Anda di halaman 1dari 10

BAB 3.

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Penentuan Daerah Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Desa Watukebo Kecamatan Blimbingsari
Kabupaten Banyuwangi. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan metode
purposive. Menurut Zuriah (2005), purposive methode merupakan teknik
pemilihan lokasi yang pemilihannya didasarkan pada tujuan spesifik penelitian
dan diketahui oleh peneliti sejak awal. Penelitian dilakukan pada musim tanam
padi ketiga yaitu bulan September hingga Desember tahun 2017. Daerah yang
dijadikan sebagai tempat penelitian adalah Desa Watukebo Kecamatan
Blimbingsari Kabupaten Banyuwangi. Lokasi tersebut dipilih berdasarkan
pertimbangan bahwa Desa Watukebo merupakan salah satu desa yang ada di
Kecamatan Blimbingsari yang memiliki Kelompok Tani Sumber Urip sebagai
salah satu kelompok tani yang telah mendapatkan sertifikat prima 3 dari Lembaga
Sertifikasi Organik Seloliman (LeSOS).

3.2 Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analitik dan
deskriptif. Menurut Hamdi dan Bahruddin (2014), metode analitik merupakan
metode yang berfungsi untuk menguji hipotesa-hipotesa dan mengadakan
interpretasi terhadap hasil analisa. Metode deskriptif merupakan metode yang
bertujuan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang
berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Data yang telah diperoleh
kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara deskriptif untuk mengetahui
perbedaan biaya dan efisiensi usahatani antara usahatani padi transisi organik dan
anorganik serta faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi usahatani
padi transisi organik. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer
(Microsoft Excel dan aplikasi software SPSS).
3.3 Metode Pengambilan Contoh
Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi penelitian sehingga dalam menentukan sampel sebuah penelitian
diperlukan teknik tertentu agar hasil penelitian yang didapatkan valid. Penelitian
ini menggunakan teknik simple random sampling. Menurut Noor (2010), metode
simple random sampling merupakan metode pengambilan sampel dalam suatu
penelitian yang dilakukan secara acak dan memberikan peluang yang sama
kepada setiap anggota populasi untuk dijadikan sebagai sampel. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh anggota Kelompok Tani Sumber Urip yang
mengusahakan tanaman padi transisi organik sebanyak 45 orang dan padi
anorganik sebanyak 60 orang. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian
diperoleh dengan menggunakan rumus slovin dimana nilai error yang digunakan
sebesar 10% atau 0,10. Menurut Abidin (2015), untuk mengetahui ukuran sampel
dari suatu populasi dapat menggunakan rumus slovin sebagai berikut :
N
n=
1 + Ne2
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
e = Nilai Kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran atau
ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel penelitian)
berdasarkan rumus slovin tersebut, maka dapat diambil sebanyak sampel yang
terbagi atas petani padi transisi organik dan anorganik sebagai berikut :
No. Jenis Petani Padi Populasi Jumlah Sampel
1 Transisi Organik 45 31
2 Anorganik 60 38
Total 105 69
Jumlah sampel yang didapatkan sebanyak 69 sampel. jumlah sampel tesebut telah
memenuhi kriteria persyaratan minimal sampel yang digunakan untuk penelitian
sebanyak 30 sampel. Sampel sebanyak 69 petani terdiri dari 31 sampel petani padi
transisi organik dan 38 sampel petani anorganik.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian disesuaikan
dengan jenis data yang akan diperoleh. Metode pengumpulan data yang adakan
digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Wawancara terstruktur
Menurut Suryani dan Hendriyadi (2006), wawancara terstruktur artinya
wawancara yang dilakukan apabila peneliti telah mengetahui dengan pasti
informasi yang ingin diperoleh dari responden sehingga daftar pertanyaannya
telah dibuat secara sistematis. Data yang diambil yaitu mengenai karakteristik
responden serta faktor-faktor produksi yang digunakan (meliputi unsur
pembiayaan, tenaga kerja, manajerial, dan luasan lahan) dalam satu kali musim
tanam. Wawancara terstruktur digunakan untuk memperoleh data primer dalam
suatu penelitian. Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara
langsung oleh peneliti untuk menjawab masalah atau tujuan penelitian yang
dilakukan.
2. Dokumenter
Teknik pengumpulan data dokumenter dilakukan untuk memperoleh data
sekunder. Data sekunder adalah struktur data historis mengenai variabel-
variabel yang telah dikumpulkan atau dihimpun sebelumnya oleh pihak lain.
Data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari jurnal ilmiah dan skripsi
penelitian ilmiah serta sumber buku. Data statistik yang diterbitkan secara
berkala oleh Biro Pusat Statisik. Pengambilan data sekunder dalam penelitian
ini disesuaikan dengan data-data yang menunjang dalam penelitian.

3.5 Metode Analisis Data


Untuk pengujian hipotesis pertama mengenai perbandingan biaya
usahatani yang dikeluarkan antara petani padi transisi organik dan anorganik di
Desa Watukebo Kecamatan Blimbingsari Kabupaten Banyuwangi, dilakukan
perhitungan terhadap biaya total kedua usahatani tersebut yang dirumuskan dalam
persamaan berikut :
TC = TFC + TVC
Keterangan :
TC = Total biaya (Rp)
TFC = Total biaya tetap (Rp)
TVC = Total biaya variabel (Rp)
Biaya tetap (fixed cost) merupakan jenis biaya yang jumlahnya tidak tergantung
dengan jumlah produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang.
Biaya variabel (variable cost) merupakan jenis biaya yang jumlahnya
berhubungan langsung dengan kuantitas produsksi, misalnya biaya bibit, pupuk,
pestisida, tenga kerja, dan lain sebagainya. Setelah dilakukan analisis terhadap
total biaya, kemudian membandingkan total biaya yang dikeluarkan antara petani
padi transisi organik dengan anorganik menggunakan uji independent sample t-
test. Menurut Sugiyono (2013), uji independent sample t-test merupakan uji yang
digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel bebas serta untuk
mengetahui secara statistik apakah terdapat perbedaan yang nyata terhadap biaya
yang dikeluarkan oleh petani padi transisi organik dan anorganik, hal tersebut
dilakukan karena walaupun secara nominal biaya produksi petani tersebut tidak
sama, namun secara statistik belum tentu berbeda (Nazir, 1988). Berikut ini
merupakan rumus yang digunakan untuk mencari t hitung :
𝑥1 − 𝑥
̅̅̅ ̅̅̅2
𝑡=
(𝑛1 − 𝑛2) 𝑠1 2 + (𝑛2 − 1)𝑠2 2 1 1
√ + ( 𝑛1 𝑛2 )
+
𝑛1 + 𝑛2 − 2

Keterangan :
𝑥1
̅̅̅ = Rata-rata biaya produksi petani semiorganik
𝑥2
̅̅̅ = Rata-rata biaya produksi petani anorganik
𝑛1 = Jumlah petani semi organik
𝑛2 = Jumlah petani anorganik
𝑠1 = Standar deviasi petani semi organik
𝑠2 = Standar deviasi petani anorganik
Kriteria uji independent sampel t test :
1. Apabila nilai thitung < ttabel (α = 0,15), maka H0 ditolak
2. Apabila nilai thitung > ttabel (α = 0,15), maka H0 diterima
Keterangan :
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang nyata/signifikan antara rata-rata biaya
usahatani padi transisi organik dengan usahatani padi anorganik di Desa
Watukebo Kecamatan Blimbingsari.
H1 : Terdapat perbedaan yang nyata/signifikan antara rata-rata biaya usahatani
padi transisi organik dengan usahatani padi anorganik di Desa Watukebo
Kecamatan Blimbingsari.
Untuk menguji hipotesis kedua yaitu perbandingan efisiensi usahatani
antara petani padi transisi organik dengan anorganik, terlebih dahulu dihitung
penerimaan hasil usahatani dengan rumus :
TR = P x Q
dimana :
TR = Total penerimaan (Rp)
P = Jumlah produksi padi semi organik maupun anorganik (Kg)
Q = Harga jual padi (Rp/Kg)
Setelah diketahui total penerimaan masing-masing usahatani padi transisi organik
dan anorganik, selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap nilai efisiensi
usahatani (R⁄Cratio ) dengan rumus sebagai berikut :
TR
R⁄Cratio =
TC
dimana :
R⁄Cratio = Efisiensi biaya usahatani
TR = Total penerimaan (Rp)
TC = Total Biaya (Rp)
Penentuan efsiensi biaya usahatani dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
1. Apabila nilai R/Cratio lebih dari satu, maka usahatani menguntungkan dan layak
untuk dijalankan.
2. Apabila nilai R/Cratio sama dengan satu, maka usahatani berada dalam titik
impas dan usahatani tidak menguntungkan juga tidak merugikan
3. Apabila nilai R/Cratio kurang dari satu, maka usahatani merugikan sehingga
tidak layak untuk dijalankan.
Setelah dilakukan analisis terhadap efisiensi usahatani, kemudian membandingkan
rata-rata tingkat efisiensi usahatani antara petani padi transisi organik dengan
anorganik menggunakan uji independent sample t-test sebagai berikut :
𝑥1 − 𝑥
̅̅̅ ̅̅̅2
𝑡=
(𝑛1 − 𝑛2) 𝑠1 2 + (𝑛2 − 1)𝑠2 2 1 1
√ + ( 𝑛1 𝑛2 )
+
𝑛1 + 𝑛2 − 2

Kriteria uji independent sampel t test :


1. Apabila nilai thitung < ttabel (α = 0,05), maka H0 ditolak
2. Apabila nilai thitung > ttabel (α = 0,05), maka H0 diterima
Keterangan :
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang nyata/signifikan antara rata-rata tingkat
efisiensi biaya usahatani padi semiorganik dengan usahatani padi
anorganik di Desa Watukebo Kecamatan Blimbingsari.
H1 : Terdapat perbedaan yang nyata/signifikan antara rata-rata tingkat efisiensi
biaya usahatani padi semiorganik dengan usahatani padi anorganik di Desa
Watukebo Kecamatan Blimbingsari..
Untuk menguji permasalahan ketiga mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi padi transisi organik di Desa Watukebo Kecamatan
Blimbingsari Kabupaten Jember menggunakana alat analisis fungsi produksi
Cobb-Douglass. Melalui alat analisis tersebut dapat diketahui faktor-faktor
produksi apa saja yang berpengaruh terhadap kegiatan produksi padi transisi
organik di Desa Watukebo Kecamatan Blimbingsari Kabupaten Banyuwangi.
Rumus fungsi Cobb-Douglass sebagai adalah sebagai berikut :
Y = aX1 b1 X2 b2 …….. Xn bn eu
Variabel terikat yang digunakan dalam analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi padi transisi organik di Desa Watukebo Kecamatan
Blimbingsari adalah produksi padi (Y). Sedangkan variabel bebas yang digunakan
antara lain luas lahan (X1), benih (X2), tenaga kerja (X3), pupuk organik (X4),
pupuk kimia (X5), dan pestisida organik (X6), sehingga bentuk umum persamaan
regresi linier berganda dalamm analisis ini dapat dituliskan sebagai berikut :
Y = aX1 b1 X2 b2 X3 b3 X4 b4 X5 b5 X6 b6 eu
Keterangan :
Y = Produksi (kg)
a = Konstanta
b1 – b7 = Koefisien regresi
X1 = Luas lahan (Ha)
X2 = Benih (kg)
X3 = Tenaga kerja (HOK)
X4 = Pupuk organik (kg)
X5 = Pupuk kimia (kg)
X6 = Pestisida organik (liter)
eu = Kesalahan penggunaan
Untuk memudahkan persamaan diatas dengan cara melogaritmakan persamaan
tersebut sebagai berikut :
LogY = log a + b1log X1 + b2logX2 + b3logX3 + b4logX4 + b5logX5 + b6logX6 + v
Persamaan yang telah terbentuk selanjutnya dianalisis dengan menggunakan SPSS
(Statistical Product and Service Solutions). Analisis SPSS digunakan untuk
mengetahui pengaruh dari variabel X (luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk
organik, pupuk kimia, dan pestisida organik) yang mempengaruhi variabel Y
(produksi padi transisi organik) baik secara simultan maupun parsial.
Persamaan secara simultan diuji dengan menggunakan uji F untuk
mengetahui apakah keseluruhan variabel X (luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk
organik, pupuk kimia, dan pestisida organik) mempengaruhi variabel Y (produksi
padi transisi organik) dengan formmulasi sebagai berikut :
Kuadran tengah regresi
Fhitung =
Kuadran tengah sisa
Kriteria pengambilan keputusan :
a. Fhitung > Ftabel ( α = 0,10) maka H0 ditolak, yang artinya secara keseluruhan
variabel X (luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk organik, pupuk kimia, dan
pestisida organik) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Y (produksi
padi transisi organik).
b. Fhitung < Ftabel ( α = 0,10) maka H0 diterima, yang artinya secara keseluruhan
variabel X (luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk organik, pupuk kimia, dan
pestisida organik) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Y
(produksi padi transisi organik).
Setelah diketahui pengaruh keseluruhan variabel bebas terhadap variabel terikat,
maka dilakukan uji t untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat sebagai berikut :
[b ] Jumlah Kuadran Sisa
t hitung = |[Sbi ]| Sbi = √Jumlah Kuadran Tengah Sisa
i

Keterangan :
bi = Koefisien regresi ke-i
Sbi = Standar deviasi ke-i
Kriteria pengambilan keputusan :
a. thitung > ttabel ( α = 0,10) maka H0 ditolak, yang artinya secara parsial
variabel X (luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk organik, pupuk kimia,
dan pestisida organik) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Y
(produksi padi transisi organik).
b. thitung < ttabel ( α = 0,10) maka H0 diterima, yang artinya secara parsial
variabel X (luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk organik, pupuk kimia,
dan pestisida organik) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel Y (produksi padi transisi organik).
Nilai koefisien dterminasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel Y
(produksi padi transisi organic) dipengaruhi oleh variabel-variabel X (luas lahan,
benih, tenaga kerja, pupuk organik, pupuk kimia, dan pestisida organik).
Koefisien determinasi dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut :
Jumlah kuadrat regresi
R2 =
Jumlah kuadrat total terkoreksi
Nilai R2 selalu positif, yaitu 0 ≤ R2 ≤ 1, semakin besar nilai R2 (mendekati 1),
maka ketepatan variabel X (luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk organik, pupuk
kimia, dan pestisida organik) dalam menggambarkan persamaan model variabel Y
(produksi padi transisi organik) semakin baik, namun sebaliknya semakin kecil
nilai R2 (mendekati 0), maka ketepatan variabel X (luas lahan, benih, tenaga
kerja, pupuk organik, pupuk kimia, dan pestisida organik) dalam menggambarkan
persamaan model variabel Y (produksi padi transisi organik) dapat dikatakan
kurang tepat.

3.6 Definisi Operasional


1. Petani padi anorganik adalah petani yang mengusahakan pertanian padi yang
menggunakan pupuk kimia secara keseluruhan dalam usahataninya.
2. Petani padi transisi organik adalah petani yang mengusahakan pertanian padi
yang menggunakan kombinasi pupuk kimia dan pupuk organik dengan
proporsi tertentu dalam menjalankan usahataninya.
3. Responden adalah petani padi transisi organik dan anorganik di Desa
Watukebo Kecamatan Blimbingsari Kabupaten Banyuwangi yang tergabung
dalam Kelmpok Tani sumber Urip.
4. Luas lahan adalah sebidang tanah yang digunakan untuk usahatani padi dalam
satu kali musim tanam serta dalam satuan hektare (ha).
5. Tenaga Kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dipakai dalam proses
usahatani padi dalam satu kali musim tanam mulai dari pengolahan lahan,
penanaman, pemupukan, pemeliharaan, hingga panen baik berasal dari dalam
keluarga maupun dari luar keluarga petani yang dihitung dalam HOK (Hari
Orang Kerja).
6. Produksi adalah hasil tanaman padi yang dihasilkan dalam satu musim tanam
dengan satuan kilogram dalam satu kali musim tanam.
7. Harga jual adalah harga jual padi dalam bentuk gabah kering giling yang
diterima petani yang diukur dengan satuan rupiah per kilogram.
8. Biaya tetap adalah biaya yang meliputi sewa tanah, alat pertanian, dan pajak
yang diukut dengan satuan rupiah dalam satu kali musim tanam.
9. Biaya variabel adalah biaya yang meliputi biaya pembelian benih, pupuk
kandang, pupuk kimia, pestisida, serta upah tenaga kerja dalam satu kali
musim tanam yang diukur dengan satuan rupiah dalam satu kali musim
tanam.
10. Total biaya adalah semua pengeluaran yang meliputi biaya tetap dan variabel
dalam usahatani padi semi organik dan anorganik pada setiap satu kali musim
tanam yang diukur dengan satuan rupiah
11. Total penerimaan adalah hasil perkalian antara jumlah produksi padi semi
organik maupun anorganik dengan harga jual dalam satuan rupiah dalam satu
kali musim tanam.
12. Pendapatan usahatani adalah selisih antara total penerimaan dengan total
biaya yang dikeluarkan dalam usahatani padi semi organik maupun anorganik
per satu kali musim tanam dalam satuan rupiah.
13. Efisiensi biaya usahatani padi adalah perbandingan antara rata-rata
penerimaan usahatani padi dengan rata-rata total biaya produksi yang
dikeluarkan oleh masing-masing petani padi anorganik maupun semi organik.

Anda mungkin juga menyukai