Anda di halaman 1dari 19

1

LAPORAN UNIT OPERASI DAN PROSES


BIOLOGICAL TREATMENT: CONVENTIONAL ACTIVATED SLUDGE

KELOMPOK 1

Elgin Martama 1606833261


Hamid Dewa Saputra 1606834200
Ihsan Ramadhan 1606905664
Maharani Permata P. 1606836515
Nurul Shafira D. 1606884400
Refaldi Prayitno 1606881613
Rifia Auni O. 1606830796
Visionta 1606883650

Asisten : Nike
Tanggal Pengumpulan : 2 Desember 2018
Nilai :
Paraf Asisten :

TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2018

Universitas Indonesia
2

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Perancangan Biological
Treatment: Conventional Activated Sludge”. Laporan penulisan ini diselesaikan untuk
memenuhi tugas besar mata kuliah Unit Operasi dan Proses. Laporan tugas besar ini
bertujuan untuk mengetahui desain yang tepat untuk pengolahan biologis Conventional
Activated Sludge. Atas dukungan moral yang diberikan dalam penyusunan dan
penyelesaian laporan tugas besar Unit Operasi dan Proses maka penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Setyo Sarwanto Mursidik DEA., Prof. Dr. Ir. Djoko M. Hartono, S.E,
M.Eng. dan Ir. Irma Gusnaini Danumihardja M.Sc., Dr. RM Sandyanto
Adityosulindro S.T., M.T. selaku dosen mata kuliah Unit Operasi dan Proses
2. Kak Nike selaku asisten dosen mata kuliah Unit Operasi dan Proses
3. Pihak lain yang sudah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam proses penyelesaian laporan ini
Penulis meyadari bahwa laporan yang dibuat belum sempurna. Maka dari itu,
saran dan kritik yang membangun yang dapat membantu untuk penyempurnaan laporan
tugas besar ini sangat diharapkan oleh penulis. Selain itu penulis berharap bahwa
laporan ini dapat bermanfaat di masa mendatang dan dapat menjadi referensi bagi
pembaca.

Depok, Desember 2018

Tim Penulis

Universitas Indonesia
3

DAFTAR ISI
BAB 1 ......................................................................................................................5
1.1 SOAL ..........................................................................................................5
BAB 2 ......................................................................................................................5
2.1 DASAR TEORI .............................................................................................5
2.1.1 Pengertian dari Conventional Activated Sludge ..............................................5
2.1.2 Kekurangan dan Kelebihan dari Conventional Activated Sludge ...................6
2.1.3 Proses Kerja ....................................................................................................6
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Unit ...........................................7
2.1.5 Kriteria Desain ................................................................................................9
2.2 PERSAMAAN YANG DIGUNAKAN DALAM MERANCANG UNIT PENGOLAHAN
BIOLOGIS...............................................................................................................9
2.2.1 BOD dalam reactor .......................................................................................10
2.3 ALGORITMA PERHITUNGAN......................................................................13
2.4 PERHITUNGAN DESAIN UNIT PENGOLAHAN BIOLOGIS .............................14
2.4.1 Hydraulic Retention Time (θ)........................................................................15
2.4.2 Space Volumetric Loading ............................................................................15
2.4.3 Food-to-microbe Ratio(F/M) ........................................................................15
2.4.4 Recycle Ratio(R/Q) .......................................................................................16
2.4.5 Mean Cell Residence Time(θc) ......................................................................16
2.4.6 Desain Bak Aerasi .........................................................................................17
BAB 3 ....................................................................................................................18
KESIMPULAN ....................................................................................................18
BAB 4 ....................................................................................................................19
REFERENSI .........................................................................................................19

Universitas Indonesia
4

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2-1. Sistem Lumpur Aktif ................................................................................... 7


Gambar 2-3.Desain Bak Aerasi ...................................................................................... 17

Universitas Indonesia
5

BAB 1
1.1 Soal
Sebuah WWTP akan dibangun di suatu wilayah agar dapat mengolah
limbah domestik dari suatu perkotaan.WWTP tersebut memiliki besar debit
rencana 150 Liter/detik dan nilai BOD5 dari air limbah setelah proses pre-
eliminary dan primary treatment ialah sebesar 300 mg/Liter. Perbandingan
MLVSS : MLSS diketahui adalah 0,75 yang didapatkan dari beberapa
pengujian. Suhu rata-rata udara di wilayah tersebut adalah 32oC (berdasarkan
pengukuran) dan rencana suhu air limbah adalah sebesar 25oC. Buatlah laporan
perencanaan biological treatment (Conventional Activated Sludge (untuk
kelompok 1))!

BAB 2
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian dari Conventional Activated Sludge
Activated Sludge atau lumpur aktif adalah proses pertumbuhan mikroba
tersuspensi. Proses ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang
mengoksidasi material organik menjadi karbondioksida, air, amonia, dan sel
biomassa baru. Udara disalurkan melalui pompa blower (diffused) atau
melalui aerasi mekanik. Sel mikroba membentuk flok yang akan mengendap
di tangki penjernihan (Gabriel Bitton, 1994).

Dalam sistem pengolahan lumpur aktif baik untuk domestik maupun


untuk industri, mengandung 1-5% padatan total dan 95-99% bulkwater.
pembuangan kelebihan lumpur dilakukan melalui proses dewatering. (Frank
etal, 1996).

Conventional Activated Sludge (CAS) System atau yang berarti Sistem


Lumpur Aktif Konvensional adalah sistem yang digunakan untuk melakukan
degradasi biologis dan klarifikasi sekunder (tangki sedimentasi) yang
menjadi tempat pemisahan antara lumpur dengan air limbah yang diolah.

Universitas Indonesia
6

Pada Conventional Activated Sludge, rata-rata waktu tinggal yang


dibutuhkan oleh lumpur berkisar antara 4 hingga 10 hari sehingga
pembuangan biomassa berupa kelebihan lumpur atau excess sludge masih
membutuhkan tahap stabilisasi pada pengolahan lumpur yang disebabkan
oleh tingginya tingkat zat organik yang dapat terurai di dalam komposisi
selularnya (Sperling, 2007:204).

2.1.2 Kekurangan dan Kelebihan dari Conventional Activated Sludge


Pada pengolahan dengan menggunakan proses lumpur aktif
konvensional, terdiri dari bak pengendap awal, bak aerasi, dan bak
pengendap akhir serta bak khlorinasi untuk membunuh bakteri patogen.

Kelebihan dari proses lumpur aktif konvensional adalah dapat mengolah


air limbah dengan beban BOD yang besar sehingga tidak memerlukan
tempat yang terlalu besar.

kelemahan dari proses ini adalah dapat terjadi bulking pada lumpur aktif.
Terjadi buih yang menyebabkan jumlah lumpur yang dihasilkan cukup
besar. Selain itu, proses lumpur aktif konvensional terbilang mahal karena
membutuhkan banyak sumber daya manusia yang handal untuk dapat
mengoperasikan sistem ini.

2.1.3 Proses Kerja


Berikut adalah proses kerja dari Conventional Activated Sludge atau
Sistem Lumpur Aktif.

Universitas Indonesia
7

Gambar 2-1. Sistem Lumpur Aktif


Sumber: One V Project Management and Consultancy Sdn Bhd, 2016

Langkah pertama dari sistem ini adalah aliran influen masuk ke dalam
tangki aerasi. Di sini, air limbah dicampur dengan udara untuk mengaktifkan
mikroorganisme. Saat mencerna air limbah yang ada, organisme akan
bertabrakan antara satu dengan yang lainnya sehingga partikel dengan
ukuran yang lebih besar (flok) akan terbentuk, yang memiliki kapasitas lebih
besar untuk menurunkan komponen biologis dari air limbah.

Dari cekungan aerasi, lalu diikuti oleh klarifier sekunder atau tangki
pengendapan. Mikroorganisme dengan bahan organik yang teradsorpsi akan
menetap pada langkah ini.

Hal selanjutnya adalah air dari klarifier diangkut ke instalasi untuk


perlakuan desinfeksi dan pembuangan akhir atau ke unit tersier lainnya
untuk pemurnian lebih lanjut.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Unit


Menurut Davis dan Cornwell, 1985, faktor-faktor yang dapat
memengaruhi kinerja unit disebut juga variabel perencanaan atau
designvariable. Berikut adalah beberapa variabel perencanaan dalam sistem
lumpur aktif konvensional:

a. Beban BOD

Universitas Indonesia
8

Beban BOD adalah jumlah massa BOD di dalam air limbah yang masuk
dibagi dengan jumlah reaktor.

b. Mixed Liqour Suspended Solids (MLSS)


Mixed Liqour Suspended Solids adalah isi bak aerasi pada proses
pengolahan air limbah dengan sistem lumpur aktif. MLSS merupakan
campuran air limbah dengan biomassa mikroorganisme serta padatan
tersuspensi lain. MLSS merupakan jumlah total dan padatan tersuspensi
berupa material organik dan mineral, termasuk mikroorganisme. MLSS
didapat dari menyaring lumpur campuran dengan kertas saring kemudian
kertas saring dikeringkan pada temperatur tertentu. Kemudian, berat
padatan yang tersisa ditimbang.

c. Mixed Liqour Volatile Suspended Solids(MLVSS)


MLVSS adalah porsi atau jumlah material organik yang terdapat pada
MLSS. MLVSS berisi material organik bukan mikroba, mikroba hidup,
dan mikroba mati, serta hancuran sel (Nelson dan Lowrence, 1980).

d. Food to Microorganism Ratio atau Food to Mass Ratio (F/M)


F/M menunjukkan jumlah zat organik (BOD) yang dihilangkan dibagi
dengan jumlah massa mikroorganisme di dalam bak aerasi atau reaktor.
Besaran nilai F/M ditunjukkan dalam kilogram BOD per kilogram MLSS
per hari (Curds dan Hautkes, 1983).

e. Hydraulic Retention Time (HRT)


Waktu tinggal hidrolik adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh
larutan influent masuk ke dalam tangki aerasi untuk proses lumpur aktif.
Nilai HRT berbanding terbalik dengan laju pengenceran (dilutionrate, D)
(Sterritt dan Lester, 1998).

f. Hydraulic Recycle Ratio(HRR)


Rasio sirkulasi lumpur adalah perbandingan antara jumlah lumpur yang
disirkulasikan ke bak aerasi dengan jumlah air limbah yang masuk ke
dalam bak aerasi.

Universitas Indonesia
9

g. Sludge age
Umur lumpur atau waktu tinggal rata-rata sel adalah parameter yang
menunjukkan waktu tinggal rata-rata mikroorganisme dalam sistem
lumpur aktif. Waktu tinggal rata-rata sel mikroba dalam bak aerasi
dihitung dalam hitungan hari (Hammer, 1986).

2.1.5 Kriteria Desain


Type of process : Conventional
AS

Mean cell residence time (𝛳c) : 5 – 15 days

Food-to-microbe ratio : 0,2-0,4

Spaceloading : 0,3-0,6

Hydraulic Retention Time in Aeration Basin (𝚹) : 4-8 jam

MLSS : 1500-3000
mg/L

Recycle Ratio (R/Q) : 0,25-1,0

Flow Regime : PF, DPF

BOD Removal Efficiency : 85-95 %

2.2 Persamaan yang Digunakan dalam Merancang Unit Pengolahan Biologis


 Menentukan K, reaction rate contant

𝐾2 = 𝐾1 𝑥𝜃 |𝑇2−𝑇1|

Keterangan :

K1, K2 = Reaction rate constant terhadap suhu

𝜃 = Koreksi temperature 1.03-1.06

T1 = Temperatur Mix Liquor untuk K1

T2 = Temperatur Mix Liquor untuk K2

Universitas Indonesia
10

 Sludge Volume Index untuk RecycleRatio

𝑆𝑉 ∙ 1000
𝑆𝑉𝐼 =
𝑀𝐿𝑆𝑆
Keterangan :

SVI = Sludge volume index (mL/mg)

SV = Sludge volume (mL/L)

SDI = Sludge volume index (mg/mL)

MLSS = MixLiquorSuspended Solid (mg/L)

 RecycleRatio

𝑄(0) + 𝑅(𝑆𝐷𝐼) = (𝑄 + 𝑅)(𝑀𝐿𝑆𝑆)

Keterangan :

Q = debit influen (L/s)

R = debit lumpur yang dikembalikan (L/s)

SDI = Sludge Volume Index (mg/mL)

MLSS = Mix liquor suspended solid (mg/L)

2.2.1 BOD dalam reactor


𝑄(𝑆𝑜) + 𝑅(𝑆𝑟𝑒) = (𝑄 + 𝑅)(𝑆𝑡)

Keterangan :

Q = debit influen (L/s)

R = debit lumpur yang dikembalikan (L/s)

Sre = konsentrasi BOD lumpur aktif resirkulasi (mg/L)

St = konsentrasi BOD influen bak aerasi (mg/L)

 Reaction Time (Hydraulic Retention Time)

Universitas Indonesia
11

𝑆𝑡 − 𝑆𝑒
𝜃=
𝐾𝑟𝑎𝑡𝑒 ∙ 𝑋 ∙ 𝑆𝑒

Keterangan :

𝜃 = hydraulic retention time (hour)

𝐾𝑟𝑎𝑡𝑒 = Reaction rate constant (K2) (L/gram-hour)

Se = Konsentrasi BOD effluen secondary treatment (mg/L)

St = konsentrasi BOD influen bak aerasi (mg/L)

X = Mix liquor volatile suspended solid, MLVSS (mg/L)

 Volume aeration tank

𝑉 = (𝑄 + 𝑅)𝑥𝜃

Keterangan :

𝜃 = hydraulic retention time (hour)

V = volume bak aerasi (m3)

Q = debit influen (L/s)

R = debit lumpur resirkulasi (L/s)

 Space loading

(𝑄 + 𝑅). 𝑆𝑡
𝑆𝑝𝑎𝑐𝑒 𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 =
𝑉
Keterangan :

St = konsentrasi BOD dalam bak aerasi (mg/L)

V = volume bak aerasi (m3)

Q = debit influen (L/s)

R = debit lumpur resirkulasi (L/s)

 F/M ratio

Universitas Indonesia
12

𝐹 ∆𝑆
=
𝑀 𝑋. ∆𝑡
Keterangan :

F/M = food to microbe ratio

∆𝑆 = selisih St dengan Se (mg/L)

X = MLVSS (mg/L)

∆𝑡 = hydraulic retention time (hari)

 Mean Cell Residence Time

1 𝐹
= 𝑌 − 𝐾𝑒
𝜃𝑐 𝑀

Keterangan :

𝜃𝑐 = MeanCellResidenceTime (hari)

Y = Cellyieldcoefficient

F/M = MLVSS (mg/L)

𝐾𝑒 = Endogenousdecaycoefficient

Universitas Indonesia
13

2.3 Algoritma Perhitungan

BOD awal (S0) dan BOD akhir (Se)

Tentukan K (konstanta laju reaksi)


sesuai jenis limbah

Tentukan MLSS dan MLVSS (𝑥̅ )


MLVSS = 65-75% MLSS sesuai kriteria desain

Hitung HydraulicRetentionTime (θ) Ubah nilai MLVSS (𝑥̅ ) atau


𝑆0 − 𝑆𝑒 modifikasi Se (sehingga
𝜃= lebih dari 1 tahap proses)
𝑘 ∙ 𝑥̅ ∙ 𝑆𝑒

θ memenuhi kriteria desain


T
Y

Hitung volume bak aerasi

V=Q‧θ

Hitung spaceloading
Modifikasi volume bak
𝑄 ∙ 𝑆0
𝑆𝑝𝑎𝑐𝑒 𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 = aerasi (V)
𝑉

memenuhi kriteria desain


T
Y

∆𝑆 = 𝑆𝑒 − 𝑆0 Hitung Food toMicrobesRatio

∆𝑆
∆𝑡 = 𝜃 𝐹/𝑀 =
𝑥̅ ∙ ∆𝑡 Ubah nilai MLVSS (𝑥̅ )

memenuhi kriteria desain


T
Y

Hitung BOD removalefficiency


Modifikasi Se (sehingga
𝑆0 − 𝑆𝑒
𝐸= × 100% lebih dari 1 tahap proses)
𝑆0

memenuhi kriteria desain


T Universitas Indonesia
Y
14

Hitung Sludge Volume


SVI = 50-150mL/g
𝑆𝑉𝐼 ∙ 𝑀𝐿𝑆𝑆
𝑆𝑉 =
1000

Hitung Sludge Density Index

𝑀𝐿𝑆𝑆
𝑆𝑉 =
𝑆𝑉

Hitung RecycleRatio

𝑄(0) + 𝑅(𝑆𝐷𝐼) = (𝑄 + 𝑅)(𝑀𝐿𝑆𝑆)


Ubah nilai MLVSS (𝑥̅ )

memenuhi kriteria desain


T
Y
Hitung MeanCellResidenceTime(θc)

𝑀𝐿𝑆𝑆 ∙ 𝑉
𝜃𝑐 = Ubah nilai MLVSS (𝑥̅ )
𝑄∙𝑅

memenuhi kriteria desain


T
Y

Gambar desain bak aerasi

2.4 Perhitungan Desain Unit Pengolahan Biologis


Diketahui :

- Q = 150 L/s
- So = 300 mg/L
- Se = 30 mg/L (sesuai kriteria efluen air limbah pada Permen LHK)
- K = 1,717 L/(gr MLVSS-jam) (konstanta laju reaksi air limbah domestik
pada suhu 25 °C)
- MLVSS : MLSS = 0,75
- MLSS = 1600 mg/L

Universitas Indonesia
15

- MLVSS = 1200 mg/L = 1,2 g/L = (x̄)


- SVI = 150 mL/gr (rentang nilai tipikal 100-200 mL/gr)
- H = 6 m (kedalaman bak aerasi tipikal 3 - 8 m)

2.4.1 Hydraulic Retention Time (θ)


𝑚𝑔 𝑚𝑔
𝑆𝑜 − 𝑆𝑒 300 𝐿 − 30 𝐿
𝜽= = 𝐿 𝑔𝑟 𝑚𝑔
𝑘. 𝑥̄. 𝑆𝑒 1,717 𝑔𝑟𝑀𝐿𝑉𝑆𝑆−𝑗𝑎𝑚 . 1,2 𝐿 . 30 𝐿

𝜽= 4,368 jam (memenuhi syarat 𝜃Conventional AS = 4 – 8 jam)

Volume bak aerasi (V)

𝑳 𝒔
𝟏𝟓𝟎 .(𝟒,𝟑𝟔𝟖 𝒋𝒂𝒎)(𝟑𝟔𝟎𝟎 )
𝒔 𝒋𝒂𝒎
V=𝑄𝒙𝜽 = 𝑳
𝟏𝟎𝟎𝟎 𝟑
𝒎

V = 2358,765 m3

2.4.2 Space Volumetric Loading


𝑳 𝒎𝒈 𝒔
𝑸.𝑺𝒐 𝟏𝟎𝟎 .𝟑𝟔𝟎 .𝟖𝟔𝟒𝟎𝟎
𝒔 𝑳 𝒉𝒂𝒓𝒊
SpaceLoading = = 𝒎𝒈
𝑽 𝟐𝟑𝟓𝟖,𝟕𝟔𝟓 𝒎𝟑 .𝟏𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎
𝒌𝒈

𝑘𝑔𝐵𝑂𝐷
SpaceLoading = 1,648 ℎ𝑎𝑟𝑖 .𝑚53

(tidak memenuhi syarat Space LoadingConventional AS = 0,3 – 0,6


𝑘𝑔𝐵𝑂𝐷5
)
ℎ𝑎𝑟𝑖 .𝑚3

2.4.3 Food-to-microbe Ratio(F/M)


𝑭 ∆𝑺 (𝟑𝟔𝟎 − 𝟐𝟎)
= = 𝟒,𝟑𝟔𝟖
𝑴 𝒙̄. ∆𝒕 𝟏𝟔𝟎𝟎 𝟐𝟒

𝑭
= 𝟏, 𝟐𝟑𝟔
𝑴

(tidak memenuhi syarat F/MConventional AS = 0,2 – 0,4)

2.4.3.1 BOD Removal Efficiency (E)


𝑺𝒐−𝑺𝒆 𝟑𝟎𝟎−𝟐𝟎
E= 𝒙 𝟏𝟎𝟎% =
𝑺𝒐 𝟑𝟎𝟎

Universitas Indonesia
16

E = 90%

(memenuhi syarat EConventional AS = 85-95 %)

2.4.4 Recycle Ratio(R/Q)


- Sludge Volume Index (SVI)
SVI = 150 mL/gr

𝑚𝐿 𝑚𝑔
150 .1600
𝑔𝑟 𝐿
SV = 𝑚𝑔
1000
𝑔𝑟

SV = 240 ml/L

- SludgeDensity Index (SDI)


𝑚𝑔
𝑀𝐿𝑆𝑆 1600
𝐿
SDI = = 𝑚𝐿
𝑆𝑉 240
𝐿

SDI = 6,67 mg/mL = 6666,67 mg/L

- RecycleRatio (R/Q)
Q(0) + R(SDI) = (Q+R) MLSS

Q(0) + R(6666,67) = (Q+R) 1600

5066,67 R = 1600 Q

1600
R/Q = 5066,67

R/Q = 0,32 (memenuhi syarat R/QConventional AS = 0,25 - 1,0)

2.4.5 Mean Cell Residence Time(θc)


R = R/Q x Q

R = 0,32 x 150 L/s

R = 47,37 L/s

Universitas Indonesia
17

𝑚𝑔 𝐿
𝑀𝐿𝑆𝑆 .𝑉 1600 .2358,765𝑚3 .1000 3
θc= = 𝐿
𝐿 𝐿 𝑠
𝑚
𝑄 .𝑅 150 .47,37 .86400
𝑠 𝑠 ℎ𝑎𝑟𝑖

θc= 6,15 hari (memenuhi syarat θcConventional AS = 5 - 15 hari)

2.4.6 Desain Bak Aerasi


V = 2358,765 m3

H=6m

𝑉 2358,765𝑚3
A=𝐻 = = 393,128 m3
6𝑚

Bak berbentuk persegi panjang

b = 3h

A = b.h = 3.h.h= 3h2

393,128 = 3h2

h = 11,447 m

Gambar 2-2.Desain Bak Aerasi


b = 34,342 m

Sumber: Perhitungan Penulis, 2018

Universitas Indonesia
18

BAB 3
KESIMPULAN
Activated Sludge atau lumpur aktif adalah proses pertumbuhan mikroba
tersuspensi. Conventional Activated Sludge (CAS) System atau yang berarti
Sistem Lumpur Aktif Konvensional adalah sistem yang digunakan untuk
melakukan degradasi biologis dan klarifikasi sekunder (tangki sedimentasi)
yang menjadi tempat pemisahan antara lumpur dengan air limbah yang
diolah.

Pada soal ini, kami mendapatkan waktu retensi hidrolik selama 4,368
jam yang telah memenuhi syarat (𝜃Conventional AS = 4 hingga 8 jam). Dari hal
tersebut, kami mendapatkan volume bak aerasi sebesar V = 2358,765 m3.
𝑘𝑔𝐵𝑂𝐷5
Kami juga mendapatkan nilai Space Loading sebesar 1,648 yang
ℎ𝑎𝑟𝑖 .𝑚3

tidak memenuhi syarat karena seharusnya besar Space LoadingConventional AS=


𝑘𝑔𝐵𝑂𝐷5
0,3 hingga 0,6 ). Besar Food-to-microbe Ratio(F/M) yaitu 1,236 juga
ℎ𝑎𝑟𝑖 .𝑚3

tidak memenuhi syarat karena seharusnya nilaiF/MConventional AS = 0,2 hingga


0,4. Meskipun begitu, nilai BOD Removal Efficiency (E), Recycle
Ratio(R/Q) = 90%, dan Mean Cell Residence Time (θc) yang kami dapatkan
memenuhi syarat yang ada. Berikut adalah rinciannya.

BOD Removal Efficiency (E) = 90% memenuhi syarat karena nilai


EConventional AS terletak pada rentang 85 hingga 95 %. Recycle Ratio (R/Q) R/Q
= 0,32 memenuhi syarat karena nilai R/QConventional AS terletak pada rentang
0,25 hingga 1,0. Mean Cell Residence Time (θc) θc= 6,15 hari memenuhi
syarat karena nilai θcConventional AS terletak pada rentang 5 - 15 hari.

Dari perhitungan yang kami lakukan, kami mendapatkan dimensi desain


bak aerasi, yaitu panjang = 34,34 meter, lebar = 11, 45 meter, dan tinggi = 6
meter. Dengan nilai-nilai tersebut, influen air limbah dengan nilai So sebesar
300 mg/L diharapkan dapat diolah menjadi 30 mg/L sesuai dengan Permen
LHK.

Universitas Indonesia
19

BAB 4
REFERENSI
http://www.onevproject.com/type-of-system/conventional-activated-sludge-
systems-cas/

www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Tekstil/tekstil.html

http://water.lecture.ub.ac.id/files/2012/03/Limbah-modul_3.pdf

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai