DEFINISI
Kolangitis adalah infeksi bakteri dari saluran empedu yang terseumbat baik secara
parsiil atau total, sumbatan biasanya disebabkan dari dalam lumen saluran empedu
misalnya batu koledokus atau dari luar lumen misalnya karsinoma caput pankreas
yang menekan duktus koledokus, atau dari dinding saluran empedu misalnya
Kolangitis adalah suatu infeksi bakteri akut pada sistem saluran empedu. Charcot
ditahun 1877 menjelaskan tentang keadaan klinis dari kolangitis, sebagai trias, yaitu
demam, ikterus dan nyeri abdomen kuadran kanan atas, yang dikenal dengan
diatas Makmun Wicaksono menyimpulkan bahwa cholangitis adalah infeksi akut oleh
bacteri pada saluran empedu yang diakibatkan kolonisasi atau perkembangan bacteri
dalam saluran empedu,haltersebut dikarenakan ada stagnasi aliran garam empedu dari
struktur saluran empedu, dan obstruksi anastomose biliaris. Bakteri memiliki akses ke
saluran bilier melalui duodenum atau melalui darah dari vena porta. Infeksi akan naik
mendorong infeksi menuju kanalikuli bilier vena hepatica dan saluran limfatik
kedua kolangitis adalah obstruksi maligna dari saluran empedu oleh karsinoma
pankreas, metastasis dari tumor peri pankreas, metastasis porta hepatis. Selain itu
pemakaian jangka panjang stent biliaris sering kali disertai obstruksi stent
oleh cairan biliaris yang kental dan debris biliaris yang menyebabkan kolangitis
(Cameron, 2009).
Kolangitis akut terjadi sebagai hasil dari obstruksi bilier saluran (kolestasis) dan
kehadiran dua faktor: (1) obstruksi bilier dan (2) pertumbuhan bakteri dalam empedu
(infeksi empedu). Cairan empedu biasanya normal pada individu yang sehat dengan
anatomi bilier yang normal. Bakteri dapat menginfeksi sistem saluran bilier yang
steril melalui ampula vateri ( karena adanya batu yang melewati ampula/passing
yang sehat karena efek bilasan mekanik aliran empedu, kandungan antibakteri garam
empedu, dan produksi IgA. Namun demikian, obstruksi bilier dapat mengakibatkan
kolangitis akut karena berkurangnya/ menurunnya aliran empedu (bile flow) dan
produksi IgA, menyebabkan gangguan fungsi sel kuffer dan rusaknya celah
digunakan untuk menjadi penyebab paling sering, tetapi baru-baru kejadian kolangitis
akut yang disebabkan oleh penyakit ganas, sclerosing cholangitis, dan instrumentasi
non-bedah saluran empedu telah meningkat. Hal ini melaporkan bahwa penyakit
Adanya manifestasi klinis pada 54% kasus berupa Trias Charcot yaitu demam, ikterus dan
nyeri abdomen kuadran kanan atas. Nyeri ini bersifat kolik, menjalar ke belakang atau ke
skapula kanan, kadang-kadang nyeri bersifat konstan (Nurman, 1999). Selain itu, juga
terdapat tanda dan gejala lain seperti mual dan muntah yang dapat mengakibatkan penurunan
nafsu makan sehingga asupan nutrisi berkurang yang dapat mengakibatkan kelelahan serta
menurunnya berat badan pada penderita kolangitis. Pasien dengan kolangitis supuratif selain
menunjukkan manifestasi klinis berupa trias charcot tapi juga menunjukkan adanya
Walaupun gambaran klasik kolangitis terdiri dari trias, demem, ikterus, dan nyeri
abdomen kuadran kanan atas yang dikenal dengan trias charcot, namun semua elemen
tersebut hanya ditemukan pada sekitar 50 persen kasus. Pasien dengan kolangitis
supuratif tampak bukan saja dengan adanya trias chorcot tapi juga menunjukan
penurunan kesadaran dan hipotensi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Cameron,
demam di temukan pada lebih dari 90 persen kasus, icterus pada 67 persen kasus dan
nyeri abdomen hanya pada 42 persen kasus. Dua hal yang diperlukan untuk terjadinya
kolangitis yaitu adanya obstruksi aliran empedu dan adanya bakteri pada duktus
koledokus. Pada sebagian besar kasus, demam dan mengigil di sertai dengan
kolangitis menandakan adanya bakteriemia. Biakan darah yang di ambil saat masuk
ke rumah sakit untuk kolangitis adalah positif pada 40 samapai 50 persen pasien.
Pada hampir semua serial Escherichia coli dan klebsiella pnemoniae adalah
organisme tersering yang didapatkan pada biakan darah. Organisme lain yang
IV. Patofisiologi
Adanya hambatan dari aliran cairan empedu akan menimbulkan stasis cairan empedu
dan apabila berlangsung lama maka akan terjadi kolonisasi bakteri dan pertumbuhan
kuman yang berlebihan. Bakteri ini berasal dari flora duodenum yang masuk melalui
sfingter Oddi, dapat juga dari penyebaran limfogen dari kandung empedu yang
kolangitis akut yang sering dijumpai adalah bakteri gram (-) enterik E. Coli,
(Malet, 1996).Kolangitis terjadi akibat kombinasi dari adanya hambatan dari aliran
cairan empedu yang berlangsung lama dan terjadi kolonisasi dan proliferasi bakteri.
Adanya tekanan yang tinggi dari saluran empedu yang tersumbat, bakteri akan
kembali (refluks) ke dalam saluran limfe dan aliran darah dan dapat mengakibatkan
sepsis (Nurman, 2007). Selain itu, beberapa dari efek serius kolangitis
bakterigram negatif. Endotoksin diserap di usus lebih mudah bila terdapat obstruksi
intestin dapat menyebabkan perubahan flora usus. Selain itu fungsi sel-sel Kupfer
yang jelek dapat menghambat kemampuan hati untuk mengekstraksi endotoksin dari
darah portal. Bila mana kolangitis tidak diobati, dapattimbul bakteremia sistemik
V. Gambar
VI. Penatalaksanaan
pasien. Setelah itu, dapat dipertimbangkan untuk melakukan drainase bilier dengan
b. Kolangitis grade II
Pada pasien ini tidak berespon baik dengan medikamentosa. Selain itu, muncul
tanda-tanda gagal organ. Pada pasien ini, dilakukan drainase bilier awal dengan
Pada pasien ini memerlukan terapi suportif seperti ventilator, obat-obatan inotropik,,
pasien stabil.
Penalaksnaan Konservatif
cairan dan elektrolit harus harus dikoreksi dan penggunaan antibiotik. Antibiotik yang
dipakai pada kasus ringan sampai berat adalah cephalosporin (misalnya cefazolin,
sesegera munkin pada pasien dengan kondisi stabil. Dekompresi Biliaris Sebagian
besar pasien (sekitar 70%) dengan kolangitis akut akan berespon terhadap terapi
antibiotik saja. Pada kasus tersebut demam menghilang dan tes fungsi hati kembali ke
normal dalam 24 sampai 48 jam. Jika pasien tidak menunjukkan perbaikan dalam 12
sebagian besar kasus, dekompresi biliaris dilakukan segera secara non operatif baik
dengan jalur endoskopik maupun perkutan. Yaitu: (Sabiston, 1968 dan Cameron,
2009).
Apabila setelah tindakan di atas keadaan umum tidak membaik atau malah
empedu dan nanah serta membersihkan duktus koledokus dari batu. Kadang
dipasang pipa nasobilier. Apabila batu duktus koledokus besar, yaitu berdiameter
batu ini. Pada penderita ini mungkin dianjurkan litotripsi terlebih dahulu (De
b. Lisis batu
Disolusi batu dengan sediaan garam empedu kolelitolitik mungkin berhasil pada
selama satu sampai dua tahun. Lisis kontak melalui kateter perkutan kedalam
kandung empedu dengan metil eter berhasil setelah beberapa jam. Terapi ini
merupakan terapi invasif walaupun kerap disertai dengan penyulit (De Jong,
2005 ). ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) adalah penghancuran
yang adekuat atau telah diberikan pelepasan jumlah gelombang kejut yang
salah satu alternatif untuk mengatasi sepsis pada kolangitis berat, atau
mengurangi ikterus berat pada obstruksi saluran empedu distal karena keganasan.
Pada pasien dengan pipa T pada saluran empedu dapat juga dimasukkan
koledokoskop dari luar untuk membantu mengambil batu intrahepatik (De Jong,
Penatalaksanaan Definitif
a. Kolesistektomi Terbuka
kanan (Kocher) sebagai salah satu insisi yang serbs guna dalam diseksi
b. Kolangiografi operatif
Dilakukan secara rutin untuk mendapatkan peta anatomik di daerah yang
empedu secara lambat dan pemaparan multiple saluran sistem saat diisi.
c. Laparoskopi Kolesistektomi
1. Anamnesa
Pada saat anamnesa biasanya klien mengeluh nyeri abdomen kanan atas, perut
terasa mual dan kadang pasien juga muntah. Selain itu, pada saat anamnesa
ditemukan riwayat penyakit terdahulu seperti batu kandung empedu dan saluran
al, 2007),
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan triad charcot yaitu berupa demam, ikterus, dan
nyeri abdomen kanan atas. Gejala lain yaitu kekakuan, pruritus, tija yang acholis
dengan shifting dulness, dan jika sudah parah bisa menimbulkan peritonitis.
3. Pemeriksaan Laboratorium
bilirubin yang tertinggi terjadi pada obstruksi maligna. Tes fungsi hati termasuk
virus akut.
Pada pemeriksaan ini diharapkan dapat melihat batu opak dikandung empedu atau
5. Ultrasonografi (USG)
Pada pemeriksaan USG sangat mudah melihat pelebaran duktus biliaris
ikterus onstruksi atau ikterus non obstruksi. Apabila terjadi sumbatan daerah
duktus biliaris yang paling sering adalah bagian distal maka akan terlihat duktus
biliaris komunis melebar dengan cepat yang kemudian diikuti pelebaran bagian
mudah dapatdibedakan karena pada obstruksi letak tinggi atau intrahepatal tidak
biliaris intra dan ekstrahepatal maka ini dapat dikategorikan obstruksi letak
duktus billiaris dan duktus pankreatikus dengan memakai pesawat MRI, dengan
memakai heavily T2W acquisition untuk memaksimalkan signal dari cairan yang
7. ERCP
lensa atau kaca untuk melihat bagaian dari traktus gastro intestinal. Endoscope
I. Asuhan keperawatan
Identitas
Keluhan utama
Pada penderita kolangitis, klien mengeluh nyeri perut kanan atas nyeri tidak
menjalar /menetap, nyeri pada saat menarik nafas dan nyeri seperti ditusuk
tusuk
Riwayat penyakit
- Pasca cholecystectomy
kuadran lateral atas. Gejala lain yang dapat terjadi meliputi: jaundice,
Pemeriksaan fisik
System pernafasan
Perkusi : sonor
System kardiovaskuler
System neurologi
Sistem pencernaan
mual muntah
System eliminasi
Warna urine lebih pekat dan warna feses seperti tanah liat
System integument
System musculoskeletal
B. Analisa data
1 Ds : Cholangitis Nyeri
Do : Intervensi bedah
Intervensi litotripsi
Intervensi endoskopi
Pasca operatif
luka terbuka
respon ssp
nyeri
2 Ds : Cholangitis Resiko infeksi
Intervensi bedah
Intervensi litotripsi
Intervensi endoskopi
Do :
Pasca operatif
luka terbuka
perdarahan
resiko infeksi
3 Ds : Cholangitis Hipertermi
Peningkatan peristaltik
Respon sistemik
Merangsang hipotalamus
Hipertermi
4 Ds : Cholangitis Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
Obstruksi duktus sistikus atau duktus kebutuhan
billiaris
Peningkatan peristaltic
Gangguan gastrointestinal
Mual,muntah
Gangguan gastrointestinal
Mual,muntah
C. Diagnosa keperawatan
2. Risiko infeksi berhubungan dengan supresi respon inflamasi dan statis cairan empedu
5. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah dan kehilangan
cairan aktif
D. Intervensi keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan distensi kandung empedu
Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam nyeri berkurang
Kriteria hasil:
Nyeri berkurang pasien tampak rileks ditunjukkan dengan skala nyeri 1-3 Pasien
Intervensi:
2. Risiko infeksi berhubungan dengan supresi respon inflamasi dan statis cairan empedu
Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam nyeri berkurang
Kriteria hasil:
Intervensi:
Jelaskan pada pasien dan keluarga mengapa sakit atau terapi meningkatkan resiko
terhadap infeksi
Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan
ruang pasien
Ajarkan keluarga bagaimana membuang balutan luka yang kotor dan sampah biologis
lainnya
Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam suhu tubuh kembali
normal
Kriteria hasil:
Intervensi:
Anjurkan untuk melakukan kompres dingin pada daerah dada dan ketiak
terpenuhi
Kriteria hasil:
Intervensi:
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT
normal
Intervensi:
Lakukan terapi IV
Berikan cairan
Ahern, Nancy R. Dkk, 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Ed. 9. Jakarta:
EGC.Ardini,
Cameron L, John, Terapi bedah Mutakhir, Edisi 4, Binarupa Aksaram Jakarta, 2009,
hal : 476-479
Erina, Outry Siregar Nurhayat Usman, Kiki Lukman. 2011. Pola Kuman di Duktus
Gouma DJ, Neuhaus H, Dervenis C, Fan ST, Chen MF, Ker CG, Bornman
PC, Hilvano SC, Kim SW, Liau KH, Kim MH. Diagnostic criteria and