Kep
Tugas : Keperawatan Komunitas 1
PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN KOMUNITAS DI INDONESIA
DAN NEGARA-NEGARA BERKEMBANG
KELOMPOK 4
KELAS A3 2016
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan ridho-
Nyalah kami dapat menyusun serta dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta
salam tak lupa juga kami hantarkan untuk Rasulullah Muhammad SAW, beserta
pengikut beliau dari dahulu, sekarang, hingga hari akhir.
Terima kasih kepada Ns. Wilda yang telah menjadi fasilitator mata kuliah
keperawatan diabetes melitus, terima kasih kepada teman-teman anggota kelompok4
yang mau menerima pembagian pencarian materi hingga jadilah satu makalah yang
dapat memenuh itugas yang telah Ns. Wilda berikan, terima kasih kepada orang tua
yang telah membelikan laptop, sehingga kami dapat mengerjakan tugas yang silih
berganti tiada henti. Terima kasih kepada teman-temankelas A3 2016 semoga kita
wisuda bersamaan di tahun 2020.
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................ 2
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................... 4
B. Tujuan ....................................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 11
3.2 Saran ....................................................................................................... 11
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai pada Abat ke-16, yaitu
dimulai dengan adanya upaya pembatasan penyakit cacar dan kolera yang sangat
ditakuti oelh masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk di Indonesia tahun 1972, dan
pada tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke
Indonesia melalui singapura dan mulai berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari
wabah kolera tersebut pemerintah Belanda (pada waktu itu Indonesia dalam penjajahan
Belanda) melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Gubernur Jendral Deandles
pada tahun 1807 telah melakukan upaya pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan.
Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan angka kematian bayi (infan mortability
rate) yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama, akibat langkanya tenaga
pelatih kebidanan. Baru kemudian ditahun 1930, program ini mulai lagi didaftarkan
pada dukun bayi sebagai penolang dan perawat persalinan. Pada tahun 1851 berdiri
sekolah dokter jawa dr. Bosch dan dr. Blokker kepala pelayanan kesehatan sipil dan
militer di Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (school top opelding
van indiche arsten) atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913 didirikan
sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland indische arsten
school). Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan sejak
berdirinya universitas Indonesia tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Implikasi dari definisi ini adalah studi penelitian yang menguji hipotesis yang paling
relevan dan dapat diterapkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas layanan
kesehatan. Ini tidak termasuk penelitian yang menggunakan metode kualitatif di mana
deskripsi kaya fenomena dalam konteks di mana mereka terjadi adalah tujuannya,
dengan kata lain, sebagian besar penelitian keperawatan komunitas. Sangat berguna
untuk melihat definisi implementasi yang sama sempitnya sebelum mempertimbangkan
bagaimana definisi ini dapat diperluas untuk menggambarkan pengembangan praktik
dalam keperawatan komunitas (Russell, 1996: 4 dalam Thomson, 2004).
5
primer, yang merupakan konsep inti dari World Health Organization (Yuan, Peng, &
Jiang, 2012). Keperawatan Komunitas adalah bagian dari keperawatan kesehatan
masyarakat dimana di dalamnya terdapat kesehatan individu, kelompok dan masyarakat.
6
2.3.3 Meningkatnya prevalensi penyakit kronis. Meskipun penyakit menular dan
menular akut adalah penyebab utama kematian, ini telah diganti dengan penyakit
kronis seperti penyakit jantung, diabetes, dan hipertensi.
2.3.4 Kurangnya perawat di tingkat atas manajemen telah meninggalkan tenaga kerja
keperawatan komunitas tanpa suara yang efektif dalam pembuatan kebijakan
dan perencanaan.
2.3.5 Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas cukup terbatas, dan perawat
memiliki sedikit otonomi dalam memberikan perawatan pasien. Selain itu,
mereka menghabiskan sebagian besar waktu mereka penghubung dengan staf
rumah sakit dan berurusan dengan dokumen-dokumen.
2.3.6 Perawat komunitas mungkin berhubungan dengan kurangnya program pelatihan
kesehatan masyarakat, gajirendah, kurangnya minat di kalangan mahasiswa
keperawatan dalam memainkan peran perawat komunitas, dan kebingungan
stentang apa yang memerlukan peran itu (Yuan et al., 2012).
7
2.4.1 Periode Pertama (1882)
Dimulainya usaha kesehatn oleh Belanda, yaitu Millitair Geness Kundege Dienst
(MDG) & Burgelyke Geness Kudige Dienst (BGD). Dengan tujuan untuk melancarkan
pengobatan kepada orang Belanda pada waktu para pekerja perkebunan terjangkit
penyakit. Kemudian berkembang melayani para pekerja perkebunan tersebut.
Selanjutnya melayani masyarakat umum (saat berdiri Rockefeller Foundation).
Dikenal adanya dinas kesehatan masyarakat atau Dienst Van De Volks Genzonhei
(DVG). Sebagai pengganti, BGD bertugas melaksanakan usaha di bidang preventif dan
kuratif. Kedua usaha ini tidak ada hubungannya dan masing-masing berjalan sendiri.
Dimulai setelah Indonesia merdeka (Bandung Plan) disusun suatu rencana kesehatan
masyarakat, bertujuan untuk menyatukan upaya kuratif dan preventif. Pelaksanaannya
diserahkan kepada inspektur kesehatan Jawa Barat, dipimpin oleh dr. H. A. Patah.
Selanjutnya menyusun pilot project usaha kesehatan masyarakat, yang kemudian
berkembang menjadi konsep Puskesmas.
Indonesia adalah salah satu negara yang paling padat penduduknya di dunia. Sistem
kesehatannya mirip dengan negara-negara berkembang lainnya, dan melayani populasi
yang beragam secara budaya di kepulauan Indonesia. gara yang paling Indonesia,
dengan jumlah penduduk lebih dari 220 juta, memiliki masalah kesehatan yang serupa
dengan negara-negara berkembang lainnya (Shields & Lucia Endang Hartati, 2003).
8
pada pulau utama Jawa, karena di situlah kami telah bekerja dan tinggal (Shields &
Lucia Endang Hartati, 2003).
2.5.1 Untuk mengubah praktek-praktek budaya yang mengganggu kesehatan yang ada
2.5.2 Untuk mengenali praktik budaya adat yang mendukung atau tidak berpengaruh
pada kesehatan
2.5.3 Untuk memberikan pendidikan kesehatan untuk mendorong gaya hidup sehat
2.5.4 Untuk mempersiapkan anggota masyarakat untuk mempertahankan program
kesehatan yang efektif
9
2.5.5 Untuk mendapatkan sumber daya yang tepat untuk mempromosikan masyarakat
yang sehat (Baer, 1993: Orchard & Karmaliani, 2007).
Keperawatan sering dipandang sebagai pekerjaan status rendah, sementara obat adalah
status yang tinggi. gambar dan status ini hasil dalam jumlah yang berlebihan dari
dokter di beberapa masyarakat, terutama di mana perempuan memegang erat budaya,
contohnya adalah negara Pakistan. Menurut Harnar dan rekan (1992 , “Meskipun
orientasi kesejahteraan sosial dari iman Islam, keperawatan dilihat di Pakistan sebagai
pendudukan kasar dan karena itu tidak cocok sebagai sebuah bidang studi untuk anak-
anak perempuan menengah dan keluarga Muslim kelas atas” Seperti “perlindungan”
dari wanita tidak sesuai dengan sejarah keperawatan di dunia Muslim. Perempuan
memberikan perawatan dapat ditelusuri ke abad ke-7 ketika Rufayda A1 Aslamyia
melayani orang terluka setelah pertempuran Udha dan kemudian didirikan program
pelatihan perawat pertama (Hussain, 1981: Orchard & Karmaliani, 2007: (Gulzar,
Mistry, & Upvall, 2011)
Banyak negara telah membentuk sistem perawatan kesehatan primer. Namun, karena
over-supply dari dokter, perawatan kesehatan primer umumnya dikelola oleh dokter
yang mengabadikan program kuratif daripada membina perawatan pencegahan
(Organisasi Kesehatan Dunia [WHO], Regional Penasehat tentang Keperawatan, 1990).
Pola serupa terlihat di Afrika Timur dimana Pusat pedesaan dikelola oleh perawat
kesehatan masyarakat yang terdaftar. Alokasi tersebut memungkinkan retensi yang
berpendidikan tinggi kesehatan profesional dan dokter di sektor kuratif. Pada
kenyataannya, sebaliknya harus terjadi. kemampuan perawat untuk mempengaruhi
perubahan kebijakan di negara-negara berkembang sering terhambat oleh jenis
kelamin, status sosial ekonomi rendah, dan pendidikan yang terbatas.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keperawatan komunitas adalah keperawatan yang mempromosikan dan
melestarikan kesehatan populasi yang ada, keperawatan komunitas berfokus bukan
hanya kepada individu tetapi juga untuk keluarga dan kelompok. Keperawatan
komunitas bagian dari integral dari pelayanan kesehatan yang sudah menjadi konsep
utama yang dicanangkan oleh badan kesehatan dunia WHO.
3.2 Saran
Masalah keperawatan kesehatan masyarakat di Negara-negara berkembang,
semuanya mempunyai masalah yang hampir sama, oleh karena itu perlu ketelitian
dalam mengidentifikasi masalah yang timbul untuk melakukan perbaikan dengan
seksama untuk mendukung pengembangan konsep dan implementasi Keperawatan
kesehatan masyarakat di Negara-negara berkembang, terkhusus di Indonesia
11
DAFTAR PUSTAKA
12
BORANG PEMBAGIAN TUGAS KELOMPOK
Topik:
Perkembangan Keperawatan Komunitas di Negara-Negara Berkembang
Pembagian Tugas:
No Nama Sub Topik
1. Nurul Khairah Abdullah Pengertian Perkembangan Keperawatan
Komunitas
2. Nadya Pramita Perkembangan Komunitas di Negara
Berkembang
3. Nurul Fadila Latar Belakang Makalah, Faktor yang
mempengaruhi perkembangan
Keperawatan di Negara-negara berkembang,
Negara Berkembang, Definisi keperawatan
komunitas, Tujuan keperawatan komunitas
4. Nur Insani Yahya Perkembangan Keperaawatan Komunitas di
Indonesia
5. Nurwidyawati Bahar Faktor yang mempengaruhi Perkembangan
6. Ririn Yunita Perkembangan Keperaawatan Komunitas di
Indonesia
13