METODOLOGI PENELITIAN
Keterangan :
𝑥1
̅̅̅ = Rata-rata biaya produksi petani semiorganik
𝑥2
̅̅̅ = Rata-rata biaya produksi petani anorganik
𝑛1 = Jumlah petani semi organik
𝑛2 = Jumlah petani anorganik
𝑠1 = Standar deviasi petani semi organik
𝑠2 = Standar deviasi petani anorganik
Kriteria uji independent sampel t test :
1. Apabila nilai thitung < ttabel (α = 0,15), maka H0 ditolak
2. Apabila nilai thitung > ttabel (α = 0,15), maka H0 diterima
Keterangan :
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang nyata/signifikan antara rata-rata biaya
usahatani padi transisi organik dengan usahatani padi anorganik di Desa
Watukebo Kecamatan Blimbingsari.
H1 : Terdapat perbedaan yang nyata/signifikan antara rata-rata biaya usahatani
padi transisi organik dengan usahatani padi anorganik di Desa Watukebo
Kecamatan Blimbingsari.
Untuk menguji hipotesis kedua yaitu perbandingan efisiensi usahatani
antara petani padi transisi organik dengan anorganik, terlebih dahulu dihitung
penerimaan hasil usahatani dengan rumus :
TR = P x Q
dimana :
TR = Total penerimaan (Rp)
P = Jumlah produksi padi semi organik maupun anorganik (Kg)
Q = Harga jual padi (Rp/Kg)
Setelah diketahui total penerimaan masing-masing usahatani padi transisi organik
dan anorganik, selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap nilai efisiensi
usahatani (R⁄Cratio ) dengan rumus sebagai berikut :
TR
R⁄Cratio =
TC
dimana :
R⁄Cratio = Efisiensi biaya usahatani
TR = Total penerimaan (Rp)
TC = Total Biaya (Rp)
Penentuan efsiensi biaya usahatani dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
1. Apabila nilai R/Cratio lebih dari satu, maka usahatani menguntungkan dan layak
untuk dijalankan.
2. Apabila nilai R/Cratio sama dengan satu, maka usahatani berada dalam titik
impas dan usahatani tidak menguntungkan juga tidak merugikan
3. Apabila nilai R/Cratio kurang dari satu, maka usahatani merugikan sehingga
tidak layak untuk dijalankan.
Setelah dilakukan analisis terhadap efisiensi usahatani, kemudian membandingkan
rata-rata tingkat efisiensi usahatani antara petani padi transisi organik dengan
anorganik menggunakan uji independent sample t-test sebagai berikut :
𝑥1 − 𝑥
̅̅̅ ̅̅̅2
𝑡=
(𝑛1 − 𝑛2) 𝑠1 2 + (𝑛2 − 1)𝑠2 2 1 1
√ + ( 𝑛1 𝑛2 )
+
𝑛1 + 𝑛2 − 2
Keterangan :
bi = Koefisien regresi ke-i
Sbi = Standar deviasi ke-i
Kriteria pengambilan keputusan :
a. thitung > ttabel ( α = 0,10) maka H0 ditolak, yang artinya secara parsial
variabel X (luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk organik, pupuk kimia,
dan pestisida organik) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Y
(produksi padi transisi organik).
b. thitung < ttabel ( α = 0,10) maka H0 diterima, yang artinya secara parsial
variabel X (luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk organik, pupuk kimia,
dan pestisida organik) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel Y (produksi padi transisi organik).
Nilai koefisien dterminasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel Y
(produksi padi transisi organic) dipengaruhi oleh variabel-variabel X (luas lahan,
benih, tenaga kerja, pupuk organik, pupuk kimia, dan pestisida organik).
Koefisien determinasi dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut :
Jumlah kuadrat regresi
R2 =
Jumlah kuadrat total terkoreksi
Nilai R2 selalu positif, yaitu 0 ≤ R2 ≤ 1, semakin besar nilai R2 (mendekati 1),
maka ketepatan variabel X (luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk organik, pupuk
kimia, dan pestisida organik) dalam menggambarkan persamaan model variabel Y
(produksi padi transisi organik) semakin baik, namun sebaliknya semakin kecil
nilai R2 (mendekati 0), maka ketepatan variabel X (luas lahan, benih, tenaga
kerja, pupuk organik, pupuk kimia, dan pestisida organik) dalam menggambarkan
persamaan model variabel Y (produksi padi transisi organik) dapat dikatakan
kurang tepat.