terhadap sektor perikanan.
Tatalaksana turut memperhatikan karakteristik biologi sumberdaya perikanan
yang terkait dengan lingkungannya serta menjaga terwujudnya secara adil dan
berkelanjutan kepentingan para konsumen maupun pengguna hasil pengusahaan
perikanan lainnya (Dirjen Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran
DKP, 2003).
CCRF atau ketentuan perikanan yang bertaggungjawab dipergunakan
sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan perikanan secara bertanggung jawab.
Pedoman ini memberi kelengkapan bagi upaya nasional dan internasional untuk
menjamin pemanfaatan sumberdaya laut yang lestari dan berkelanjutan. Sasaran
dari CCRF ditujukan bagi para pengambil keputusan dalam otoritas pengelolaan
perikanan, termasuk perusahaan perikanan, organisasi nelayan, serta organisasi
non pemerintah yang peduli terhadap kelestarian sumberdaya laut dan perikanan.
Kegiatan penangkapan ikan yang ramah lingkungan sebagai acuan dalam
penggunaan teknologi dan alat penangkapan ikan ramah lingkungan. Kondisi
tersebut dapat dilihat dari segi metode pengoperasian, bahan dan kontruksi alat,
daerah penagkapan serta ketersedian sumberdaya ikan tetap menjaga kelestarian
lingkungan dan sumberdaya ikan. Harapannya adalah nelayan dan semua pihak
yang bergerak dibidang perikanan diseluruh perairan Indonesia dapat mematuhi
peraturan dalam mengoperasikan alat tangkap dengan tetap menjaga lingkungan
dan kelestarian sumber daya ikan (Dahuri, 1993).
Dahuri (2000) menambahkan bahwa pengelolaan sumberdaya ikan sangat
erat kaitannya dengan pengelolaan operasi penangkapan ikan dan sasaran
penangkapan ikan yang dilakukan. Kegiatan ini berusaha untuk menjaga
kelestarian sumberdaya ikan dari ancaman kepunahan, dan telah dilakukan sejak
lama oleh berbagai ahli penangkapan ikan di seluruh dunia.
Direktorat Produksi Ditjen Perikanan (2000) menetapkan faktor-faktor yang
harus diperhatikan oleh ahli penangkapan ikan dalam melaksanakan penangkapan
ikan yang ramah lingkungan. Kriteria tersebut adalah:
a) Kriteria penangkapan ikan ramah lingkungan; menentukan alat penangkapan
ikan yang dalam operasinya produktif dan hasil tangkapannya mempunyai
nilai ekonomis tinggi. Oleh karena itu para ahli penangkapan ikan perlu
4
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)
memperhatikan beberapa hal yang terkandung dalam point ini, antara lain
yaitu: alat penangkapan ikan harus selektif; tidak merusak sumberdaya dan
lingkungan; meminimalisir ikan buangan atau discard.
b) Fishing ground; penentuan daerah penangkapan ikan yang sesuai dengan
ukuran kapal dan jenis alat tangkap yang dioperasikan, perlunya pengaturan
operasi penangkapan ikan di lapangan, diharapkankan konflik antar kelompok
nelayan terhindari.
c) Pemamfaatan sumberdaya perikanan harus dikelola secara wajar; Hal ini
dimaksud agar kontrubusinya terhadap nutrisi ekonomi dan kesejahteraan
sosial penduduk dapat ditingkatkan.
d) Peraturan; Perlu diperhatikan adanya peraturan-peraturan yang mengatur
jalannya operasi penangkapan ikan yang menuju ramah lingkungan dan
bertanggungjawab
Monitja (2001) menyebutkan bahwa kriteria teknologi penangkapan ikan
memiliki beberapa aturan penting, yaitu: Selektifitas yang tinggi, tidak
membahayakan nelayan, tidak destruktif terhadap nelayan, produksinya
berkualitas, produknya tidak membahayakan konsumen, ikan buangan minimum,
tidak menangkap spesies yang dilindungi atau terancam punah, dampak minimum
terhadap keanekaragaman hayati dan dapat diterima secara social. Merujuk
kepada pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa operasi penangkapan ikan dapat
dikatakan berjalan lancar apabila suatu usaha perikanan memiliki beberapa
kriteria teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan.
5
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)
6
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)
7
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)
8
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)
pemanfataan (E) ikan bentong pada saat penelitian sebesar 0,51 hal ini berarti
bahwa stok ikan yang dieksploitasi relatif optimal. Nilai tingkat pemanfaatan di
perairan ini lebih besar daripada yang ditemukan di perairan Maluku yaitu 0,27
(Syam, 2006).
Berdasarkan hasil analisis dari penelitian terdahulu terhadap hasil tangkapan
purse seine di pantai utara jawa maka dapat disimpulkan bahwa tingkat
selektivitas alat tangkap ini memiliki nilai skor 1 (alat menangkap lebih dari tiga
spesies dengan ukuran lebih dari satu)
9
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)
10
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)
11
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)
12
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)
Menurut Winugroho (2006) dalam Roysidah et al. (2017), Purse seine atau
pukat cincin merupakan salah satu alat tangkap yang banyak digunakan di dunia.
Hal ini dikarenakan dalam satu kali pengangkatan hasil tangkapan mendapatkan
jumlah yang banyak. Namun disisi lain karena ukurannya yang besar alat tangkap
tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap keanekaragaman sumberdaya pada
daerah sapuannya. Di Indonesia jenis alat tangkap yang memiliki konstruksi
hampir sama antara lain : pukat langgar, pukat senangin, gae dan giob.
Pengoperasian alat tangkap ini tergantung besar kecilnya alat tangkap yang
digunakan bila berukuran kecil maka tenaga yang dibutuhkan cukup dengan 12 –
16 orang dengan perahu motor luar (out board motor), sedangkan untuk yang
berukuran besar dibutuhkan nelayan sebanyak 23 – 40 orang yang masing –
masing bertugas sebagai juru mudi, juru mesin dan pandega. Perahu yang
digunakan adalah perahu motor dengan kekuatan ±160 PK. Pengoperasian alat
tangkap dipengaruhi beberapa variabel penting, yaitu, kecepatan kapal, daya
tenggelam jaring, cepat menutup menjadi mangkuk.
Menurut Firdaus (2015) Alat tangkap Purse seine Waring operasinya
menyebabkan kematian beberapa spesies dan merusak habitat, karena alat tangkap
Purse seine Waring memiliki lingkar jaring 300 m dan tingginya 30 m, sehingga
alat tangkap Purse seine Waring menyentuh hingga dasar perairan dan karena
badan jaringnya waring tidak dapat meloloskan ikan-ikan kecil dan menyebabkan
ikan yang dilindungi pernah tertangkap. Menurut Setyasmoko (2015), pukat
cincin (purse seine) memiliki kedalaman yang melebihi dasar perairan dapat
mengancam kelestarian sumberdaya ikan yang tertangkap bukan hanya ikan
pelagis saja, tetapi juga ikan demersal.
Menurut Keputusan Mentri Kelautan dan Perikanan No.4/Kepmen-KP/2014
tentang biota laut dan pantai yang dilindungi oleh pemerintah, salah satu penyu
yang dilindungi diantaranya ialah penyu sisik (Eretmocefys turtle).
Berdasarkan tinjauan di atas maka dapat kita simpulkan bahwa tingkat
keramahan purse seine berdasarkan kriteria memberikan dampak minimum
terhadap keanekaan sumberdaya hayati mendapatkan skor 3 (Alat tangkap dan
operasinya menyebabkan kematian beberapa spesies tetapi tidak merusak habitat).
13
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)
14
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)
“Fuso” untuk mengangkut hasil tangkapan dan satu kapal motor yang digunakan
mengangkut para ABK dan menarik jaring purse seine (slerek). Kapal motor ini
menggunakan dua mesin Johnson, masing-masing 40 PK.
Besarnya nilai investasi untuk pengadaan purse seine, usaha perikanan ini
hanya dimiliki oleh mereka yang bermodal. Oleh sebab itu pemilikannya lebih
bersifat perorangan, atau jika ada kongsi juga masih dalam satu keluarga. Tidak
ada usaha perikanan purse seine yang dimiliki secara kolektif, kecuali yang
dimiliki oleh Yayasan Lembaga Pengembangan Kenelayanan. Yayasan itupun
sebenarnya milik perorangan, yaitu Romo Legano.
Hasil penelitian Johanes et al. (2015) di kabupaten Salahutu Maluku Tengah
menunjukkan produksi purse seine dalam setahun berkisar antara 113,68 ton
sampai 243,63 ton dengan rata-rata 173,75 ton. Sebesar 98% dari produksi hasil
tangkapan purse seine dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi berupa ukuran
kapal, luas jaring, jumlah ABK dan jumlah BBM. Usaha perikanan purse seine
memberikan keuntungan berkisar antara Rp. 412,000,000.- sampai Rp.
902,234,000.- dengan rata-rata Rp. 736,914,222.-, imbangan penerimaan dan
biaya yang berkisar antara 1.9 sampai 5.4 dan rata-rata 3.3. Waktu yang
diperlukan oleh usaha perikanan purse seine untuk mengembalikan dana yang
telah diinvestasikan berkisar antara 0,5 sampai 1,1 tahun dengan rata-rata 0,6
tahun. Kemampuan dari modal dalam usaha Perikanan Purse seine untuk
menghasilkan keuntungan bersih berkisar antara 90,9% sampai 199.1% dengan
rata-rata 162.6%.
Usaha perikanan purse seine merupakan usaha yang layak dikembangkan
karena memiliki nilai NPV > 0, IRR > tingkat suku bunga dan Net B/C > 1.
Berdasarkan penelitian di atas maka dapat dikatakan purse seine memiliki tingkat
keramahan berdasarkan kriteria diterima secara sosial memperoleh skor 3 (Alat
tangkap memenuhi tiga dari empat butir pernyataan di atas)
Hasil Pembobotan
Pembobotan Indikator dilakukan berdasarkan referensi dan informasi yang
diperoleh kemudian dihubungkan pada sub kriterian untuk menentukan skor atau
bobot dari indikator keramahan alat tangkap, adapun hasil dari pembobotan
indikator keramahan alat dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 3. Nilai Indikatror
No Indikator Skor
1 Memiliki selektivitas yang tinggi 1
2 Tidak merusak habitat, tempat tinggal dan berkembang biak ikan atau organisme lainnya 1
3 Tidak membahayakan nelayan (penangkap ikan) 4
4 Menghasilkan ikan yang bermutu baik 3
5 Produk tidak membahayakan kesehatan konsumen 4
6 Hasil tangkapan yang terbuang minimum 2
7 harus memberikan dampak minimum terhadap keanekaan sumberdaya hayati (biodiversity 3
8 Tidak menangkap yang dilindungi undang-undang atau terancam punah 3
9 Diterima secara sosial 3
Total 24
15
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)
3.2 Saran
Saran yang mungkin tepat untuk meningaktkan tingkat keramahan Purse
seine adalah memperbesar ukuran mata jaring dengan tujuan untuk mengurangi
hasil tangkapan yang masih berada di bawah standart batas penagkapan dan
memberlakukan aturan Panjang dan dalam jarring untuk daerah penangkapan
utara jawa.
Daftar Pustaka
16
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)
17
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)
18