Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN

PEMERIKSAAN DAN PERAWATAN ORTODONTIK


PASIEN 1 ALAT REMOVABLE

NO. MODEL :
298.16.9.12

Nama Pasien : Muhammad Fauzi


Operator : drg. Rendita Dewi Yulfrian
NIM : 16/405616/PKG/01089
Pembimbing : Dr. drg. Sri Suparwitri, S.U, Sp.Ort(K)
drg. Soekarsono Hardjono, Sp.Ort(K)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS ORTODONSIA


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
0
I. IDENTITAS
Operator : drg. Rendita Dewi Yulfrian NIM : 16/405616/PKG/01089
Pembimbing : Dr. drg. Sri Suparwitri, S.U, Sp.Ort(K)

No. Kartu : 17 29 78 Nomor Model : 298.16.9.12


Nama Pasien : Muhammad Fauzi Suku : Jawa
Umur : 12 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Bandulan RT 04/RW 18, Sukoharjo, Nggalik, Sleman, Yogyakarta
Pekerjaan : Pelajar
Nama Ayah : Zaenal Arifin Suku : Jawa Umur : 35 th
Nama Ibu :Ika Nur Hidayah Suku : Jawa Umur : 32 th
Pekerjaan orang tua : Swasta
Alamat orang tua : Bandulan RT 04/RW 18, Sukoharjo, Nggalik, Sleman, Yogyakarta

II. WAKTU PERAWATAN


Pendaftaran : 21 Oktober 2016 Pencetakan : 21 Oktober 2016
Pemasangan alat :
Retainer :

III. PEMERIKSAAN KLINIS


A. Pemeriksaan Subjektif (Anamnesis) :
 Keluhan utama : Pasien mengeluhkan susunan gigi depan berjejal
 Riwayat kesehatan : Sehat, belum pernah dirawat di rumah sakit dan tidak sedang dalam
perawatan dokter.
 Riwayat pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi :
Gigi desidui :
Gigi susu atas kiri belakang pasien dulu pernah berlubang
Gigi bercampur :

Sewaktu gigi permanen mulai tumbuh, pasien sering mengalami kesundulan baik pada gigi
atas maupun bawah, terutama dibagian depan.Gigi tersebut tidak dicabut meskipun gigi
penggantinya sudah tumbuh. Gigi susu baru dicabut apabila sudah goyang.

1
Gigi permanen :
Pasien mulai mengeluhkan susunan gigi-giginya tidak rata dan mengganggu penampilan.
Gigi seri depan atas dan bawah berjejal Tidak ada kebiasaan buruk yang berkaitan dengan
kelainan pasien

 Riwayat Keluarga yang berkaitan dengan keluhan pasien :


Ayah : susunan gigi-gigi berjejal
Ibu : susunan gigi-gigi rapi
Anak 1 : susunan gigi-gigi berjejal
Anak 2 : pasien
Kesimpulan: Susunan gigi yang terjadi pada pasien disebabkan karena factor herediter.

B. Pemeriksaan Objektif
1. Umum :
 Jasmani : baik
 Mental : baik dan kooperatif
 Status gizi : Tinggi Badan (TB) : 1,55 m Berat Badan (BB) : 44 kg
 Indeks Masa Tubuh = BB (kg) = 18,31
TB2 (m)
 Status gizi : normal Kategori : normal
2 Lokal :
A. Ekstra Oral :
a. Kepala : Lebar kepala :142 mm Panjang kepala : 168 mm

 Indeks kepala = Lebar kepala x 100


Panjang kepala
= 142x 100 = 84,52
168
 Bentuk kepala : brakisefali
b. Muka : Jarak nasion-gnation : 110 mm Lebar Bizygomatik : 120 mm
 Indeks muka = Jarak N-Gn x 100 = 110 x 100 = 91,67
Lebar Bizygomatik 120
 Bentuk muka : leptoprosop, asimetris
c. Profil muka : cembung
d. Garis Simon (Bid Orbital) :

2
Kanan Tidak dapat ditentukan (gigi caninus decidui)
Kiri RA :di 1/3 distal C
RB :di interdental antara C dan P1
Posisi rahang terhadap bidang orbital /garis simon
Maksila : normal
Mandibula : normal

 Sendi Temporomandibular (TMJ) : normal


 Tonus Otot Mastikasi : normal
 Tonus Otot Bibir : normal
 Bibir Posisi Istirahat : normal / tertutup
 Free Way Space : 2mm

B. Intra Oral :
 Higiene Mulut : baik
 Pola Atrisi : normal
 Lingua : sedang
 Palatum : Vertikal : sedang
Lateral : sedang
 Gingiva : normal
 Mukosa : normal
 Frenulum : Frenulum Labii Superior : normal
Frenulum Labii Inferior : normal
Frenulum Lingualis : normal
 Tonsila : normal
 Pemeriksaan Gigi-gigi :
 Rumus gigi-gigi

55 54 52 51 61 62 63 64 65

18 17 16 15 14 53 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

85 84 83 82 81 71 72 73 74 75

3
Keterangan :
K : Karies
X : Telah dicabut
O : Belum erupsi
T : Tumpatan

Radiografi OPG

Keterangan:
 Jaringan periodontal dalam keadaan sehat
 Tidak terdapat karies

3. Analisis Foto Muka


4
1. Analisis Foto
a.Foto Muka

a
b
c
b d

Tampak Depan Tampak Samping


leptoprosop, asimetris Profil muka : cembung normal
Keterangan : Keterangan :
a. Nasion a. Glabela
b. Subnasale b. Bibir Atas
c. Bibir Bawah
d. Pogonion

4. Analisis Model Studi

 Bentuk lengkung gigi


o RA : Parabola dan asimetris
o RB : Parabola dan asimetris
 Malposisi gigi individual :
o Rahang atas :
11 : labioversi
12 : palatoversi
23 : labioversi

Rahang bawah:

5
32 : linguoversi 42 : linguoversi
33 : mesiolabiotorsiversi 45 : mesiolinguotorsiversi
35 : mesiolinguotorsiversi
Relasi gigi-gigi pada oklusi sentrik
o Anterior : Overjet : 5,2 mm Overbite : 5,4 mm
Palatal bite : tidak ada
Deep bite : ada, gigi 11,12,21,22 dengan gigi 31,32,41,42
Edge to edge bite : tidak ada
Open bite : 23 dan 33
Cross bite :tidak ada
o Posterior :
Open bite:tidak ada
Cup to cup bite: tidakada
Relasi Molar pertama kanan : Kelas I
Relasi Molar pertama kiri : Kelas I
Relasi Kaninus kanan :-
Relasi Kaninus kiri : Kelas I
Garis inter insisivi sentral terhadap garis tengah rahang : segaris
Garis tengah rahang bawah terhadap rahang atas : segaris, normal

6
Lebar mesiodistal gigi-gigi (mm)
Rahang Atas Rahang Bawah
Gigi Kanan Kiri Normal Ket. Kanan Kiri Normal Ket.
1 8,70 8.85 7,4-9,75 N–N 5,65 5,20 4,97-6,6 N–N

2 7,15 7,00 6,05-8,1 N–N 6,30 6,30 5,45-6,85 N–N

3 - 8,50 7,05-9,32 N–N - 7,80 6,15-8,15 N–N

4 6,80 7,25 6,75-9 N–N 7,80 7,60 6,35-8,75 N–N

5 6,85 7,00 6-8,10 N 8,00 6,90 6,8-9,55 N–N

6 11,30 10,90 9,95-12,10 N–N 10,95 11,25 10,62-13,05 N–N

7 - - 8,75-10,87 N–N - - 8,9-11,37 N–N

Kesimpulan:lebar mesiodistal gigi geligi normal

5. Skema Gigi-gigi dari Oklusal

11 21
12 22 31 41
23 32 42
53 33
14 24 34 44

15 25 35 45

26 36 46
16
37
27 47

22

6. HITUNGAN-PERHITUNGAN
Metode Pont
Jumlah mesiodistal 21 12 : 31,70 mm
Jarak P1 – P1 pengukuran : 33,10 mm

Jarak P1 – P1 perhitungan :  I X 100  31,70 x 100


80
80
= 39,625 mm

7
Diskrepansi : -6,525 mm (kontraksi sedang)
Keterangan : Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah lateral di regio P mengalami
kontraksi sebesar -6,525 mm

Jarak M1 – M1 pengukuran : 42,70 mm


Jarak M1 – M1 perhitungan :  I X 100  49,531mm
64

Diskrepansi : -6,831 mm (kontraksi sedang)


Keterangan : Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah lateral di regio M
mengalami kontraksi sebesar -6,831 mm (kontraksi sedang).

Metode Korkhaus
Tabel Korkhaus : 18.50mm
Jarak I –(P1- P1) pengukuran : 18,00 mm
Diskrepansi : 0,5mm ( retraksi )
Keterangan : Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah anterior mengalami
retraksi ringan sebesar 0,5 mm

Metode Howes
Tidak bisa dilakukan perhitungan karena gigi permanen belum lengkap

Metode Huckaba
Memprediksi ukuran gigi-gigi yang belum tumbuh (untuk menentukan lebar mesiodistal gigi 13
dan 43)
Rumus x = (y).(x’)
(y’)
Lebar mesiodistal gigi 13 = (6,50) x (12,6) : (7,9) = 10,36 mm
Lebar mesiodistal gigi 43 = tidak bisa dilakukan karena gigi susu telah tanggal dan gigi permanen
baru mulai erupsi.

8
ANALISIS SEFALOMETRI
I. Analisis DOWN

Min Rerata Max SD Pasien Ket


Analisis Skeletal
1 Facial Angle 82° 87,8° 95° 3,6 88° N
2 Angle of Convexity -8,5° 0° 10° 5,1 2,5° N
3 Bidang A-B thd N-Pg -9° - 4,6° 0° 3,7 -3° N
4 FMPA 17° 21,9° 28° 3,2 21° N
5 Y-aksis 53° 59,4° 66° 3,8 59° N
Analisis Dental
1 Kemiringan Bidang 1,5° 9,3° 14,3° 3,8 16° >N
Oklusal
2 Sudut Interincisal 130° 135,4° 150,5° 5,8 124° <N
3 Aksis I bawah thd 3,5° 14,5° 20° 3,5 9° N
bidang oklusal
4 IMPA -8,5° 1,4° 7° 3,8 10 N
5 Derajat Protrusi I atas - 1mm 2,7 mm 5 mm 1,8 12 mm >N

Keterangan :
Analisis Skeletal
1. Facial Angle : normal
Keterangan : kedudukan mandibula dan dagu terhadap cranium normal, terdapat
kecenderungan pola skeletal klas I.
2. Angle of Convexity :normal
Keterangan : kedudukan maksila terhadap cranium normal.
3. Bidang A – B terhadap N-Pg: normal
Keterangan : relasi batas anterior tulang basal mandibula terhadap maksila dan profil skeletal
wajah normal.
4. FMPA : normal
Keterangan : pertumbuhan mandibula ke arah bawah dan belakang normal.
5. Y-aksis normal
Keterangan : menunjukkan pertumbuhan mandibula ke arah vertikal dan horizontal normal.
Analisis Dental :
1. Kemiringan Bidang Oklusal : lebih dari normal
Keterangan : posisi oklusal terhadap bidang kranii mengarah pada pola Klas II.
2. Sudut Interincisal : kurang dari inormal
Keterangan : inklinasi gigi anterior maksila dan mandibula protrusif.

9
3. Sudut Incisal mandibula terhadap bidang oklusal :normal
Keterangan : inklinasi gigi incisivus bawah terhadap bidang oklusal normal, incisivus rahang
bawah memiliki inklinasi normal terhadap bidang oklusal.
4. IMPA :normal
Keterangan : inklinasi gigi incisivus mandibula terhadap bidang mandibular normal.
5. Derajat Protrusi gigi I atas : lebih dari normal
Keterangan : inklinasi gigi incisivus atas terhadap muka protrusif.

Kesimpulan Analisis DOWN :


Hubungan skeletal klas I dengan protrusif pada maksila

Polygon untuk Metode DOWN

10
II. Analisis STEINER
REFERENCE PATIENT'S
MEASUREMENTS MESUREMENTS KET
SKELETAL
SNA 82º±2 83º N
SNB 80º±2 80º N
ANB 2º-4º 3º N
Bid. occl ke S-N 14º 22,5º >N
MP ke S-N 32º 32 º N
DENTAL
I atas ke N-A 4 mm 9 mm >N
I atas ke N-A 22º 32,5º >N
I bawah ke N-B 4 mm 6mm >N
I bawah ke N-B 25º 26º >N
Sudut interincisal 130º 122º <N
Pg ke N-B 4 mm 1 mm <N
JARINGAN LUNAK
Bibir atas dan bawah Terletak di depan Terletak di depan
>N
thd S-line S-line S-line

Keterangan :
Analisis Skeletal :
1. SNA normal berarti maksila normal terhadap basis cranium.
2. SNB normal berarti mandibula normal terhadap basis cranium.
3. ANB normal berarti hubungan maksila terhadap mandibula normal.
4. Bidang Oklusal – SN lebih dari normal berarti pola pertumbuhan mandibula ke arah bawah
dan belakang lebih dari normal
5. Mandibular plane–SN kurang darinormal berarti pertumbuhan mandibula kearah horisontal
normal..
Analisis Dental :
1. Jarak I atas - NA lebih dari normal berarti gigi incisivusRA protrusif.
2. Sudut I atas - NA lebih dari normal berarti inklinasi gigi-gigi incisivus RA protrusif.
3. Jarak I bawah - NB lebih besar dari normal berarti gigi incicivus RB protrusif.
4. Sudut I bawah - NB lebih besar dari normal berarti inklinasi gigi-gigi incisivus RB
proklinasi.
5. Sudut interincisal lebih kecil dari normal berarti inklinasi gigi anterior maksila dan
mandibula protrusif.

11
6. Jarak Pg ke NB sebesar 1 mm menunjukkan bahwa belum perlu dikoreksi secara skeletal
tetapi perlu dikoreksi adalah secara dental.

Analisis Jaringan Lunak :


Posisi bibir atas dan bibir bawah pasien berada di depan garis S berarti bibir pasien protrusif.

Kesimpulan Analisis Steiner :


Hubungan skeletal klas I dengan dengan bidental protrusif.

III. ANALISIS WITS


Reference Measurement Patients’s measurement Ket.
Jarak AO – BO -1 mm untuk laki-laki -1mm N
0 mm untuk perempuan
(±2mm)
Keterangan :
Jarak AO ke BO normal, berarti mengindikasikan adanya tipe skeletal klas I
IV. FIS
Besar sudut FIS 119 berarti inklinasi gigi incisivus atas proklinasi.

V. ANALISIS BALLARD
Reference Measurement Patients’s measurement Ket.
Residual overjet 2mm N
2-4 mm

Residual overjet normal menunjukkan pola skeletal Kelas I

KESIMPULAN ANALISIS SEFALOMETRI SECARA UMUM


Pasien memiliki maloklusi tipe skeletal kelas I dengan bidental protrusif.

12
DETERMINASI LENGKUNG GIGI
Hasil penapakan :
Keterangan :
Overjet awal : 5,2 mm
FIS awal :119 °
Retraki gigi RA : 3,2 mm
FIS akhir 112°
IMPA awal : 91°
Retraksi gigi RB : 0 mm
IMPA akhir : 91°
Overjet akhir : 2 mm
RA (P2-P2)
Lebar mesiodistal: 78,46mm
Kanan : 39,86 mm Kiri : 38,6 mm
RA: lengkung ideal Pjg lengkung ideal : 69,9 mm
lengkung mula-mula Kanan : 35,0 mm Kiri :33,9 mm
RB: lengkung ideal Diskrepansi:-9,56 mm
lengkung mula-mula Kanan : -4,86 mm Kiri : -4,7 mm
RB (P2-P2)
Lebar mesiodistal: 69.55 mm
Kanan : 35,75mm Kiri :33.8 mm
Pjg lengkung ideal : 62,9 mm
Kanan : 29 mm Kiri :30 mm
Diskrepansi : -8,55 mm
Kanan :-5,75 mm
Kiri : -2,8 mm

13
IV. DIAGNOSIS SEMENTARA
Kasus maloklusi menyangkut masalah : estetik, dental, berjejal, malrelasi, dan malposisi gigi
individual.

Solusi masalah :
RA: pencarian ruang dilakukan dengan ekstraksi gigi 14 dan 24, retraksi RA dan koreksi gigi
individual dengan menggunakan plat aktif
RB: pencarian ruang dilakukan dengan ekstraksi gigi 34 dan 44, koreksi gigi individual
dengan menggunakan plat aktif

V. DIAGNOSIS FINAL
Maloklusi Angle Klas I tipe 1 (Modifikasi Dewey) Skeletal Klas I dengan bidental protrusive
dan malrelasi deep bite antara gigi 12,11,21,22 dengan gigi 32,31,41,42, overjet 5,2 mm,
disertai malposisi gigi individual
 Malposisi gigi individual
Rahang atas :
11 : labioversi
12 : palatoversi
23 : labioversi
Rahang bawah:
32 : linguoversi 42 : linguoversi
33 : mesiolabiotorsiversi 45 : mesiolinguotorsiversi
35 : mesiolinguotorsiversi

ANALISIS ETIOLOGI MALOKLUSI


 Maloklusi Angle kelas I dentoskeletal merupakan faktor genetik.
 Malposisi gigi individual pada rahang atas
11 labioversi : kekurangan ruangan pada saat erupsi
12 palatoversi : persistensi gigi desidui 52
23 labioversi : kekurangan ruangan pada saat erupsi
 Malposisi gigi individual pada rahang bawah
32 linguoversi : persistensi gigi 72
33 mesiolabiotorsiversi :kekurangan ruangan pada saat erupsi

14
35 mesiolinguotorsiversi : kekurangan ruang pada saat erupsi
42 linguoversi : persistensi gigi bawah
45 mesiolinguotorsiversi : letak salah benih

VII.PROSEDUR PERAWATAN
B. Rencana Perawatan
Tahap-tahap yang akan dilakukan dalam proses perawatan adalah sebagai berikut:
1.Edukasi pasien :Instruksi dan memotivasi pasien serta memberi penjelasan tentang
perawatan ortodontik.
2. Analisis ruang : pencarian ruang, pemanfaatan ruang atau distribusi ruang.
3. Koreksi lengkung gigi, koreksi malposisi gigi individual
4. Penyesuaian oklusi
5. Pemasangan retainer

C. Jalannya perawatan
1. Edukasi pasien. Pasien diberi penjelasan mengenai jalannya perawatan, alat yang
digunakan untuk perawatan, kontrol perawatan dan eliminasi kebiasaan buruk.
 Jalannya perawatan : memberi pengarahan berapa lama perawatan berlangsung, aturan
pemakaian, dan cara pembersihan alat
 Alat yang digunakan : memberi pengarahan mengenai alat ortodontik yang digunakan
serta pengaruh alat ortodontik terhadap gigi-geliginya.
 Kontrol rutin: memberi pengarahan mengenai kesediaan pasien untuk kontrol secara
rutin dalam jangka waktu yang telah ditetapkan selama perawatan dan banyaknya
kunjungan yang harus dilakukan pasien.
2. Penandatangan surat persetujuan tindakan medis (informed consent) setelah pasien
mengerti dan menyetujui seluruh prosedur perawatan ortodontik.
3. Analisis Ruang
 Berdasarkan metode Pont pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah
lateral di region P1-P1 rahang atas mengalami kontraksi sebesar -6,525 mm (kontraksi
sedang), di region M1-M1 kontraksi sebesar -6,831,mm (kontraksi sedang).
 Berdasarkan metode Korkhaus pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah
anterior mengalami retraksi ringan sebesar 0,5 mm.

15
 Berdasarkan metode Huckaba lebar mesiodistal gigi 13 = (6,50) x (12,6) : (7,9) =
10,36 mm
 Berdasarkan determinasi lengkung terdapat kekurangan ruang pada rahang atas kanan
4,86 mm dan rahang atas kiri 4,7 mm. Kekurangan ruang pada rahang bawah kanan
5,75 mm dan rahang bawah kiri 2,8 mm.
Rahang Atas
Pencarian ruangan dilakukan dengan ekstraksi gigi 14 dan 24 dan akan
memberikan ruangan sebesar 6,8 mm pada sisi kanan dan 7,25 mm pada sisi kiri.
Rahang bawah
Pencarian ruang dilakukan dengan cara ekstraksi gigi 34 dan 44 dan akan
memberikan ruang sebesar 7,8 mm pada sisi kanan dan 7,6 mm pada sisi kiri. Koreksi
lengkung gigi, malrelasi, dan malposisi gigi individual

16
Tahap I
Rahang Atas
1. Basis plat akrilik dengan peninggian gigit
anterior untuk koreksi deep bite
2. Klamer adam dengan diameter kawat 0,7
mm untuk retensi dipasang pada gigi 16
dan 26
3. Labial Arch dengan diameter kawat 0,7 mm
dengan U loop pada gigi 14 dan 24 untuk
retraksi gigi anterior dan untuk koreksi gigi
11 dan 23 yang labioversi
4. Simple spring dengan diameter kawat 0,6
mm pada gigi 12 untuk mendorong gigi
palatoversi kearah labial.
5. Finger spring dengan diameter 0,6 mm
pada gigi 23 dan 53 untuk menggerakkan
gigi ke arah distal dan mengisi ruangan
bekas pencabutan.

Tahap II
Rahang Atas

17
1. Basis plat akrilik disertai peninggi gigitan
anterior untuk koreksi deepbite
2. Adam Klamer dengan diameter kawat 0,7
mm untuk retensi dipasang pada gigi 16
dan 26
3. Labial Arch dengan diameter kawat 0,7
mm dengan U loop pada gigi 14 dan 24
retraksi rahang atas sebesar 3 mm.
4. Finger spring dengan diameter 0,6 mm
pada gigi 13 yang nantinya akan tumbuh
menggantikan gigi 53 dan pada gigi 23,12,
dan 22 untuk menggerakkan gigi ke arah
distal dan mengisi ruangan bekas
pencabutan.

Aktivasi
Setelah terbentuk ruangan hasil dari ekstraksi gigi 14 dan 24 pada rahang atas, gigi 23 dan
53 dengan finger spring unruk menggerakkan gigi ke arah distal , dan koreksi malposisi gigi 11
dan 23 yang labioversi dengan busur labial untuk mendorong gigi ke arah palatal, serta gigi 12
yang palatoversi dikoreksi dengan simple spring untuk mendorong gigi tersebut ke arah labial
kemudian dilanjutkan tahap II untuk retraksi anterior rahang atas dan koreksi malposisi gigi
dengan ginger spring pada gigi 12,13,22,23 untuk menggerakkan gigi ke arah distal.
Labial arch digunakan untuk meretraksi gigi anterior diaktifkan dengan cara mengecilkan
loop pada gigi 14 dan 24. Saat pengaktivan labial arch, plat akrilik bagian palatal gigi anterior atas
dikurangi secukupnya untuk memberikan ruang saat gigi incisivus bergerak ke palatal.
Simple spring dengan kawat ø 0,6 mm untuk koreksi gigi 12 ke labial. Pengaktifan simple
spring dengan cara melebarkan lengan spring sehingga menghasilkan tekanan ke labial pada gigi
yang akan di koreksi.
Finger spring dengan kawat 0,6 mm pada gigi 12,13, 22,23 untuk menggerakkan gigi
tersebut ke arah distal dan mengisi ruang pencabutan. Pengaktifan finger spring dengan menggeser
lengan spring ke arah distal kurang lebih sepertiga lebar mesiodistal sehingga menghasilkan
gerakan ke arah distal.

18
Peninggian gigit anterior yang digunakan untuk koreksi overbite yang berlebih (5,4 mm)
atau deep bite . Peninggian gigit diaktfkan dengan mengurangi lempeng peninggian gigit secara
perlahan-lahan ketika didapatkan ekstrusi dari gigi posterior.

Tahap I
Rahang Bawah: 1. Basis plat akrilik
2. Adam Klamer dengan diameter kawat
0,7 mm untuk retensi dipasang pada
gigi 36 dan 46
3. Labial Arch dengan diameter kawat 0,7
mm dengan U loop pada gigi 34 dan 44
untuk menjaga keteraturan gigi dan
retraksi gigi anterior.
4. Simple spring dengan diameter kawat
0,6 mm pada gigi 32 dan 42 untuk
koreksi gigi 32 dan 42 yang palatoversi
ke arah labial.
5. Buccal canine retractor diameter 0,6
mm dan coil dengan diameter 3 mm
untuk retraksu gigi 33 ke distal, dan
cikal bakal untuk retraksi gigi 43 ke
distal yang nantinya telah tumbuh
sempurna.
6. T spring dengan diameter 0,6 mm
untuk koreksi gigi 45 yang
mesiolingiotorsiversi.
Tahap II
Rahang bawah
1. Basis plat akrilik
2. Klamer adam dengan diameter kawat
0,7 mm untuk retensi dipasang pada
gigi 36 dan 46
3. Labial arch dengan diameter kawat
0,7 mm dengan U loop pada gigi 34

19
dan 44 untuk retraksi gigi anterior
rahang bawah
4. Finger spring dengan diameter 0,6 ,,
untuk menggerakkan gigi 32,33,42,43
ke distal.
5. T spring diameter 0,6 mm pada gigi
45 untuk koreksi
mesiolinguotorsiversi.

Aktivasi
Setelah terbentuk ruangan hasil dari ekstraksi gigi 34 dan 44 pada rahang bawah,dilakukan
retraksi gigi 33 dengan canine buccal retractor karena posisi mesial gigi tersebut tumpang tindih
dengan gigi sebelahnya untuk menggerakkan gigi ke arah distal , serta koreksi gigi 32 dan 42 yang
palatoversi dengan simple spring agar gigi tersebut bergerak ke arah labial,dan T spring pada gigi
45 untuk koreksi mesiolinguotorsiversi, kemudian dilanjutkan tahap II untuk koreksi malposisi
gigi rahang bawah dengan finger spring pada gigi 32,33 42,43 untuk menggerakkan gigi ke arah
distal, dan T springpada gigi45 untuk koreksi mesiolinguotorsiversi.
Labial arch digunakan untuk menjaga keteraturan gigi. Simple spring dengan kawat ø 0,6
mm untuk koreksi gigi 32 dan 42 ke labial. Pengaktifan simple spring dengan cara melebarkan
lengan spring sehingga menghasilkan tekanan ke labial pada gigi yang akan di koreksi.
Buccal canine retractor pada gigi 33 untuk mendorong gigi 33 ke arah distal.Pengaktofan
buccal canine retractor dengan membuka coil atau memindahkan lengan aktif sejauh 3mm kurang
lebih sepertiga lebar mesio-distal gigi caninus ke arah distal.
Pengaktifan T spring pada gigi 45 dilakukan dengan menarik atau membuka ujung kaki
spring bagian distal agar gigi 45 bergerak ke arah bukal dan untuk koreksi rotasi gigi
mesiolinguotorsi.

7. Penyesuaian oklusi
Penyesuaian oklusi dilakukan setelah selesai perawatan dengan plat aktif. Dengan
menggunakan articulating paper pasien diminta menggigit-gigit kertas dalam keadaan sentrik dan
dalam keadaan berfungsi. Setelah itu dilakukan pengecekan tonjol oklusal dan tepi insisal gigi.
Pada bagian yang berwarna lebih tebal terdapatnya traumatik oklusi dan pada bagian tersebut
dilakukan grinding dengan diamond bur, kemudian dicek lagi dan dilakukan grinding kembali

20
sampai warna biru seimbang. Setelah itu dilakukan penghalusan pada gigi yang telah dilakukan
grinding dan aplikasi topikal fluor untuk mencegah terjadinya karies.
8. Pemakaian retainer
Pemakaian retainer digunakan untuk mempertahankan lengkung yang telah dikoreksi
sampai terjadi kestabilan dalam lengkung yang baru. Di samping itu pemakaian retainer juga
bertujuan untuk menunggu terjadinya pembentukan tulang alveolar yang baru melalui proses
deposisi dan aposisi di sekitar gigi yang telah digerakkan sehingga menjadi kokoh kembali dan
hasil perawatan tidak relaps serta untuk observasi terhadap pergantian gigi susu ke gigi permanen.
Retainer yang digunakan adalah retainer tipe Hawley retainer yang berupa:
▪ Labial arch pada rahang atas dan bawah dengan kawat ø 0,8 mm dengan U loop
pada gigi 13,23,33, dan 43 yang tidak diaktifkan
▪ Adam klamer pada rahang atas dan bawah dengan kawat ø 0,7 mm pada gigi
16,26,36 dan 46 sebagai retensi.
Pemakaian retainer dilakukan kurang lebih dalam jangka waktu 12 bulan,
 Pemakaian 3 bulan I : retainer dipakai siang dan malam, dan pada waktu tidur, baru
dilepas pada waktu sikat gigi dan sehabis makan untuk dibersihkan, dengan waktu
kontrol sebulan sekali untuk pengecekan apakah hasil perawatan berjalan dengan
baik.
 Pemakaian 3 bulan II : dilakukan kontrol apakah retainer setiap dipakai masih
sesak, jika sudah tidak sesak pemakaian dihentikan.
 Pemakaian 3 bulan III : dikontrol kembali apakah retainer masih terasa sesak jika
masih pemakaian dilanjutkan 3 bulan berikutnya
 Pemakaian 3 bulan IV : jika sudah tidak terasa sesak pemakaian bisa dihentikan dan
dilakukan pengontrolan akhir 3 bulan berikutnya.
Jika retainer sudah tidak terasa sesak, maka pemakaian retainer dapat dihentikan tanpa
harus menunggu jangka waktu selama 12 bulan.

RETAINER

Rahang atas

1. Plat akrilik
2. Labial arch dengan U loop
kawat ø 0,8 mm
3. Adam klamer kawat ø 0,7
21 mm
Rahang Bawah

1. Plat akrilik
2. Labial arch dengan U loop
kawat ø 0,8 mm
3. Adam klamer kawat ø 0,7 mm

22
IX. PROGNOSIS
Kasus ini mempunyai prognosis baik karena :
1. Motivasi tinggi
2. OHI baik
3. Kondisi jaringan periodontal baik
Indikasi perawatan: Kuratif

Yogyakarta, 30 November 2016


Operator

drg. Rendita Dewi Yulfrian

Nama Pasien : Muhammad Fauzi 16/405616/PKG/01089


Nomor Model : 298.16.9.12

Menyetujui
Pembimbing, Pembimbing,

Dr. drg. Sri Suparwitri, SU., Sp.Ort (K) drg. Soekarsono Hardjono, Sp.Ort (K)

23
Data Penunjang

Foto Profil Muhammad Fauzi

Tampak depan

Tampak samping kiri ( 90º)

Tampak samping kanan ( 90º)

24
Tampak samping kiri (45º)

Tampak samping kanan (45º)

Foto Intra oral

25
26
LEMBAR PENGESAHAN
Nama Pasien : Muhammad Fauzi
Nomor Model : 298.16.9.12

Yogyakarta, 10 Desember 2015,


Operator

drg. Rendita DewiYulfrian


(16/405616/PKG/01089)

Menyetujui
Pembimbing Pembimbing

Dr. drg. Sri Suparwitri, S.U, Sp.Ort(K) drg. Soekarsono Hardjono, Sp. Ort (K)

27
28
29

Anda mungkin juga menyukai