Anda di halaman 1dari 20

Pemberontakan Madiun 1948

Harun Arrasyid
Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Harun.arrasyid14@mhs.uinjkt.ac.id

Pendahuluan

Madiun adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini terletak 160
km sebelah barat Surabaya, atau 111 km sebelah timur Surakarta, Jawa Tengah. Saat masa
Kolonial, Madiun adalah sebuah Karesidenan yang terdiri dari beberapa kabupaten antara
lain: Madiun, Magetan, Ngawi, Ponorogo dan Pacitan. Pada tahun 1948, Madiun adalah
salah satu kota besar di Republik setelah Yogyakarta dan Solo. Dalam sejarahnya, Madiun
merupakan sebuah wilayah di bawah kekuasaan Kesultanan Mataram. Selain itu terdapat
kerajaan/ pemerintahan Gagelang yang didirikan oleh Adipati Gugur Putra Brawijaya.1 Pada
perkembanganya Madiun seringkali menjadi pangkalan tempat para pangeran Jawa yang
membangkang dalam melakukan serangan ke Solo.

Pada tahun 1948 di Madiun terjadi peristiwa penting yang menyangkut sejarah
revolusi Indonesia, yaitu terjadinya Peristiwa Madiun. Sebuah konflik kekerasan atau
pemberontakan yang terjadi di Jawa Timur bulan September – Desember 1948. Peristiwa ini
diawali dengan diproklamasikannya negara Soviet Republik Indonesia pada tanggal 18
September 1948 di Madiun oleh Muso, seorang tokoh Partai Komunis Indonesia.
Pemberontakan ini dilakukan oleh anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dan partai-partai
kiri lainnya yang tergabung dalam organisasi bernama "Front Demokrasi Rakyat" (FDR).
Dalam dokumen yang dirilis oleh CIA pada tahun 5 Mei 1953 pemberontakan ini
diperkirakan ingin menghancurkan Republik Demokrasi yang berada di Indonesia.2
Dokumen ini juga menjelaskan estimasi jumlah penduduk orang yang mengikuti
pemberontakan ini di Madiun sekitar 100.000 orang.

1
Lihat http://madiunkota.go.id/index.php/sejarah-kota-madiun/
2
General CIA Records, No Dokumen: CIA-RDP80-00809A000700220251-4, dirilis pada tanggal 12
Agustus 2003
Katharine McGregor dalam penelitian yang berjudul A Reassessment Of The
Significance Of The 1948 Madiun Uprising To The Cold War In Indonesia3 mengatakan
bahwa peristiwa Madiun merupakan dampak pertama perang dingin yang mempengaruhi
Indonesia yang ia sebut sebagai “titik nyala penting”. Dalam penelitian itu, Katharine
McGregor merujuk pada studi George Kahin yang menyebut bahwa peristiwa Madiun
merupkan tindakan pemberontakan yang terpisah oleh partai; ada rencana untuk
menggunakan alat non-parlementer untuk merebut kekuasaan parlemen ketika melemah.
Dengan pendapatnya seperti itu, Kahin juga menambahkan bahwa dengan jelas menyatakan
bahwa PKI tidak secara formal merencanakan tindakan di Madiun. Musso berada di tengah
dalam kaitannya dengan Sjarifuddin

Para pemberontak Madiun tidak hanya mengejar kekuasaan tapi juga membunuh
lawan-lawan mereka dengan kejam seperti para pegawai pembimbing.4 Banyak orang-orang
sipil khususnya orang jawa yang sebelumnya bekerja untuk Belanda dibunuh oleh
pemberontakan ini.5 Dikatakan bahwa total dari pemberontakan Madiun sampai dengan
daerah-daerah lain memakan korban total 500 orang yang terdiri dari Wedana6, Asisten
pembantu, dan 1000 desa yang meliputi Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Rembang,
Madiun, dan Mediri. Selain itu PKI juga menjalankan usaha sabotase dan pengacauan
terhadap hak milik pemerintah, partai lawan dan perseorangan yang dianggap
membahayakan. Penyerobotan tanah hutan dilakukan sehingga penduduk sekitarnya
berdampak kemiskinan.

Peristiwa pemberontakan Madiun menurut pandangan Ann Swift bisa di jelaskan


dengan perspektif pandangan yang berbeda. Seperti halnya dikatakan bahwa pemberontakan
di Madiun dipelopori oleh Amerika yang ingin memprovokasi antara Partai Komunis
Indonesia dengan pihak pemerintahan Republik. Pandangan yang lebih ektrim lagi ketika
peristiwa ini dikaitan oleh pemerintahan Soviet untuk menyebarkan ideologi komunis di
Asia Tenggara dengan adanya peristiwa ini.7

3
Katharine McGregor, A Reassessment Of The Significance Of The 1948 Madiun Uprising To The
Cold War In Indonesia, Kajian Malaysia, Jilid. 27, No. 1& 2, 2009, hal 89
4
Surat yang disebar oleh Menteri Penerangan saat itu yaitu M. Natsir. Arsip Nasional Indonesia,
Kementerian Penerangan Yogyakarta, tanggal 18 November 1948
5
General CIA Records, Killing Of Javanese Civil Servants By Communists, No Dokumen: CIA-
RDP82-00457R002100210007-2, di publikasikan pada tanggal 29 November 1948
6
Wedana merupakan pembantu pimpinan wilayah Daerah Tingkat II (kabupaten). Lihat
https://kbbi.web.id/wedana
7
Ann Swift, The Road to Madiun: The Indonesian Communist Uprising of 1948, Sheffield: Equinox
Publishing, 2010, hal 15
Pemberontakan ini merupakan awal keberhasilan dan kekuatan komunisme pada
masa pasca perang dunia kedua yang menyebar ke Asia Tenggara khususnya di Indonesia.
Madiun dan kota-kota utara Jawa lainnya jatuh ke tangan FDR. Politbiro berkumpul di
Madiun dan dalam pidato radionya, Muso meluncurkan tuntutannya atas kekuasaan
melawan Sukarno. Namun pada akhirnya, pemberontkan ini berhasil ditekan dengan adanya
pasukan Siliwangi yang melawan pasukan FDR dan setelah 10 hari Madiun ditangkap
kembali. Itu bukan akhir dari pemberontakan. Butuh waktu sampai akhir November sebelum
pasukan gerilyawan FDR dikalahkan. Dalam prosesnya, Muso terbunuh pada tanggal 31
Oktober.

Pada Akhirnya Gubernur militer, Kolonel Gatot Soebroto, menyatakan, bahwa pada
hari Kamis sore Madiun jatuh ke tangan tentara republik pada pukul empat seperempat.
Dalam perintahnya hari Kolonel Gatot juga menyatakan bahwa Wonogiri dan Magetan juga
ditangkap oleh pasukan republik, sedangkan kampanye selanjutnya akan diarahkan ke
Patjitan, Ponorogo dan Poerwodadi.8

Paper ini fokusnya adalah untuk menjelaskan bagaimana peristiwa pemberontakan


Madiun 1948. Dengan merujuk kepada data-data dan sumber yang ada, penulisan makalah
ini juga akan memuat beberapa perspektif mengenai mengapa pemberontakan ini terjadi.
Penulis juga akan melihat bagaimana pengaruh pemberontakan ini kepada masyarakat
khususnya yang berada di kota Madiun.

8
Nieuwe Courant, 01 Oktober-1948. Lihat https://www.delpher.nl/nl/kranten
A. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah :

1. Bagaimana Sejarah dan latar belakang pemberontakan Madiun 1948?

2. Siapa tokoh pemberontakan Madiun 1948?

3. Bagaimana kondisi sosial masyarakat Madiun 1948?

B. Tujuan

Adapun Tujuan dari makalah ini adalah :

1. Mengetahui Sejarah dan Latar belakang pemberontakan Madiun 1948

2. Mengetahui tokoh pemberontakan Madiun 1948

3. Mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat Madiun 1948

C. Metode Penelitian

Dalam Paper ini, penulis akan menggunakan metode deskriptif analisis terhadap
sumber data pustaka atau library research. Menurut definisi, studi kepustakaan adalah suatu
karangan ilmiah yang berisi pendapat berbagai pakar mengenai suatu masalah, yang
kemudian ditelaah dan dibandingkan dan ditarik kesimpulannya.9 Studi kepustakaan
bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi yang terdiri dari buku-buku, majalah,
koran, naskah, jurnal dan lain-lain yang kemudian ada relevansinya terhadap kajian paper
ini.

Penulis akan mengunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian tentang riset yang
bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis oleh karena itu data-data yang telah
di kumpukan akan di analisis berdasarkan deskriptif. Data-data tersebut kemudian di analisis
kemudian membandingkannya terhadap apa yang terjadi dalam masalah-masalah sosial yang
berada di masyarakat. Sebagaimana metode penelitian pada umumnya, metode kualitatif
memiliki beberapa tahap seperti tinjauan pustaka, pengumpulan data, kejelasan tujuan
penelitan, observasi, sampel, wawancara, masalah etis dan analisis data.10

9
Haryanto dan kawan-kawan, Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah, Jakarta: Kedokteran
EGC, 2000, hal.78
10
Conny R. Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Grasindo, 2010, hal. 98
D. Sistematika Penulisan

Penulis akan membagi dalam 3 bab dan masing-masing bab itu terdiri sebagai berikut:

Bab I. Meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, metode penelitian sistematika
penulisan

Bab II. Sejarah dan latar belakang pemberontakan Madiun 1948, tokoh pemberontakan
Madiun 1948, kondisi sosial ekonomi masyarakat Madiun 1948

Bab III. Penutup, kesimpulan, daftar pustaka


BAB II

ISI

A. Sejarah Dan Latar Belakang Pemberontakan Madiun 1948

Penyebab pemberontakan ini bisa jauh dilihat ketika Presiden Soekarno menunjuk
Amir Syarifuddin untuk membentuk kabinet. Amir dikirim untuk kemudian dilaksanakan
perundingan dengan Belanda di atas kapal perang milik Amerika Serikat, USS. Renville,
saat lego jangkar di Tanjung Priok, pada 8 Desember 1947. Meskipun dinilai banyak pihak
merugikan bangsa Indonesia dan dianggap kemenangan telak diplomasi Belanda, faktanya
Perjanjian Reville tetap ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948. Hal inilah yang
membuat Partai Masyumi dan PNI berbalik mengecamnya dan menarik menteri-menteri
parpol koalisi dari kabinet. Dalam hal ini, keadaan sosial dan ekonomi di jawa tengah dan
jawa timur seperti Madiun menjadi memburuk ketika Agresi Militer Belanda 1 terjadi
dengan blokade yang dilakukan oleh Belanda. Harga-harga melambung tinggi, wabah
penyakit menyebar dimana-mana, pemuda di front tidak mendapat logistik karena sulit.

Amir Syarifuddin mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri. Presiden Soekarno


kemudian menunjuk Drs. Mohammad Hatta, sebagai wakil Presiden yang berdiri di luar
partai, untuk membentuk kabinet presidensiil. Hatta berusaha membentuk suatu “Pemerintah
Nasional” yang mengikutsertakan semua partai besar.11 Dalam laporan koran Het dagblad :
uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia yang berjudul Nieuwe functie voor
Sjarifoeddin?12 Mengatakan bahwasanya pengunduran diri Amir Sjarifuddin sebagai ketua
delegasi republik, "Masa Indonesia" mengasumsikan bahwa Amir Sjarifuddin akan
mengambil posisi Hatta di Sumatera. Hal ini diperkuat oleh kabar bahwa ia akan segera
berangkat bersama ke Sumatera.

Sesudah Kabinet Amir jatuh, maka pada tanggal 26 Januari 1948 Mohammad Hatta
ditunjuk untuk menyusun kabinet Presidentil yang mengakibatkan adanya Golongan oposisi
mengadakan demonstrasi, menuntut kembalinya Amir dalam Kabinet dan sebagai Menteri
Pertahanan. Demonstrasi ini membawa pula posterposter dan slogan-slogan yang isinnya
membela politik Amir, dan mengecam Kabinet Hatta. Golongan oposisi ini mengadakan

11
Sri Dwi Ratnasari, Dampak Peristiwa Madiun 1948 Terhadap Masyarakat Kota Madiun, Majalah
Ilmiah Pawiyatan, Edisi Khusus, 2015, hal 140
12
Laporan Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, pada tanggal 4
Februari 1948
“adu domba”, sehingga dalam masyarakat timbul pertentangan yang menumbuhkan adanya
dua aliran politik yang saling bertentangan. Partai-partai dan organisasi politik oposisi
tergabung dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR).

Pikiran secara revolusioner ini semakin nyata ketika Muso kembali ke Indonesia.
Muso, yang selama 20 tahun menetap di Moskow membawa serta arahan strategi perjuangan
komunis (internasional) yang baru.13 Strategi ini dinamakan “garis zhadanov14” yang
merupakan arah perjuangan komunis yang sangat radikal. Selain itu, Muso juga melakukan
reorganisasi PKI secara besarbesaran dan menjelaskan rencana strategi politiknya yang baru,
yang dinamakan “Jalan Baru menuju Republik Indonesia”

Di Madiun, Amir Sjarifuddin membentuk Front Demokrasi Rakyat yang merupakan


gabungan partai dan organisasi kiri, yakni Partai Sosialis, Partai Komunis Indonesia,
Pemuda Sosialis Indonesia. Selain itu FDR juga bersandar pada serikat-serikat buruh yang
kuat dan juga mempunyai pengikut yang sangat banyak dari kalangan penduduk desa yang
sangat peka terhadap janji-janji reformasi agraria seperti Serikat Organisasi Buruh Seluruh
Indonesia dan Barisan Tani Indonesia. FDR di Madiun dipimpin oleh Soemarsono,
pemimpiin Pesindo dan Ketua BKPRI. Oleh FDR ia ditunjuk sebagai Ketua Comite Van
Actie di Madiun yang ditugasi untuk melaksanakan program nasional dan terutama
melaksanakan reformasi agraria secara nyata.15

Menurut Soemarsono FDR mempunyai pengaruh yang luar biasa di madiun


dibandingkan dengan daerah-daerah lain karena FDR di daerah ini mempunyai pasukan
bersenjata. Puncaknya pada hari sabtu tanggal 18 september pasukan FDR di Madiun
bergerak dengan massa yang banyak sehingga menyebabkan pasukan pemerintah mundur
dari madiun. Pasukan-pasukan komunis yang dipimpin oleh Sumarsono, dibantu dengan
Dahlan dan Djokosujono dengan cepat bergerak menguasai seluruh kota Madiun, karena
sebagian besar tentara di kota itu tidak mengadakan perlawanan.

Dilansir dari koran Nieuwe courant, dengan judul De communistische coup bij
Madioen pemberontakan ini memang benar terjadi bahkan presiden Soekarno langsung
merespons pemberontakan ini dengan mengatakan bahwa:

13
Anita, Pemberontakan Pki Di Madiun 1948
14
Pandangan yang mengatakan bahwa Partai komunis di seluruh dunia harus memimpin perlawanan di
segala bidang - pemerintahan, politik, ekonomi dan ideologi - melawan penindasan dan agresi imperialis.
Harry A. Poeze, The Cold War in Indonesia, 1948, Journal of Southeast Asian Studies, Volume, 2009, hal 502
15
Harry A. Poeze, Madiun 1948: PKI Bergerak, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011, hal
151
“Rakyat-Ku, yang sangat saya cintai, kemarin saya berbicara kepada Anda, tapi
hari ini saya dipaksa untuk berbicara dengan Anda lagi. Dengarlah, pada saat ini,
kita menggunakan usaha untuk mencapai kesatuan dan dengan demikian melawan
Belanda, pada saat kita mencoba untuk berdiri dengan suara bulat di belakang
Pemerintahan, orang-orang dibagi oleh pembuat masalah.”16

Namun dalam laporan De waarheid tanggal 17 November 1948, Sjahrir mengatakan


bahwa pemberontakan ini merupakan provokasi yang dilakukan oleh pihak kabinet Hatta
untuk menjatuhkan Muso dengan catatan "Aksi Madioen di luar program Moeso". Laporan
tersebut mengatakan tidak ada pemberontakan komunis yang terjadi di Madioen dan fakta
bahwa Moeso sama sekali tidak terjadi di Madioen saat acara ini berlangsung. menurutnya
Moeso sedang dalam tur propaganda melalui Jawa Utara. Pada malam hari tanggal 17
September dia berbicara di sebuah rapat umum di Poerwodadi, sekitar 100 km barat laut
Madioen.17

Pada tanggal 18 September 1948 telah tersiar berita bahwa kaum komunis di Madiun
telah melakukan perebutan kekuasaan. Berita tentang terjadinya coup d’etat tersebut mula-
mula disiarkan oleh Harian Murba di Surakarta, malahan jauh sebelumya harian ini telah
mensinyalir bahwa PKI akan segera mengadakan pemberontakan. Pemberontakan PKI di
Madiun tersebut dimulai pada jam 3.00 setelah terdengar tembakan pistol tiga kali sebagai
tanda dimulainya gerakan non parlementer oleh kesatuan komunis yang disusul dengan
gerakan perlucutan senjata, kemudian kesatuan PKI menduduki tempat-tempat penting di
kota Madiun, seperti Kantor Pos, Gedung Bank, Kantor Telepon, dan Kantor Polisi.18 Dalam
gerakan ini kesatuan PKI telah melakukan pembunuhan terhadap dua orang pegawai
pemerintah dan menangkap empat orang militer.

Di Balai kota Madiun, PKI memproklamsikan berdirinya “Sovyet Republik


Indonesia”. Wali Kota Madiun, Supardi diangkat menjadi residen, Kolonel Djokosujono
sebagai gubernur militer dan Letnan Kolonel Dahlan. Komandan Brigade 29 sebagai
komandan komando pertempuran. Melalui radio Gelora Pemuda, tokoh-tokoh PKI
berpidato mendeskreditkan pemerintah dan berusaha memengaruhi rakyat agar mendukung

16
Nieuwe Courant, 20 September 1948. Lihat https://www.delpher.nl/nl/kranten
17
Laporan De Waarheid tanggal 17 November 1948. Lihat https://www.delpher.nl/nl/kranten/
18
Rachmat Susatyo, Pemberontakan Pki-Musso Di Madiun 18 - 30 September 1948, Koperasi Ilmu
Pengetahuan Sosial, 2008, hal 53
mereka.19 Musso dalam pidatonya mencaci maki Hatta karena menindas buruh dan petani
serta mengatakan bahwa Soekarno-Hatta telah menjalankan politik kapitalisasi terhadap
Belanda dan Inggris yang hendak menjual tanah air kepada kaum kapitalis.

Sejak dimulainya pemberontakan, kaum komunis telah melakukan pembunuhan-


pembunuhan terhadap para tawanan dan lawan politiknya; terhadap komandan-komandan,
kepala-kepala kesatuan yang mereka anggap sebagai lawannya. Di daerah-daerah Madiun,
Ngawi, Ponorogo, Purwodadi dan lain-lain, PKI juga melakukan penangkapan dan
pembunuhan kejam. Dari kalangan agama maupun pengikut TNI banyak yang dibunuh.
Kepada rakyat di daerah-daerah PKI menyiarkan berita bohong, dikatakan bahwa yang
ditahan adalah Belanda. Sehingga pemuda yang tidak tahu-menahu duduk persoalannya,
telah ikut terseret dan membantu kaum pemberontak.20

Menurut Ahmad Mansur Suryanegara, pemberontakan di Madiun ini sepertinya


halnya dengan Lenin ketika terjadi Revolusi oktober 1917, tidak berada di Moskow,
bersembunyi di Jenewa. Demikian pula, Amir dan Musso keduanya tidak berada di Madiun
melainkan di Puwodadi sebelah timur Semarang. Suryanegara mengatakan bahwa setelah di
proklamirkan negara Sovyet tanggal 19 september 2017 para Ulama dan Santri serta rakyat
Madiun terkejut dengan pergantian pemerintahan di bawah Amir dan Moeso. Rakyat
menyaksikan banyak Truck mondar mandir bermuatan pasukan FDR/PKI. Di lehernya
dibalut dengan kain merah dan tidak lagi membawa bendera Merah Putih melainkan bendera
Merah Palu Arit. Oleh rakyat Madiun disebutnya Tentara Merah.21

B. Tokoh Pemberontakan Madiun 1948

Dalam pemberontakan Madiun 1948 terdapat beberapa tokoh-tokoh terkenal yang


mempengaruhi kejadian ini salah satunya yaitu Amir Syariffudin. Amir memulai jenjang
pendidikannya di ELS atau sekolah dasar Belanda, di Medan, pada 1914 hingga selesai
Agustus 1921. Kemudian, atas tawaran saudara sepupunya, T.S.G. Mulia yang baru saja
diangkat sebagai anggota Volksraad, Amir meneruskan sekolahnya di kota Leiden, Belanda.

Menurut Jacques Leclerc dalam bukunya yang berjudul Amir Sjarifuddin: Antara
Negara Dan Revolusi mengatakan bahwa Amir merupakan seorang anak revolusi yang

19
Marwati Djoened Poesponegoro, dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia: Zaman
Jepang dan Zaman Republik, Jilid 6, Jakarta: Balai Pustaka, hal 241
20
Rachmat Susatyo, Pemberontakan Pki-Musso Di Madiun 18 - 30 September 1948, Koperasi Ilmu
Pengetahuan Sosial, 2008, hal 60
21
Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah 2, Jakarta: Surya Dinasti, 2017, hal 63
menjawab tantangan zamannya dalam menyelesaikan cara pandang politiknya. Amir, seperti
beberapa pemuda Indonesia lain yang seangkatan dan sepergaulan dengannya, disadarkan
tentang arti kata "revolusi" dan janji-janjinya, pertama-tama melalui apa yang dipelajarinya
dari guru-guru Belanda mereka tentang Revolusi Prancis, ketika masih belajar di sekolah
menengah dan sekolah tinggi hukum.22 Memang lebih banyak kepada Revolusi Prancis
inilah, dan bukan revolusi-revolusi Amerika atau Rusia, ia selalu memalingkan
pandangannya

Pada perkembangannya ia menjabat sebagai Menteri Keamanan Rakyat dan Menteri


Penerangan (ad interim) di bawah Kabinet I Perdana Menteri Sutan Sjahrir (14 November
1945–12 Maret 1946). Dalam kabinet II PM Sjahrir, ia diangkat menjadi Menteri Pertahanan
(12 Maret 1946–2 Oktober 1946) dan kembali diangkat menjadi Menteri Keamanan Rakyat
dalam Kabinet III PM Sjahrir (2 Oktober 1946–27 Juni 1947). Pada Juli, akibat krisis politik
kabinet, Perdana Menteri Sjahrir mengundurkan diri dan Amir terpilih menjadi Perdana
Menteri (3 Juli 1947–29 Januari 1948). Akhir Januari, ia menyerahkan mandat Perdana
Menteri kepada Soekarno akibat mundurnya PNI dan Masjumi dari pemerintahannya.

Peran Amir Sjarifuddin dalam pemberontakan ini ialah ia membentuk oposisi sayap
kiri atas pemerintahan Hatta dan membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR). Pada 19
September 1948, pasukan Brigade 29 di Madiun menangkap pasukan gelap yang melakukan
provokasi penculikan dan penangkapan di Madiun. Amir Sjariffuddin sendiri ketika kejadian
itu berlangsung, sedang melakukan safari kampanye ‘Jalan Baru‘ di kota lain di Jawa Timur,
bersama Musso.23

Amir Sjarifuddin, sebagai salah seorang tokoh PKI, yang pada saat peristiwa Madiun
meletus sedang berada di Yogyakarta dalam rangka kongres Serikat Buruh Kereta Api
(SBKA) turut ditangkap beserta beberapa kawannya. 19 Desember 1948, sekitar tengah
malam, di kompleks makam desa Ngalihan, kepala Amir Sjarifuddin ditembak dengan pistol
oleh seorang letnan Polisi Militer, sebuah satuan khusus dalam Angkatan Bersenjata
Indonesia. Sebelum itu beberapa orang penduduk desa setempat diperintahkan menggali
sebuah lubang kubur besar. Dari rombongan sebelas orang yang diangkut dengan truk dari
penjara di Solo, Amir orang pertama yang ditembak mati malam itu. Beberapa hari

22
Jacques Leclerc, Amir Sjarifuddin: antara negara dan revolusi, Jakarta: Jaringan Kerja Budaya,
1996, hal 3
23
Artikel tentang Amir Syarifuddin. Lihat https://indoprogress.com/2009/05/amir-sjarifuddin-
politikus-negarawan-1/
sebelumnya, ia dan beberapa orang lainnya, secara diam-diam telah dipindahkan ke rumah
penjara ini dari tempat penahanan mereka di Benteng Yogyakarta24

Dalam koran Nieuwsblad van het Noorden yang berjudul Sjarifoeddin door
landgenoten vermoord? kematian Amir dipertanyakan seperti:

“Sjarifuddin dibunuh oleh rekan senegaranya? Surat kabar Batavia melaporkan


bahwa Sjarifuddin dibunuh. Lembar tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Dilaporkan hanya "kita temukan kematian Amir Sjarifuddin dengan tangan rekan
senegaranya sendiri”25

C. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Madiun 1948

Dalam hal ini kita dapat menganalisis keadaan sosial di Madiun dengan
menggunakan konsep mobilitas sosial yang mengatakan bahwa seorang individu untuk naik
atau turun tangga sosial yang berada di masyarakat. Sistem struktur sosial masyarakat
memberikan kesempatan untuk mengubah posisi seseorang dalam sosial masyarakat26,
sistem ini bisa diukur dalam perubahan-perubahan seperti perubahan pendapatan,
pendidikan, jabatan, dan lain-lain.27 Mobilitas sosial dapat mempengaruhi masyarakat yang
berada didalam suatu kelompok atau grup tertentu dan menjadi berpengaruh jika kelompok
itu mampu naik ke satu lapisan ke lapisan yang lain.

Dalam studi moblitas terdapat adanya perbedaan sistem mobilitas pada masyarakat
yaitu antara sistem mobilitas tertutup dan terbuka. Pada masyarakat pra industri banyak
ditemukan sistem mobilitas sosial tertutup di berbagai negara.28 Dalam mobilitas tertutup
sangat sulit tetapi ada peluang untuk mendapatkannya contoh mobilitas tetutup adalah
sistem kasta di india. Dalam mobilitas terbuka posisi sosial seseorang ditentukan terutama
oleh usaha atau prestasi seorang individu tersebut, masyarakat dapat berpeluang untuk
meningkatkan status sosialnya melalui kerja keras, usaha, pendidikan ataupun peluang
ekonomi.
24
Pergulatan Revolusi Nasional Memangsa Sang Pembangun, Dewan Redaksi Tabloid Pembebasan,
2004 http://web.archive.org/web/20080510132247/ /Indomarxist/amirsyar.htm
25
Nieuwsblad van het Noorden, 22 desember 1948. Lihat https://www.delpher.nl/nl/kranten/
26
Pitirim A. Sorokin, Social Mobility, Oxford: Taylor & Francis, 1998, Hal. 133
27
Ed. Richard T. Schaefer, Encyclopedia of Race, Ethnicity, and Society, Vol. 3. Thousand Oaks, CA:
SAGE Publications, 2008, Hal. 879
28
Indera Ratna Irawati Pattinasarany, Stratifikasi Dan Mobilitas Sosial, Yayasan Pustaka Obor
Indonesia: April 2016, Hal 64
Mayoritas penduduk Jawa timur adalah masyarakat pedesaan yang sebagaian besar
diantaranya memiliki mata pencaharian sebagai petani ataupun peternak. Dinamika
masyarakat pedesaan di pulau Jawa setelah kemerdekaan nasional mempengaruhi berbagai
struktur sosial masyakarat terutama yang terkait dengan kepemilikan tanah untuk bertani.
Ketika Muso kembali ke Indonesia, ia sadar bahwa keunggulan massa petani dan buruh
merupakan kekuataan untuk menjadikan mereka sebagai orang-orang yang tergabung dalam
partai Komunis. Oleh karena itu pada bulan-bulan sebelum peristiwa pemberontakan, PKI
memanfaatkan hal ini dengan mimikirkan program perjuangan yang sesuai dengan keadaan
masyarakat perdesaan. Konferensi PKI pada bulan Agustus tahun 1948 membuat program
agraria yang akan mementingkan pekerjaan di kalangan petani.29 PKI menyatakan
bahwasanya tanpa sokongan aktif dari kalangan petani, revolusi tidak akan menemui
sasarannya.

Terjadinya peningkatan jumlah penduduk serta masuknya ekonomi pasar ke


perdesaan mengakibatkan para petani kecil secara berangsur-angsur terusir dari tanahnya.
Lahan yang terlalu sempit membuat ekonomi mereka tidak berarti lagi. Hal ini yang
mengakibatkan para petani semakin terikat pada hutang. Mereka terpaksa harus melepaskan
tanahnya dan menjual tanah itu kepada orang yang lebih mampu. Ketiadaan tanah yang
diderita para petani membuat mereka beralih profesi menjadi buruh yang dipekerjakan oleh
petani-petani yang besar atau yang lebih berhasil. Hasil dari ini adalah hubungan antara
buruh dengan pemilik tanah yang mengakibatkan berkembangnya sturktur sosial
berdasarkan kepemilikan tanah. Hal ini yang membuat konspesi PKI yang mengusung
persamaan kelas antara para tuan tanah dengan buruh tani mendapatkan angin segar
dikalangan para masyarakat di Madiun. Di tambah lagi pasca Agresi Militer Belanda I yang
menduduki kota- kota pelabuhan, perkebunan dan pertambangan yang membuat situasi
ekonomi makin memburuk.

Setelah pemberontakan, Dikatakan bahwa total dari pemberontakan Madiun sampai


dengan daerah-daerah lain memakan korban total 500 orang yang terdiri dari Wedana,
Asisten pembantu, dan 1000 desa yang meliputi Yogyakarta, Surakarta, Semarang,
Rembang, Madiun, dan Mediri. Di Madiun sendiri korban meliputi Pendidikan pengajaran
dan kebudayaan 25 orang gugur dan hilang, guru sekolah Rakyat agama dan kepala SMP.
Bengkel KA 3 orang gugur, pegawai dan opzicther. Kesehatan 2 orang mantri kesehatan

29
George McTurnan Kahin, Nationalism and Revolution in Indonesia, Cornell University: SEAP
Publications, 1952, hal 293
gugur. Cukai 1 orang hilang. perburuhan sosial 3 orang hilang. BPR 5 orang gugur.
pengadilan 2 orang gugur. kepolisian Negara 94 orang gugur dan hilang berpangkat agen
sampai komisaris.30

Masyarakat yang terlibat langsung dan berperan aktif dalam peristiwa Madiun diadili
secara langsung dengan menembak mati mereka, ketika diadakan pembersihan hingga
pelosok desa di Madiun. Tetapi ada juga yang melarikan diri ke daerah-daerah lain, mereka
menghindari pembersihan yang dilakukan oleh pemerintah dan ada pula yang ditangkap
kemudian dipenjarakan ataupun diasingkan.31

Sekertaris Kementerian Penerangan yaitu Roeslan Abdoelgani dalam suratnya yang


ia tujukan kepada semua kepala Kempen pusat, Dinas Propinsie dan Kresidenan mengatakan
peristiwa Madiun merugikan perjuangan bangsa Indonesia karena menimbulkan kerugian-
32
kerugian yang besar bagi masyarakat. Dalam surat ini ada 10 bulir pernyataan yang
dijelaskan oleh Roeslan. Salah satunya yaitu mengenai Risalah “Kepada Bangsaku” yang
dibuat oleh Soekarno untuk menjadi pegangan dalam melawan pemberontak.

D. Akhir Pemberontakan

Untuk melancarkan operasi militer terkait dengan pemberontakan ini, Markas Besar
Tentara mengerahkan dua brigade Divisi IV Siliwangi dan satu bridge Divisi I Jawa Timur.
Pada tangga 30 september 1948 pasukan TNI memasuki Madiun tanpa perlawanan dari
pihak pemberontak. Mereka sudah melakukan evakuasi besar-besaran ke Gunung Wilis.
Sesudah Madiun dikuasai, operasi dilanjutkan ke tempat-tempat lain. Pada akhir November
1948 dapat dikatakan bahwa seluruh operasi selesai

Dengan dipukul mundurnya kaum pemberontak, penduduk Madiun aman kembali.


Masuknya Mahasiswa Akademi Militer dan Pasukan Siliwangi ke kota Madiun disambut
gembira oleh masyarakat, terutama pemuda pelajar yang selama pendudukan pasukan
pemberontak melakukan aksi illegal memperjuangkan kembalinya kekuasaan RI.

30
Sri Dwi Ratnasari, Dampak Peristiwa Madiun 1948 Terhadap Masyarakat Kota Madiun, Majalah
Ilmiah Pawiyatan, Edisi Khusus, 2015, hal 146
31
Marwati Djoened Poesponegoro, dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia: Zaman
Jepang dan Zaman Republik, Jilid 6, Jakarta: Balai Pustaka, hal 242
32
ANRI, Kementerian Penerangan Jogjakarta, tanggal 23 November 1948
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peristiwa Madiun tahun 1948 merupakan suatu pemberontakan yang dimana pada
saat itu persaingan ideologis sangat ketat karena dilatarbelakangi oleh perang dingin yang
kemudian berdampak sangat penting bagi sejarah lokal di Indonesia. Pemberontakan
Madiun 1948 juga merupakan bentuk dari pengaruh internasional dan nasional karena pada
saat itu Indonesia masih dibayang-bayangi oleh Belanda. Selain itu pengaruh dari
perundingan Renville yang disetujui oleh Amir Sjarifuddin membuat perkembangan
kebijakan nasional menjadi pecah karena menyebabkan perselisihan pendapat diantara
founding fathers Indonesia. Kondisi sosial ekonomi di Madiun dalam pemberontakan ini
sangatlah memperburuk masyarakat Madiun, disisi lain ketika belanda menguasai kota- kota
pelabuhan, perkebunan dan pertambangan yang membuat situasi ekonomi makin memburuk
pada Agresi Militer Belanda I.
Daftar Pustaka

Buku:

Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah 2, Jakarta: Surya Dinasti. 2017

Ann Swift. The Road to Madiun: The Indonesian Communist Uprising of 1948. Sheffield:
Equinox Publishing. 2010

Conny R. Semiawan. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grasindo. 2010

George McTurnan Kahin. Nationalism and Revolution in Indonesia. Cornell University:


SEAP Publications. 1952

Harry A. Poeze. Madiun 1948: PKI Bergerak. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
2011

Haryanto dan kawan-kawan. Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Jakarta:
Kedokteran EGC. 2000

Indera Ratna Irawati Pattinasarany. Stratifikasi Dan Mobilitas Sosial. Yayasan Pustaka Obor
Indonesia: April. 2016

Jacques Leclerc, Amir Sjarifuddin: Antara negara dan revolusi. Jakarta: Jaringan Kerja
Budaya. 1996

Marwati Djoened Poesponegoro, dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia:


Zaman Jepang dan Zaman Republik Jilid 6. Jakarta: Balai Pustaka. 2008

Pitirim A. Sorokin. Social Mobility. Oxford: Taylor & Francis. 1998

Jurnal:

Ed. Richard T. Schaefer. Encyclopedia of Race, Ethnicity, and Society. Vol. 3. Thousand
Oaks, CA: SAGE Publications, 2008

Rachmat Susatyo. Pemberontakan Pki-Musso Di Madiun 18 - 30 September 1948. Koperasi


Ilmu Pengetahuan Sosial, 2008.

Katharine McGregor. A Reassessment Of The Significance Of The 1948 Madiun Uprising To


The Cold War In Indonesia, Kajian Malaysia, Jilid. 27, No. 1& 2, 2009.
Sri Dwi Ratnasari. Dampak Peristiwa Madiun 1948 Terhadap Masyarakat Kota Madiun.
Majalah Ilmiah Pawiyatan, Edisi Khusus, 2015.

Arsip:

Arsip Nasional Indonesia. Kementerian Penerangan Yogyakarta, tanggal 17 November 1948

Arsip Nasional Indonesia. No 6472/AI. Kementerian Penerangan Yogyakarta 23 November


1948

De Waarheid tanggal 17 November 1948

General CIA Records, No Dokumen: CIA-RDP80-00809A000700220251-4. 29 November


1948

General CIA Records. Killing Of Javanese Civil Servants By Communists. No Dokumen:


CIA-RDP82-00457R002100210007-2, di publikasikan pada tanggal 29 November
1948

Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, pada tanggal 4


Februari 1948

Nieuwe Courant, tanggal 20 September 1948

Nieuwe Courant, tanggal 01 Oktober-1948

Nieuwsblad van het Noorden, tanggal 22 desember 1948.


Lampiran-Lampiran

Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 4 Februari 1948

Nieuwe Courant, tanggal 20 September 1948


Nieuwe Courant, tanggal 01 Oktober-1948

De Waarheid tanggal 17 November 1948


Nieuwsblad van het Noorden, 22 desember 1948

General CIA Records. Killing Of Javanese Civil Servants By Communists. No Dokumen:


CIA-RDP82-00457R002100210007-2, di publikasikan pada tanggal 29 November 1948
General CIA Records. A Statment of The Situation. No Dokumen: CIA-RDP82-
00457R002100390004-6

Anda mungkin juga menyukai