Tugas 2
Tugas 2
Dosen Pengajar:
Oleh:
1705511001
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang
Hyang Widhi Wasa karena atas rahmat dan berkat–Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perencanaan Dan Pelaksanaan Pembangunan Pelabuhan” ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Pantai dan
Pelabuhan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
2.8.1 Kapasitas Angkut .................................................................... 24
2.8.2 Dimensi Vertikal ..................................................................... 25
2.8.3 Dimensi Horizontal ................................................................. 26
8.2.4 Ukuran kapal ............................................................................. 27
2.8.5 Data Lain yang Relevan .......................................................... 28
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 29
3.1 Kesimpulan..........................................................................................29
3.2 Saran ....................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 30
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan pelabuhan memakan biaya yang sangat besar. Oleh karena itu
diperlukan suatu perhitungan dan pertimbangan yang masak untuk memutuskan
pembangunan suatu pelabuhan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan didalam
pembangunan suatu pelabuhan adalah kebutuhan akan pelabuhan dan pertimbangan
ekonomi, volume perdagangan melalui laut, dan adanya hubungan dengan daerah
pedalaman baik melalui darat maupun air.
1
faktor kedalaman air, faktor pasang surut, faktor arus, faktor gelombang,
karakteristik kapal.
1. Bagi Penulis
2. Bagi Pembaca
Bagi pembaca, makalah ini dapat berfungsi sebagai sarana menambah wawasan
terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan pelabuhan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup
maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Jadi Ekologi Pantai
adalah Ilmu yang mempelajari interaksi di daerah pantai antar makhluk hidup/
organisme dan lingkungannya.
Daerah di luar coastal area kearah laut disebut off shore atau lepas pantai. Off
shore menjadi semakin penting dengan ditemukannya sumber-sumber kekayaan
alam, salah satunya sumber minyak lepas pantai. Yang sudah barang tentu harus
dibangun fasilitas-fasilitas untuk menunjang bongkar-muat minyak tersebut seperti
misalnya dermaga dan fasilitas-fasilitas pelabuhan yang lainnya
3
Gambar 2. 1 Definisi daerah pantai
(CERC, 1984)
Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga naik. Apabila hal ini
terjadi, tekanan udara turun kerena udaranya berkurang. Udara dingin di sekitarnya
mengalir ke tempat yang bertekanan rendah tadi. Udara menyusut menjadi lebih
berat dan turun ke tanah. Di atas tanah udara menjadi panas lagi dan naik kembali.
Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara dingin ini dinamanakan konveksi.
Sirkulasi udara yang kira-kira sejajar dengan permukaan bumi kita ketahui
sebagai angin. Pada umumnya perbedaan tekanan udara disebabkan karena tidak
meratanya temperature atau suhu. Gerakan udara ini disebabkan oleh perubahan
temperatur atmosfer yaitu bila udara panas, kepadatannya (density) menjadi
4
berkurang, udara bergerak naik dan kemudiaan digantikan oleh udara yang lebih
dingin demikian seterusnya.
1. Angin darat : adalah angin yang bertiup dari arah darat ke arah laut yang
umumnya terjadi pada saat malam hari dari jam 20.00 sampai dengan jam
06.00 di daerah pesisir pantai. Angin jenis ini bermanfaat bagi para nelayan
untuk berangkat mencari ikan dengan perahu bertenaga angin sederhana.
2. Angin laut adalah angin yang bertiup dari arah laut ke arah darat yang
umumnya terjadi pada siang hari kira-kira dari pukul 09.00 sampai pukul 16.00
di daerah pesisir pantai. Angin ini biasa dimanfaatkan para nelayan untuk
pulang dari menangkap ikan di laut. Angin laut ini terjadi pada siang hari.
3. Angin gunung adalah angin yang bertiup dari puncak gunung ke lembah
gunung yang terjadi pada malam hari.
4. Angin lembah adalah angin yang bertiup dari arah lembah ke arah
puncak gunung yang biasa terjadi pada siang hari.
5. Angin lereng terjadi karena penyinaran lereng-lereng karena sinar matahari
yang lebih panas sehingga tekanan atmosfer menjadi berbeda pada tinggi yang
sama
6. Angin kompensasi merupakan angin yang berada pada dataran yang sangat
tinggi karena sengatan matahari.
7. Angin musim adalah angin yang berhembus secara periodik (minimal 3 bulan)
dan antara periode yang satu dengan yang lain polanya akan berlawanan yang
berganti arah secara berlawanan setiap setengah tahun. Biasanya pada setengah
tahun pertama bertiup angin darat yang kering dan setengah tahun berikutnya
bertiup angin laut yang basah dikarenakan musim dingin dan musim panas
Arah angin menentukan arah dan letak penangkis gelombang dan juga arah
dan letak pintu pelabuhan. Hal ini dikarenakan angin berpengaruh pada gerakan
atau manuver kapal dalam pelayaran khususnya disekitar pelabuhan terutama
5
pendekatan kapal pada mulut pelabuhan. Disamping itu angin adalah salah satu
penyebab adanya gelombang, dimana gelombang ini juga akan mengganggu baik
pada konstruksi bangunan maupun kapalnya.
1. Arah angin (wind direction) dalam menentukan arah angin dapat dilakukan
dengan kantong angin atau panah.
2. Kecepatan Angin (wind speed) Pada suatu daerah, besaran angin diukur
berdasarkan kecepatan (itensitas) dan jumlah banyaknya pada suatu periode
tertentu (frekuensi). Intensitas/ kecepatan angin diukur dengan dimensi meter
per detik atau Km per jam ataupun mil per jam. kecepatan angin dapat dihitung
dengan anemometer yang terdiri dari 4 mangkok dan dipasang pada 4 batang.
3. Kekuatan Angin, Kekuatan angin sebanding dengan kecepatan angin yang telah
di tetapkan oleh Admiral Beaufort
4. Lamanya angin bertiup (duration) adalah bagaimana lamanya suatu jenis angin
bertiup, seperti angin laut yang berhembus selama kurang lebih 12 jam.
6
Tabel 1. 1 Presentase Arah Mata Angin dalam 1 tahun
Kecepatan Utara Timur Timur Tenggara Selatan Barat Barat Barat Persentase
Angin (m/det) Laut Daya Laut
0 - 1 (m/det) 2 1 0.125 1 1 2 1 1 9.125%
1 - 3 (m/det) 2 2 0.125 2 2 3 2 2 15.125%
4 - 7 (m/det) 3 1 0.125 2 3 3 1 2 15.125%
8 - 12 (m/det) 3 1 0.125 2 4 3 2 2 17.125%
13 - 18 (m/det) 3 1 0.25 2 4 3 2 2 17.250%
19 - 24 (m/det) 3 1.5 0.25 2.5 4 3 1 2 17.250%
>24 (m/det) 1 2 0 0.5 4.5 0 1 0 9.000%
% Arah 17% 10% 1% 12% 23% 17% 10% 11% 100.000%
Windrose
Utara
4.5
4
Barat Laut 3.5 Timur Laut
3
2.5
2 >24 (m/det)
1.5 19 - 24 (m/det)
1
13 - 18 (m/det)
0.5
Barat 0 Timur 8 - 12 (m/det)
4 - 7 (m/det)
1 - 3 (m/det)
0 - 1 (m/det)
Selatan
7
2.4 Faktor Kedalaman Air
Pemetaan Menyangkut:
8
terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut
Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik
turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya
gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda stronomi terutama oleh matahari,
bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya
lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.
Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu:
1. Pasang surut harian tunggal (diurnal). Yaitu bila dalam sehari terjadi satu
satu kali pasang dan satu kali surut. Biasanya terjadi di laut sekitar
katulistiwa.
2. Pasang surut harian ganda (semi diurnal). Yaitu bila dalam sehari terjadi
dua kali pasang dan dua kali surut yang hampir sama tingginya.
3. pasang surut campuran. Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan
melintasi khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan
jika deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.
1. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide) Merupakan pasut yang hanya
terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di
Selat Karimata
2. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide) Merupakan pasut yang
terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama dalam
satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman.
3. Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing
Diurnal) Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan
satu kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut
9
yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan
Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.
4. Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi
Diurnal) Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut
dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut
dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai
Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur
Mengingat perubahan elevasi muka air laut setiap saat, maka diperlukan suatu
elevasi yang ditetapkan berdasarkan data pasut sebagai pedoman dalam
perencanaan suatu pelabuhan. Beberapa definisi elevasi tersebut adalah sebagai
berikut:
10
1. Muka air tinggi/high water level (HWL) : muka air tertinggi saat air pasang
dalam satu siklus pasut.
2. Muka Air Rendah/low water level (LWL) : kedudukan air terendah saat air
surut
3. Muka air tinggi rerata/mean high water level (MHWL) : rerata dari muka
air tinggi selama periode 19 tahun. Digunakan untuk menentukan elevasi
puncak pemecah gelombang, dermaga, panjang rantai penampung
penambat.
4. Muka air rendah rerata/ mean low water level (MLWL) : rerata dari muka
air rendah selama periode 19 tahun
5. Muka air laut rerata/ mean sea level ( MSL) : muka air rerata antara muka
air tinggi rerata dan muka air rendah rerata. Elevasi ini digunakan sebagai
referensi untuk elevasi di daratan.
6. Muka air tinggi tertinggi/highest high water level (HHWL) : air tertinggi
saat pasang surut purnama atau bulan mati.
7. Air rendah terendah /lowest low water level (LLWL) : air terendah saat
pasang surut purnama atau bulan mati. Digunakan untuk menentukan
kedalaman alur pelayaran dan kolam pelabuhan.
8. Higher high water level : air tertinggi dari dua air tinggi dalam satu hari,
seperti dalam pasang surut tipe campuran.
9. Lower low water level : air terendah dari dua air rendah dalam satu hari.
11
3. Beda pasang surut
1. Tide Staff
Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi
meter. Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan.Tide Staff
(papan Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya
digunakan untuk mengamati ketinggian muka laut atau tinggi gelombang air
laut. Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain
yang di cat anti karat.
2. Tide gauge.
Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara mekanik
dan otomatis. Alat ini memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian permukaan
air laut yang kemudian direkam ke dalam komputer. Terdiri dari 2 jenis yaitu
Floating tide gauge (self registering) dengan prinsip kerja alat ini berdasarkan naik
turunnya permukaan air laut yang dapat diketahui melalui pelampung yang
dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit).
Dan Pressure tide gauge (self registering) Prinsip kerja pressure tide gauge
hampir sama dengan floating tide gauge, namun perubahan naik-turunnya air laut
direkam melalui perubahan tekanan pada dasar laut yang dihubungkan dengan alat
pencatat (recording unit).
3. Satelit.
Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat diluncurkannya
sistem satelit Geos-3. Pada saat ini secara umum sistem satelit altimetri mempunyai
tiga objektif ilmiah jangka panjang yaitu mengamati sirkulasi lautan global,
memantau volume dari lempengan es kutub, dan mengamati perubahan muka laut
rata-rata (MSL) global. Prinsip Dasar Satelit Altimetri adalah satelit altimetri
dilengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmiter), penerima pulsa radar yang
sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini, altimeter radar yang
dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik (radar)
12
kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik oleh permukaan laut dan
diterima kembali oleh satelit.
Arus adalah perpindahan air secara mendatar. Secara umum ada dua faktor
penyebab terjadinya arus laut, yaitu Faktor Internal, merupakan faktor yang
berhubungan dengan air laut itu sendiri, contohnya adalah densitas air, gradien
tekanan, serta gesekan lapisan air laut. Sedangkan Faktor Eksternal, merupakan
faktor yang berhubungan dengan komponen-komponen lait di sekitar lautan,
contohnya adalah gerakan angin, tekanan udara, gaya gravitasi, gaya tarik matahari,
bulan, dll.
Arus biasanya membawa butir-butir tanah (lumpur), untuk butir yang berat bisa
menyebabkan pengendapan. Berhubung adanya endapan-endapan menyebabkan
laut menjadi dangkal. Untuk itu dalam perencanaan pelabuhan masalah
pengendapan ini harus dilakukan penyelidikan yang teliti karena biaya pengerukan
sama dengan pembuatan pelabuhan yang baru atau kadang-kadang malah lebih
besar. Penyelidikan ini gunanya untuk mengetahui sifat dan banyaknya endapan
yang terjadi sehingga dapat ditentukan periode pergerakannya.
13
mempermudah terjadinya sidementasi. Sebaliknya mulut pelabuhan yang kecil
mengurangi keamanan navigasi, tetapi menghindarkan terjadinya pengendapan.
1. Akibat arus (current effect, vortex pada mulut pelabuhan karena terjadinya
perubahan energi).
2. Akibat pasang surut (pada saat pasang, maka air pasang masuk ke dalam
kolam).
3. Akibat berat jenis (density effect, pada mulut pelabuhan terdapat perbedaan
berat jenis air laut dan air tawar yang mengandung lumpur).
14
a. Sumber material batuan sedimen:
b. Lingkungan pengendapan:
c. Pengangkutan (transportasi):
Media transportasi dapat berupa air, angin maupun es, namun yang
memiliki peranan yang paling besar dalam sedimentasi adalah media air. Selama
transportasi berlangsung, terjadi perubahan terutama sifat fisik material-material
sedimen seperti ukuran bentuk dan roundness. Dengan adanya pemilahan dan
pengikisan terhadap butir-butir sedimen akan memberi berbagai macam bentuk dan
sifat terhadap batuam sedimen.
d. Pengendapan:
e. Kompaksi:
15
f. Lithifikasi dan Sementasi:
h. Diagenesis:
16
Seperti endapan yang terjadi pada paparan benua (Continental Shelf) dan
lereng benua (Continental Slope). Dijelaskan oleh Hutabarat (1985) dan Bhatt
(1978) bahwa ‘Continental Shelf’ adalah suatu daerah yang mempunyai lereng
landai kurang lebih 0,4% dan berbatasan langsung dengan daerah daratan, lebar dari
pantai 50 – 70 km, kedalaman maksimum dari lautan yang ada di atasnya di antara
100 – 200 meter. Continental Slope adalah daerah yang mempunyai lereng lebih
terjal dari continental shelf, kemiringannya anatara 3 – 6 %.
Sedimen Laut dapat di bagi menjadi dua, yaitu sedimen pelagis dan sedimen
biogenik pelagis
Sedimen biogenik terdiri atas berbagai struktur halus dan kompleks jika
dilihat menggunakan mikroskop. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-sisa
fitoplankton dan zooplankton laut. Karena umur organisme plankton hannya satu
atau dua minggu, terjadi suatu bentuk ‘hujan’ sisa-sisa organisme plankton yang
perlahan, tetapi kontinue di dalam kolam air untuk membentuk lapisan sedimen.
Pembentukan sedimen ini tergantung pada beberapa faktor lokal seperti kimia air
dan kedalaman serta jumlah produksi primer di permukaan air laut. Jadi, keberadan
17
mikrofil dalam sedimen laut dadigunakan untuk menentukan kedalaman air dan
produktifitas permukaan laut pada zaman dulu.
2. Sedimen TerigenPelagis
18
1. Besar kecilnya gelombang sangat menentukan dimensi dan kedalaman bangunan
pemecah gelombang. Gelombang menimbulkan gaya tambahan yang harus
diterima oleh kapal dan bangunan dermaga.
2. Besarnya gelombang laut tergantung dari beberapa faktor, yaitu :
a. Kecepatan angin.
b. Lamanya angin bertiup.
c. Kedalaman laut dan luasnya perairan.
3. Dalam Triatmodjo (1996), gelombang di laut menurut gaya pembangkitnya
dapat dibedakan antara lain sebagai berikut :
a. Gelombang angin
b. Gelombang pasang surut
c. Gelombang tsunami
d. Gelombang karena pergerakan kapal
Gelombang yang terjadi pada kedalaman air d>L/2 pada dasar laut tidak
begitu berpengaruh pada partikel-partikel air yang bergerak lambat. Sedangkan
gelombang yang terjadi pada air yang dangkal d<L/2 berpengaruh terhadap
perubahan bentuk, bergerak dan berputar dari bentuk bundar menjadi ellip atau
mendekati ellip.
Selama penjalaran gelombang dari laut dalam ke laut dangkal, orbit partikel
mengalami perubahan bentuk. Orbit perpindahan partikel berbentuk lingkaran pada
seluruh kedalaman di laut dalam. Di laut transisi dan dangkal lintasan partikel
berbentuk ellips. Semakin besar kedalaman bentuk ellips semakin pipih, dan di
dasar gerak partikel adalah horizontal.
19
Gambar 2. 3
Gelombang pecah ketika puncak gelombang melampaui kecepatan
perambatannya. Pada air yang dalam biasanya ini terjadi ketika tinggi gelombang
melebihi 1/7 L. Ketika gelombang mencapai air yang dangkal di mana kedalaman
kira-kira 1,25 dari ketinggiannya biasanya akan pecah. Walaupun begitu pecahnya
gelombang tidak hanya tergantung pada kedalamannya saja tapi juga tergantung
pada kekuatan angin dan kondisi tanah dasarnya. Sehingga bisa saja terjadi
gelombang sudah pecah pada kedalaman yang agak dalam.
20
Gambar 2. 4 Gerak Orbit partikel air di laut Dangkal, Transisi dan Dalam.
Ukuran (panjang dan tinggi) gelombang pada suatu tempat tergantung pada
kecepatan angin, lamanya angin bertiup, arah angin, fetch dan kedalaman air laut.
Untuk mendapatkan data-data kelakuan gelombang yang akan digunakan dalam
perencanaan bangunan-bangunan di laut, perencana biasanya membutuhkan waktu
yang cukup lama. Untuk itu, biasanya dalam menentukan ukuran gelombang yang
akan digunakan dalam perencanaan konstruksi bangunan pada suatu tempat.
Thomas Stevenson dalam tahun 1864 untuk pertama kalinya memperkenalkan
rumus untuk menghitung tinggi gelombang (H, ft) yang diakibatkan oleh fetch (F,
nautical miles)
21
tempat tersebut ternyata sangat ditentukan oleh kecepatan angin padahal mereka
tidak memasukan kecepatan angin sebagai variable.
1. Difraksi Gelombang
22
2. Refleksi Gelombang
23
2.8 Karakteristik Kapal yang Berkaitan dengan Perencanaan Pelabuhan
1. GRT Gross Register Ton adalah total volume dari semua ruang tertutup diatas
dan dibawah deck, dengan pengecualian tertentu, seperti ruang kemudi, ruang
diagram, ruang radio dan ruang-ruang khusus lainnya diatas dek, dinyatakan
dalam ton, dimana 1 ton adalah sama dengan
Draf kapal (draught) D adalah jarak maksimum dalam meter antara garis air
dan keel (struktur memanjang sepanjang garis tengah di bagian bawah lambung
kapal, dalam beberapa kapal diperpanjang ke bawah sebagai pisau atau ridge untuk
meningkatkan stabilitas). Perpindahan tonase dihitung berdasarkan draf D dan
stationary freeboard hf (ketinggian sisi kapal antara garis air dan dek), yang
ditunjukkan pada sisi kapal.
Garis draf kapal maksimum disebut dengan Plimsoll Mark.atau garis beban/
muatan Tanda (mark) ini terdiri dari sebuah lingkaran dan garis horizontal yang
memotong ditengah lingkaran dengan tulisan disisi kanan dan kirinya lingkaran.
Surat keterangan klasifikasi diterbitkan oleh perhimpunan dari Plimsoll Mark, yang
menjelaskan kondisi dari ukuran dan kualitas material yang digunakan, kapan
waktu pengujian yang akan dilakukan, dan sebagainya. Tanpa klasifikasi sebuah
kapal pada hakekatnya tidak ada jaminan.
25
Gambar 2. 7 Dimensi Kapal
26
4. Lebar tonase (tonnage breadth) : lebar sebuah kapal dari bagian dalam wilah
keringat lambung yang satu sampai ke bagian dalam wilah keringat
lambung lainnya, diukur pada lebar terbesar dan sejajar lunas.
Panjang kapal dapat dinyatakan dalam dua macam yang berbeda: Panjang yang
diukur tegak lurus atau Length Between Perpendiculars, dan Panjang yang diukur
seluruhnya atau Length Over All
1. LBP adalah jarak horizontal dalam meter antara dua titik perpotongan dari
haluan kapal dan garis air laut saat kapal penuh dan garis vertical melalui
sumbu kemudi kapal.
2. LOA adalah jarak horizontal antara dua garis vertical: tangen haluan kapal
dan buritan kapal Untuk dimensi basin pelabuhan dan berlabuh
Adapun ukuran ukuran kapal berdasarkan dengan tipenya adalah sebagai berikut:
27
2.8.5 Data Lain yang Relevan
Kecepatan kapal dinyatakan dalam knots, satu knot adalah sama dengan satu
nautical mile (atau 1852 meter) per jam, equivalen dengan 0.514 m/s. Kecepatan
maksimum kapal pengangkut barang curah dan VLCC’s adalah 18 knots. Fery
dirancang untuk kecepatan maksimum kira-kira 24 knot dan kecepatan kira-kira 40
knot dalam keadaan kosong, sementara kecepatan 35 knot apabila muatan penuh.
28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hal-hal yang kita bahas diatas mengenai faktor – faktor yang
mempengaruhi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan pelabuhan, dapat
ditarik sebuah kesimpulan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan pelabuhan antara lain
1. Ekologi Pantai
2. Angin
3. Kedalaman Air
4. Pasang Surut
5. Arus
6. Gelombang
7. Karakteristik Kapal Yang Berkaitan Dengan Perencanaan Pelabuhan.
3.2 Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
Ilmu Geografi. 2016. 7 Jenis jenis Angin – Pengertian – Proses dan Sifat Angin.
https://ilmugeografi.com/fenomena-alam/jenis-jenis-angin
Diakses pada 07/03/2019