Anda di halaman 1dari 19

TUGAS I

MENGANALISA KERAMAHAN ALAT


TANGKAP PURSE SEINE

OLEH:
EDIZUL A. SADIR
FAJAR HERMAWAN
SAFINGI ALAMSAH

PROGRAM PASCASARJANA
PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
SEKOLAH TINGGI PERIKANAN
JAKARTA
2019
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Purse seine merupakan alat tangkap yang bersifat multi species, yaitu
menangkap lebih dari satu jenis ikan. Dalam banyak kasus sering ditemukan
ukuran mesh size alat tangkap purse seine yang sangat kecil, hal ini dapat
berpengaruh terhadap hasil tangkapan yang didapatkan. Hal yang mungkin saja
akan di pengaruhi adalah ukuran ikan dan komposisi jenis hasil tangkapan antara
jumlah hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan. Dalam
penelitiannya, Agustia (2014) menyebutkan bahwa hasil tangkapan purse seine di
Muara Angke sangat beranekaragam dengan jumlah hasil tangkapan utamanya 1 :
4 dengan hasil tangkapan sampingan. Keanekaragaman hasil tangkapan yang
tinggi dikhawatirkan dapat mengancam berkurangnya kelestarian jenis spesies
biota laut.
Purse seine disebut juga “pukat cincin” karena alat tangkap ini dilengkapi
dengan cincin untuk mana “tali cincin” atau “tali kerut” dilalukan didalamnya.
Fungsi cincin dan tali kerut/tali kolor ini penting terutama pada waktu
pengoperasian jaring. Sebab dengan adanya tali kerut tersebut jaring yang tadinya
tidak berkantong akan terbentuk pada tiap akhir penangkapan.
Prinsip menangkap ikan dengan Purse seine adalah dengan melingkari suatu
gerombolan ikan dengan jaring, setelah itu jaring bagian bawah dikerucutkan,
dengan demikian ikan-ikan terkumpul di bagian kantong. Dengan kata lain
dengan memperkecil ruang lingkup gerak ikan. Ikan-ikan tidak dapat melarikan
diri dan akhirnya tertangkap. Fungsi mata jaring dan jaring adalah sebagai dinding
penghadang, dan bukan sebagai pengerat ikan.
Di Jepang Purse seine dapat dapat dikelompokkan sebagai berikut :
 One Boat Horse Sardine Purse seine
 Two Boat Sardine Purse seine
 One Boat Horse Mackerel and Mackerel Purse seine
 Two Boat Horse Mackerel and Mackerel Purse seine
 One Boat Skipjack and Tuna Purse seine
 Two Boat skipjack and Tuna Purse seine
Purse seine merupakan Alat Penangkap Ikan yang banyak diminati oleh
kalangan nelayan di Indonesia. Jenis Purse seine yang banyak digunakan nelayan
indonesia adalah jenis mini Purse seine yang hanya memiliki panjang tali ris atas
berkisar antara 300-600 m. Namun bentuk API tersebut telah mengalami banyak
modifikasi dengan tujuan untuk mengefisienkan operasi penangkapan. adapun
masalah yang muncul adalah terdapat dugaan bahwa API tersebut memiliki
banyak masalah tentang selektifitas.
Potensi sumberdaya perikanan tangkap di Pantura Jawa terindikasi
mengalami tangkap lebih (over fishing). Kondisi ini salah satunya disebabkan
oleh tekanan penangkapan yang didominasi oleh perikanan tangkap skala
menengah jenis purse seine yang banyak beroperasi di perairan pantai utara. Salah
satu cara untuk mengatasi masalah tersebut dengan membuat regulasi yang ketat
tentang alat tangkap yang ramah lingkungan dan selektif. Tingkat keselektifan
sebuah alat tangkap akan berdampak pada terciptanya sumberdaya ikan yang
berkelanjutan.

1
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)

1.2 Tujuan
Tujuan dari tulisan ini adalah untuk menganalisis tingkat selektivitas alat
tangkap purse seine berdasarkan indikator yang telah ditentukan oleh FAO.

1.3 Metode Analisis


Metode analisis yang digunakan adalah metode pembobotan alat tangkap
ramah lingkungan yang dikeluarkan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan
tahun 2006. Pembobotan tersebut berdasarkan pada 9 kriteria alat tangkap ramah
lingkungan sesuai Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) tahun
1995. Food Agriculture Organization (FAO, sebuah lembaga di bawah naungan
Perserikatan Bangsa Bangsa yang menangani masalah pangan dan pertanian
dunia), pada tahun 1995 mengeluarkan suatu tata cara bagi kegiatan penangkapan
ikan yang bertanggung jawab (Code of Conduct for Resposible Fisheries- CCRF).
Dalam CCRF ini, FAO menetapkan serangkaian kriteria bagi teknologi
penangkapan ikan ramah lingkungan.
Setelah skor atau nilai sudah didapat, kemudian dibuat refrensi poin yang
dapat menjadi titik acuan dalam menentukan rangking. Disini skor atau nilai
maksimumnya adalah 36 point, sedangkan kategori alat tangkap ramah
lingkungan akan di bagi menjadi 4 kategori dengan rentang nilai sebagai berikut:
1–9 : Sangat tidak ramah lingkungan,
10 – 18 : Tidak ramah lingkungan,
19 – 27 : Ramah lingkungan,
28 – 36 : Sangat ramah lingkungan.
Sehingga untuk menentukan hasil akhirnya yaitu; jumlah total bobot nilai dibagi
total responden atau digunakan rumus ketatapan.
Pembobotan masing-masing kriteria alat penagkap Purse seine bertujuan
untuk mengetahui skor atau nilai secara keseluruhan yang digunakan sebagai
indikator penentuan tingkat keramahan suatu alat tangkap. Adapun nilai atau
bobot yang dihasilkan setiap kriteria berdasarkan referensi dan kumpulan
informasi yang diperoleh kemudian di hubungkan pada sub kriteria untuk
menentukan sekor indikator keramahan. Sub kriteria penilaian Indikator
keramahan dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 2. Indikator Penilaian dan Kriteria


No Indikator Penjelasan Skor
1 Memiliki selektivitas Alat tangkap yang digunakan hanya dapat menagkap ikan dengan panjang
yang tinggi 19,5 cm untuk spesies selar dan beberapa jenis ikan. maka penilaiany
terhadap indikator selektifitas ini terdiri dari:
1. Alat menangkap lebih dari tiga spesies dengan ukuran <19,5 cm 1
2. Alat menangkap tiga spesies dengan ukuran < 19,5 cm 2
3. Alat menangkap kurang dari tiga spesies dengan ukuran 19,5 cm 3
4. Alat menangkap satu spesies saja dengan ukuran lebih dari 19,5 cm 4
2 Tidak merusak Kriteria yang ditetapkan berdasar luas dan tingkat kerusakan yang
habitat, tempat tinggal ditimbulkan UPI, dengan pembobotan:
dan berkembang biak 1. Menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang luas 1
ikan atau organisme 2. Menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang sempit 2
lainnya 3. Menyebabkan kerusakan sebagian habitat pada wilayah yang sempit 3
4. Aman bagi habitat (tidak merusak habitat) 4
3 Tidak membahayakan Keselamatan manusia menjadi syarat penangkapan ikan, karena manusia
nelayan (penangkap merupakan bagian yang penting bagi keberlangsungan perikanan yang
ikan) produktif. Pembobotan resiko diterapkan berdasar tingkat bahaya dan
dampak yang
mungkin dialami oleh nelayan, yaitu:

2
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)

1. Alat tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat kematian pada 1


nelayan
2. Alat tangkap dan penggunaannya dapat berakibat cacat permanen pada 2
nelayan
3. Alat tangkap dan penggunaannya dapat berakibat gangguan kesehatan 3
yang sifatnya sementara
4. Alat tangkap aman bagi nelayan 4
4 Menghasilkan ikan Tingkat kualitas ikan ditentukan berdasarkan kondisi hasil tangkapan secara
yang bermutu baik morfologis (bentuknya), dengan pembobotan::
1. Ikan mati dan busuk 1
2. Ikan mati, segar dan cacat fisik 2
3. Ikan mati segar 3
4. Ikan hidup 4
5 Produk tidak Ikan yang ditangkap dengan bom, pupuk kimia atau racun sianida
membahayakan kemungkinan tercemar racun. Pembobotan kriteria ditetapkan berdasarkan
kesehatan konsumen tingkat bahaya yang mungkin dialami konsumen, yaitu:
1.Berpeluang besar menyebabkan kematian 1
2.Berpeluang menyebabkan gangguan kesehatan konsumen 2
3.Berpeluang sangat kecil bagi gangguan kesehatan konsumen 3
4.Aman bagi konsumen 4
6 Hasil tangkapan yang Alat tangkap yang tidak selektif mengakibatkan hasil tangkapan yang
terbuang minimum terbuang akan meningkat, karena banyak jenis non-target yang turut
tertangkap. Hasil tangkapan non-target, ada yang bisa dimanfaatkan dan ada
yang tidak.
Pembobotan kriteria ini ditetapkan berdasarkan pada hal berikut:
1. Hasil tangkapan sampingan (by-catch) terdiri dari beberapa jenis (spesies) 1
yang tidak laku dijual di pasar
2.by-catch terdiri dari beberapa jenis dan ada yang laku dijual di pasar 2
3.by-catch kurang dari tiga jenis dan laku dijual di pasar 3
4.by-catch kurang dari tiga jenis dan berharga tinggi di pasar 4
7 harus memberikan Pembobotan kriteria ini ditetapkan berdasar pada hal berikut:
dampak minimum 1. Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian semua makhluk 1
terhadap keanekaan hidup dan merusak habitat
sumberdaya hayati 2.Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian beberapa spesies dan 2
(biodiversity merusak habitat
3.Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian beberapa spesies 3
tetapi tidak merusak habitat
4.Aman bagi keanekaan sumberdaya hayati 4
8 Tidak menangkap Tingkat bahaya alat tangkap terhadap spesies yang dilindungi undang-
yang dilindungi undang ditetapkan berdasarkan kenyataan bahwa:
undang-undang atau 1. Ikan yang dilindungi undang-undang sering tertangkap alat 1
terancam punah 2. Ikan yang dilindungi undang-undang beberapa kali tertangkap alat 2
3. Ikan yang dilindungi pernah tertangkap 3
4. Ikan yang dilindungi tidak pernah tertangkap 4
9 Diterima secara sosial kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di suatu tempat. Suatu alat diterima
secara sosial oleh masyarakat bila: (1) biaya investasi murah, (2)
menguntungkan secara ekonomi, (3) tidak bertentangan dengan budaya
setempat, (4) tidak bertentangan dengan peraturan yang ada. Pembobotan
kriteria ditetapkan dengan menilai kenyataan di lapangan bahwa:
1. Alat tangkap memenuhi satu dari empat butir pernyataan di atas 1
2. Alat tangkap memenuhi dua dari empat butir pernyataan di atas 2
3. Alat tangkap memenuhi tiga dari empat butir pernyataan di atas 3
4. Alat tangkap memenuhi semua butir pernyataan diatas 4

3
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)

2. PEMBAHASAN
2.1 Perikanan Yang Bertangung Jawab
Code Of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) adalah salah satu
kesepakatan dalam konferensi Committee on Fisheries (COFI) ke-28 FAO di
Roma pada tanggal 31 Oktober 1995, yang tercantum dalam resolusi Nomor:
4/1995 yang secara resmi mengadopsi dokumen Code of Conduct for Responsible
Fisheries. Resolusi yang sama juga meminta pada FAO untuk berkolaborasi
dengan anggota dan organisasi yang relevan untuk menyusun technical guidelines
yang mendukung pelaksanaan dari CCRF. Tatalaksana ini menjadi asas dan
standar internasional mengenai pola perilaku bagi praktek yang bertanggung
jawab, dalam pengusahaan sumberdaya perikanan dengan maksud untuk
menjamin terlaksananya aspek konservasi, pengelolaan dan pengembangan efektif
sumberdaya hayati akuatik berkenaan dengan pelestarian ekosistem dan keaneka-
ragaman hayati.
Tatalaksana tersebut mengakui arti penting aspek gizi, ekonomi, sosial,
lingkungan dan budaya yang menyangkut kegiatan perikanan dan terkait dengan
semua pihak yang berkepertingan yang peduli terhadap sektor perikanan.
Tatalaksana turut memperhatikan karakteristik biologi sumberdaya perikanan
yang terkait dengan lingkungannya serta menjaga terwujudnya secara adil dan
berkelanjutan kepentingan para konsumen maupun pengguna hasil pengusahaan
perikanan lainnya (Dirjen Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran
DKP, 2003).
CCRF atau ketentuan perikanan yang bertaggungjawab dipergunakan
sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan perikanan secara bertanggung jawab.
Pedoman ini memberi kelengkapan bagi upaya nasional dan internasional untuk
menjamin pemanfaatan sumberdaya laut yang lestari dan berkelanjutan. Sasaran
dari CCRF ditujukan bagi para pengambil keputusan dalam otoritas pengelolaan
perikanan, termasuk perusahaan perikanan, organisasi nelayan, serta organisasi
non pemerintah yang peduli terhadap kelestarian sumberdaya laut dan perikanan.
Kegiatan penangkapan ikan yang ramah lingkungan sebagai acuan dalam
penggunaan teknologi dan alat penangkapan ikan ramah lingkungan. Kondisi
tersebut dapat dilihat dari segi metode pengoperasian, bahan dan kontruksi alat,
daerah penagkapan serta ketersedian sumberdaya ikan tetap menjaga kelestarian
lingkungan dan sumberdaya ikan. Harapannya adalah nelayan dan semua pihak
yang bergerak dibidang perikanan diseluruh perairan Indonesia dapat mematuhi
peraturan dalam mengoperasikan alat tangkap dengan tetap menjaga lingkungan
dan kelestarian sumber daya ikan (Dahuri, 1993).
Dahuri (2000) menambahkan bahwa pengelolaan sumberdaya ikan sangat
erat kaitannya dengan pengelolaan operasi penangkapan ikan dan sasaran
penangkapan ikan yang dilakukan. Kegiatan ini berusaha untuk menjaga
kelestarian sumberdaya ikan dari ancaman kepunahan, dan telah dilakukan sejak
lama oleh berbagai ahli penangkapan ikan di seluruh dunia.
Direktorat Produksi Ditjen Perikanan (2000) menetapkan faktor-faktor yang
harus diperhatikan oleh ahli penangkapan ikan dalam melaksanakan penangkapan
ikan yang ramah lingkungan. Kriteria tersebut adalah:
a) Kriteria penangkapan ikan ramah lingkungan; menentukan alat penangkapan
ikan yang dalam operasinya produktif dan hasil tangkapannya mempunyai
nilai ekonomis tinggi. Oleh karena itu para ahli penangkapan ikan perlu

4
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)

memperhatikan beberapa hal yang terkandung dalam point ini, antara lain
yaitu: alat penangkapan ikan harus selektif; tidak merusak sumberdaya dan
lingkungan; meminimalisir ikan buangan atau discard.
b) Fishing ground; penentuan daerah penangkapan ikan yang sesuai dengan
ukuran kapal dan jenis alat tangkap yang dioperasikan, perlunya pengaturan
operasi penangkapan ikan di lapangan, diharapkankan konflik antar kelompok
nelayan terhindari.
c) Pemamfaatan sumberdaya perikanan harus dikelola secara wajar; Hal ini
dimaksud agar kontrubusinya terhadap nutrisi ekonomi dan kesejahteraan
sosial penduduk dapat ditingkatkan.
d) Peraturan; Perlu diperhatikan adanya peraturan-peraturan yang mengatur
jalannya operasi penangkapan ikan yang menuju ramah lingkungan dan
bertanggungjawab
Monitja (2001) menyebutkan bahwa kriteria teknologi penangkapan ikan
memiliki beberapa aturan penting, yaitu: Selektifitas yang tinggi, tidak
membahayakan nelayan, tidak destruktif terhadap nelayan, produksinya
berkualitas, produknya tidak membahayakan konsumen, ikan buangan minimum,
tidak menangkap spesies yang dilindungi atau terancam punah, dampak minimum
terhadap keanekaragaman hayati dan dapat diterima secara social. Merujuk
kepada pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa operasi penangkapan ikan dapat
dikatakan berjalan lancar apabila suatu usaha perikanan memiliki beberapa
kriteria teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan.

2.2 Purse seine


Purse seine adalah Jaring dimana pada saat dioperasikan jaring tersebut
menyerupai kantong. Jaring ini juga biasa atau kadang-kadang disebut jaring
kantong karena pada bagian bawah jaring (tali ris bawah) yang dilengkapi dengan
tali kolor yang gunanya untuk menyatukan bagian bawah jaring sewaktu operasi
dengan cara menarik tali kolor.
Prinsip penangkapan purse seine dilakukan melingkari ikan yang
bergerombol (schooling) di permukaan laut. Adanya tujuan tangkap tersebut
maka jenis-jenis ikan yang tertangkap dengan alat penangkapan purse seine
adalah jenis-jenis ikan pelagis yang hidupnya bergerombol seperti, lemuru,
layang, sardinella maupun tuna.
Purse seine memiliki tipe-tipe baik dalam bentuk, jumlah kapal yang
dipakai sewaktu operasi dan ukuran kapal yang dipergunakan yang masing-
masing mempunyai ukuran dan bentuk tersendiri. Ukuran umum yang dimaksud
adalah ukuran-ukuran yang berhubungan dengan, perbandingan antara panjang
dan dalamnya jaring, dan nomor-nomor bahan yang dipergunakan. Berbagai
macam faktor yang berpengaruh terhadap ukuran atau perbandingan ukuran pada
purse seine seperti , ukuran kapal, panjang, tonage dan motor penggerak, jenis-
jenis ikan yang akan ditangkap dan waktu operasi dilakukan.

5
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)

Gambar 1. Purse seine


2.3 Konstruksi Purse seine
Purse seine atau pukat cincin merupakan alat tangkap ikan yang memiliki
bentuk segiempat hingga trapesium yang terbentuk dari beberapa lembaran
webbing yang terpasang diantara tali pelampung yang berada diatas dan tali
pemberat yang berada dibawah, lalu terdapat tali kerut dan beberapa cincin. Tali
kerut yang terdapat di bagian bawah yang dapat ditarik sehingga bagian bawah
jaring tertutup dan mengurung gerombolan ikan.
Bagian utama dari purse seine terdiri dari sayap, body, dan bunt. Bunt
adalah bagian jaring yang memiliki ukuran benang paling besar dan juga ukuran
mata jaring paling kecil, fungsinya untuk dapat menampung hasil tangkapan pada
saat brailing.
Menurut Sudirman dan Mallawa (2012), ada beberapa komponen penunjang
alat tangkap purse seine yaitu :
a. Tali ris Atas
Tali ris atas berfungsi untuk menggantungkan jaring bagian atas sehingga
jaring dapat terbentang dengan sempurna, selain itu juga sebagai penghubung
dengan tali pelampung. Ukuran tali sama dengan tali pelampung.
b. Tali Pelampung
Tali pelampung berfungsi sebagai tempat dipasangnya pelampung satu
dengan yang lainnya dan sebagai penhubung dengan jaring bagian atas
c. Srampatan (selvedge)
Srampatan diikatkan pada tali ris atas dan tali ris bawah yang berfungsi
sebagai pelindung pada bagian tepi jaring agar tidak mudah putus atau sobek
dan ukuran benang pada bagian srampatan lebih besar dibandingkan dengan
benang jaring utama.
d. Tali Ris Bawah
Tali ris bawah berfungsi untuk menggantungkan bagian jaring bawah
sehingga jaring dapat terbentang dengan sempurna dan sebagai penghubung
dengan tali pemberat.
e. Tali Pemberat
Tali pemberat berfungsi sebagai tempat dipasangnya pemberat satu dengan
yang lainnya dan sebagai penghubung dengan jaring bagian bawah.
f. Tali cincin

6
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)

Tali cincin berfungsi sebagai tempat dipasangnya cincin. Terdapat 3 macam


tali cincin yaitu, kaki tunggal, kaki ganda dan kaki dasi. Namun kebanyakan
nelayan menggunakan kaki tunggal karena lebih hemat.
g. Pelampung
Pelampung berfungsi sebagai alat untuk mengapungkan seluruh jaring dan
membantu membuat jaring tetap terbentang sempurna.

Gambar 2. Desain Purse seine

2.4 Hasil Tangkapan Purse seine


Penelitian yang dilakukan oleh Rambun et al. (2016) berhasil
mengidentifikasi ikan hasil tangkapan purse seine yang mana menunjukan bahwa
alat tangkap purse seine memperoleh 14 spesies. Hasil tangkapan dibagi kedalam
dua kategori, yaitu hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan. Total
hasil tangkapan sebanyak 75.945 ekor dengan bobot total 9.092 kg. Ikan bentong
adalah salah satu ikan pelagis kecil dengan nilai ekonomis yang tinggi. Hasil
tangkapan utama ikan bentong memiliki bobot 1.939 kg atau 21,3% dari bobot
seluruh hasil tangkapan.
Ikan bentong yang tertangkap rata-rata berukuran 21 cm dengan rata-rata
bobot tiap individu yaitu 200 gr. Hasil tangkapan sampingan terbesar pertama
adalah ikan tongkol Ikan tongkol yang tertangkap terdiri dari 2 species yang
berbeda yaitu Euthynnus affinis dan Auxis sp. dengan bobot 1.879 kg atau 20.7%
dari bobot seluruh hasil tangkapan. Ikan tongkol yang tertangkap memiliki ukuran
yang berbeda-beda. Beberapa kelompok ikan tongkol (Auxis sp.) yang tertangkap
berukuran ± 11 cm dengan bobot per individu ± 60 gr. Selain itu ada juga ikan
tongkol (Euthynnus affinis) yang tertangkap dengan kelompok ukuran > 27 cm
dengan bobot per individu >0.9 kg. Ikan tongkol merupakan salah satu ikan yang
memiliki nilai ekonomis yang tinggi namun berdasarkan peraturan yang telah ada
alat tangkap purse seine yang boleh beroperasi di Laut Jawa adalah purse seine
dengan target spesies ikan pelagis kecil. Ikan tongkol adalah salah satu ikan yang
termasuk kedalam ikan pelagis besar yang memiliki arti bahwa ikan tongkol
adalah ikan yang tidak boleh ditangkap oleh purse seine di Laut Jawa.

7
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)

Puri (2017) Pelabuhan Perikanan Pantai Bajomulyo adalah salah satu


Pelabuhan Perikanan yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Purse seine
merupakan alat tangkap dominan di TPI unit II PPP Bajomulyo. Jumlah ikan
layang (Decapterus spp) mencapai 86% dari seluruh hasil tangkapan purse seine.

2.5 Keramaahan API Purse seine


Tingkat keramah lingkungan Purse seine di analisis dari berbagai sumber
jurnal atau karya limiah yang dapat memberikan penilaian terhadap 9 kriteria yang
telah di tentukan, dari hasil analisis jurnal atau karya ilmiah yang berhubungan
dengan bagan motor yang ada maka selanjutnya dapat ditentukan jumlah skor
yang diperoleh suatu alat tangkap. penilaian terhadap 9 kriteria alat penangkap
ikan ramah lingkungan adalah sebagai berikut:

a. Memiliki Selektivitas Yang Tinggi


Alat tangkap tersebut dalam hal ini adalah Purse seine diupayakan hanya
dapat menangkap ikan/organisme lain yang menjadi sasaran penangkapan saja.
Ada dua macam selektivitas yang menjadi sub-kriteria, yaitu selektivitas ukuran
dan selektivitas jenis. Sub kriteria ini terdiri dari:
1. Alat menangkap lebih dari tiga spesies dengan ukuran yang berbeda jauh
2. Alat menangkap tiga spesies dengan ukuran yang berbeda jauh
3. Alat menangkap kurang dari tiga spesies dengan ukuran yang kurang lebih
Sama
4. Alat menangkap satu spesies saja dengan ukuran yang kurang lebih sama
Faizah et al. (2014) menyatakan bahwa hasil tangkapan purse seine terdiri
beberapa spesies salah satu di antaranya yaitu ikan bentong memiliki nilai
konstanta pertumbuhan relatif tinggi (sekitar 0,8) karena pertumbuhan ikan
pelagis kecil umumnya cepat. Nilai laju pertumbuhan (K) yang diperoleh untuk
ikan bentong adalah 0,76. Menurut Sparre & Venema (1999) ikan dengan
koefisien laju pertumbuhan (K) yang tinggi mempunyai kecepatan pertumbuhan
yang tinggi dan biasanya ikan-ikan tersebut memerlukan waktu yang singkat
untuk mencapai panjang maksimumnya. Sementara itu, ikan dengan laju
koefisiennya rendah, membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai panjang
maksimumnya, maka cenderung berumur panjang.
Ukuran pertama kali matang gonad ikan bentong adalah Lm = 19,5. Nilai ini
lebih besar dari pada ikan bentong yang tertangkap di laut Jawa yaitu Lm=18,7
(Atmaja et al., 1995). Sementara itu ukuran ikan pertama kali tertangkap yaitu Lc
=16,6 cm. Nilai Lc ini lebih kecil dari pada Lm, hal ini berarti bahwa ikan yang
tertangkap belum melewati ukuran pertama kali matang gonad.
Laju kematian alami (M) ikan bentong sebesar 1,28 pertahun, laju kematian
karena penangkapan (F) sebesar 1,3 per tahun. Nilai kedua laju kematian tersebut
seimbang, sehingga diperkirakan stock ikan yang dimanfaatkan di perairan
Kwandang ini sudah optimal. Gulland (1971) in Sparre& Venema (1999)
menyatakan bahwa dalam stok yang dieksploitasi optimal maka laju mortalitas
penangkapan (F) sama dengan laju mortalitas alami (M) atau laju eksploitasi (E)
sama dengan 0,5. Atmaja & Nugroho, (2004) menambahkan bahwa kematian ikan
akibat adanya penangkapan adalah berbanding lurus dengan upaya penangkapan
dan kemampuan tangkap yang artinya bahwa kenaikan kematian akibat
penangkapan akan diikuti dengan kenaikan upaya penangkapan. Nilai tingkat

8
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)

pemanfataan (E) ikan bentong pada saat penelitian sebesar 0,51 hal ini berarti
bahwa stok ikan yang dieksploitasi relatif optimal. Nilai tingkat pemanfaatan di
perairan ini lebih besar daripada yang ditemukan di perairan Maluku yaitu 0,27
(Syam, 2006).
Berdasarkan hasil analisis dari penelitian terdahulu terhadap hasil tangkapan
purse seine di pantai utara jawa maka dapat disimpulkan bahwa tingkat
selektivitas alat tangkap ini memiliki nilai skor 1 (alat menangkap lebih dari tiga
spesies dengan ukuran lebih dari satu)

b. Tidak Merusak Habitat


Tidak merusak tempat tinggal dan berkembang biak ikan atau organisme
lainnya. Kriteria yang ditetapkan berdasar luas dan tingkat kerusakan yang
ditimbulkan UPI, dengan pembobotan:
1. Menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang luas
2. Menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang sempit
3. Menyebabkan sebagian habitat pada wilayah yang sempit
4. Aman bagi habitat (tidak merusak habitat)
Operasi penangkapan dengan purse seine diperlukan beberapa tahapan yang
terdiri dari: persiapan (setting), pelingkaran jarring (purseinning), penarikan tali
kerut/kolor (towing), pengangkatan jarring (hauling), pengangkatan hasil
tangkapan (brelling) dan penanganan hasil tangkapan (handling) .
Persiapan penangkapan dilakukan sejak di pelabuhan sampai menjelang alat
tangkap diturunkan(setting). Persiapan di pelabuhan meliputi : pengisian bahan
bakar dan oli serta air tawar, memuat perbekalan untuk konsumsi awak kapal,
memuat perbekalan untuk perawatan kapal, dan pengurusan surat ijin belayar.
Untuk dapat berlayar kapal harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : laik
laut, laik tangkap dan laik simpan. Laik laut dikeluarkan oleh syahbandar,
sedangkan laik tangkap dan laik simpan dikeluarkan oleh Direktorur Kapal
Penangkapan Ikan dan Alat Penangkapan Ikan Direktorat Jenderal Perikanan
Tangkap Departemen Kelautan dan Perikanan. Sedangkan persiapan di laut
ditujukan untuk menyiapkan alat penangkapan ikan supaya siap dioperasikan.
Alat tangkap diturunkan (setting) setelah mengetahui keberadaan kawanan
ikan (schooling). Ikan pelagis biasanya bergerombol di bawah benda yang
mengapung di laut (contoh: batang kayu besar). Selain itu ikan pelagis dapat
ditarik untuk berkumpul disekitar rumpon. Rumpon adalah alat bantu
penangkapan yang dimasukan ke dalam laut, digunakan untuk memikat ikan-ikan
supaya berkumpul, sehingga mudah untuk ditangkap. Rumpon atau biasa disebut
”fish aggregating divice (FAD)”, telah banyak digunakan untuk memikat ikan
pelagis supaya bergerombol di dekat permukaan sehingga mudah dilingkari
jaring purse seine.
Berdasarkan penelitian Firdaus (2017) di Tawang Kendal, Alat tangkap
Purse seine Waring menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang luas
namun tergolong aman bagi nelayan, karena lingkar pada alat tangkap Purse
seine Waring 300 m dan dalamnya 30 – 60 m. Pengoperasian alat tangkap Purse
seine Waring melingkarkan jaring dan kemudian tali kolor ditarik dan dilakukan
hauling, sehingga ikan yang sudah terlingkar oleh alat tangkap akan ikut terambil
semua karena badan jaring berbahan waring.

9
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)

Berdasarkan penelitian Firdaus dapat disimpulkan bahwa pengoperasian


purse seine mengakibatkan dampak kerusakan habitat pada wilayah yang luas
karena Panjang jarring dan kedalaman jarring mencapai 300 m sementara
kedalaman laut di daerah fishingground tidak lebih dari 50 - 80 m. sehingga
tingkat keramahan pursesine berdasarkan kriteria tidak merusak habitat
mempunyai skor 1 (menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang luas)

c. Tidak Membahayakan Nelayan (Penangkap Ikan)


Keselamatan manusia menjadi syarat penangkapan ikan, karena manusia
merupakan bagian yang penting bagi keberlangsungan perikanan yang produktif.
Pembobotan resiko diterapkan berdasar tingkat bahaya dan dampak yang
mungkin dialami oleh nelayan, yaitu:
1. Alat tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat kematian pada
nelayan
2. Alat tangkap dan penggunaannya dapat berakibat cacat permanen pada
nelayan
3. Alat tangkap dan penggunaannya dapat berakibat gangguan kesehatan
yang sifatnya sementara
4. Alat tangkap aman bagi nelayan
Jasman (2015) Menyebutkan dalam penelitiannya bahwa nelayan purse
seine sudah memahami arti penting peralatan keselamatan kerja namun dari
kesiapan alat keselamatan kerja di atas kapal belum memenuhi persyaratan
pelayaran kapal. Ketersediaan dan kesiapan alat keselamatan kapal pada armada
penangkapan purse seine di TPI Pelabuhan sudah tersedia, namun keberadaanya
hanya sebagai pemenuhan persyaratan laik laut. Alat keselamatan kapal yang
digunakan pada kapal purse seine di TPI Pelabuhan Kota Tegal terdiri dari
peralatan. navigasi : kompas, GPS, dan radio; keselamatan perorangan : life
jacket, life bouy, ban dalam, derigen; peralatan kesehatan (P3K); perlengkapan
kerja : kacamata kerja, sarung tangan, sepatu kerja; peralatan kerja : derek,
capstan, perkakas, tali-tali dan alat bengkel.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
 Nelayan purse seine sudah memahami arti penting peralatan keselamatan
kerja namun dari kesiapan alat keselamatan kerja di atas kapal belum
memenuhi persyaratan pelayaran kapal.
 Ketersediaan dan kesiapan alat keselamatan kapal pada armada penangkapan
purse seine di TPI Pelabuhan sudah tersedia, namun keberadaanya hanya
sebagai pemenuhan persyaratan laik laut
 Alat keselamatan kapal yang digunakan pada kapal purse seine di TPI
Pelabuhan Kota Tegal terdiri dari peralatan. navigasi : kompas, GPS, dan
radio; keselamatan perorangan : life jacket, life bouy, ban dalam, derigen;
peralatan kesehatan (P3K); perlengkapan kerja : kacamata kerja, sarung
tangan, sepatu kerja; peralatan kerja : derek, capstan, perkakas, tali-tali dan
alat bengkel.
Berdasarkan penelitian Jasman (2015) maka penilaian keramahan purse
seine berdasarkan factor membahayakan nelayan memperoleh skor 4 (alat tangkap
aman bagi nelayan).

10
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)

d. Menghasilkan Ikan Yang Bermutu Baik


Tingkat kualitas ikan ditentukan berdasarkan kondisi hasil tangkapan secara
morfologis (bentuknya), dengan pembobotan: (1) Ikan mati dan busuk, (2) Ikan
mati, segar dan cacat fisik, (3) Ikan mati segar dan (4) Ikan hidup. Ikan yang
memiliki mutu yang baik akan memiliki nilai jual yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan pendapatan nelayan.
Mutu ikan yang baik dapat dilihat dari nilai pH daging Ikan. pada sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Metusalach et al. (2014) menunjukan hasil
pengukuran pH daging ikan pada 3 titik pengukuraan dimana pH daging, secara
konstan meskipun tidak proporsional, mengalami penurunan setidaknya sampai
ikan-ikan hasil tangkapan selesai dilelang. Menurut Quang (2005), pada saat ikan
mati adenosin-trifosfat (ATP), yang merupakan bahan organik kaya energi
didalam otot/daging, akan disintesa terutama dari glikogen dan sebagian kecil dari
keratin fosfat (pada ikan) dan dari arginin fosfat (dari sefalopoda) dalam kondisi
anaerob.
Menurut Firdaus (2015) Ikan yang dihasilkan pada alat tangkap Purse seine
Waring masih segar, karena pada saat hauling ikan hasil tangkapan langsung
dimasukkan di blong yang sudah diberi es. Hasil tangkapan langsung dibedakan
spesiesnya dan langsung dimasukkan ke blong yang sudah disiapkan. Ikan yang
dimasukkan di blong memungkinkan ikan akan mati tetapi dalam keadaan segar.
Hasil tangkapan Purse seine Waring yang dalam jumlah banyak mengakibatkan
ikan berhimpitan pada saat dilakukannya hauling. Ikan hasil tangkapan Purse
seine Waring tidak membahayakan konsumen. Menurut Metusalach (2014),
operasi penangkapan dapat menangkap berbagai jenis ikan dalam jumlah banyak
yang memungkinkan ikan bertumpuk/saling berhimpitan mengakibatkan memar
dan luka dan bahkan ikan menjadi rusak secara fisik.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dapat dikatakan bahwa alat tangkap
purse seine memiliki tingkat keramahan berdasarkan indicator hasil tangkapan
yang bermutu baik memperoleh skor 3 (ikan mati segar)

e. Produk Tidak Membahayakan Kesehatan Konsumen


Ikan yang ditangkap dengan bom, pupuk kimia atau racun sianida
kemungkinan tercemar racun. Pembobotan kriteria ditetapkan berdasarkan tingkat
bahaya yang mungkin dialami konsumen, yaitu:
1. Berpeluang besar menyebabkan kematian
2. Berpeluang menyebabkan gangguan kesehatan konsumen
3. Berpeluang sangat kecil bagi gangguan kesehatan konsumen
4. Aman bagi konsumen
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Puri (2017) menujukkan bahwa nilai
organoleptik sampel ikan layang pada kapal purse seine freezer sebesar 7.63 
7.45 dan 7.76  7.51 dan kapal purse seine es sebesar 7.04  6.87 dan
7.07  6.88. Pengujian formalin secara kualitatif terhadap keempat sampel ikan
layang menunjukkan hasil negatif yang berarti ikan tersebut tidak mengandung
formalin. Nilai Angka Lempeng Total (ALT) sampel ikan dari kapal purse seine
freezer 55 dan 113 GT yaitu sebesar 9,3 x 103 dan 7,6 x 103 col/gram, lebih
sedikit dibanding dengan es 49 dan 95 GT, yaitu 1,6 x 104 dan 1,1 x 104
col/gram, keempat sampel ikan layang tersebut masih dalam batas ambang SNI
ALT yaitu dibawah 5 x 105 col/gram. Dari analisa laboratorium tersebut

11
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)

menunjukkan bahwa penanganan dengan jenis pengawetan freezer dan kualitas


ikan layang lebih baik jika dibandingkan dengan jenis pengawetan es.
Pengoperasian Purse seine tidak melibatkan bahan-bahan atau unsur kimia
yang digunakan untuk menangkap ikan, sehingga dengan asumsi tersebut hasil
tangkapan yang dihasilkan bagan tergolong aman bagi konsumen dan tidak
menimbulkan atau menyebabkan ganguan pada kesehatan manusia. Berdasarkan
hasil penelitian maka tingkat keramahan purse seine berdasarkan kriteria tidak
membahayakan kesehatan konsumen mendapat skor 4 (aman bagi konsumen).

f. Hasil Tangkapan Yang Terbuang Minimum


Alat tangkap yang tidak selektif mengakibatkan hasil tangkapan yang
terbuang akan meningkat, karena banyak jenis non-target yang turut tertangkap.
Hasil tangkapan non-target, ada yang bisa dimanfaatkan dan ada yang tidak.
Pembobotan kriteria ini ditetapkan berdasarkan pada hal berikut:
1. Hasil tangkapan sampingan (by-catch) terdiri dari beberapa jenis (spesies)
yang tidak laku dijual di pasar
2. by-catch terdiri dari beberapa jenis dan ada yang laku dijual di pasar
3. by-catch kurang dari tiga jenis dan laku dijual di pasar
4. by-catch kurang dari tiga jenis dan berharga tinggi di pasar
Hasil identifikasi menunjukan bahwa purse seine banyak menangkap ikan
tangkapan sampingan (by-catch) terlihat dari bobot hasil tangkapan sampingan
berjumlah 7.153 kg (78,7%) dari total seluruh hasil tangkapan dan jumlah hasil
tangkapan sampingannya 64.292 ekor (84,7%). Banyaknya jenis dari hasil
tangkapan purse seine disebabkan beberapa hal sesuai dengan pernyataan
Sarmintohadi (2002) pertama, berhubungan dengan sifat perikanan di daerah
tropis yang bersifat multi species yaitu dihuni oleh beranekaragam jenis biota laut.
Kedua, ukuran mata jaring (mesh size) yang digunakan untuk operasi
penangkapan pada purse seine tergolong sangat kecil hal ini memungkinkan
menangkap ikan jenis lain dan ikan yang berukuran kecil. Ketiga, kesamaan
habitat antara ikan target dan non target menyebabkan beragamnya hasil
tangkapan.
Komposisi ukuran ikan yang ditangkap dapat menjadi indikator keselektifan
sebuah alat tangkap. Hasil tangkapan utama ialah ikan bentong (Selar
crumenophthalmus). Selama operasi penangkapan ikan bentong mendominasi di
setiap kali hauling. Ikan bentong (Selar crumenophthalmus) yang tertangkap
berukuran panjang cagak 14,5-26,4 cm.. Ikan bentong yang tertangkap rata-rata
sudah mau mencapai ukuran dewasa. Ikan bentong (Selar crumenophthalmus)
dapat memiliki ukuran maksimum 30 cm dan ukuran yang sering tertangkap
adalah ukuran 24 cm (Vaniz et al. 2015). Adanya ikan yang berukuran kecil
tertangkap dikarenakan ukuran mesh size yang sangat kecil yaitu itu berukuran
0,4-0,6 inch. Ukuran mesh size yang digunakan tidak sesuai dengan Permen KP
No. 42 Tahun 2014 Pasal 22 yang mewajibkan alat tangkap purse seine yang
beroperasi di Laut Jawa harus memiliki mesh size ≥1 inch.
Berdasarkan tinjauan di atas maka dapat kita simpulkan bahwa tingkat
keramahan purse seine berdasarkan kriteria hasil tangkapan yang terbuang
minimum mendapatkan skor 2 (by-catch terdiri dari beberapa jenis dan ada yang
laku dijual di pasar)

12
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)

g. Harus Memberikan Dampak Minimum Terhadap Keanekaan


Sumberdaya Hayati (Biodiversity)

Pembobotan kriteria ini ditetapkan berdasar pada hal berikut:


1. Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian semua makhluk
hidup dan merusak habitat
2. Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian beberapa spesies
dan merusak habitat
3. Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian beberapa spesies
tetapi tidak merusak habitat
4. Aman bagi keanekaan sumberdaya hayati

Menurut Winugroho (2006) dalam Roysidah et al. (2017), Purse seine atau
pukat cincin merupakan salah satu alat tangkap yang banyak digunakan di dunia.
Hal ini dikarenakan dalam satu kali pengangkatan hasil tangkapan mendapatkan
jumlah yang banyak. Namun disisi lain karena ukurannya yang besar alat tangkap
tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap keanekaragaman sumberdaya pada
daerah sapuannya. Di Indonesia jenis alat tangkap yang memiliki konstruksi
hampir sama antara lain : pukat langgar, pukat senangin, gae dan giob.
Pengoperasian alat tangkap ini tergantung besar kecilnya alat tangkap yang
digunakan bila berukuran kecil maka tenaga yang dibutuhkan cukup dengan 12 –
16 orang dengan perahu motor luar (out board motor), sedangkan untuk yang
berukuran besar dibutuhkan nelayan sebanyak 23 – 40 orang yang masing –
masing bertugas sebagai juru mudi, juru mesin dan pandega. Perahu yang
digunakan adalah perahu motor dengan kekuatan ±160 PK. Pengoperasian alat
tangkap dipengaruhi beberapa variabel penting, yaitu, kecepatan kapal, daya
tenggelam jaring, cepat menutup menjadi mangkuk.
Menurut Firdaus (2015) Alat tangkap Purse seine Waring operasinya
menyebabkan kematian beberapa spesies dan merusak habitat, karena alat tangkap
Purse seine Waring memiliki lingkar jaring 300 m dan tingginya 30 m, sehingga
alat tangkap Purse seine Waring menyentuh hingga dasar perairan dan karena
badan jaringnya waring tidak dapat meloloskan ikan-ikan kecil dan menyebabkan
ikan yang dilindungi pernah tertangkap. Menurut Setyasmoko (2015), pukat
cincin (purse seine) memiliki kedalaman yang melebihi dasar perairan dapat
mengancam kelestarian sumberdaya ikan yang tertangkap bukan hanya ikan
pelagis saja, tetapi juga ikan demersal.
Menurut Keputusan Mentri Kelautan dan Perikanan No.4/Kepmen-KP/2014
tentang biota laut dan pantai yang dilindungi oleh pemerintah, salah satu penyu
yang dilindungi diantaranya ialah penyu sisik (Eretmocefys turtle).
Berdasarkan tinjauan di atas maka dapat kita simpulkan bahwa tingkat
keramahan purse seine berdasarkan kriteria memberikan dampak minimum
terhadap keanekaan sumberdaya hayati mendapatkan skor 3 (Alat tangkap dan
operasinya menyebabkan kematian beberapa spesies tetapi tidak merusak habitat).

13
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)

h. Tidak Menagkap Biota Yang Dilindungi Undang-Undang atau


Terancam Punah
Tingkat bahaya alat tangkap terhadap spesies yang dilindungi undang-undang
ditetapkan berdasarkan kenyataan bahwa:
1. Ikan yang dilindungi undang-undang sering tertangkap alat
2. Ikan yang dilindungi undang-undang beberapa kali tertangkap alat
3. Ikan yang dilindungi pernah tertangkap
4. Ikan yang dilindungi tidak pernah tertangkap
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Puri (2017) tentang komposisi hasil
Purse seine pelagis kecil (PSPK) dan Purse seine pelagis besar (PSPB) di WPP
572 yang dilakukan di PPS Nizam Zachman Jakarta menggunakan metode survey
dengan pengambilan data logbook kapal Purse seine pelagis kecil (PSPK) dengan
panjang tali ris 550 m dan mesh size ≤ 1 inch sedangkan Purse seine pelagis besar
(PSPB) dengan panjang tali ris 1100 m dan mesh size ≤ 2 inch.
Menunjukkan bahwa hasil tangkapan utama (HTU) Purse seine pelagis
kecil (PSPK) terdiri dari tuna mata besar (Thunnus obesus) 13,96 %, madidihang
(Thunnus albacares) 19,63 %, albakor (Thunnus alalunga) 0,33 %, cakalang
(Katsuwonus pelamis) 45,18 %, layang (Decapterus macrosoma) 11,20 %,
tenggiri (Sromberomorus guttatus) 0.15 % dan lisong (Auxis rochei) 2,08 %. HTU
Purse seine pelagis besar (PSPB) terdiri dari tuna mata besar (Thunnus obesus)
14,04 %, madidihang (Thunnus albacares) 21,47 %, albakor (Thunnus alalunga)
0,09 %, cakalang (Katsuwonus pelamis) 46,43 %, layang (Decapterus
macrosoma) 8,60 %, tenggiri (Sromberomorus guttatus) 0,16 % dan lisong (Auxis
rochei) 1,79 %.
Pola musim penangkapan Purse seine pelagis kecil dan besar selama 2
tahun terjadi pada bulan Juni, Agustus dan September, bulan ini merupakan
musim timur dan musim peralihan dari komposisi hasi tangkapan tersebut
menunjukan bahwa tidak ditemukannya hasi tangkapan atau ikan yang dilindungi
undang-undang, namun hal tersebut tidak menjamin bahwa dalam
pengoperasiannya, Alat tangkap purse seine tidak menangkap atau tidak sengaja
menangkap hewan yang dilindungi seperti lumba-lumba dan Penyu. Berdasarkan
penelitian di atas maka dapat dikatakan purse seine memiliki tingkat keramahan
berdasarkan kriteria tidak menangkap biota/hewan yang dilindungi atau hamper
punah memperoleh skor 3 (Ikan yang dilindungi pernah tertangkap)

i. Diterima Secara Sosial


Suatu alat diterima secara sosial oleh masyarakat bila: (1) biaya investasi
murah, (2) menguntungkan secara ekonomi, (3) tidak bertentangan dengan
budaya setempat, (4) tidak bertentangan dengan peraturan yang ada. Pembobotan
kriteria ditetapkan dengan menilai kenyataan di lapangan bahwa:
1. Alat tangkap memenuhi satu dari empat butir pernyataan di atas
2. Alat tangkap memenuhi dua dari empat butir pernyataan di atas
3. Alat tangkap memenuhi tiga dari empat butir pernyataan di atas
4. Alat tangkap memenuhi semua butir pernyataan diatas
Wahyono (2003) menyebutkan bahwa Purse seine adalah alat tangkap yang
lebih padat modal dibandingkan dengan jenis alat tangkap lain yang ada di Prigi,
karena harga per unitnya dapat mencapai sekitar 200-300 juta. Satu unit armada
purse seine itu terdiri dari dua perahu, yaitu satu perahu dengan mesin dalam

14
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)

“Fuso” untuk mengangkut hasil tangkapan dan satu kapal motor yang digunakan
mengangkut para ABK dan menarik jaring purse seine (slerek). Kapal motor ini
menggunakan dua mesin Johnson, masing-masing 40 PK.
Besarnya nilai investasi untuk pengadaan purse seine, usaha perikanan ini
hanya dimiliki oleh mereka yang bermodal. Oleh sebab itu pemilikannya lebih
bersifat perorangan, atau jika ada kongsi juga masih dalam satu keluarga. Tidak
ada usaha perikanan purse seine yang dimiliki secara kolektif, kecuali yang
dimiliki oleh Yayasan Lembaga Pengembangan Kenelayanan. Yayasan itupun
sebenarnya milik perorangan, yaitu Romo Legano.
Hasil penelitian Johanes et al. (2015) di kabupaten Salahutu Maluku Tengah
menunjukkan produksi purse seine dalam setahun berkisar antara 113,68 ton
sampai 243,63 ton dengan rata-rata 173,75 ton. Sebesar 98% dari produksi hasil
tangkapan purse seine dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi berupa ukuran
kapal, luas jaring, jumlah ABK dan jumlah BBM. Usaha perikanan purse seine
memberikan keuntungan berkisar antara Rp. 412,000,000.- sampai Rp.
902,234,000.- dengan rata-rata Rp. 736,914,222.-, imbangan penerimaan dan
biaya yang berkisar antara 1.9 sampai 5.4 dan rata-rata 3.3. Waktu yang
diperlukan oleh usaha perikanan purse seine untuk mengembalikan dana yang
telah diinvestasikan berkisar antara 0,5 sampai 1,1 tahun dengan rata-rata 0,6
tahun. Kemampuan dari modal dalam usaha Perikanan Purse seine untuk
menghasilkan keuntungan bersih berkisar antara 90,9% sampai 199.1% dengan
rata-rata 162.6%.
Usaha perikanan purse seine merupakan usaha yang layak dikembangkan
karena memiliki nilai NPV > 0, IRR > tingkat suku bunga dan Net B/C > 1.
Berdasarkan penelitian di atas maka dapat dikatakan purse seine memiliki tingkat
keramahan berdasarkan kriteria diterima secara sosial memperoleh skor 3 (Alat
tangkap memenuhi tiga dari empat butir pernyataan di atas)

Hasil Pembobotan
Pembobotan Indikator dilakukan berdasarkan referensi dan informasi yang
diperoleh kemudian dihubungkan pada sub kriterian untuk menentukan skor atau
bobot dari indikator keramahan alat tangkap, adapun hasil dari pembobotan
indikator keramahan alat dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 3. Nilai Indikatror
No Indikator Skor
1 Memiliki selektivitas yang tinggi 1
2 Tidak merusak habitat, tempat tinggal dan berkembang biak ikan atau organisme lainnya 1
3 Tidak membahayakan nelayan (penangkap ikan) 4
4 Menghasilkan ikan yang bermutu baik 3
5 Produk tidak membahayakan kesehatan konsumen 4
6 Hasil tangkapan yang terbuang minimum 2
7 harus memberikan dampak minimum terhadap keanekaan sumberdaya hayati (biodiversity 3
8 Tidak menangkap yang dilindungi undang-undang atau terancam punah 3
9 Diterima secara sosial 3
Total 24

15
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)

3. KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan
Hasil pembobotan menunjukan purse seine memiliki total skor 24 dimana
jumlah skor tersebut menunjukan bahwa suatu alat tangkap tergolong ramah
lingkungan. Namun dalam hal ini purse seine memiliki skor paling rendah pada
indikator selektifitas dan merusak habitat, tempat tinggal dan berkembang biak
ikan atau organisme lainnya. Hal ini disebabkan karena Purse seine menagkap
ikan melebihi jumlah spesies yang di tentukan, ukuran hasil tangkapannya masih
berada di bawah standar atau batas layak tangkap seerta Panjang dan dalam
jarring cukup besar yang menyebabkan area sapuan besar dan merusak habitat
dan lingkungan terutama di daerah fishing ground di utara jawa. .

3.2 Saran
Saran yang mungkin tepat untuk meningaktkan tingkat keramahan Purse
seine adalah memperbesar ukuran mata jaring dengan tujuan untuk mengurangi
hasil tangkapan yang masih berada di bawah standart batas penagkapan dan
memberlakukan aturan Panjang dan dalam jarring untuk daerah penangkapan
utara jawa.

Daftar Pustaka

Atmaja & Nugroho, 2004.Karakteristik parameter populasi ikan siro (Amblygaster


sirm) dan model terapan Beverton danHolt di LautNatuna dan sekitarnya.
JPPI. 10 (4): ... http://ejournal-
balitbang.kkp.go.id/index.php/jppi/article/view/4366
Atmaja, S. B., B. Sadhotomo, & Suwarso. 1995.Reproduction of main small
pelagic species in Java Sea. Workshops Biology, Dynamic, and
Exploitationof Small Pelagic in Java Sea. Jakarta.
Augustia H. 2014. Keragaan Perikanan Purse seine Di PPI Muara Angke, Jakarta
Utara. Skripsi. Departemen Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan. IPB.
http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/70138/1/C14ahe.pdf
Azlhimsyah Rambun P., Sunarto, Isni Nurruhwati. 2015. Selektifitas Alat
Tangkap Purse seine di Pangkaalan Pendaratan Ikan Muara Angke Jakarta.
Jurnal Perikanan Kelautan. Vol 7 N0 2.
http://journal.unpad.ac.id/jpk/article/view/11366
Dahuri, R. 1993. Model Pembangunan Sumberdaya Perikanan Secara
Berkelanjutan. Prosiding Simposium Perikanan Indonesia I: 297-316.
Dahuri, R. 2000. Pembungan Kawasan Pesisir dan Lautanan : Tinjauan Aspek
Ekologis dan Ekonomi. Jurnal Ekonomi Lingkungan..
FAO. 1995. Code of Conduct for Responsible Fisheries. FAO Fisheries
Departement
Firdaus Ihtisyamul. 2015. Analisis Alat Penangkap Ikan Berbasis Code Of
Conduct For Responsible Fisheries (Ccrf) Di Tempat Pelelangan Ikan
(Tpi) Tawang, Kendal. Jurnal Perikanan Undip: Semarang
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/saintek/article/view/16831
Green-Petersen, D., Hyldig, G., Sveinsdóttir, K., Schelvis, R. and Martinsdóttir,
E., 2009. Consumer preference and description of salmon in four Northern
Atlantic countries and association with sensory characteristics. Journal of

16
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)

Aquatic Food Product Technology 18: 223-244.


https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/10498850902747837
Green-Petersen, D.M.B. and Hyldig, G., 2010. Variation in Sensory Profile of
Individual Rainbow Trout (Oncorhynchus mykiss) from the Same
Production Batch. Journal of Food Science, 75 (9): 499-505.
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/j.1750-3841.2010.01830.x
Gulland, J.A. 1971. The Fish Resources of the Oceans. Fishings News (Books)
Ltd. Surrey, England. 209 p.
Huss, H.H., 1995. Quality and quality changes in fresh fish. FAO fisheries
technical paper 348: 35-67. http://www.sidalc.net/cgi-
bin/wxis.exe/?IsisScript=libri.xis&method=post&formato=2&cantidad=1
&expresion=mfn=019063
Metusalach, Kasmiati, Fahrul, Dan Ilham Jaya., 2014. Pengaruh Cara
Penangkapan, Fasilitas Penangan Dan Cara Penanganan Ikan Terhadap
Kualitas Ikan Yang Dihasilkan. Jurnal IPTEKS PSP, Vol 1 (1).
http://journal.unhas.ac.id/index.php/iptekspsp/article/view/59
Monitja. D. 2001. Pemamfaatan Sumberdaya Pesisir Dalam Bidang Perikanan
Tangkap. Prosiding Pelatihan Pengelolaan Agrisep Vol (15) No. 2 , 2014
18 Wilayah Pesisir Terpadu. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut.
Institut Pertanian Bogor
Nielsen, D. Hyldig, G., Nielsen, J. and Nielsen, H.H., 2005. Sensory properties of
marinated herring (Clupea harengus) prosessed from raw material from
commercial landings. Journal of the Science of Food and Agriculture 85
(1): 127-134. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/jsfa.1962
Peavey, S., Work, T., and Riley, J., 1994. Consumer attitudes towards fresh and
Frozen fish. Journal of Aquatic Food Product Technology 3 (2): 71- 87
https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1300/J030v03n02_07
Quang, N.H., 2005. Guidelines for Handling and Preservation of Fresh Fish for
Further Processing in Vietnam. The United Nation University Fisheries
Training Programme, Iceland. 57 p.
http://innri.unuftp.is/proj05/Quang05PRF.pdf
Ria Faizah, Lilis Sadiyah, Dan Tuti Hariati., 2017. Parameter Populasi Dan
Biologi Reproduksi Ikan Bentong (Selar Crumenophthalmus) Di Perairan
Kwandang, Gorontalo Utara. BAWAL. Vol 6 (2). http://ejournal-
balitbang.kkp.go.id/index.php/bawal/article/view/380
Ifa Nur Rosyidah, Akhmad Farid, Wahyu Andy Nugraha.,2011. Efektivitas Alat
Tangkap Mini Purse seine Menggunakan Sumber Cahaya Berbeda
Terhadap Hasil Tangkap Ikan Kembung (Rastrelliger Sp.). Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan. Vol 3 (1).
http://dx.doi.org/10.20473/jipk.v3i1.11620
Sarmintohadi. 2002. Teknologi Penangkapan Ikan Karang Berwawasan
Lingkungan di Perairan Pesisir Pulau Duluh Laut Kepulauan Kei,
Kabupaten Maluku Tenggara. Tesis. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Program Pascasarjana. 76 hlm.
Sima, A M., Yunasfi., Zulham, A.H. 2015. Identifikasi Alat tangkap Ikan Ramah
Lingkungan di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai. Universitas
Sumatra Utara. Medan.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/58273

17
KERAMAHAN ALAT PENANGKAP IKAN (PURSE SEINE)

Sparre, P. & S. C. Venema. 1999. Introduksi Pengkajian Ikan Tropis. Buku 1:


Manual. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta. 438 p.
Sudirman dan Mallawa A. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Jakarta: Rineka
Cipta. 167 hlm.
Sudirman dan Mallawa A. 2012. Teknik Penangkapan Ikan. Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta. 211 hlm.
Sudirman dan Mallawa. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta, Jakarta.
Sveinsdottir, K., Martinsdottir, E., Hyldig, G., Jørgensen, B. and Kristbergsson,
K., 2002. Application of quality index method (QIM) scheme in shelf-life
study of farmed Atlantic salmon (Salmo salar). J. Food Sci. 67: 1570–
1579. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/j.1365-
2621.2002.tb10324.x
Sveinsdottir, K., Martinsdottir, E., Hyldig, G., Jørgensen, B. and Kristbergsson,
K., 2003. Quality index method (QIM) scheme developed for farmed
Atlantic salmon (Salmo salar). Food Qual. Prefer. 14: 237– 245.
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0950329302000812
Timotius Jasman., 2015. Aspek keselamatan Kerja Kapal Purse seine diTempat
Pelelangan Ikan Pelabuhan Kota Tegal. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Universitas Pancasakti Tegal. Vol 9 (01). http://e-
journal.upstegal.ac.id/index.php/Oseatek/article/view/359
Vaniz S, W.F., Williams, J.T., Brown, J., Curtis, M. & Pina Amargos, F. 2015.
Selar crumenophthalmus. The IUCN Red List of Threatened Species 2015.
FAO species identification sheets for fishery purposes. Western Indian
Ocean fishing area 51. Vol. 1., Food and Agriculture Organization of the
United Nations (FAO), Rome
Widya Rengganing Puri., 2017. Komposisi hasil Tangkapan Purse seine di
Daerah Penangkapan ikan WPP 572. Skripsi, Fakultas Peikanan Dan ilmu
Kelautan. IPB.
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/89144/1/C17wrp.pd
f

18

Anda mungkin juga menyukai