NO. MODEL :
298.16.9.12
Sewaktu gigi permanen mulai tumbuh, pasien sering mengalami kesundulan baik pada gigi
atas maupun bawah, terutama dibagian depan.Gigi tersebut tidak dicabut meskipun gigi
penggantinya sudah tumbuh. Gigi susu baru dicabut apabila sudah goyang.
1
Gigi permanen :
Pasien mulai mengeluhkan susunan gigi-giginya tidak rata dan mengganggu penampilan.
Gigi seri depan atas dan bawah berjejal Tidak ada kebiasaan buruk yang berkaitan dengan
kelainan pasien
B. Pemeriksaan Objektif
1. Umum :
Jasmani : baik
Mental : baik dan kooperatif
Status gizi : Tinggi Badan (TB) : 1,55 m Berat Badan (BB) : 44 kg
Indeks Masa Tubuh = BB (kg) = 18,31
TB2 (m)
Status gizi : normal Kategori : normal
2 Lokal :
A. Ekstra Oral :
a. Kepala : Lebar kepala :142 mm Panjang kepala : 168 mm
2
Kanan Tidak dapat ditentukan (gigi caninus decidui)
Kiri RA :di 1/3 distal C
RB :di interdental antara C dan P1
Posisi rahang terhadap bidang orbital /garis simon
Maksila : normal
Mandibula : normal
B. Intra Oral :
Higiene Mulut : baik
Pola Atrisi : normal
Lingua : sedang
Palatum : Vertikal : sedang
Lateral : sedang
Gingiva : normal
Mukosa : normal
Frenulum : Frenulum Labii Superior : normal
Frenulum Labii Inferior : normal
Frenulum Lingualis : normal
Tonsila : normal
Pemeriksaan Gigi-gigi :
Rumus gigi-gigi
55 54 52 51 61 62 63 64 65
18 17 16 15 14 53 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
85 84 83 82 81 71 72 73 74 75
3
Keterangan :
K : Karies
X : Telah dicabut
O : Belum erupsi
T : Tumpatan
Radiografi OPG
Keterangan:
Jaringan periodontal dalam keadaan sehat
Tidak terdapat karies
a
b
c
b d
Rahang bawah:
5
32 : linguoversi 42 : linguoversi
33 : mesiolabiotorsiversi 45 : mesiolinguotorsiversi
35 : mesiolinguotorsiversi
Relasi gigi-gigi pada oklusi sentrik
o Anterior : Overjet : 5,2 mm Overbite : 5,4 mm
Palatal bite : tidak ada
Deep bite : ada, gigi 11,12,21,22 dengan gigi 31,32,41,42
Edge to edge bite : tidak ada
Open bite : 23 dan 33
Cross bite :tidak ada
o Posterior :
Open bite:tidak ada
Cup to cup bite: tidakada
Relasi Molar pertama kanan : Kelas I
Relasi Molar pertama kiri : Kelas I
Relasi Kaninus kanan :-
Relasi Kaninus kiri : Kelas I
Garis inter insisivi sentral terhadap garis tengah rahang : segaris
Garis tengah rahang bawah terhadap rahang atas : segaris, normal
6
Lebar mesiodistal gigi-gigi (mm)
Rahang Atas Rahang Bawah
Gigi Kanan Kiri Normal Ket. Kanan Kiri Normal Ket.
1 8,70 8.85 7,4-9,75 N–N 5,65 5,20 4,97-6,6 N–N
11 21
12 22 31 41
23 32 42
53 33
14 24 34 44
15 25 35 45
26 36 46
16
37
27 47
22
6. HITUNGAN-PERHITUNGAN
Metode Pont
Jumlah mesiodistal 21 12 : 31,70 mm
Jarak P1 – P1 pengukuran : 33,10 mm
7
Diskrepansi : -6,525 mm (kontraksi sedang)
Keterangan : Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah lateral di regio P mengalami
kontraksi sebesar -6,525 mm
Metode Korkhaus
Tabel Korkhaus : 18.50mm
Jarak I –(P1- P1) pengukuran : 18,00 mm
Diskrepansi : 0,5mm ( retraksi )
Keterangan : Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah anterior mengalami
retraksi ringan sebesar 0,5 mm
Metode Howes
Tidak bisa dilakukan perhitungan karena gigi permanen belum lengkap
Metode Huckaba
Memprediksi ukuran gigi-gigi yang belum tumbuh (untuk menentukan lebar mesiodistal gigi 13
dan 43)
Rumus x = (y).(x’)
(y’)
Lebar mesiodistal gigi 13 = (6,50) x (12,6) : (7,9) = 10,36 mm
Lebar mesiodistal gigi 43 = tidak bisa dilakukan karena gigi susu telah tanggal dan gigi permanen
baru mulai erupsi.
8
ANALISIS SEFALOMETRI
I. Analisis DOWN
Keterangan :
Analisis Skeletal
1. Facial Angle : normal
Keterangan : kedudukan mandibula dan dagu terhadap cranium normal, terdapat
kecenderungan pola skeletal klas I.
2. Angle of Convexity :normal
Keterangan : kedudukan maksila terhadap cranium normal.
3. Bidang A – B terhadap N-Pg: normal
Keterangan : relasi batas anterior tulang basal mandibula terhadap maksila dan profil skeletal
wajah normal.
4. FMPA : normal
Keterangan : pertumbuhan mandibula ke arah bawah dan belakang normal.
5. Y-aksis normal
Keterangan : menunjukkan pertumbuhan mandibula ke arah vertikal dan horizontal normal.
Analisis Dental :
1. Kemiringan Bidang Oklusal : lebih dari normal
Keterangan : posisi oklusal terhadap bidang kranii mengarah pada pola Klas II.
2. Sudut Interincisal : kurang dari inormal
Keterangan : inklinasi gigi anterior maksila dan mandibula protrusif.
9
3. Sudut Incisal mandibula terhadap bidang oklusal :normal
Keterangan : inklinasi gigi incisivus bawah terhadap bidang oklusal normal, incisivus rahang
bawah memiliki inklinasi normal terhadap bidang oklusal.
4. IMPA :normal
Keterangan : inklinasi gigi incisivus mandibula terhadap bidang mandibular normal.
5. Derajat Protrusi gigi I atas : lebih dari normal
Keterangan : inklinasi gigi incisivus atas terhadap muka protrusif.
10
II. Analisis STEINER
REFERENCE PATIENT'S
MEASUREMENTS MESUREMENTS KET
SKELETAL
SNA 82º±2 83º N
SNB 80º±2 80º N
ANB 2º-4º 3º N
Bid. occl ke S-N 14º 22,5º >N
MP ke S-N 32º 32 º N
DENTAL
I atas ke N-A 4 mm 9 mm >N
I atas ke N-A 22º 32,5º >N
I bawah ke N-B 4 mm 6mm >N
I bawah ke N-B 25º 26º >N
Sudut interincisal 130º 122º <N
Pg ke N-B 4 mm 1 mm <N
JARINGAN LUNAK
Bibir atas dan bawah Terletak di depan Terletak di depan
>N
thd S-line S-line S-line
Keterangan :
Analisis Skeletal :
1. SNA normal berarti maksila normal terhadap basis cranium.
2. SNB normal berarti mandibula normal terhadap basis cranium.
3. ANB normal berarti hubungan maksila terhadap mandibula normal.
4. Bidang Oklusal – SN lebih dari normal berarti pola pertumbuhan mandibula ke arah bawah
dan belakang lebih dari normal
5. Mandibular plane–SN kurang darinormal berarti pertumbuhan mandibula kearah horisontal
normal..
Analisis Dental :
1. Jarak I atas - NA lebih dari normal berarti gigi incisivusRA protrusif.
2. Sudut I atas - NA lebih dari normal berarti inklinasi gigi-gigi incisivus RA protrusif.
3. Jarak I bawah - NB lebih besar dari normal berarti gigi incicivus RB protrusif.
4. Sudut I bawah - NB lebih besar dari normal berarti inklinasi gigi-gigi incisivus RB
proklinasi.
5. Sudut interincisal lebih kecil dari normal berarti inklinasi gigi anterior maksila dan
mandibula protrusif.
11
6. Jarak Pg ke NB sebesar 1 mm menunjukkan bahwa belum perlu dikoreksi secara skeletal
tetapi perlu dikoreksi adalah secara dental.
V. ANALISIS BALLARD
Reference Measurement Patients’s measurement Ket.
Residual overjet 2mm N
2-4 mm
12
DETERMINASI LENGKUNG GIGI
Hasil penapakan :
Keterangan :
Overjet awal : 5,2 mm
FIS awal :119 °
Retraki gigi RA : 3,2 mm
FIS akhir 112°
IMPA awal : 91°
Retraksi gigi RB : 0 mm
IMPA akhir : 91°
Overjet akhir : 2 mm
RA (P2-P2)
Lebar mesiodistal: 78,46mm
Kanan : 39,86 mm Kiri : 38,6 mm
RA: lengkung ideal Pjg lengkung ideal : 69,9 mm
lengkung mula-mula Kanan : 35,0 mm Kiri :33,9 mm
RB: lengkung ideal Diskrepansi:-9,56 mm
lengkung mula-mula Kanan : -4,86 mm Kiri : -4,7 mm
RB (P2-P2)
Lebar mesiodistal: 69.55 mm
Kanan : 35,75mm Kiri :33.8 mm
Pjg lengkung ideal : 62,9 mm
Kanan : 29 mm Kiri :30 mm
Diskrepansi : -8,55 mm
Kanan :-5,75 mm
Kiri : -2,8 mm
13
IV. DIAGNOSIS SEMENTARA
Kasus maloklusi menyangkut masalah : estetik, dental, berjejal, malrelasi, dan malposisi gigi
individual.
Solusi masalah :
RA: pencarian ruang dilakukan dengan ekstraksi gigi 14 dan 24, retraksi RA dan koreksi gigi
individual dengan menggunakan plat aktif
RB: pencarian ruang dilakukan dengan ekstraksi gigi 34 dan 44, koreksi gigi individual
dengan menggunakan plat aktif
V. DIAGNOSIS FINAL
Maloklusi Angle Klas I tipe 1 (Modifikasi Dewey) Skeletal Klas I dengan bidental protrusive
dan malrelasi deep bite antara gigi 12,11,21,22 dengan gigi 32,31,41,42, overjet 5,2 mm,
disertai malposisi gigi individual
Malposisi gigi individual
Rahang atas :
11 : labioversi
12 : palatoversi
23 : labioversi
Rahang bawah:
32 : linguoversi 42 : linguoversi
33 : mesiolabiotorsiversi 45 : mesiolinguotorsiversi
35 : mesiolinguotorsiversi
14
35 mesiolinguotorsiversi : kekurangan ruang pada saat erupsi
42 linguoversi : persistensi gigi bawah
45 mesiolinguotorsiversi : letak salah benih
VII.PROSEDUR PERAWATAN
B. Rencana Perawatan
Tahap-tahap yang akan dilakukan dalam proses perawatan adalah sebagai berikut:
1.Edukasi pasien :Instruksi dan memotivasi pasien serta memberi penjelasan tentang
perawatan ortodontik.
2. Analisis ruang : pencarian ruang, pemanfaatan ruang atau distribusi ruang.
3. Koreksi lengkung gigi, koreksi malposisi gigi individual
4. Penyesuaian oklusi
5. Pemasangan retainer
C. Jalannya perawatan
1. Edukasi pasien. Pasien diberi penjelasan mengenai jalannya perawatan, alat yang
digunakan untuk perawatan, kontrol perawatan dan eliminasi kebiasaan buruk.
Jalannya perawatan : memberi pengarahan berapa lama perawatan berlangsung, aturan
pemakaian, dan cara pembersihan alat
Alat yang digunakan : memberi pengarahan mengenai alat ortodontik yang digunakan
serta pengaruh alat ortodontik terhadap gigi-geliginya.
Kontrol rutin: memberi pengarahan mengenai kesediaan pasien untuk kontrol secara
rutin dalam jangka waktu yang telah ditetapkan selama perawatan dan banyaknya
kunjungan yang harus dilakukan pasien.
2. Penandatangan surat persetujuan tindakan medis (informed consent) setelah pasien
mengerti dan menyetujui seluruh prosedur perawatan ortodontik.
3. Analisis Ruang
Berdasarkan metode Pont pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah
lateral di region P1-P1 rahang atas mengalami kontraksi sebesar -6,525 mm (kontraksi
sedang), di region M1-M1 kontraksi sebesar -6,831,mm (kontraksi sedang).
Berdasarkan metode Korkhaus pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah
anterior mengalami retraksi ringan sebesar 0,5 mm.
15
Berdasarkan metode Huckaba lebar mesiodistal gigi 13 = (6,50) x (12,6) : (7,9) =
10,36 mm
Berdasarkan determinasi lengkung terdapat kekurangan ruang pada rahang atas kanan
4,86 mm dan rahang atas kiri 4,7 mm. Kekurangan ruang pada rahang bawah kanan
5,75 mm dan rahang bawah kiri 2,8 mm.
Rahang Atas
Pencarian ruangan dilakukan dengan ekstraksi gigi 14 dan 24 dan akan
memberikan ruangan sebesar 6,8 mm pada sisi kanan dan 7,25 mm pada sisi kiri.
Rahang bawah
Pencarian ruang dilakukan dengan cara ekstraksi gigi 34 dan 44 dan akan
memberikan ruang sebesar 7,8 mm pada sisi kanan dan 7,6 mm pada sisi kiri. Koreksi
lengkung gigi, malrelasi, dan malposisi gigi individual
16
Tahap I
Rahang Atas
1. Basis plat akrilik dengan peninggian gigit
anterior untuk koreksi deep bite
2. Klamer adam dengan diameter kawat 0,7
mm untuk retensi dipasang pada gigi 16
dan 26
3. Labial Arch dengan diameter kawat 0,7 mm
dengan U loop pada gigi 14 dan 24 untuk
retraksi gigi anterior dan untuk koreksi gigi
11 dan 23 yang labioversi
4. Simple spring dengan diameter kawat 0,6
mm pada gigi 12 untuk mendorong gigi
palatoversi kearah labial.
5. Finger spring dengan diameter 0,6 mm
pada gigi 23 dan 53 untuk menggerakkan
gigi ke arah distal dan mengisi ruangan
bekas pencabutan.
Tahap II
Rahang Atas
17
1. Basis plat akrilik disertai peninggi gigitan
anterior untuk koreksi deepbite
2. Adam Klamer dengan diameter kawat 0,7
mm untuk retensi dipasang pada gigi 16
dan 26
3. Labial Arch dengan diameter kawat 0,7
mm dengan U loop pada gigi 14 dan 24
retraksi rahang atas sebesar 3 mm.
4. Finger spring dengan diameter 0,6 mm
pada gigi 13 yang nantinya akan tumbuh
menggantikan gigi 53 dan pada gigi 23,12,
dan 22 untuk menggerakkan gigi ke arah
distal dan mengisi ruangan bekas
pencabutan.
Aktivasi
Setelah terbentuk ruangan hasil dari ekstraksi gigi 14 dan 24 pada rahang atas, gigi 23 dan
53 dengan finger spring unruk menggerakkan gigi ke arah distal , dan koreksi malposisi gigi 11
dan 23 yang labioversi dengan busur labial untuk mendorong gigi ke arah palatal, serta gigi 12
yang palatoversi dikoreksi dengan simple spring untuk mendorong gigi tersebut ke arah labial
kemudian dilanjutkan tahap II untuk retraksi anterior rahang atas dan koreksi malposisi gigi
dengan ginger spring pada gigi 12,13,22,23 untuk menggerakkan gigi ke arah distal.
Labial arch digunakan untuk meretraksi gigi anterior diaktifkan dengan cara mengecilkan
loop pada gigi 14 dan 24. Saat pengaktivan labial arch, plat akrilik bagian palatal gigi anterior atas
dikurangi secukupnya untuk memberikan ruang saat gigi incisivus bergerak ke palatal.
Simple spring dengan kawat ø 0,6 mm untuk koreksi gigi 12 ke labial. Pengaktifan simple
spring dengan cara melebarkan lengan spring sehingga menghasilkan tekanan ke labial pada gigi
yang akan di koreksi.
Finger spring dengan kawat 0,6 mm pada gigi 12,13, 22,23 untuk menggerakkan gigi
tersebut ke arah distal dan mengisi ruang pencabutan. Pengaktifan finger spring dengan menggeser
lengan spring ke arah distal kurang lebih sepertiga lebar mesiodistal sehingga menghasilkan
gerakan ke arah distal.
18
Peninggian gigit anterior yang digunakan untuk koreksi overbite yang berlebih (5,4 mm)
atau deep bite . Peninggian gigit diaktfkan dengan mengurangi lempeng peninggian gigit secara
perlahan-lahan ketika didapatkan ekstrusi dari gigi posterior.
Tahap I
Rahang Bawah: 1. Basis plat akrilik
2. Adam Klamer dengan diameter kawat
0,7 mm untuk retensi dipasang pada
gigi 36 dan 46
3. Labial Arch dengan diameter kawat 0,7
mm dengan U loop pada gigi 34 dan 44
untuk menjaga keteraturan gigi dan
retraksi gigi anterior.
4. Simple spring dengan diameter kawat
0,6 mm pada gigi 32 dan 42 untuk
koreksi gigi 32 dan 42 yang palatoversi
ke arah labial.
5. Buccal canine retractor diameter 0,6
mm dan coil dengan diameter 3 mm
untuk retraksu gigi 33 ke distal, dan
cikal bakal untuk retraksi gigi 43 ke
distal yang nantinya telah tumbuh
sempurna.
6. T spring dengan diameter 0,6 mm
untuk koreksi gigi 45 yang
mesiolingiotorsiversi.
Tahap II
Rahang bawah
1. Basis plat akrilik
2. Klamer adam dengan diameter kawat
0,7 mm untuk retensi dipasang pada
gigi 36 dan 46
3. Labial arch dengan diameter kawat
0,7 mm dengan U loop pada gigi 34
19
dan 44 untuk retraksi gigi anterior
rahang bawah
4. Finger spring dengan diameter 0,6 ,,
untuk menggerakkan gigi 32,33,42,43
ke distal.
5. T spring diameter 0,6 mm pada gigi
45 untuk koreksi
mesiolinguotorsiversi.
Aktivasi
Setelah terbentuk ruangan hasil dari ekstraksi gigi 34 dan 44 pada rahang bawah,dilakukan
retraksi gigi 33 dengan canine buccal retractor karena posisi mesial gigi tersebut tumpang tindih
dengan gigi sebelahnya untuk menggerakkan gigi ke arah distal , serta koreksi gigi 32 dan 42 yang
palatoversi dengan simple spring agar gigi tersebut bergerak ke arah labial,dan T spring pada gigi
45 untuk koreksi mesiolinguotorsiversi, kemudian dilanjutkan tahap II untuk koreksi malposisi
gigi rahang bawah dengan finger spring pada gigi 32,33 42,43 untuk menggerakkan gigi ke arah
distal, dan T springpada gigi45 untuk koreksi mesiolinguotorsiversi.
Labial arch digunakan untuk menjaga keteraturan gigi. Simple spring dengan kawat ø 0,6
mm untuk koreksi gigi 32 dan 42 ke labial. Pengaktifan simple spring dengan cara melebarkan
lengan spring sehingga menghasilkan tekanan ke labial pada gigi yang akan di koreksi.
Buccal canine retractor pada gigi 33 untuk mendorong gigi 33 ke arah distal.Pengaktofan
buccal canine retractor dengan membuka coil atau memindahkan lengan aktif sejauh 3mm kurang
lebih sepertiga lebar mesio-distal gigi caninus ke arah distal.
Pengaktifan T spring pada gigi 45 dilakukan dengan menarik atau membuka ujung kaki
spring bagian distal agar gigi 45 bergerak ke arah bukal dan untuk koreksi rotasi gigi
mesiolinguotorsi.
7. Penyesuaian oklusi
Penyesuaian oklusi dilakukan setelah selesai perawatan dengan plat aktif. Dengan
menggunakan articulating paper pasien diminta menggigit-gigit kertas dalam keadaan sentrik dan
dalam keadaan berfungsi. Setelah itu dilakukan pengecekan tonjol oklusal dan tepi insisal gigi.
Pada bagian yang berwarna lebih tebal terdapatnya traumatik oklusi dan pada bagian tersebut
dilakukan grinding dengan diamond bur, kemudian dicek lagi dan dilakukan grinding kembali
20
sampai warna biru seimbang. Setelah itu dilakukan penghalusan pada gigi yang telah dilakukan
grinding dan aplikasi topikal fluor untuk mencegah terjadinya karies.
8. Pemakaian retainer
Pemakaian retainer digunakan untuk mempertahankan lengkung yang telah dikoreksi
sampai terjadi kestabilan dalam lengkung yang baru. Di samping itu pemakaian retainer juga
bertujuan untuk menunggu terjadinya pembentukan tulang alveolar yang baru melalui proses
deposisi dan aposisi di sekitar gigi yang telah digerakkan sehingga menjadi kokoh kembali dan
hasil perawatan tidak relaps serta untuk observasi terhadap pergantian gigi susu ke gigi permanen.
Retainer yang digunakan adalah retainer tipe Hawley retainer yang berupa:
▪ Labial arch pada rahang atas dan bawah dengan kawat ø 0,8 mm dengan U loop
pada gigi 13,23,33, dan 43 yang tidak diaktifkan
▪ Adam klamer pada rahang atas dan bawah dengan kawat ø 0,7 mm pada gigi
16,26,36 dan 46 sebagai retensi.
Pemakaian retainer dilakukan kurang lebih dalam jangka waktu 12 bulan,
Pemakaian 3 bulan I : retainer dipakai siang dan malam, dan pada waktu tidur, baru
dilepas pada waktu sikat gigi dan sehabis makan untuk dibersihkan, dengan waktu
kontrol sebulan sekali untuk pengecekan apakah hasil perawatan berjalan dengan
baik.
Pemakaian 3 bulan II : dilakukan kontrol apakah retainer setiap dipakai masih
sesak, jika sudah tidak sesak pemakaian dihentikan.
Pemakaian 3 bulan III : dikontrol kembali apakah retainer masih terasa sesak jika
masih pemakaian dilanjutkan 3 bulan berikutnya
Pemakaian 3 bulan IV : jika sudah tidak terasa sesak pemakaian bisa dihentikan dan
dilakukan pengontrolan akhir 3 bulan berikutnya.
Jika retainer sudah tidak terasa sesak, maka pemakaian retainer dapat dihentikan tanpa
harus menunggu jangka waktu selama 12 bulan.
RETAINER
Rahang atas
1. Plat akrilik
2. Labial arch dengan U loop
kawat ø 0,8 mm
3. Adam klamer kawat ø 0,7
21 mm
Rahang Bawah
1. Plat akrilik
2. Labial arch dengan U loop
kawat ø 0,8 mm
3. Adam klamer kawat ø 0,7 mm
22
IX. PROGNOSIS
Kasus ini mempunyai prognosis baik karena :
1. Motivasi tinggi
2. OHI baik
3. Kondisi jaringan periodontal baik
Indikasi perawatan: Kuratif
Menyetujui
Pembimbing, Pembimbing,
Dr. drg. Sri Suparwitri, SU., Sp.Ort (K) drg. Soekarsono Hardjono, Sp.Ort (K)
23
Data Penunjang
Tampak depan
24
Tampak samping kiri (45º)
25
26
LEMBAR PENGESAHAN
Nama Pasien : Muhammad Fauzi
Nomor Model : 298.16.9.12
Menyetujui
Pembimbing Pembimbing
Dr. drg. Sri Suparwitri, S.U, Sp.Ort(K) drg. Soekarsono Hardjono, Sp. Ort (K)
27
28
29