Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I

“PERSEDIAAN : MASALAH PENILAIAN TAMBAHAN”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Menengah I
Dosen Pengampu : Ardyan Firdausi Mustoffa, Se, M.Si

Disusun Oleh :

JURUSAN AKUNTANSI S1
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penyusun haturkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala


yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah Akuntansi Keuangan Menengah I
dengan judul Persediaan : Masalah Penilaian Tambahan.
Makalah ini dapat diselesaikan berkat bantuan beberapa pihak, di antaranya
Bu Ardyan Firdausi Mustoffa, SE, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah
Akuntansi Keuangan Menengah I serta teman-teman yang telah membantu, yang
tidak dapat penyusun sebutkan satu per satu.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi perbaikan pembuatan makalah di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat
memberi manfaat bagi para pembaca. Amin.

Ponorogo, 05 Desember 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------------------------i

DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------3

BAB I PENDAHULUAN

 Latar belakang ----------------------------------------------------------------------------4


 Rumusan masalah ------------------------------------------------------------------------5
 Tujuan Penyusunan ----------------------------------------------------------------------6

BAB II PEMBAHASAN

 Masalah Penilaian Terhadap Persediaan ------------------------------------------7


 Dasar Penilaian -----------------------------------------------------------------------12
 Metode - Metode Dalam Penilaian Persediaan ----------------------------------13
 Penyajiannya -------------------------------------------------------------------------13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan -----------------------------------------------------------------------18

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kita ketahui bahwa persediaan merupakan hal yang sangat penting bagi
perusahaan, dan sistem pencatatan serta pengelolaannya membutuhkan banyak
cara, banyak sistem, banyak waktu dan harus efektif karena persediaan merupakan
salah satu pilar utama atas kesuksesan suatu usaha atau perusahaan.

Pengelolaan persediaan membutuhkan adanya catatan atas barang yang


masuk, barang yang diproses dan juga barang yang dikeluarkan. Selain itu,
persediaan juga membutuhkan penilaian, agar persediaan dapat diukur dan dapat
di manajemen dengan baik agar tercapainya tujuan perusahaan yang maksimal
seperti yang diharapkan.

Salah satu tujuan dari akuntansi persediaan, termasuk penilaian persediaan


adalah untuk menetapkan penghasilan yang wajar dengan membebankan biaya
yang bersangkutan terhadap penghasilan perusahaan. Dalam proses penjualan dan
pembelian dapat dilihat bahwa persediaan merupakan nilai yang tersisa setelah
jumlah biaya telah dibebankan terhadap penjualan atau sebagai jumlah biaya yang
tersisa untuk dibebankan terhadap penjualan di masa yang akan datang.

Oleh karenanya kami tertarik untuk memperdalam tentang akuntansi


persediaan dan kami salurkan melalui makalah ini, kami akan menjelaskan
tentang peranan persediaan dalam pandangan penilaian tambahaannya.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa saja masalah-masalah penilaian terhadap persediaan?
2. Apa yang menjadi dasar penilaian tersebut?
3. Apa metode-metode yang dipakai untuk mengatasi masalah penilaian
persediaan tersebut?
C. Tujuan Penyusunan
1. Menjelaskan masalah-masalah penilaian terhadap persediaan
2. Menjelaskan penyebab-penyebab dasar penilaian sehingga tidak efektif
3. Menjelaskan dasar-dasar penilaian persediaan
4. Menjelaskan metode-metode yang dipakai.
D. Manfaar Penyusunan

Adapun manfaat penyusunan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengerti
dan memahami hal-hal yang berhubungan dengan penilaian persediaan khususnya
dalam segi masalah penilaian tambahannya.
BAB II

PEMBAHASAN

PERSEDIAAN : MASALAH PENILAIAN TAMBAHAN

Tantangan yang terus dihadapi toko-toko swalayan adalah memiliki


persediaan yang cukup ditangan guna memenuhi permintaan pelanggan, tetapi
pada saat yang sama tidak terlalu banyak menumpuk persediaan. Jika permintaan
lebih kecil dari perkiraan, maka toko swalayan mungkin terpaksa akan
menurunkan harga yang mengakibatkan hilangnya pendapatan penjualan.

Berdasarkan pendapat seorang analis yaitu “ ketika persediaan tumbuh lebih


cepat daripada penjualan, maka laba akan jatuh.”1 Artinya, apabila peritel
mengalami pertumbuhan penjualan yang lambat dan pertumbuhan persediaan
yang cepat, maka penurunan harga jual biasanya tidak lama lagi akan dilakukan.
Penurunan harga ini selanjutnya akan menyebabkan pendapatan penjualan dan
laba menjadi lebih rendah.

A. Nilai Terendah Antara Biaya Dan Harga Pasar


Persediaan dicatat pada biaya awalnya.Akan tetapi, penyimpangan yang besar
terhadap prisip biaya historis bisa dilakukan juka nilai persediaan menurun di
bawah biaya awalnya.Apa pun alasan penutunan ini, perubahan tingkat harga,
kerusakan, dan lain-lain, persediaan harus diturutkan nilainya untuk melaporkan
kerugian ini. Aturan umumnya dalah bahwa prinsip biaya historis tidak dapat
diterapkan apabila manfaat (kemampuan menghasilkan pendapatan) masa depan
dari aktiva itu tidak lagi sebesar biaya awalnya. Oleh karena itu, perusahaan
melaporkan persediaan pada nilai terendah antara biaya dan harga pasar (LCM)
pada setiap periode pelaporan.
Biaya atau harga pokok (cost) adalah jarga perolehan persediaan yang
dihitung dengan memakai salah satu metode berdasarkan biaya historis yaitu
dengan identifikasi khusus, biaya rata-rata, FIFO atau LIFO. Istilah pasar (market)

1
Donal E. Kieso, Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield, Akuntansi Intermediate Edisi ke Dua
Belas Jilid 1 (Jakarta : Erlangga, 2008), hlm. 461.
dalam frase “ nilai terendah antara biaya dan harga pasar” (LCM) umumnya
berarti biaya untuk mengganti barang melalui pembelian atau reproduksi. Bagi
perusahaan peritel, istilah pasar mengacu pada pasar tempat barang-barang dibeli,
bukan pasar tempat barang-barang dijual, sementara bagi perusahaan manufaktur,
istilah pasar mengacu pada biaya reproduksi.Jadi aturan ini berarti bahwa barang
harus dinilai berdasarkan biaya atau biaya pengganti, mana yang lebih rendah.

Penyimpangan dari konsep biaya historis dapat dibenarkan karena hilangnya


manfaat harus dibebankan terhadap pendapatan periode di mana kehilangan itu
terjadi, buka pada periode penjualan.Perhatikan bahwa metode LCM merupakan
pendekatan penilaian persediaan yang konservatif.Yaitu, jika terdapat keraguan
mengenai nilai aktiva, maka lebih baik mencatatnya pada nilai yang lebih rendah,
yang juga menurunkan laba bersih.
1. Nilai Terendah Antara Biaya dan Harga Pasar – Batas Atas dan Batas Bawah
Pemakaian biaya pengganti memungkinkan sebuah perusahaan untuk
mempertahankan timngkat laba kotor yang konsisten atas penjualan (marjin laba
yang normal).Akan tetapi, kadang-kadang penurunan biaya pengganti suatu
barang tidak menunjukkan penurunan manfaat (utilitas). Jadi, dua pembatasan
penilaian tambahan akan dugunakan untuk menilai persediaan akhir yaitu nilai
realisasi bersih dan nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal.
Nilai realisasi bersih (net reasizable value – NRV) merupakan etimasi harga
jual dalam keadaan bisnis normal dikurangi dengan etimasi biaya penyelisaian
dan penjualan yang dapat diprediksi secara layak.Jumlah teresebut dikurangi
dengan marjin laba normal untuk mendaparkan nilai reaisasi bersih dikurangi
marjin laba normal (net realizable value less a normal profil margin).
Contoh : dengan mengasumsikan bahwa Pixar Iternational Corp. Memiliki
persediaan barang yang belum jadi dengan nilai jual Rp. 20.000.000,00, estimasi
biaya penyelesaian Rp. 5.000.000,00, dan marjin laba normal 10% dari penjualan,
Pixar Internasional Corp. Menentukan nilai realisasi bersih sebagai berikut :
Persediaan – nilai jual Rp. 20.000.000,00
Dikurangi : Estimasi biaya penyelesaian dan penjualan (5.000.000,00)
Nilai realisasi bersih 15.000.000,00
Dikurangi : penyisihan untuk marjin laba normal
(10% dari penjualan) (2.000.000,00)
Nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal Rp. 13.000.000,00

Aturan umum dari “nilai terendah antara biaya dan harga pasar” adalah
persediaan dinilai pada nilai terendah antara biaya dan harga pasar, dengan harga
pasar dibatasi hingga jumlah yang tidak melebihi nilai realisasi bersih atau lebih
rendah dari nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal.2

Batas atas (ceiling) adalah nilai realisasi bersih persediaan.Batas bawah


(floor) adalah nilai reasisai bersih dikurangi marjin laba normal.Kedua batasan
nilai persediaan itu dimaksudkan untuk mencegah persediaan dilaporkan lebih-saji
atau kurang-saji.

Pembatasan maksimum, tidak melebihi nilai reasisasi bersih (batas atas),


mencegah lebih-saji nilai perseidaan yang rusak.Yaitu jika biaya pengganti suatu
barang lebih besar dari nilai realisasi bersihnya, maka persediaan tidak boleh
dilaporkan menurut biaya pengganti.

Pembatasan minimum, yaitu tidak lebih rendah dari nilai realisasi bersih
dikurangi penyisihan untuk perkiraan marjin laba normal (batas
bawah).Pembatasan ini menetapkan batas bawah, dimana persediaan tidak boleh
dinilai tanpa memperhatikan biaya penggantinya.

2. Bagaimana Nilai Terendah antara Biaya dan Harga Pasar Bekerja


Jumlah yang dibandingkan dengan biaya, yang sering disebut nilai pasar yang
ditetapkan (designated market value), selalu merupakan nilai tengan dari tiga
jumlah : biaya pengganti, nilai tealisasi bersih, dan nilai realisasi bersih dikurangi
marjin laba normal.

2
Restatement and Revision of Accounting Research Bulletins, Accounting Research Bulletin
No. 43 (New York : AICPA, 1953) Bab. 4, par. 8.
Aplikasi aturan nilai terendah antara biaya dan harga pasar hanya
memperhitungkan kerugian nilai yang terjadi dalam kegiatan bisnis normal yang
disebabkan oleh hal-hal seperti perubahan model, perubahan permintaan, atau
kerusakan akibat terlalu lama dipajang.Baran barang rusak dikurangi dari nilai
realisasi bersihnya.

Bagaimana Nilai Terendah antara Biaya dan Harga Pasar Bekerja

Makanan Biaya Nilai realisasi Pemakaian


Bayam 80.000 100.000 80.000
Wortel 100.000 110.000 100.000
Buncis 50.000 40.000 40.000
Kacang polong 90.000 72.000 72.000
Sayur campur 95.000 92.000 92.000
Total 384.000

3. Metode Pengaplikasian LCM

Lower of cost or market (LCM) bisa juga “diaplikasikan secara langsung pada
setiap batang, setiap katergori, atau total persediaan.” Kenaikan harga pasar
barang cenderung menoffset penutunan harga pasar batang yang lain, jika
pendekatan kategori atau total persediaan yang utama digunakan dalam
mengaplikasikan aturan LCM

If a company follows a group of similar-or-relatedoitems or total-inventory


approach in determining LCNRV, increases in market prices tend to offset
decteases in market prices.3

Praktek yang paling umum adalah menilai persediaan atas dasar barang per
barang.Karena suatu hal, aturan perpajakan mewajibkan dasar kper barang

3
Donal E. Kieso, Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield, Intermediate Accounting IFRS Edision
(United States of America : Wiley, 2012), hlm. 468.
dugunakan keculai kalu tidak praktis.Selain itu, pendekatan per barang
menyediakan penilaian yang paling konservatif bagi tujuan penyajian neraca.

4. Pencatatan Harga “Pasar” dan Bukan Biaya


Ada dua metode yang digunakan untuk mencatat persediaan pada harga pasar,
yaitu : metode langsung (direct method) dan metode tidak langsung (indirect
method).4
a. Metode langsung (direct method), biaya digantikan dengan harga pasar (yang
lebih rendah) ketika menilai persediaan. Akibatnya, tidak ada kerugian yang
dilaporkan laba-rugi karena kerugian ini sudah dimasukkan dalam harga
pokok penjualan.
b. Metode tidak langsung (indirect method) atau metode penyisihan, tidak
mengubah angka biaya, tetapi membentuk akun kontra-aktiva yang terpisah
dan akun kerugian untuk mencatat penghapusan.
Ilustrasinya adalah sebagai berikut :
Untuk mengurangi nilai persediaan dari biaya ke harga pasar.
Metode Langsung Metode tidak Langsung
Harga pokok penjualan 12.000 Kerug akibat penurunan 12.000
Persediaan 12.000 Inventory 12.000

The cost of good sold method buries the loss in the Cost of Goods Sold account.
The loss method, by identifying the due to the write-down, shows the loss
separate from cost of goods sold in the income statement.5

5. Evaluasi atas Aturan LCM


Aturan LCM memiliki beberapa defisiensi atau kelemahan konseptual :
a. Penurunan nilai aktiva dan pencatatannya sebagai beban diakui pada
periode ketika utilitas ini terjadi bukan pada periode penjualan.

4
Donal E. Kieso, Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield, Akuntansi Intermediate Edisi ke Dua
Belas Jilid 1 (Jakarta : Erlangga, 2008).
5
Donal E. Kieso, Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield, Intermediate Accounting IFRS Edision
(United States of America : Wiley, 2012), hlm. 470.
b. Aplikasi aturan LCM menghasilkan inkonsistensi karena persediaan
perusahhan mungkin dinilai menurut biaya dalam satu tahun dan pada
harga pasar dalam tahun berikutnya.
c. LCM menilai persediaan dalam neraca secara konsevarif, tetapi
dampaknya terhadap laporan laba-rugi mungkin atau tidak mungkin
bersifat konservarif.
d. Aplikasi aturan LCM menggunakan ”laba normal” dalam menentukan
nilai persediaan.
B. Dasar Penilaian
1. Penilaian Menurut Nilai Realisasi Bersih
Secara umum, persediaan dicatat pada biayanya atau menurut LCM.Akan
tetapi, banyak pihak yang percaya bahwa harga pasar harus selalu didefinisikan
sebagai nilai realisasi bersih (harga jual dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan
penjualan), bukan biaya pengganti, untuk tujuan mengaplikasikan aturan LCM.
Dalam situasi terbatas, pencatatan persediaan menurut nilai realisasi bersih
mendapat dukungan dari banyak pihak sekalipun julah ini melampaui biaya.
Pengecualian ataas aturan penagkuan normal ini dibolehkan oleh GAAP jika :
a. Terdapat pasar terkendali dengan harga kuota yang berlaku bagi semua
kuntitas
b. Tidak ada biaya penjjualan yang signifikan.
c. Kadang-kadang angka biaya terlalu sulit untuk dihitung.
2. Komitmen Pembelian – Satu Masalah Khusus
Komitmen pembelian merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dan
dibutuhkan keberadaannya karena komitmen pembelian ini menyangkut
kelangsungan profitabilitas perusahaan pada ketersediaan persesediaan barang
dagangan yang mencukupi untuk memenuhi semua permintaan pelanggan.
Apabila ada suatu kasus misalkan masalah kontrak pembelian, maka akan
berlaku hal berikut ini yaitu jika harga kontrak melebihi harga pasar dan kerugian
diperkirakan akan muncul pada saat pembeliaan dilaksanakan, maka kerugian ini
harus diakui dalam periode terjadinya penurunan harga pasar.
Untuk mengilustrasikan masalah akuntansinya, asumsikan bahwa St. Regis
Paper Co. menandatangani kontrak penebangan kayu senilai $ 10.000.000 yang
harus dipenuhi pada tahun 2007 dan harga pasar hak ini pada tanggal 31 desember
2008 turun menjadi $ 7.000.000. ayat jurnal berikut dibuat pada tanggal 31
desember 2008 :

Keuntungan atau kerugian pemilikan yang belum-


Terealisasi – laba (komitmen pembelian) 3.000.000
Estimasi kewajiban atas komitmen permbelian 3.000.000
Kerugian kepemilikan yang belum terealisasi ini akan dilaporkan dalam
laporan laba-rugi di bawah kelompok beban dan kerugian lain-lain. Estimasi
kewajiban atas komitmen pembelian akan dilaporkan dalam kelompok kewajidan
lancar dari neraca Karena kontraknyakan dilaksanakan pada tahun fiskal
berikutnkya. Ketika perusahaan memotong kayu dengan biaya $10 juta, ayat
jurnal berikut adan dibuat :
Pembelian (persediaan) 7.000.000
Estimasi kewajiban atas komitmen pembelian 3.000.000
Kas 10.000.000
C. Metode Kotor Untuk Mengetimasi Persediaan
Tujuan dasar dari perhitungan fisik persediaan adalah untuk memeriksa
keakuratan catatan persediaan perpetual atau, jika tidak ada catatan, untuk
mengetahui jumlah persediaan.
Salah satu metode yang dimaksud adalah metode laba kotor, metode ini
digunakan secara luas oleh para auditor dalam situasi dimana hanya diperlukan
suatu estimasi atas persediaan perusahaan. Metode ini juga digunakan ketika
catatan perusahaan atau persediaan itu sendiri telah musnah akibat kebakaran atau
bencana lain. Metode laba kotor didasarkan pada tiga asumsi :
- Persediaan awal ditambah pembelian sama dengan total barang yang
diperhitungkan
- Barang yang belum terjual harus berada di tangan
- Jika penjualan, dikurangi biaya, dikurangikan dari jumlah persediaan awal
ditambah pembelian, maka hasilnya adalah persediaan akhir.
1. Perhitungan Persentase Laba Kotor
a. Laba kotor atas harga jual = Persentase markup atas biaya
100% + persentase markup atas biaya

b. Persentase markup atas biaya = Laba kotor atas harga jual


100% - laba kotor atas harga jual

2. Evaluasi atas Metode Laba Kotor


Salah satu kelemahan utama metode laba kotor adalah bahwa metode ini
menghasilkan suatu emisi, akibatnya, perhitungan fisik persediaan harus
dilakukan sekali setahun untuk memeriksa jumlah persediaan yang sebenarnya
ada ditangan.Kedua, metode laba kotor menggunakan persentase masa lalu
dalam menentukan markup.Ketiga, aplikasi persentase laba kotor kelompok
harus dilakukan secara hati-hati.

D. Metode Persediaan Eceran


Akuntansi untuk persediaan dalam bisnis eceran memberikan tantangan.Akan
sangat sulit menentukan biaya setiap penjualan, mencatat kode biaya pada kartu,
mengubah kode untuk mencerminkan penurunan nilai barang dagang,
mengalokasikan biaya seperti transportasi, dan sebagainya.
Alternative yang bisa dilakukan adalah menyusun persediaan menurut harga
eceran.Dalam sebagian besar perusahaan eceran, terdapat pola yang dapat diamati
antara biaya dengan harga.Karena itu, harga eceran dapat dikonversikan menjadi
biaya dengan suatu rumus. Metode ini, yang dinamakan metode persediaan
eceran, mensyaratkan bahwa pencatatan dilakukan atas :
a. Total biaya dan nilai eceran dari barang yang dibeli
b. Total biaya dan nilai eceran barang yang tersedia untuk dijual, dan
c. Pernjualan periode berjalan.
Ada beberapa versi metode persediaan eceran yaitu metode konvensional
(nilai terendah antara biaya rata-rata dan harga pasar), metode biaya eceran LIFO,
metode biaya eceran LIFO nilai dolar.Salah satu keunggulannya adalah bahwa
saldo persediaan dapat diestimasikan tanpa perhitungan fisik.

1. Konsep Metode Eceran


Pembatalan markup adalah penurunan harga barang dagang yang sebelumnya
telah dimarkup diatas harga eceran awal.Dalam pasar kompetitif, peritel sering
kali perlu menggunakan markdown, yakni penurunan harga jual
awal.Markdown terhadap harga jual mungkin diperlukan karena adanya
penurunan tingkat harga umum, penjualan khusus, kerusakan barang,
kelebihan persediaan, dan persaingan. Pembatalan markdown terjadi apabila
markdown kemudian dioffset oleh kenaikan harga bang yang sebelumnya
telah dimarkdown yaitu setelah penjualan satu hari.
2. Pos-pos Khusus yang Berhubungan dengan Metode Eceran
Metode persediaan eceran akan menjadi rumit apabila pos-pos seperti
transportasi masuk, retur pembelian dan pengurangna harga, dan diskon
pembelian terlibat. Dalam metode eceran, kita memperlakukan pos-pos
semacam itu sebagai berikut:
- Biaya pengangkutan (freight cost) diperlukan sebagian dari biaya
pembelian
- Retur pembelian (purchase return) dbiasanya dipandang sebagai
pengurangan baik pada biaya maupun harga eceran.
- Diskon pembelian dan pengurangan harga (purchase discount and
allowances) biasanya dipandang sebagai pengurang biaya pembelian.
Selain itu, sejumlah pos-pos khusus juga memerlukan analisis yang
seksama:
- Transfer masuk
- Kekurangan normal
- Kekurangan abnormal
- Diskon untuk karyawan
3. Evaluasi atas Metode Persediaan Eceran
Perusahaan –perusahaan yang menggunakan metode persediaan eceran untuk
menghitung persediaan karena alasan berikut :
a. Agar laba bersih dapat dihitung tanpa harus melakukan perhitungan fisik
persediaan
b. Sebagai ukuran pengendalian dalam menentukan kekurangan persediaan
c. Dalam pengaturan kuantitas barang dagang ditangan
d. Untuk informasi asuransi
E. Penyajian Dan Analisis

Penyajian Persediaan

Standar akuntansi mewajibkan laporan keuangan mengungkapkan komposisi


dari persediaan, pengaturan pembiayaan persediaan, dan metode kalkulasi biaya
persediaan yang digunakan.

Dasar penilaian persediaan dan metode yang dipakai dalam menghitung biaya
(LIFO, FIFO, biaya rata-rata, dan sebagainya) juga harus dilaporkan.sebagai
contoh, laporan tahunan Pixar Internasional Corp. berisi pengungkapan sebagai
berikut :

Pixar International Corp.


Catatan A : Kebijakan akuntansi yang signifikan
Ternak dan makanannya – biaya last-in, first-out (LIFO), yang
lebih rendah dari perkiranaan harga pasar $854.800
kandang ternak – yang terendah antara biaya atau harga
pasar yang terutama dapat diperkirakan $1.240.500
domba hidup dan perlengkapan – yang terendah antar
biaya first-in, first-out (FIFO) dan harga pasar $674.000
daging siap jual dan produk sampingan – terutama menurut
harga pasar dikurangi penyisihan untuk beban distribusi
dan penjualan $362.630

Analisis Persediaan

Pengelolaan persediaan adalah hal yang sangat perlu diperhatikan secara


terus-menerus karena kalau kebijakan persediaan pengelolaannya kurang bagus
maka akan mengakibatkan efek yang sangat fatal bagi perusahaan. Disini akan
dibahasa rasio-rasio keuangan yang dapat diguanakan untuk mencari jalan tengah
diantara persoalan-persoalan.

1. Rasio perputaran persediaan


Rasio perputaran persediaan mengukur berapa kali, secara rata-rata,
persediaan terjual selama suatu periode.Tujuannya adalah untuk mengukur
likuiditas persediaan.Rasio perputaran persediaan dihitung dengan membagi
harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata yang ada di tangan selama
suatu periode.
2. Jumlah hari rata-rata untuk menjual persediaan
Salah satu varian dari resiko perputaran persediaan adalah jumlah hari rata-
rata untuk menjual persediaan, yang merupakan jumlah hari rata-rata
penjualan persediaan yang ada ditangan.Tingkat persediaan umumnya
berbeda-beda dalam setiap industry.Akan tetapi, perusahaan yang mampu
mempertahankan tingkat persediaan yang rendah, dan memiliki rasio
perputaran persediaan yang lebih tinggi daripada pesaingnya, serta mampu
memenuhi kebutuhan pelanggan, adalah contoh perusahaan yang paling
sukses.
BAB III
PENUTUP

persediaan merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan, dan


sistem pencatatan serta pengelolaannya membutuhkan banyak cara, banyak
sistem, banyak waktu dan harus efektif karena persediaan merupakan salah satu
pilar utama atas kesuksesan suatu usaha atau perusahaan.

Pengelolaan persediaan membutuhkan adanya catatan atas barang yang


masuk, barang yang diproses dan juga barang yang dikeluarkan. Selain itu,
persediaan juga membutuhkan penilaian, agar persediaan dapat diukur dan dapat
di manajemen dengan baik agar tercapainya tujuan perusahaan yang maksimal
seperti yang diharapkan.

Dari hal tersebut akan memungkinkan terjadi banyak kesalahan dan


kekeliruan oleh karenanya diperlukan penilaian yang lebih untuk mengevaluasi
pencatatan dari persediaan, baik itu masukan maupun pengeluaran. Sehingga
dengan itu maka alur usaha suatu perusahaan akan lebih jelas dan akan
mengurangi kesalahpahaman pencatatan antara satu departemen dengan
departemen lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki, 2010, Intermediate Accounting edisi 8, Yogyakarta : BPFE.

Kieso, Donald E, Jerry J. Weygant, Terry D. Warfield, 2008, Akuntansi


Intermediate edisi ke dua belas jilid 1, Jakarta : Erlangga.

Kieso, Donald E, Jerru J. Weygant, Terry D. Warfield, 2012, Intermediate


Accounting IFRS Edision, United States of America : Wiley.

Anda mungkin juga menyukai