Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KAPITA SELEKTA DAN

DENTAL MATERIAL

EXTRA ORAL ANCHORAGE APPLIANCE

Oleh:
Stefani Kristanti Saputra
16/405617/PKG/01090
Rendita Dewi Yulfrian
16/405616/PKG/ 01089

Pembimbing :
Dr drg Sri Suparwitri, SU, SpOrt (K)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS


PROGRAM STUDI ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2017

1
PENDAHULUAN

Menurut Rahardjo (2009), perencanaan perawatan ortodontik membutuhkan


penguasaan berbagai pengetahuan di antaranya tumbuh kembang dentomaksilofasial, estetik
dentofasial, diagnosis maloklusi, etiologi, metode dan alat ortodontik, perubahan jaringan
pada pergerakan gigi, retensi dan relaps. Singh (2007) mengungkapkan 3 pendekatan untuk
mengatasi masalah skeletal yaitu modifikasi pertumbuhan, perawatan kamuflase, dan koreksi
bedah. Proffit dkk. (2007) menambahkan bahwa modifikasi pertumbuhan sejauh ini
merupakan metode perawatan yang paling efektif karena mengoptimalkan potensi dan
mengarahkan pertumbuhan seseorang sehingga lebih harmonis.
Untuk mengoreksi kondisi skeletal, Singh (2007) menyarankan perawatan ortopedik,
yaitu dengan pemberian gaya yang lebih besar daripada perawatan ortodontik. Contohnya
penggunaan head gear, face mask, dan chin cup. Kusnoto (1993) menyatakan efek
pemakaian alat ortopedik sangat bergantung pada pola pertumbuhan skeletal pasien, arah dan
besarnya gaya, umur pasien, waktu dan lama perawatan, serta tingkat kooperatif pasien.
Moyers (1988) mengungkapkan apabila pasien sudah melewati masa pertumbuhan,
perawatan kamuflase dapat dilakukan untuk meningkatkan estetik dan fungsi. Makalah ini
akan membahas mengenai perawatan kasus ortodontik menggunakan alat ortopedik dalam
mengkoreksi maloklusi tipe skeletal sehingga diperoleh hasil yang baik dan stabil.

2
PEMBAHASAN
A. FACE MASK
Viazis (1993) menyatakan bahwa defisiensi maksila terjadi sekitar 20-50%
dari maloklusi skeletal kelas III. Untuk merawat maloklusi kelas III akibat retrusi
maksila, Singh (2007) menyarankan penggunaan face mask sebagai alat ortopedik
dalam rangka protraksi anterior.
Indikasi dan Kontraindikasi Face Mask
Proffit dkk. (2007) dan Singh (2007) menyebutkan beberapa indikasi face mask
sebagai berikut : 1. Maloklusi kelas III ringan sampai sedang dengan retrusi maksila,
2. Pasien anak-anak usia pertumbuhan (sekitar 8-11 tahun), 3. Gigi maksila yang
normal/retrusif, dan 4. Ukuran vertikal wajah anterior pendek atau normal, sedangkan
kontraindikasi face mask adalah 1. Maloklusi kelas III yang parah, 2. Gigi maksila
terlalu protrusif, dan 3. Ukuran vertikal wajah yang panjang.
Komponen Face Mask
Menurut Bhalajhi (2004) dan Viazis (1993), terdapat beberapa komponen face
mask sebagai berikut : 1. Kerangka logam / metal framework : cross bar pada dimensi
vertikal menghubungkan chin pad dan forehead cap, 2. Chin pad : anchorage dengan
transmisi gaya ke kartilago kondilus, 3. Forehead cap : salah satu anchorage, 4.
Intraoral appliance : misalnya bonded rapid palatal expansion, 5. Heavy elastic
untuk memberi traksi maksila.
Ilustrasi face mask digambarkan lebih jelas oleh Singh (2007) melalui Gambar 1.

Gambar 1. Face Mask (Singh, 2007)

Tipe Face Mask


1. Protraction head gear (Hickham)
Bhalajhi (2004) menyebutkan bahwa tipe ini dikembangkan awal tahun 60-an,
dengan dagu dan ujung kepala sebagai sistem penjangkaran serta dua lengan
pendek di depan mulut untuk meletakkan elastik protraksi maksila (Gambar

3
2). Dua lengan panjang sejajar ke tepi bawah mandibula dan naik ke sudut
mandibula dan berakhir ke telinga. Strap elastik melekat pada akhiran lengan
panjang ini mengelilingi kepala.

Gambar 2. Protraction head gear (Hickham) (Bhalajhi, 2004)

2. Delaire face mask (tahun 60-an)


Face mask yang dipopulerkan oleh Delaire merupakan reverse pull head gear
yang paling umum digunakan hingga saat ini (Singh, 2007). Bhalajhi (2004)
dan Proffit dkk. (2007) menjelaskan tipe ini sesuai Gambar 3, yaitu sebagai
alat yang terbuat dari frame work logam yang rigid dan berbentuk kotak yang
menghubungkan dagu dan dahi serta mempunyai wire di depan mulut untuk
perlekatan elastik.

Gambar 3. Delaire face mask (Bhalajhi, 2004; Proffit dkk., 2007)

3. Tubinger nodule of face mask


Bhalajhi (2004) menyatakan bahwa tipe ini merupakan bentuk modifikasi
Delaire, di mana pada dahi dan dagu dihubungkan dengan bantuan 2 midline
metal rod untuk menghindari hidung. Akhiran atas dua rod berhenti pada dahi
dengan elastik mengelilingi kepala.

4
Gambar 4. Tubinger nodule of facemask (Bhalajhi, 2004; Singh, 2007)

4. Petit
Singh (2007) menyebutkan bahwa tipe ini merupakan modifikasi dari delaire
face mask. Bhalajhi (2004) menjelaskan komponen alat berupa midline rod
tunggal yang menghubungkan dahi dan dagu. Crossbar setinggi mulut
terhubung dengan elastik. Berikut ini penjelasan mereka melalui Gambar 5
dan 6.

Gambar 5. Face mask Petit (McNamara dan Brudon, 2001)

Gambar 6. Pemakaian Face Mask Petit Type (Graber, 2005; Singh, 2007)

Cara Kerja Face Mask


Menurut Bhalajhi (2004), prinsip kerja face mask berkebalikan dengan head
gear, sehingga biasa juga disebut protraction head gear / reverse head gear. Singh
(2007) menyatakan bahwa face mask memberikan gaya tarik pada maksila ke anterior

5
yang bersifat gaya resiprokal dengan anchorage pada dagu atau dahi atau keduanya.
Tarikan maksila ke depan diaplikasikan dengan bantuan elastik yang kuat yang
dikaitkan pada hook pada anterior wire yang berhubungan dengan frame work
sebagai kerangka yang rigid. Hook harus ditempatkan pada daerah antara kaninus dan
premolar di bawah permukaan oklusal. Vektor kekuatan diletakkan dekat dengan
pusat resistensi maksila akan membantu memudahkan translasi maksila ke depan.
Viazis (1993) serta McNamara dan Brudon (2001) memaparkan efek yang
mungkin terjadi pada perawatan dengan face mask yaitu pergerakan maju ke depan
dan bawah dari maksila, pergerakan maju ke depan dan bawah pada gigi atas,
pergerakan ke bawah dan belakang (rotasi) dari pertumbuhan mandibula, tipping
lingual insisivus bawah. Nanda (2005) juga menambahkan efek perawatan face mask
ialah koreksi gigitan terbalik anterior dalam 1-3 bulan.

Gambar 7. Efek perawatan dengan face mask (Bishara, 2001)

Pertimbangan Biomekanis
Menurut Singh (2007), maksila dapat digerakkan ke depan sebesar 2-4 mm
dalam waktu 8-12 bulan. Faktor yang mempengaruhi gerakan tersebut meliputi: 1.
Jumlah kekuatan. Proffit dkk. (2007) menyatakan keberhasilan protraksi maksila
diperoleh dengan mengaplikasikan kekuatan sebesar 1 pound atau 350-450 gram pada
tiap sisi pada gigi susu maupun bercampur. Bishara (2001) menunjukkan cara
pengecekan aplikasi kekuatan melalui Gambar 8.

Gambar 8. Pengukuran gaya dengan tension stress gauge (Bishara, 2001)

6
2. Arah kekuatan. Singh (2007) menyebutkan bahwa tarikan ke depan dengan sudut
15-20° ke bawah dari bidang oklusal akan menghasilkan gerakan maksila ke depan
(Gambar 9).

Gambar 9. Protraksi elastik terhadap bidang oklusal (Bishara, 2001)

3. Durasi kekuatan. Singh (2007) menyatakan durasi bervariasi dari 3-16 bulan
sedangkan Bishara (2001) menyatakan perubahan ortopedik sudah tampak 3-6 bulan
setelah ekspansi maksila. Gaya yang ringan (250 gram per sisi) membutuhkan waktu
sekitar 13 bulan untuk mencapai hasil yang diinginkan, 4. Frekuensi pemakaian.
Bhalajhi (2004) menyarankan pemakaian minimal 12-14 jam per hari, kecuali saat
makan, 5. Usia pasien. Menurut Bishara (2001), waktu yang tepat yaitu pada masa
gigi susu atau awal periode bercampur, 6. Sistem penjangkaran (Singh, 2007).

Manajemen Klinis Face Mask


Menurut Viazis (1993), perawatan dengan face mask sebaiknya dimulai segera
saat gigi insisivus dan molar pertama atas erupsi sempurna. Rapid palatal expansion
yang diaktifkan sekali sehari selama seminggu dapat menghasilkan pergerakan
ekspansi maksila sehingga mengganggu sistem sutura maksila dan memberi efek
ortopedik dengan membuat penyesuaian sutura. Singh (2007) menyatakan bahwa alat
ekspansi palatal ini digunakan bersama dengan face mask untuk mengkoreksi cross
bite. Proffit dkk. (2007) menyebutkan bahwa untuk menahan pergerakan gigi,
biasanya gigi atas displint bersama sebagai satu unit tunggal dengan alat diband,
bond, atau berupa alat lepasan.

Gambar 10. Banded palatal expansion (Bishara, 2001)

7
Gambar 11. Bonded rapid palatal expansion pada periode gigi bercampur
(McNamara dan Brudon, 2001; Graber, 2005; dan Singh, 2007)

Gambar 12. Perlekatan elastik ke hooks pada bonded expander


(McNamara dan Brudon, 2001)

Gambar 13. Splint lepasan rahang atas dengan hooks pada area kaninus-premolar meluas ke
arah gingiva supaya garis gaya mendekat pusat resistensi maksila (Proffit dkk., 2007)

Menurut McNamara dan Brudon (2001), face mask umumnya diinsersikan dua
sampai enam minggu setelah penempatan splint / RME. Ketika memakaikan face
mask, alat yang ditempatkan pertama kali adalah bagian dagu yaitu chin pad-nya,
kemudian posisi dahi disesuaikan. Forehead pad menjauh dari dahi ketika bagian chin
pad ditempatkan pada dagu pada kondisi seimbang. Posisi forehead pad disesuaikan
secara vertikal dengan mengendorkan skrup, lalu forehead pad diletakkan di antara
alis dan rambut (Gambar 14). Penyesuaian frame work logam dilakukan dengan
kekuatan tekanan tangan untuk membuat kontur central support bar (Gambar15A).
Posisi crossbar disesuaikan dimensi vertikalnya, posisi akhir bar ditentukan dengan
menempatkan intraoral elastik pada hook RME. Pemakaian elastik intraoral tepat pada
kontak point bibir atas dan bawah supaya bibir tetap relaks dan tidak mengiritasi
sudut bibir. Face mask kustom dapat disarankan pada kasus dukungan bar terlalu

8
panjang pada arah superior dan inferior terkait ukuran wajah pasien dengan pipe
cutter untuk memendekkan panjangnya (Gambar 15B).

Gambar 14. Pemakaian dan pengepasan face mask (McNamara dan Brudon, 2001)

B
Gambar 15. Penyesuaian face mask (McNamara dan Brudon, 2001) :
(A) Pengepasan crossbar dengan kekuatan tangan;
(B) Pemendekan crossbar dengan pipe cutter

McNamara dan Brudon (2001) menyatakan bahwa pasien menggunakan face


mask seharian kecuali saat makan. Pasien diinstruksikan untuk mempertahankan
kesehatan mulut dan melaporkan bila ada keluhan alat. Viazis (1993) menyarankan
pasien kontrol setiap 3-4 minggu sekali. Face mask biasanya dipakai hingga overjet
positif 2-4 mm tercapai. Menurut McNamara dan Brudon (2001), jika overbite juga
sudah tercapai, maka pemakaian hanya dilakukan pada saat malam hari atau waktu
tertentu saja selama 3-6 bulan. Setelah pelepasan alat intraoral, plat akrilik lepasan
(retainer) dengan ball clasp antara molar pertama dan kedua desidui bisa digunakan
sepanjang waktu (Gambar 16). Face mask juga perlu dihentikan ketika ada gejala
TMD walaupun kelainan TMD masih diobservasi pada kasus ini.

9
Gambar 16. Plat lepasan dengan ball clasp sebagai alat retensi
(McNamara dan Brudon, 2001)

B. CHIN CUP
Menurut Kusnoto (1993), alat yang dipakai untuk perawatan modifikasi
pertumbuhan pada maloklusi kelas III tipe skeletal dengan pertumbuhan mandibula
yang berlebih adalah chin cup (Gambar 17). Bishara (2001) menjelaskan bahwa alat
ortopedik ekstraoral untuk perawatan maloklusi Angle klas III tipe skeletal tertua ini
digunakan pada usia pertumbuhan dan cukup populer di antara populasi Asia karena
memberikan efek yang diinginkan pada dimensi vertikal dan sagital, yaitu dengan
menghambat atau mengarahkan pertumbuhan dan memposisikan mandibula lebih ke
posterior.

Gambar 17. Chin Cup (McNamara dan Brudon, 2001)

Indikasi dan Kontraindikasi Chin Cup


Singh (2007), Nanda (2005), dan Proffit dkk. (2007) menyebutkan beberapa
indikasi chin cup sebagai berikut : 1. Kelainan skeletal dengan derajat ringan sampai
sedang sehingga gigi insisivus dapat dibawa ke relasi end to end, 2. Pasien muda
dalam masa pertumbuhan dengan prognatism mandibula, 3. Tinggi wajah vertikal
normal atau rendah (orang Asia), 4. Gigi insisivus bawah normal atau protrusif,
sedangkan kontraindikasi chin cup adalah sebagai berikut : 1. Kelainan skeletal
dengan derajat berat yang lebih mengarahkan pendekatan perawatan dengan
pembedahan ortodontik, 2. Keadaan gigi insisivus mandibula retrusif, 3. Tinggi wajah
vertikal berlebihan.

10
Komponen Chin Cup
Chin cup terdiri atas tiga bagian yaitu :1. Strap (tali pengikat). Menurut Singh
(2007), tali pengikat terhubung dengan headcap yang ditempatkan pada daerah
posterosuperior cranium sebagai anchorage dan mempunyai hubungan dengan
penempatan dan aktivasi chin cup, 2. Force module . Singh (2007) menyebutkan
bagian ini berupa spring elastik / logam yang memberi tegangan pada chin cup. 3.
Penyangga dagu, dibuat khusus, keras atau lunak. Singh (2007) menyebutkan chin
cup keras dibuat dari plastik menggunakan cetakan dagu, sedangkan yang lunak
dibuat pada pelindung dagu helm American football. Menurut Proffit dkk. (2007),
penggunaan cup yang lembut sangat nyaman pada pasien. McNamara dan Brudon
(2001) menambahkan bahwa pasien dengan bentuk dagu tidak umum, biasanya
memakai chin cup custom fit yang difabrikasi.
Tipe Chin Cup
Menurut Bishara (2001), chin cup berdasarkan arah tarikan dari tali pengikat
dibagi dalam dua tipe, occipital pull chin cup dan vertically pull chin cup.
1. Occipital pull chin cup
Bhalajhi (2004) menyebutkan bahwa anchorage chin cup pada daerah
occipital dan digunakan pada sebagian besar kasus kelas III dengan indikasi
prognatisme mandibula ringan hingga sedang, hubungan insisivus dapat
dibawa ke dalam relasi sentrik edge to edge, dan tinggi anterior wajah yang
rendah karena efek samping alat ini dapat meningkatkan tinggi wajah anterior
bawah. McNamara dan Brudon (2001), Graber (2005), dan Nanda (2005)
menggambarkan chin cup ini pada Gambar 18.

Gambar 18. Occipital Pull Chin Cup


(Soft Elastic dan Tipe Interlandi / Hard Chin Cup dengan Elastik)
(McNamara dan Brudon, 2001; Graber, 2005; dan Nanda, 2005)

McNamara dan Brudon (2001) menyebutkan bahwa gaya ortopedik diarahkan


melalui kondilus ataupun di bawah kondilus. Gaya yang diarahkan melewati

11
bagian bawah kondilus akan menyebabkan lengkung gigi sedikit terbuka
sehingga terjadinya ekstrusi gigi molar dan rotasi mandibula ke arah bawah
dan belakang yang akan menyebabkan penambahan tinggi muka anterior dan
memperbaiki kelas III skeletalnya. Proffit dkk. (2007) mendefinisikan gaya ini
sebagai gaya ringan yang bertujuan untuk menghasilkan rotasi mandibula ke
bawah dan belakang. Menurut McNamara dan Brudon (2001), jika gaya
diarahkan melewati bagian atas dan depan kondilus, maka akan menyebabkan
lengkung gigi dalam keadaan kontak. Hal ini akan menghambat terjadinya
ekstrusi gigi molar dan akan merangsang rotasi mandibula ke arah anterior,
dengan demikian akan mengurangi tinggi muka anterior (Gambar 19).

Gambar 19. Occipital pull chin cup dengan arah gaya vertikal (atas depan kondilus)
(A) dan arah gaya melalui kondilus atau ke bawah kondilus (B)
(McNamara dan Brudon, 2001)

2. Vertical pull chin cup


Bhalajhi (2004) menjelaskan tipe chin cup ini memiliki anchorage pada regio
parietal kepala, dengan indikasi pada steep mandibular plane angle (curam),
long face, dan biasanya pasien dengan anterior openbite. Menurut Singh
(2007), gaya vertikal pada dagu akibat penggunaan chin cup ini akan
menurunkan mandibular plane angle dan sudut gonial, serta meningkatkan
tinggi posterior wajah (Gambar 20). Kusnoto (1993) menyebutkan vertically
pull chin cup dapat digunakan untuk memperkuat oklusi posterior dan
menutup gigitan ke arah anterior melalui intrusi dari segmen posterior pada
keadaan gigitan terbuka anterior (Gambar 21). McNamara dan Brudon (2001)
menambahkan ada dua jenis vertical pull chin cup yaitu Unitek (Gambar 22)
dan Summit (Gambar 23).

12
Gambar 20. Vertical pull chin cup (Singh, 2007)

Gambar 24. Gaya yang bekerja pada vertical pull chin cup (Kusnoto, 1993)

Gambar 22. Vertical pull chin cup dengan desain gaya untuk menghasilkan tarikan
arah vertikal (Unitek). Tampak padded band meluas ke atas dan diamankan ke bagian
posterior kepala dengan cloth strap. Aktivasi dengan menarik tab ke inferior dan
melekatkan tab ke hook di chin cup keras (McNamara dan Brudon, 2001)

Gambar 23. Vertical pull chin cup dengan headcap dari kain yang diamankan ke
posterior dengan dua strap horizontal. Terdapat throat strap yang menambah
keamanan alat pada kepala pasien (Summit) (McNamara dan Brudon, 2001)

13
Manajemen Klinis Chin Cup
Menurut Nanda (2005), penggunaan chin cup memberikan efek ortopedik
yaitu mengubah arah pertumbuhan mandibula. Proffit dkk. (2007) menyebutkan
bahwa perawatan dengan chin cup didesain untuk merotasi mandibula ke bawah dan
ke belakang dan untuk memandu erupsi gigi sehingga gigi posterior atas erupsi ke
bawah dan depan selama erupsi gigi bawah ditahan. Alat ini juga menyebabkan gigi
insisivus bawah tipping ke lingual dan insisivus atas ke fasial. Singh (2007) juga
menyebutkan improvement profil skeletal dan jaringan lunak.

Gambar 24. Pendekatan dan respon terhadap terapi chin cup (Proffit dkk., 2007)

Bhalajhi (2004) dan McNamara dan Brudon (2001) menyatakan bahwa


penggunaan chin cup dapat dilakukan dengan memberikan kekuatan pada sepanjang
garis dari gnation ke sella tursica dengan besar kekuatan 250-300 gram per sisi dari
dagu. Pada awal pemakaian, gaya yang direkomendasikan adalah sebesar 150–300
gram per sisi. Sesudah 2 bulan gaya ini dapat ditambah sampai mencapai 450–700
gram per sisi atau 16-24 ons per sisi. Pasien diintruksikan menggunakan alat sekitar
12-14 jam per hari (termasuk saat tidur) dengan range pemakaian 10-16 jam per hari.
Bishara (2001) menyebutkan bahwa pasien dengan pertumbuhan mandibula
yang berlebihan biasanya dapat diketahui saat periode gigi desidui sehingga
perawatan untuk mengurangi protrusi mandibula lebih efektif ketika dimulai pada
tahap gigi desidui atau pada tahap gigi bercampur. Waktu perawatan bervariasi
biasanya 1-4 tahun tergantung keparahan dari maloklusi.

C. HEADGEAR

Headgear adalah alat ortopedi yang paling sering digunakan dalam perawatan
ortodontik. Idealnya, alat ini diindikasikan untuk pasien yang memiliki pertumbuhan

14
horisontal berlebih, dengan protrusi dari gigi maksila, dengan posisi skeletal dan
mandibula yag cukup baik (Singh, 2007).

Alat ini paling efektif digunakan pada masa prepubertal. Headgear juga dapat
digunakan untuk mendistalisasi gigi maksila, bersamaan dengan maksila itu sendiri.
Headgear merupakan bagian yang sangat penting untuk meningkatkan atau
mempertahankan anchorage. Terdapat bukti bahwa hormon pertumbuhan dikeluarkan
disaat sore dan malam hari, berhubungan dengan waktu tidur. Oleh karena itu,
disarankan agar anak-anak menggunakan headgear pada sore hingga malam hari
(Singh, 2007).

Komponen Headgear
Menurut Singh (2007), headgear terdiri dari tiga komponen utama yaitu:
1. Face Bow
Face bow merupakan salah satu komponen paling penting pada headgear, dimana
komponen ini membantu menyalurkan gaya ekstraoral ke gigi posterior. Face bow
terdiri dari bagian sebagai berikut:
a. Outer Bow/Whisker Bow
Outer bow dibuat dari kawat stainless steel bulat berdiameter 0.051 atau 0.062
inci yang dibentuk disekitar wajah. Outer bow memiliki panjang yang
bervariasi, yaitu:
 Short – outer bow lebih pendek dari inner bow
 Medium – outer bow sama panjang dengan inner bow
 Long – outer bow lebih panjang dari inner bow
b. Inner Bow
Inner bow dibuat dari kawat stainless steel bulat berdiameter 0.045 atau 0.052
inci yang diinsersikan pada buccal tube pada molar pertama maksila. Bentuk
inner bow disesuaikan dengan bentuk lengkung gigi. Terdapat ‘stop’ yang
berbentuk ‘U’ loop yang ditempatkan pada bow di sebelah mesial dari buccal
tube untuk mencegahnya meluncur terlalu jauh ke distal melalui buccal tube.
c. Junction
Junction merupakan titik perlekatan antara inner bow dan outer bow, yang
disolder atau dipatrikan. Biasanya diposisikan pada pertengahan kedua bow

15
tersebut, namun posisinya dapat digeser ke salah satu sisi apabila digunakan
pada kasus asimetri wajah.
Gambar 1. Facebow (A) Outer bow; (B) Inner bow; (C) Junction (Bhalajhi,
2003)

A B C

Gambar 2. (A) Short outer bow; (B) Medium outer bow; (C) Long outer bow
(Singh, 2007)

2. Force Generating Unit


Bagian ini menghubungkan antara face bow dengan anchor unit dan menyalurkan
gaya menuju gigi dan struktur skeletal dibawahnya. Elemen gaya dapat berupa
spring ataupun elastik. Spring lebih disukai karena menghasilkan gaya yang konstan
dibandingkan dengan elastik.

Gambar 3. Coil spring sebagai elemen gaya (Singh, 2007)


3. Anchor Unit
Unit penjangkaran adalah berupa head cap atau neck strap, yang berfungsi sebagai
penjangkar dari cranium dan belakang leher. Unit penjangkaran ini dapat juga
merupakan perpaduan antara head cap dan neck strap.

16
Tipe Headgear

Berdasarkan lokasi unit penjangkaran (anchor unit), menurut Singh (2007) terdapat
empat tipe headgear, yaitu:

1. Cervical headgear
Cervical headgear menggunakan penjangkaran pada tengkuk leher. Efek yang
dihasilkan adalah ekstrusi dan distalisasi gigi molar bersamaan dengan pergerakan
maksila ke arah distal.
Indikasi
 Wajah pendek, kelas II dengan protrusi maksila dan mandibular plane angle
rendah disertai deep bite.
 Pemeliharaan anchorage. Gerakan ke depan dapat ditahan dengan lebih baik
jika gigi molar penjangkar didukung dengan gaya yang dihasilkan dengan
cervical headgear.
 Perawatan tahap awal maloklusi kelas II untuk membantu distalisasi maksila
dan koreksi relasi molar kelas II.
Kontraindikasi
 Open bite
 Mandibular plane angle curam
 Wajah panjang dengan meningkatnya tinggi wajah bawah
2. Occipital headgear
Penjangkaran diperoleh dari regio occipital. Headgear tipe ini menghasilkan gerakan
translasi ke distal pada gigi molar.
3. High pull headgear
Penjangkaran diperoleh dari regio parietal. Headgear tipe ini menghasilkan gerakan
intrusi dan distalisasi gigi.
4. Combination headgear
Penjangkaran diperoleh setidaknya dari dua regio, misalnya bagian cervical dan
occipital. Headgear tipe ini menghasilkan gerakan ke distal dan sedikit ke superior
terhadap gigi geligi dan maksila.

17
Gambar 4. Tipe-tipe headgear menghasilkan arah gaya yang berbeda tergantung
kondisi klinis. (A) Occipital headgear (B) Cervical headgear (C) Combination
headgear (D) High pull headgear (Singh, 2007).

Prinsip Aplikasi Gaya


Menurut Singh (2007), prinsip aplikasi gaya headgear adalah sebagai berikut:
1. Gaya (Force)
Gaya dapat mengubah atau cenderung mengubah posisi dari seluruh bagian.
2. Titik Asal Gaya
Merupakan sumber penjangkaran headgear, dapat berada pada leher (cervical) dan
regio occipital ataupun keduanya. Tipe pergerakan gigi atau pergerakan skeletal
menentukan titik asal mana yang digunakan agar dapat menghasilkan pergerakan
yang diharapkan.
3. Titik Peletakan Gaya
Merupakan titik pada outer bow dimana elemen gaya diletakkan. Dengan mengubah
panjang atau angulasi outer bow, arah gaya dapat diubah.
4. Center of Resistance (Pusat Resistensi)
Merupakan titik dimana resultan gaya yang bekerja pada suatu benda dapat
menghasilkan gerakan translasi. Gaya yang melewati pusat resistensi suatu gigi
dapat mengakibatkan gigi tersebut bertranslasi.
a. Pusat resistensi pada gigi molar pertama maksila terletak pada area furkasi.
Untuk dapat menghasilkan gerakan translasi, gaya harus diarahkan melalui
pusat resistensi gigi molar. Contoh lain, untuk menghasilkan gerakan tipping
mahkota ke distal atau tipping akar ke distal, gaya masing-masing diarahkan di
bawah dan di atas pusat resistensi.
b. Pusat resistensi maksila biasanya terletak diantara akar dua gigi premolar. Oleh
karena itu untuk menghasilkan aksi translasi pada maksila, gaya harus melewati
pusat resistensi tersebut

18
Gambar 5. Gaya diaplikasikan melalui pusat resistensi (titik merah) akan
menghasilkan gerakan bodily (Singh, 2007).

Gambar 6. Pusat resistensi gigi berakar


jamak (titik merah) terletak ± 1-2 mm ke Gambar 7. Pusat resistensi maksila secara kasar
apikal dari furkasi. terletak diatas akar gigi premolar (titik merah).

5. Center of Rotation (Pusat Rotasi)


Merupakan titik dimana gigi dapat berotasi atau tipping ketika gaya yang
diaplikasikan menjauhi pusat resistensinya. Pusat rotasi dapat berubah tergantung
dari titik gaya diaplikasikan (Singh, 2007).

Gambar 8. Pusat rotasi (A) pada tepi incisal selama torquing; (B) pada apeks akar
selama tipping terkontrol; (C) menjauhi apeks akar saat tipping tidak terkontrol;
(D) diluar gigi saat intrusi atau ekstrusi (Singh, 2007).

Biomekanika Headgear
Pemahaman tentang biomekanika membantu klinisi menentukan gaya yang dibutuhkan
untuk menghasilkan efek klinis yang diharapkan. Garis gaya (line of force) merupakan

19
arah dimana gaya tersebut bekerja. Hubungan antara garis gaya terhadap pusat resistensi
maksila atau gigi molar pertama menentukan apakah gerakan translasi ataukah rotasi
yang terjadi. Ketika gaya tidak melewati pusat resistensi maksila atau gigi molar,
terjadilah momen. Besarnya momen ditentukan dari besar gaya dan jarak tegak lurus dari
garis gaya ke pusat resistensi. Arah garis gaya dapat diubah dengan menyesuaikan
panjang pusat busur (center bow) atau dengan membengkokkan outer bow keatas atau
kebawah untuk menghasilkan efek klinis yang diharapkan (Singh, 2007).

Gambar 9. Relasi garis gaya terhadap pusat resistensi molar maksila. (A) Garis gaya
tepat melewati pusat resistensi menghasilkan gerakan bodily gigi molar. (B) Garis gaya
berada diatas pusat resistensi gigi molar mengakibatkan akar gigi tipping ke distal. (C)
Garis gaya berada dibawah pusat resistensi gigi molar mengakibatkan mahkota gigi
tipping ke distal (Bhalajhi, 2003).

Prosedur Klinik Penggunaan


Pada perawatan dengan menggunakan headgear pada anak pra-remaja, molar band
dan headgear tubes disesuaikan dan disementasi. Facebow memiliki inner bow dengan
ukuran yang bisa disesuaikan dan biasanya juga terdapat adjustment loop, sebagai bagian
dari inner bow tersebut. Inner bow harus pas dan dekat dengan lengkung atas tanpa
berkontak dengan gigi kecuali pada molar tubes (3-4 mm dari lengkung gigi) (Proffit,
2007).
Loop pada inner bow dapat disesuaikan sehingga posisinya lebih lebar/ekspansi atau
lebih sempit/kontraksi. Apabila sulit dilakukan dalam mulut, penyesuaian loop dapat
dilakukan pada model gigi. Ujung inner bow juga harus diperhatikan, idealnya, ujung
dari inner bow tidak lebih dari 1 mm di distal tube molar, sehingga dapat mengurangi
iritasi jaringan lunak pada vestibulum bukal dan mengurangi friksi saat pemasangan dan
pelepasannya (Proffit, 2007).

20
Setelah hubungan molar kelas II terkoreksi, pergerakan kedepan dari lengkung rahang
bawah cenderung menyebabkan crossbite, kecuali lengkung atas telah diekspansi. Hal ini
harus diperhatikan pada awal perawatan. Inner bow harus diekspansi sebesar 2 mm
secara simetris, sehingga ketika salah satu sisi busur dimasukan tube, sisi lainnya terletak
diluar tube. Pasien diharapkan dapat memasang kedua ujung inner bow dengan hati-hati
sehingga ekspansi molar yang diharapkan dapat terjadi. Outer bow harus terletak secara
pasif diantara bibir dan terletak beberapa milimeter dari pipi (Proffit, 2007).

Gambar 10. Tahapan dalam memasang facebow pada headgear (A) Inner bow dapat
disesuaikan diluar mulut, pada model studi rahang atas (B) Setelah inner bow dimasukan
kedalam tube molar (C) Inner bow diekspansi 1-2 mm sehingga tidak terjadi crossbite
saat perubahan anteroposterior terjadi (Proffit, 2007).

Gambar 11. (A) Facebow disesuaikan sehingga persambungan antara inner dan outer
bow terletak pasif diantara bibir (B) Outerbow terletak beberapa milimeter dari pipi,
penyesuaian ini harus dilakukan sebelum dan setelah head cap atau neck strap dipasang
(C) setelah panjang outer bow disesuaikan, bengkokkan kawat stainless steel sehingga
membentuk hook dengan menggunakan heavy plier (Proffit,2007)

21
Efek Perawatan
1. Efek skeletal
Beberapa sutura pada maksila merupakan tempat pertumbuhan paling penting dalam
perkembangan maksila. Sutura-sutura tersebut adalah sutura frontomaksilaris, sutura
zygomaticotemporalis, sutura zygomaticomaksilaris, dan sutura pterigopalatinus. Oleh
karena itu, untuk mengubah pertumbuhan maksila, headgear berfungsi untuk menekan
sutura sehingga dapat membatasi pertumbuhan normal maksila ke bawah dan ke
depan, sementara mandibula dibiarkan tumbuh dengan normal (Singh, 2007).
2. Efek dental
Headgear merupakan alat yang berobjek pada gigi, yang menghasilkan efek dental
bersamaan dengan perubahan skeletal. Alat ini biasanya menyebabkan distalisasi
molar maksila. Bersamaan dengan ini, ekstrusi atau intrusi dapat juga dijumpai jika
penjangkaran ekstraoral yang digunakan adalah servikal atau occipital. Pada sebagian
kasus skeletal kelas II, cervical headgear tidak diinginkan karena ekstrusi molar
maksila yang disebabkan oleh gaya inferior akan mengakibatkan rotasi mandibula ke
bawah dan ke belakang, sehingga dapat memperparah kasus maloklusi (Singh, 2007).

Fungsi Headgear
Menurut Singh (2007), fungsi headgear adalah sebagai berikut:
1. Untuk menahan pertumbuhan maksila kedepan dan kebawah, dan mengarahkan
pertumbuhan maksila.
2. Distalisasi molar maksila untuk mengoreksi relasi molar kelas II atau mendapatkan
ruang untuk mengurangi crowding.
3. Headgear dapat digunakan untuk memperkuat penjangkaran molar pada kasus yang
membutuhkan penjangkaran besar. Headgear sebaiknya digunakan 10 jam/hari
dengan gaya minimal sebesar 300 g per sisi.
4. Headgear efektif untuk mempertahankan panjang lengkung dengan mencegah
migrasi molar ke mesial.
5. Dapat menghasilkan rotasi molar dengan menggunakan inner bow.

Menurut Bhalajhi (2003), headgear memiliki fungsi sebagai berikut:


1. Efek ortopedik
Gaya yang diaplikasikan ke maksila dapat digunakan untuk menahan
pertumbuhannya kebawah dan kedepan. Gaya ke distal harus diaplikasikan melewati

22
pusat resistensi maksila. Dibutuhkan gaya sebesar 350-450 g tiap sisi selama 12-14
jam/hari. Pemakaian alat ortopedik paling baik dilakukan pada masa pra-remaja.
2. Penambahan penjangkaran
Gaya ekstraoral digunakan untuk memperkuat penjangkaran ketika penjangkaran
intraoral tidak cukup. Untuk tujuan ini, headgear harus dipakai selama 10 jam/hari
dengan gaya sebesar 300 g per sisi. Pada maksila, penguatan penjangkaran diperoleh
dengan menahan pergerakan molar ke mesial.
3. Distalisasi molar
Pergerakan molar rahang atas dibutuhkan untuk mengoreksi relasi molar atau untuk
mendapatkan ruang untuk koreksi crowding atau retraksi gigi anterior. Gaya
ekstraoral untuk tujuan ini akan efektif jika dipakai selama 14 jam/hari.
Distalisasi unilateral pada gigi molar dapat dilakukan menggunakan gaya ekstraoral
dengan memvariasi panjang outer bow. Gaya lebih besar diaplikasikan pada sisi bow
yang lebih panjang. Headgear asimetris yang digunakan untuk tujuan ini pada
umumnya adalah tipe servikal atau kombinasi.
4. Rotasi molar
Untuk derotasi suatu gigi molar, gigi molar harus dipasangkan dengan buccal tube
yang diletakkan lebih distal kemudian direposisi. Koreksi dicapai dengan
penyesuaian inner bow sehingga menghasilkan gaya rotasi pada gigi molar. Setelah
koreksi dicapai, face bow harus disesuaikan kembali untuk mengaplikasikan gaya
distal secara langsung.
5. Mempertahankan ruang (space maintenance)
Metode paling efektif untuk mempertahankan panjang lengkung adalah dengan
menggunakan gaya ekstraoral. Pergerakan molar ke mesial dicegah dan face bow
tidak mengganggu erupsi gigi geligi. Pada kondisi seperti ini, pemakaian cukup
selama 8 jam/hari.

Keterbatasan Headgear
Menurut Singh (2007), headgear memiliki beberapa keterbatasan, antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Headgear tidak dapat memberikan gaya secara langsung pada sutura maksila. Gaya
ortopedik hanya dapat diaplikasikan melalui gigi, sehingga perubahan gigi tidak
dapat dihindarkan bersamaan dengan terjadinya perubahan skeletal.
2. Ke-kooperatifan pasien sangat menentukan kesuksesan terapi dengan headgear.

23
3. Pertumbuhan mandibula harus cukup untuk mengejar pertumbuhan maksila,
sementara pertumbuhan maksila dicegah.

24
PEMBAHASAN

KASUS 1 (Viazis, 1993)


Pasien dengan defisiensi maksila, tampak bahwa garis yang melalui alis dan kontur
pipi menunjukkan maksila kurang berkembang (Gambar 25). Oklusi kelas III dengan relasi
insisivus end to end (Gambar 26). Pasien ini dirawat dengan bonded rapid maxillary
expansion disertai hook di depan gigi kaninus untuk penempatan elastik (Gambar 27) lalu
facemask juga digunakan (Gambar 28). Gambar 29 menunjukkan perbaikan profil tampak
setelah 3 bulan.

Gambar 25. Profil pasien sebelum Gambar 26. Kondisi intraoral pasien sebelum perawatan
perawatan

Gambar 27. Pemakaian rapid


maxillary expansion

Gambar 28. Pemakaian Gambar 29. Profil pasien


facemask setelah perawatan

25
KASUS 2 (Susiana, 2009)
Pasien anak laki-laki 12 tahun, 6 bulan datang ke klinik ortodonti dengan keluhan
utama rahang bawah maju ke depan. Dari anamnesis didapat bahwa ayah, keluarga ayah dan
keluarga ibu hampir sebagian besar menunjukkan profil mandibula yang prognatik. Dari hasil
analisis sefalometri didapat relasi kelas III. Tinggi muka bagian bawah rendah. Relasi molar
dan kaninus kanan dan kiri kelas III, overjet -1mm, overbite 3mm (Gambar 30).

Gambar 30. Kondisi klinis pasien sebelum perawatan

Perawatan menggunakan occipital pull chin cup dengan arah daya di bawah kondilus
(Gambar 31), yang dipakai malam hari selama 14 jam, dengan daya awal 250 g per sisi dan
sesudah 2 bulan ditingkatkan menjadi 450 g per sisi. Pemakaian chin cup dilakukan untuk
mencegah pertumbuhan mandibula yang terus ke depan. Perawatan dental yang dilakukan
hanya untuk memperbaiki crowding gigi saja dan pasien juga diinstruksikan memakai elastik
intermaksilaris kelas III dengan daya sebesar 300 gr per sisi (pada saat main archwire
memakai kawat bulat 0.018), dengan daya awal 150 gr per sisi selama 3 hari dan terus
ditingkatkan sampai 300 gr per sisi (Gambar 32).

26
Gambar 31. Occipital pull chin cup dengan tarikan di bawah kondilus

Gambar 32. Perawatan ortodontik

Hasil penapakan sefalometri pasien sebelum dan sesudah 8 bulan perawatan dapat
dilihat pada Tabel 1, sedangkan penapakan sefalometri pasien yang superimpos sebelum dan
sesudah 8 bulan perawatan dapat dilihat pada Gambar 34.

Tabel 1. Hasil penapakan sefalometri pasien sebelum dan sesudah 8 bulan perawatan

27
Gambar 25. Kondisi klinis setelah 8 bulan perawatan

Gambar 34. Penapakan sefalometri superimpos pasien sebelum dan sesudah 8 bulan
perawatan

28
KASUS 3 (Alkan, Toros et al, 2000)
17 pasien dengan Klas III maloklusi (retrognati pada maksila ) telah dirawat selama 3
bulan, dengan rata-rata umur 12,81 tahun. Rapid maxillary expansion diaplikasikan dan
daktifkan dua kali sehari selama 5 hari. Setelah terjadi pemisahan sutura, headgear dengan
kekuatan 750 gram digunakan untuk memberikan gaya protraksi pada maksila.

Gambar 35 : RME dan acrylic splint yang disemenkan pada gigi premolar.

Gambar 36 : intra oral dan ekstra oral facebow

Pada design appliance ini, forehead pad digunakan, dimana terlwtk di atas pusat
resistence dari maksila. Arah dari kekuatan adalah ke depan dan parallel dengan bidang
Frankfort horizontal. Gaya sebesar 750 gram kea rah anterior (protrusive) diaplikasikan
selama 17-20 jam per hari selama 3 bulan.

Maksila bergerak ke arah anterior dan ke bawah disebabkan perpanjangan ke arah


anterior dari maksila. Dari hasil pengamatan didapatkan ekstrusi dan lingual tipping dari
insisivus maksila dan intrusi dari molar atas, serta rotasi ke arah bawah dan belakang dari
fungsional oklusal plane. Pergerakan mandibula ke arah belakang dan ke bawah berhubungan
dengan pergerakan gigi dari maksila ke arah bawah dan belakang, serta adanya ekstrusi dari
gigi anterior.

29
.
Gambar 37 : Gaya (750 g) protraction elastics dari MMPH

Gambar 38 : foto intra oral sebelum dan sesudah perawatan

30
KESIMPULAN

Ketepatan waktu dalam melakukan perawatan dengan alat ortopedik merupakan kunci
keberhasilan perawatan, yaitu pada masa pertumbuhan. Penggunaan alat ortopedik pada
bertujuan untuk memodifikasi pertumbuhan sehingga terjadi perubahan skeletal yang secara
bersamaan bisa terjadi koreksi pada gigi geligi pula. Penggunaan alat ekstra oral dapat
dikombinasikan dengan perawatan intraoral untuk kasus dentalnya karena terkadang terjadi
kombinasi maloklusi antara skeletal dan dentalnya. Masa penggunaan alat sebaiknya lebih
lama untuk menjaga kestabilan hasil perawatannya sampai masa pertumbuhan rahang selesai.

31
DAFTAR PUSTAKA

Alcan, Keles¸, and Erverdi. 2000. The effects of a modified protraction headgear on maxilla.
American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics January 2000.

Bhalajhi, S.I., 2004, Orthodontics: The Art and Science. 3rd ed, Arya (MEDI) Publishing
House, New Delhi, p.371-376

Bishara, S.E, 2001, Textbook of Orthodontics, WB. Saunders, Philadelphia, p.375, 384-400.

Graber,. L.W., 2005, Orthodontics Current Principles and Techniques, 5th ed., Mosby
Elsevier, St Louis, p. 545-550

Kusnoto, H., 1993, Diagnosis dan Rencana Perawatan serta Aplikasi Alat Ortodonti Cekat,
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, Jakarta.

McNamara, J.A. dan Brudon, W.L., 2001, Orthodontics and Dentofacial Orthopedics,
Needham Press Inc, USA, p. 88-93, 134-136, 375- 385.

Moyers, R.E, 1988, Handbook of Orthodontics, 4th ed, Year Book Medical Publishers,
Chicago, p.189-190.

Nanda, R., 2005, Biomechanics in Clinical Orthodontics, WB Saunders Company,


Philadelphia, p. 213, 246-258

Proffit, W.R, Fields, H.R., dan Sarver, D.M., 2007, Contemporary Orthodontic, 4th ed,
Mosby, St. Louis, p. 300-308,502-510

Raharjo, P., 2009, Ortodonsi Dasar, Airlangga University Press, Surabaya, p.121-125.

Singh, G., 2007, Textbook of Orthodontics, 2nd ed, Jaype Brothers Medical Publisher, New
Delhi, p. 501-507

Viazis, A.D., 1993, Atlas of Orthodontics, WB Saunders Company, Philadelphia, p. 239-241

32

Anda mungkin juga menyukai