Bab I, Bab V, Daftar Pustaka PDF
Bab I, Bab V, Daftar Pustaka PDF
SKRIPSI
OLEH:
MUHAMMAD MUAD
08360019
PEMBIMBING
1. Budi Ruhiatudin, S
S.H., M.Hum.
2. Fathorrahman, S.Ag., M.Si
M.Si.
ii
MOTTO
آن را
رك
آن
ا
ه
Seandainya cahaya ilmu dicapai dengan angan-angan tidak akan tersisa
orang bodoh di tengah manusia.
"
!
ا ا#$ %' و$ %إ( و
Bersusah payahlah jangan malas dan jangan menjadi orang lalai, sesal
kemudian bagi orang-orang yang bermalas-malasan
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Allah SWT
Buat Habibati Qolby yang selalu menemani kesunyian dan mengisi hari-
hariku dengan penuh keindahan dan kebemaknaan hidup.
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-
ARAB-LATIN
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, tertanggal 10 September 1987 No:
A. Konsonan Tunggal
ب Bā' B Be
ت Tā' T Te
ج Jim J Je
د Dal D De
ر Rā' R Er
س Sīn S Es
viii
ظ Zā' Z{ zet titik di bawah
غ Gayn G Ge
ف Fā' F Ef
ق Qāf Q Qi
ك Kāf K Ka
ل Lām L El
م Mīm M Em
ن Nūn N En
و Waw W we
! Hā' H Ha
ي Yā Y Ye
ix
C. Tā' marbu>
marbu>tah
tah di akhir kata.
D. Vokal pendek
E. Vokal panjang:
x
2. fathah + alif maqşūr, ditulis ā (garis di atas)
F. Vokal rangkap:
G. Vokal-
Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan
apostrof.
xi
H. Kata sandang Alif + Lām
L m
I. Huruf besar
Huruf besar dalam tulisan Latin digunakan sesuai dengan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD)
J. Penulisan kata-
kata-kata dalam rangkaian kalimat dapat ditulis menurut
penulisannya
xii
KATA PENGANTAR
ا ا
ا
. - * ٲ. -. ٲ+, و! "! * وٲ و, !ا. ور+" ٲن * ا%ا وا
semesta alam, kreator sejati segala bentuk keindahan yang kemudian menitipkan
sempurna dan “khalifah Allah fi> al-Ard}”. Tidak lupa sosok garang dalam
kegelapan yang seringkali memotivator kami; Izroil, sang pencabut nyawa bagi
umat manusia seluruh alam dalam dimensi yang berbeda. Berkat “jasa”nya
sang dekonstruktor sejati, Muhammad ibn Abdillah, pendobrak rezim juhala>’ dan
pembawa pesan damai di balik tirai nilai-nilai Islam. Berkat beliau, penyusun
dapat menikmati desahan nafas lagu-lagu yang dendangkan kesejatian arti hidup
budaya.
Usia bumi sudah semakin tua, demikian juga manusia. Setelah sekian
pada akhir sekaligus awal dari proses pengabdian kepada bangsa dan agama.
xiii
Terlalu banyak rasa untuk diucapkan yang dapat menggambarkan luapan gundah-
gulana hati selama proses S1. Adakalanya kelam dalam pesimis, bangga
sekaligus optimis menatap cita dan cinta masa depan yang bahagia. Namun
demikian, bagi penyusun, selesainya skripsi ini bukanlah akhir karya, melainkan
hanya sebagian kecil tulisan yang jauh dari kualitas sempurna. Demikian halnya
melainkan sejauhmana tulisan itu dapat memberi makna dan memberi warna baru
bagi wajah peradaban dunia yang pada akhirnya karya tersebut akan tetap hidup,
Sebagai rasa hormat dan syukur, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
xiv
5. Bapak beserta Ibu tercinta, terima kasih atas semuanya, yang Bapak dan
Ibu berikan dengan tidak pernah mengenal arti kata lelah. Mom, I know I
can’t made it up to you, but I’ll give you more I have, everything mom,
everything.
6. Seluruh Familiku, terima kasih atas doa dan segalanya.
7. Teman-teman Alumni marhalah Glorious Naturalis terima kasih atas
pengertiannya ... (Cahya, Adlan, Ridho, Lilik, dll penyusun tidak dapat
disebut satu persatu, terima kasih partisipasinya.)
8. Teman-teman PMH 08 yang telah banyak mengisi hari-hari indah
penulis (Ahong yang ofset: senyumanmu adalah kenangan burukmu.
Sigot, Fahrudin, Canggih, Daus dkk ayo Rek ndang diselesaikan
skripsinya.
9. Temen-temen HMI yang telah banyak memberikan pelajaran
keorganisasian, motivasi, dan semangat. terimakasih semuanya.
10. Teman-teman PSKH yang telah memberikan pengalaman, pengajaran
dalam keilmuan hukum, terimakasih dan terimakasih.
11. Buat teman-teman senasib dan seatap kost Nusantara, kost bulek latifah,
kost pak de Kardjo, kost mbak Pur Terima kasih banyak atas perhatian
dan kelucuanya, sehingga membuat penyusun sedih jika harus berpisah
dengan kalian
12. Buat My Love. Emosi bukan bukti, perasaan bukan fakta, dan pandangan
subjektif bukanlah pandangan substantif. Tetaplah menjadi penghangat
dinginku, dalam balutan selimut do’a dan motivasimu. Love you more
than I know.
13. Segenap Kolega yang jauh dan dekat atau tengah, tua atau muda.
Terima kasih..
14. Semua rekan-rekan yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu, yang
terselesaikan
xv
Kepada semua pihak tersebut di atas, penyusun hanya dapat mendoakan,
semoga segala kebajikan diterima oleh Allah SWT, sebagai amal sholeh dan
penyusunan dan penulisan karya tulis ini masih banyak kekurangan. Untuk itu
kesempurnaan karya tulis ini. Akhirnya, semoga karya sederhana ini dapat
23 Shafar 1433 H
Yogyakarta,
17 Januari 2012 M
Penyusun,
MUHAMMAD MUAD
NIM. 08360019
xvi
DAFTAR ISI
xvii
BAB III : PERTANGGUNGJAWABAN
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA
PIDANA PELAKU TINDAK
PIDANA TERORISME
TERORISME DALAM UNDANG-
UNDANG-UNDANG
NO. 15 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERANTASAN
TINDAK PIDANA TERORISME…
TERORISME… ...................................
................................... 34
A. Pengertian dan Dasar Hukum Terorisme ......................... 34
B. Unsur-unsur Tindak Pidana Terorisme ........................... 37
C. Pertanggungjawaban Pidana dalam Perspektif Hukum
Positif Indonesia .............................................................. 50
D. Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana
Terorisme Menurut Undang-undang No. 15 Tahun 2003
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme ........... 54
BAB IV : ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA
PELAKU TINDAK PIDANA TERORISME ANTARA
HUKUM PIDANA ISLAM DAN UNDANG-
UNDANG-UNDANG
NO. 15 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERANTASAN
PEMBERANTASAN
TINDAK PIDANA TERORISME ......................................
...................................... 68
A. Dari Segi Kejahatan Terorisme ....................................... 69
B. Dari Segi Pertanggungjawaban Pidana ............................ 75
BAB V : PENUTUP ................................................................
.........................................................................
......................................... 83
A. Kesimpulan ..................................................................... 83
B. Saran – saran ................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ................................................................
..............................................................................
.............................................. 86
LAMPIRAN-
LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………
LAMPIRAN……………………………………………… i
DAFTAR TERJEMAHAN ................................................................
......................................................................
...................................... i
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 15 TAHUN 2003
TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI
UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN
TINDAK PIDANA TERORISME………………………………………… ii
xviii
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NO. 1
TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA
TERORISME……………………………………………………………….. vii
RIWAYAT HIDUP PENYUSUN
PENYUSUN .............................................................
............................................................. xxv
xix
BAB I
tengah sebuah negeri, telah membuat sengsara masyarakat dunia dari berbagai
macam latar belakang agama, aliran ataupun organisasinya. Negara Islam juga
tidak luput mendapat bagian teror, seperti, Iran, Sudan, Suria, Libya, dan
Afganistan.
buah pesawat pada gedung WTC (World Trade Centre) di Amerika Serikat
orang yang tidak berdosa telah menjadi korban tanpa mengetahui ujung
Serikat pada tanggal 11 September 2001, dan jauh sebelum terjadinya tragedi
bom bali pada tanggal 12 Oktober 2002. Data yang ada pada POLRI
menunjukkan bahwa pada periode tahun 1999 sampai dengan tahun 2002 bom
1
2
yang meledak tercatat 185 buah, dengan korban meninggal dunia 62 orang dan
Akibat dari kejadian ini, Islam selalu menjadi tempat tudingan dan
ideologi yang berasal dari Islam. Buktinya, terorisme juga muncul dari
negara di dunia telah terjadi kejahatan terorisme baik di negara maju maupun
berbagai hal:2
1
Susilo Bambang Yudhoyono, Selamatkan Negeri Kita dari Terorisme, cetakan
pertama Kementriaan Polkam, Oktober, 2002, hlm. 7.
2
Muladi, “Penanggulangan Terorisme Sebagai Tindak Pidana Khusus”, bahan
seminar pengamanan terorisme sebagai tindak pidana khusus, Jakarta, 28 Januari 2004.
3
serta memulihkan keutuhan dan integritas nasional dari ancaman yang datang
dari dalam maupun luar negeri.3 Tindak pidana terorisme yang selama ini
kehidupan yang aman, damai dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang
3
Keterangan Pemerintah tentang diterbitkannya Perpu Nomor 1 Tahun 2002 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dan Perpu Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Pemberlakuan Perpu No 1 Th 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Pada
Peristiwa Peledakan Bom di Bali tanggal 12 Oktober 2002.
4
musuh kemanusiaan, musuh rakyat Indonesia dan musuh dunia.4 Ada dua
1. Demokrasi dan kebebasan politik tidak lengkap jika tidak merasa aman.
aman di rumah sendiri dan lebih nyaman dalam kehidupan bernegara. Kita
maupun internasional.
4
Susilo Bambang Yudhoyono, Selamatkan Negeri Kita dari Terorisme, cetakan
pertama Kementriaan Polkam, Oktober, 2002, hlm. 4 dan 5.
5
Keterangan Pemerintah tentang diterbitkannya Perpu Nomor 1 Tahun 2002 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme yang disampaikan oleh Menteri Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia, Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, tahun 2002, hlm. 8.
5
undang (Perpu) yaitu Perpu No.1 Tahun 2002 (telah disahkan menjadi UU
No.15 Tahun 2003) untuk menangani tragedi bom Bali. Lahirnya kedua Perpu
pidana, jari>mah ini adalah larangan syar’i yang diancam oleh Allah SWT.
Dengan hukuman had dan ta’zi>r. Para fukaha sering memakai kata “jina>yah”
untuk “jari>mah”, jina>yah adalah perbuatan yang dilarang oleh syara’ baik
perbuatan itu mengenai (merugikan) jiwa maupun harta benda lainnya.7 Dalam
6
Fadli Andi Natsif, “Menjerat Teroris dengan UUPHAM”, Media Indonesia, 27
November 2002.
7
Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990),
hlm 1.
6
dan pelakunya akan diberikan hukuman yang setimpal dan sesuai dengan
Terorisme atau al- Irha>b adalah suatu kalimat yang memiliki banyak
undang.
8
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah), cet. 1, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2000), hlm. 95.
7
B. Pokok Masalah
1.Tujuan
para pelaku tindak pidana terorisme berdasarkan hukum pidana Islam dan
Terorisme.
2. Kegunaan
pidana Islam dan memberikan solusi alternatif bagi bangsa Indonesia dalam
D. Telaah Pustaka
tentang tema kejahatan terorisme dalam tinjauan hukum Pidana Islam dan
pidana Islam dan hukum Positif yang berkaitan dengan teori,prinsip, dan asas-
asas pidana, akan tetapi karya tulis yang yang membahas secara spesifik
perbuatan biadab dan rakyat yang tidak berdosa yang menjadi korban, serta
9
Sukawarsini Djelantik, Terorisme Tinjauan Psiko-Politis, Peran Media,
Kemiskinan, dan Keamanan Nasional, (Jakarta: Yayasan Pusak obor Indonesia, 2010).
10
A.M. Hendro Priyono, Terorisme Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam, (Jakarta:
PT Kompas Media, 2009).
9
skripsi saudara Abd Wahid al- Adzim, dengan judul, “Terorisme dalam
pidana jari>mah h{ira>bah yang terkait dengan kejahatan terorisme. Karya tulis
dalam bentuk skripsi lagi yang ditulis oleh saudari Lili Evelin dengan judul
skripsi lain yang ditulis oleh saudara Miski, dengan judul “Tindak Pidana
Terorisme Studi komparasi Hukum Pidana Islam dan Hukum Positf”.13 Skripsi
ini hanya membahas tentang unsur-unsur tindak pidana dan sanksinya, namun
11
Abd Wahid al- Adzim, “Terorisme dalam Perspektif Hukum Islam,” skripsi tidak
diterbitkan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2003).
12
Lili Evelin, “Tinjauan Hukum Pidana dan Kriminologi tentang Kebijakan
Kriminalisasi dalam Penanggulangan Terorisme di Indonesia,” skripsi tidak diterbitkan
Fakultas Hukum UII Yogyakarta (2003).
13
Miski, “Tindak Pidana Terorisme Studi komparasi Hukum Pidana Islam dan
Hukum Positif,” skripsi tidak diterbitkan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta (2005).
10
E. Kerangka Teoretik
dunia masih sangat bersifat umum dan sangat bersifat multi makna sehingga
makna dari terorisme telah mudah dijadikan dasar untuk melakukan tindak
negara. Oleh sebab itu, Sebelum melangkah lebih jauh membahas tentang
Istilah teror dan terorisme merupakan dua istilah yang berbeda, tetapi
sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yang bermakna terror dan terere yang
bercorak spontan dan tidak teroganisir rapi dan cenderung bersifat perorangan.
sebuah organisasi atau kelompok sebagai pelaku dari aktifitas teror tersebut.
Tidak semua bentuk teror dapat disebut sebagai terorisme. Menurut Richard
11
and Justice, terorisme adalah ancaman atau penggunaan atau kekerasan untuk
atasnya makna yang mempunyai bentuk (modus) beraneka ragam yang intinya
adalah gerakan intimidasi atau teror atau gerakan yang menebarkan rasa takut
kepada individu ataupun masyarat yang sudah dalam keadaan aman dan
tentram.16
politik atau tindak pidana yang bermotif politik atau tindak pidana yang
bertujuan politik.
secara eksplisit di dalam bab-bab fikih, akan tetapi bisa diidentikkan sama
dengan qa>ti} ’ at-t{ari>q yaitu pencuri, pembegal, atau perampok. Perampok atau
perspektif hukum Islam, tentu tidak lepas dari kaitan sumber utamanya, yaitu
nas (Al-Qur’a>n dan as-Sunnah) dengan masalah yang telah ada ketentuan
17
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam (fiqih jinayah), cet. 1, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2000), hlm. 61.
13
hukumnya dalam nas, karena ada persamaan illat (motif hukum) antara kedua
masalah itu.18 Oleh karena itu, kejahatan terorisme diqiyaskan dengan jari>mah
h{ira>bah dalam hukum Islam sebab kesamaan illat dan unsur-unsurnya yang
antara lain:
Oleh karena itu, jika terorisme dilihat dari konteks tindak pidana,
luka). Maka dari semua itu hukumnya sesuai dengan prinsip pada jari>mah
18
Masjfuk Zuhdi, Pengantar Hukum Syariah, (Bandung: Gema Risalah Press,
1996), hlm.75.
19
Ibid., hlm. 35.
14
mencegah bagi pelaku untuk tidak mengulangi perbuatan jahat dan mencegah
bagi orang lain untuk tidak melakukan hal yang serupa, serta memberikan
bukan karena takut kepada ancaman hukuman melainkan atas kesadaran diri.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Qur’an, pendapat para tokoh, dan juga sumber-sumber lainnya yang berkaitan
dengan persoalan.
2. Sifat penelitian
20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Cet. Ke- 2,
(Bandung: Alfabeta, 2006), hlm. 164.
15
3. Pendekatan
dalam hukum pidana Islam menurut ketentuan yang terdapat dalam al-
4. Analisis Data
data yang diperoleh dari hukum pidana Islam dan Undang-undang No.15
perbedaannya.
21
Sudarto, Metode Penelitian Filsafat, (Jakarta :Raja Grafindo Persada, 1996), hlm.
47-59.
16
G. Sistematika Pembahasan
penyusun membagi skripsi ke dalam lima bab, masing-masing terdiri dari sub-sub bab
permasalahan yang akan dikembangkan dalam penulisan skripsi, dalam bab ini
bagian dari jari>mah dalam hukum Islam. Hubungan bab ini dengan bab tiga
Hubungannya bab ini dengan bab empat adalah sebagai pedoman terhadap
Pidana Terorisme.
analisa kejahatan terorisme ditinjau dari segi hukum pidana Islam dan
yang diangkat, kemudian dilengkapi dengan beberapa saran. Tujuan dari bab
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
pelaku tindak pidana terorisme menurut hukum pidana Islam dan Undang-undang
jawaban dari rumusan masalah dan melalui sebuah analisis menggunakan metode
pelaku tindak pidana terorisme antara hukum pidana Islam dan Undang-undang No.
unsur pertanggungjawaban pidana dalam diri pelaku. Dalam hukum pidana Islam,
unsur tersebut sebagai Unsur moril atau ar-rukn al-adabi> (pelaku mukallaf). Artinya
pelaku teroris adalah orang yang dapat dimintai pertanggungjawaban dan dapat
disalahkan ataupun dapat disesalkan, artinya bukan orang gila, bukan anak-anak, dan
bukan karena dipaksa. Sedangkan dalam Undang-undang No. 15 Tahun 2003 tentang
straf zonder schuld, atau dikenal dengan istilah “tiada pidana tanpa kesalahan”.
Subjek hukum atau pelaku tindak pidana terorisme, baik dalam hukum pidana
seseorang yang melakukan tindak pidana terorisme secara tunggal atau sendirian, dan
84
pelaku tindak pidana terorisme dapat pula berbentuk “melibatkan orang lain”, yang
umumnya teroganisir secara rapi. Adapun subjek hukum pelaku tindak pidana
terorisme dalam hukum pidana Islam yaitu manusia, sedangkan dalam Undang-
undang No. 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme yaitu
Subjek hukum atau pelaku tindak pidana terorisme dalam hukum pidana Islam
dapat diklasifikasikan secara sederhana menjadi dua yaitu: orang yang turut berbuat
secara langsung dalam melaksanakan jari>mah disebut sya>rik mubasyir dan orang
yang tidak berbuat secara langsung dalam melaksanakan jari>mah disebut sya>rik
pemberantasan tindak pidana terorisme juga dapat diklafikasikan lagi secara khusus
menjadi tiga yaitu: yaitu (1) “pelaku tuggal” (dader), (2) Orang yang melakukan
(Pleger), Orang yang menyuruh orang lain (Doen pleger), Orang yang turut serta
melakukan (Made pleger) dan Orang yang membujuk melakukan (Uitlokker), (3)
pidana tidak berbuat secara langsung” dalam hukum pidana Islam disebut sya>rik
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, pelaku tindak pidana terorisme yang tidak
pidana penjara paling singkat tiga (3) tahun dan paling lama lima belas (15) tahun.
85
B. Saran
Mengambil manfaat dari penulisan skripsi ini, maka berbagai saran yang
penanganan kejahatan terorisme. Karena negara (aparat) tidak akan bisa bekerja
cuma diqiyaskan dengan jari>mah h{ira>bah saja akan tetapi, juga diqiyaskan dengan
jari>mah buga>t.
86
DAFTAR PUSTAKA
Al-qur’an/Tafsir Al-Qur’an
Al-Mahalli, Jalaluddin dan Jalaluddin as-Suyuti, Tafsir al-Jalalain, Beirut : Dar al-
kutub al-‘Ilmiyah, 2003.
Fiqh/Ushul fiqh/Hukum
Al-Madkhaly, Asy-syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi, Terorisme Tinjauan Islam,
Tegal: Maktabah Salafy Press, 2002.
Hakim, Rahmat, Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah). Bandung : CV Pustaka Setia,
2000.
Haliman, Hukum Pidana Islam Menurut ajaran Ahli Sunah wal-Jamaah, Jakarta:
Bulan Bintang, 1968.
Hanafi, Ahmad, Asas-asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1990.
Huda, Chairul, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada
Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan, Jakarta: Kencana, 2006.
I Doi, Abdurrahman, Tindak Pidana Dalam Syariat Islam, alih bahasa Wadi Masturi
Basi Iba Asghori. Jakarta : PT Rineka Cipta, 1992.
Indriyanto, Seno Adji, Terorisme,Tragedi Umat Manusia, Jakarta: O.C Kaligis &
Associates, 2003.
Kholiq, M. Abdul, “konstelasi hukum pasca bom Bali (beberapa catatan mengenai
peraturan mengenai terorisme dalam Perpu dan perkembangan konseptualisasi
dalam draft RUU terbaru)”. Makalah pada dialog Ramadlon, “ konstelasi
Politik dan hokum pasca Bom Bali”, Dewan Pimpinan Daerah Partai Bulan
Bntang, Yogyakarta, 15 November 2002, hlm. 8.
Muladi, Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Reformasi Hukum Indonesia, Jakarta
Habibie Center, 2002.
Muslich, Ahmad Wardi, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar
Grafika, 2004.
Noerwahidah, Pidana Mati dalam Hukum Pidana Islam, Surabaya : Al-Ikhlas, 1994.
Rusyd, Ibnu, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, Beirut: Dar at-Fikr, 1968.
Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah, alih bahasa Moh. Nabhan Husein, Cet 9, Bandung:
Alma’arif, 1997.
Wahid, Abdul dkk, Kejahatan Terorisme Perspektif Agama, HAM, dan Hukum,
Bandung : PT Refika Aditama, 2004.
Zuhdi, Masjfuk, Pengantar Hukum Syariah, Bandung: Gema Risalah Press, 1996.
Lain-lain:
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Cet. Ke- 2, (Bandung:
Alfabeta, 2006), hlm. 164
NO FN HLM TERJEMAH
BAB II
1 4 20 Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang
memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di
muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau
dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik,
atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang
demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka
didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.
i
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 15 TAHUN 2003
TENTANG
PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-
UNDANG
NOMOR 1 TAHUN 2002
TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME,
MENJADI UNDANG-UNDANG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Menimbang:
ii
Mengingat:
Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 22 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
MENETAPKAN:
Pasal 1
Pasal 2
iii
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
BAMBANG KESOWO
SEKRETARIAT KABINET RI
Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan II,
ttd.
Edy Sudibyo
iv
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 15 TAHUN 2003
TENTANG
PENETAPAN
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG
NOMOR 1 TAHUN 2002
TENTANG
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME, MENJADI
UNDANG-UNDANG
I. UMUM
v
Untuk menciptakan suasana tertib dan aman, maka dengan mengacu pada
konvensi internasional dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan terorisme, serta untuk memberi landasan hukum yang kuat dan
kepastian hukum dalam mengatasi masalah yang mendesak dalam
pemberantasan tindak pidana terorisme, Presiden Republik Indonesia telah
menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1
Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
vi
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2002
TENTANG
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
Mengingat :
vii
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
viii
9. Harta kekayaan adalah semua benda bergerak atau benda tidak bergerak
baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.
10. Objek vital yang strategis adalah tempat, lokasi, atau bangunan yang
mempunyai nilai ekonomis, politis, sosial, budaya, dan pertahanan serta
keamanan yang sangat tinggi, termasuk fasilitas internasional.
11. Fasilitas publik adalah tempat yang dipergunakan untuk kepentingan
masyarakat secara umum.
12. Bahan peledak adalah semua bahan yang dapat meledak, semua jenis
mesiu, bom, bom pembakar, ranjau, granat tangan, atau semua bahan
peledak dari bahan kimia atau bahan lain yang dipergunakan untuk
menimbulkan ledakan.
Pasal 2
Pemberantasan tindak pidana terorisme dalam Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang ini merupakan kebijakan dan langkah-langkah strategis
untuk memperkuat ketertiban masyarakat, dan keselamatan masyarakat dengan
tetap menjunjung tinggi hukum dan hak asasi manusia, tidak bersifat
diskriminatif, baik berdasarkan suku, agama, ras, maupun antargolongan.
BAB II
LINGKUP BERLAKUNYA PERATURAN PEMERINTAH
PENGGANTI UNDANG-UNDANG
Pasal 3
ix
f. kejahatan dilakukan terhadap pesawat udara yang dioperasikan
oleh pemerintah negara yang bersangkutan; atau
g. kejahatan dilakukan di atas kapal yang berbendera Negara tersebut
atau pesawat udara yang terdaftar berdasarkan undang-undang
negara yang bersangkutan pada saat kejahatan itu dilakukan.
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
x
dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun.
Pasal 7
Pasal 8
xi
i. dalam pesawat udara dengan perbuatan yang melawan hukum, merampas
atau mempertahankan perampasan atau menguasai pesawat udara dalam
penerbangan;
j. dalam pesawat udara dengan kekerasan atau ancaman kekerasan atau
ancaman dalam bentuk lainnya, merampas atau mempertahankan
perampasan atau menguasai pengendalian pesawat udara dalam
penerbangan;
k. melakukan bersama-sama sebagai kelanjutan permufakatan jahat,
dilakukan dengan direncanakan terlebih dahulu, mengakibatkan luka berat
seseorang, mengakibatkan kerusakan pada pesawat udara sehingga dapat
membahayakan penerbangannya, dilakukan dengan maksud untuk
merampas kemerdekaan atau meneruskan merampas kemerdekaan
seseorang;
l. dengan sengaja dan melawan hukum melakukan perbuatan kekerasan
terhadap seseorang di dalam pesawat udara dalam penerbangan, jika
perbuatan itu dapat membahayakan keselamatan pesawat udara tersebut;
m. dengan sengaja dan melawan hukum merusak pesawat udara dalam dinas
atau menyebabkan kerusakan atas pesawat udara tersebut yang
menyebabkan tidak dapat terbang atau membahayakan keamanan
penerbangan;
n. dengan sengaja dan melawan hukum menempatkan atau menyebabkan
ditempatkannya di dalam pesawat udara dalam dinas, dengan cara apapun,
alat atau bahan yang dapat menghancurkan pesawat udara yang
membuatnya tidak dapat terbang atau menyebabkan kerusakan pesawat
udara tersebut yang dapat membahayakan keamanan dalam penerbangan;
o. melakukan secara bersama-sama 2 (dua) orang atau lebih, sebagai
kelanjutan dari permufakatan jahat, melakukan dengan direncanakan lebih
dahulu, dan mengakibatkan luka berat bagi seseorang dari perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam huruf l, huruf m, dan huruf n;
p. memberikan keterangan yang diketahuinya adalah palsu dan karena
perbuatan itu membahayakan keamanan pesawat udara dalam
penerbangan;
q. di dalam pesawat udara melakukan perbuatan yang dapat membahayakan
keamanan dalam pesawat udara dalam penerbangan;
r. di dalam pesawat udara melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat
mengganggu ketertiban dan tata tertib di dalam pesawat udara dalam
penerbangan.
Pasal 9
xii
dengan maksud untuk melakukan tindak pidana terorisme, dipidana dengan
pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 3 (tiga)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun.
Pasal 10
Dipidana dengan pidana yang sama dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6, setiap orang yang dengan sengaja menggunakan senjata kimia, senjata
biologis, radiologi, mikroorganisme, radioaktif atau komponennya, sehingga
menimbulkan suasana teror, atau rasa takut terhadap orang secara meluas,
menimbulkan korban yang bersifat massal, membahayakan terhadap kesehatan,
terjadi kekacauan terhadap kehidupan, keamanan, dan hak-hak orang, atau terjadi
kerusakan, kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis, lingkungan
hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional.
Pasal 11
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling
lama 15 (lima belas) tahun, setiap orang yang dengan sengaja menyediakan atau
mengumpulkan dana dengan tujuan akan digunakan atau patut diketahuinya akan
digunakan sebagian atau seluruhnya untuk melakukan tindak pidana terorisme
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 10.
Pasal 12
xiii
1) menggunakan bahan nuklir, senjata kimia, senjata biologis, radiologi,
mikroorganisme, radioaktif, atau komponennya untuk menimbulkan
kematian atau luka berat atau kerusakan harta benda; atau
2) melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam huruf b
dengan tujuan untuk memaksa orang lain, organisasi internasional,
atau negara lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
f. mencoba melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, atau huruf c; dan
g. ikut serta dalam melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
huruf a sampai dengan huruf f.
Pasal 13
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15
(lima belas) tahun.
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
Setiap orang di luar wilayah negara Republik Indonesia yang memberikan
bantuan, kemudahan, sarana, atau keterangan untuk terjadinya tindak pidana
terorisme, dipidana dengan pidana yang sama sebagai pelaku tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal
11, dan Pasal 12.
xiv
Pasal 17
(1) Dalam hal tindak pidana terorisme dilakukan oleh atau atas nama suatu
korporasi,maka tuntutan dan penjatuhan pidana dilakukan terhadap
korporasi dan/atau pengurusnya.
(2) Tindak pidana terorisme dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana
tersebut dilakukan oleh orang-orang baik berdasarkan hubungan kerja
maupun hubungan lain, bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut
baik sendiri maupun bersama-sama.
(3) Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap suatu korporasi, maka
korporasi tersebut diwakili oleh pengurus.
Pasal 18
(1) Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi, maka panggilan
untuk menghadap dan penyerahan surat panggilan tersebut disampaikan
kepada pengurus di tempat tinggal pengurus atau di tempat pengurus
berkantor.
(2) Pidana pokok yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi hanya dipidana
dengan pidana denda paling banyak Rp 1.000.000.000.000,- (satu triliun
rupiah).
(3) Korporasi yang terlibat tindak pidana terorisme dapat dibekukan atau
dicabut izinnya dan dinyatakan sebagai korporasi yang terlarang.
Pasal 19
BAB IV
TINDAK PIDANA LAIN YANG BERKAITAN DENGAN
TINDAK PIDANA TERORISME
Pasal 20
xv
Pasal 21
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 24
BAB V
PENYIDIKAN, PENUNTUTAN, DAN PEMERIKSAAN
DI SIDANG PENGADILAN
Pasal 25
xvi
Pasal 26
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
xvii
a. nama dan jabatan penyidik, penuntut umum, atau hakim;
b. identitas setiap orang yang telah dilaporkan oleh bank dan lembaga
jasa keuangan kepada penyidik, tersangka, atau terdakwa;
c. alasan pemblokiran;
d. tindak pidana yang disangkakan atau didakwakan; dan
e. tempat harta kekayaan berada.
(3) Bank dan lembaga jasa keuangan setelah menerima perintah penyidik,
penuntut umum, atau hakim sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) wajib
melaksanakan pemblokiran sesaat setelah surat perintah pemblokiran
diterima.
(4) Bank dan lembaga jasa keuangan wajib menyerahkan berita acara
pelaksanaan pemblokiran kepada penyidik, penuntut umum, atau hakim
paling lambat 1 (satu) hari kerja terhitung sejak tanggal pelaksanaan
pemblokiran.
(5) Harta kekayaan yang diblokir harus tetap berada pada bank dan lembaga
jasa keuangan yang bersangkutan.
(6) Bank dan lembaga jasa keuangan yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4) dikenai sanksi administratif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 30
xviii
Pasal 31
Pasal 32
Pasal 33
Pasal 34
xix
Pasal 35
(1) Dalam hal terdakwa telah dipanggil secara sah dan patut tidak hadir di
sidang pengadilan tanpa alasan yang sah, maka perkara dapat diperiksa
dan diputus tanpa hadirnya terdakwa.
(2) Dalam hal terdakwa hadir pada sidang berikutnya sebelum putusan
dijatuhkan, maka terdakwa wajib diperiksa, dan segala keterangan saksi
dan surat-surat yang dibacakan dalam siding sebelumnya dianggap sebagai
diucapkan dalam sidang yang sekarang.
(3) Putusan yang dijatuhkan tanpa kehadiran terdakwa diumumkan oleh
penuntut umum pada papan pengumuman pengadilan, kantor Pemerintah
Daerah, atau diberitahukan kepada kuasanya.
(4) Terdakwa atau kuasanya dapat mengajukan kasasi atas putusan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(5) Dalam hal terdakwa meninggal dunia sebelum putusan dijatuhkan dan
terdapat bukti yang cukup kuat bahwa yang bersangkutan telah melakukan
tindak pidana terorisme, maka hakim atas tuntutan penuntut umum
menetapkan perampasan harta kekayaan yang telah disita.
(6) Penetapan perampasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) tidak dapat
dimohonkan upaya hukum.
(7) Setiap orang yang berkepentingan dapat mengajukan keberatan kepada
pengadilan yang telah menjatuhkan penetapan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (5), dalam waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal
pengumuman sebagaimana dimaksud dalam ayat (3).
BAB VI
KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN REHABILITASI
Pasal 36
(1) Setiap korban atau ahli warisnya akibat tindak pidana terorisme berhak
mendapatkan kompensasi atau restitusi.
(2) Kompensasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pembiayaannya
dibebankan kepada negara yang dilaksanakan oleh Pemerintah.
(3) Restitusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), merupakan ganti kerugian
yang diberikan oleh pelaku kepada korban atau ahli warisnya.
(4) Kompensasi dan/atau restitusi tersebut diberikan dan sekaligus dalam amar
putusan pengadilan.
Pasal 37
xx
(2) Rehabilitasi tersebut diberikan dan dicantumkan sekaligus dalam putusan
pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
Pasal 38
Pasal 39
Pasal 41
xxi
Pasal 42
BAB VII
KERJA SAMA INTERNASIONAL
Pasal 43
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 44
Ketentuan mengenai :
a. kewenangan atasan yang berhak menghukum yakni :
xxii
7) menentukan perkara untuk diselesaikan menurut hukum disiplin
prajurit; dan
8) menutup perkara demi kepentingan hukum atau demi kepentingan
umum/militer; dinyatakan tidak berlaku dalam pemeriksaan tindak
pidana terorisme menurut Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang ini.
Pasal 45
Pasal 46
Pasal 47
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 18 Oktober 2002
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 18 Oktober 2002
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BAMBANG KESOWO
xxiii
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2002 NOMOR 106
xxiv
Riwayat Hidup Penyusun
Penyusun
Motto Hidup : Bondo bahu piker lek perlu sak nyawane pisan
E-mail/fb : Muadz.m7@gmail.com
xxv