Anda di halaman 1dari 13

Dosen : Ns. Andi Amalia Wildani, S.Kep., M.

Kep
Tugas : Keperawatan Komunitas 1

PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN KOMUNITAS DI INDONESIA
DAN NEGARA-NEGARA BERKEMBANG

KELOMPOK 4

KELAS A3 2016

1. NADYA PRAMITA (NH0116104)


2. NUR INSANI (NH0116116)
3. NURUL FADILA (NH0116124)
4. NURUL KHAIRAH ABDULLAH (NH0116126)
5. NURWIDYAWATI BAHAR (NH0116127)
6. RIRIN YUNITA (NH0116144)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan ridho-
Nyalah kami dapat menyusun serta dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta
salam tak lupa juga kami hantarkan untuk Rasulullah Muhammad SAW, beserta
pengikut beliau dari dahulu, sekarang, hingga hari akhir.

Kami menyadari, meskipun kami telah berusaha dengan sebaik-baiknya dalam


menyelesaikan makalah ini, tetapi kami menyadari bahwa makalah ini juga jauh dari
kesempurnaan. Karna itu mohon kritik dan serta saran, yang kiranya dapat membangun
sehingga dapat menyesaikan makalah yang lebih baik lagi. Kami berharap makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembaca.

Terima kasih kepada Ns. Wilda yang telah menjadi fasilitator mata kuliah
keperawatan diabetes melitus, terima kasih kepada teman-teman anggota kelompok4
yang mau menerima pembagian pencarian materi hingga jadilah satu makalah yang
dapat memenuh itugas yang telah Ns. Wilda berikan, terima kasih kepada orang tua
yang telah membelikan laptop, sehingga kami dapat mengerjakan tugas yang silih
berganti tiada henti. Terima kasih kepada teman-temankelas A3 2016 semoga kita
wisuda bersamaan di tahun 2020.

Makassar, 13April 2019

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................ 2

Daftar Isi ......................................................................................................... 3

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................... 4
B. Tujuan ....................................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perkembangan ........................................................................ 5


2.2 Pengertian Keperawatan Komunitas ........................................................ 5
2.3 Faktor Yang Mempengarahi Perkembangan Keperawatan Komunitas ... 6
2.4 Perkembangan Keperawatan Komunitas Di Indonesia ............................ 7
2.5 Perkembangan Keperawatan Komunitas Di Negara Berkembang ........... 9

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 11
3.2 Saran ....................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 12


Borang Penilaian ........................................................................................ 13

3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai pada Abat ke-16, yaitu
dimulai dengan adanya upaya pembatasan penyakit cacar dan kolera yang sangat
ditakuti oelh masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk di Indonesia tahun 1972, dan
pada tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke
Indonesia melalui singapura dan mulai berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari
wabah kolera tersebut pemerintah Belanda (pada waktu itu Indonesia dalam penjajahan
Belanda) melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Gubernur Jendral Deandles
pada tahun 1807 telah melakukan upaya pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan.
Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan angka kematian bayi (infan mortability
rate) yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama, akibat langkanya tenaga
pelatih kebidanan. Baru kemudian ditahun 1930, program ini mulai lagi didaftarkan
pada dukun bayi sebagai penolang dan perawat persalinan. Pada tahun 1851 berdiri
sekolah dokter jawa dr. Bosch dan dr. Blokker kepala pelayanan kesehatan sipil dan
militer di Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (school top opelding
van indiche arsten) atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913 didirikan
sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland indische arsten
school). Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan sejak
berdirinya universitas Indonesia tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

1.2 Tujuan Umum


Mengetahui perkembangan keperawatan komunitas di Indonesia dan negara-negara
berkembang.

1.3 Tujuan Khusus


1.3.1 Mengetahui pengertian perkembangan
1.3.2 Mengetahui pengertian keperawatan komunitas
1.3.3 Mengetahui faktor yang mempengaruhi keperrawatan komunitas
1.3.4 Mengetahui perkembangan keperawatan komunitas di Indonesia
1.3.5 Mengetahui perkembangan keperawatan komunitas dinegara berkembang

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perkembangan Keperawatan Komunitas


Perkembangan Keperawatan Komunitas adalah setengah dari strategi Penelitian dan
Pengembangan NHS (Departemen of Helath, 1993), dan karena itu didefinisikan secara
sempit, oleh Russell (1996: 4) menjelaskan:

Pengembangan adalah pengenalan eksperimental kedalam praktik klinis alternative


prosedur atau metode perawatan, bersama dengan evaluasi simultan mereka efektivitas,
efisiensi atau keduanya. Ini termasuk penilaian teknologi kesehatan, Fase III uji coba
obat-obatan, dan uji pragmatis lainnya yang dirancang untuk memilih antara alternative
dipraktik klinis. Tidak termasuk pengembangan layanan yang tidak perlu dievaluasi
(Thomson, 2004).

Implikasi dari definisi ini adalah studi penelitian yang menguji hipotesis yang paling
relevan dan dapat diterapkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas layanan
kesehatan. Ini tidak termasuk penelitian yang menggunakan metode kualitatif di mana
deskripsi kaya fenomena dalam konteks di mana mereka terjadi adalah tujuannya,
dengan kata lain, sebagian besar penelitian keperawatan komunitas. Sangat berguna
untuk melihat definisi implementasi yang sama sempitnya sebelum mempertimbangkan
bagaimana definisi ini dapat diperluas untuk menggambarkan pengembangan praktik
dalam keperawatan komunitas (Russell, 1996: 4 dalam Thomson, 2004).

Pengembangan praktik didefinisikan sebagai berikut, berdasarkan NHS Definisi


eksekutif (NHS Executive, 1998: 6): Pengembangan praktik diarahkan pada pekerjaan
menuju memperkenalkan inovasi atau peningkatan layanan atau proses, sering
berdasarkan pada temuan penelitian, yang juga melibatkan evaluasi inovasi atau
pengembangan layanan (Thomson, 2004).

2.2 Pengertian Keperawatan Komunitas


Keperawatan kesehatan masyarakat (CHN) “adalah sebuah sintesis dari praktek
keperawatan dan praktek kesehatan masyarakat diterapkan untuk mempromosikan dan
melestarikan kesehatan populasi.” CHN merupakan bagian integral pelayanan kesehatan

5
primer, yang merupakan konsep inti dari World Health Organization (Yuan, Peng, &
Jiang, 2012). Keperawatan Komunitas adalah bagian dari keperawatan kesehatan
masyarakat dimana di dalamnya terdapat kesehatan individu, kelompok dan masyarakat.

Berbagai definisi dari keperawatan kesehatan komunitas telah dikeluarkan oleh


organisasi-organisasi profesional. Berdasarkan pernyataan dari American Nurses
Association (2004) yang mendefinisikan keperawatan kesehatan komunitas sebagai
tindakan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dari populasi dengan
mengintegrasi keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan keperawatan dan
kesehatan masyarakat. P[raktik yang dilakukan komprehensif dan umum serta tidak
terbatas pada kelompok tertentu, berkelanjutan dan tidak terbatas pada perawatan yang
bersifat episodik. Definisi kesehatan komunitas menurut American Nurses Association
(2004) yaitu sistesis dari ilmu kesehatan masyarakat dan teori keperawatan profesional
yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan pada keseluruhan komunitas (American
Nurses Association, 2004).

Keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu bidang dalam keperawatan kesehatan


yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan
dukungan peran serta aktif masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif ,
preventif serta berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitasi
secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat sebagai suatu kesatuan yang utuh, melalui proses keperawatan untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal secara mandiri dalam upaya
kesehatan (Depkes, 2006).

2.3 Faktor Yang Mempengruhi Perkembangan Keperawatan Komunitas


2.3.1 Perawatan kesehatan terpadu: dengan perkembangan ekonomi dan masyarakat,
model sempit, cara ketat perawatan kesehatan terapeutik member kepada model
dari, pelayanan kesehatan berbasis masyarakat yang terintegrasi.
2.3.2 Meningkatnya biaya perawatan kesehatan. Kenaikan biaya dan kurangnya akses
yang terjangkau menyebabkan perawatan berkualitas menjadi keluhan serius.

6
2.3.3 Meningkatnya prevalensi penyakit kronis. Meskipun penyakit menular dan
menular akut adalah penyebab utama kematian, ini telah diganti dengan penyakit
kronis seperti penyakit jantung, diabetes, dan hipertensi.
2.3.4 Kurangnya perawat di tingkat atas manajemen telah meninggalkan tenaga kerja
keperawatan komunitas tanpa suara yang efektif dalam pembuatan kebijakan
dan perencanaan.
2.3.5 Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas cukup terbatas, dan perawat
memiliki sedikit otonomi dalam memberikan perawatan pasien. Selain itu,
mereka menghabiskan sebagian besar waktu mereka penghubung dengan staf
rumah sakit dan berurusan dengan dokumen-dokumen.
2.3.6 Perawat komunitas mungkin berhubungan dengan kurangnya program pelatihan
kesehatan masyarakat, gajirendah, kurangnya minat di kalangan mahasiswa
keperawatan dalam memainkan peran perawat komunitas, dan kebingungan
stentang apa yang memerlukan peran itu (Yuan et al., 2012).

2.4 Perkembangan Keperawatan Komunitas Di Indonesia


Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai pada abad ke 16, yaitu
dimulai dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacat dan kolera yang sangat
ditakuti oleh masyarakat. Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan pada
tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke
Indonesia melalui singapura dan mulai berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari
wabah kolera tersebut pemerintah belanda melakukan upaya upaya kesehatan
masyarakat. Gubernur jendral deandels pada tahun 1807 telah melakukan upaya
pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka
menurunkan tingkat kematian bayi yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama
akibat kangkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian ditahun 1930, program ini
dimulai lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat
persalinan. Pada tahun 1851 berdiri sekolah dokter jawa oleh dokter bosch dan dokter
bleeker kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer Indonesia. Sekolah ini dikenal
dengan nama STOVIA atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913,
didirikan sekolah dokter kedua di Surabaya dengan nama NIAS. Pada tahun 1947,
STOVIA berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

7
2.4.1 Periode Pertama (1882)

Dimulainya usaha kesehatn oleh Belanda, yaitu Millitair Geness Kundege Dienst
(MDG) & Burgelyke Geness Kudige Dienst (BGD). Dengan tujuan untuk melancarkan
pengobatan kepada orang Belanda pada waktu para pekerja perkebunan terjangkit
penyakit. Kemudian berkembang melayani para pekerja perkebunan tersebut.
Selanjutnya melayani masyarakat umum (saat berdiri Rockefeller Foundation).

2.4.2 Periode Kedua (Zaman Penjajahan Jepang)

Dikenal adanya dinas kesehatan masyarakat atau Dienst Van De Volks Genzonhei
(DVG). Sebagai pengganti, BGD bertugas melaksanakan usaha di bidang preventif dan
kuratif. Kedua usaha ini tidak ada hubungannya dan masing-masing berjalan sendiri.

2.4.3 Periode Ketiga

Dimulai setelah Indonesia merdeka (Bandung Plan) disusun suatu rencana kesehatan
masyarakat, bertujuan untuk menyatukan upaya kuratif dan preventif. Pelaksanaannya
diserahkan kepada inspektur kesehatan Jawa Barat, dipimpin oleh dr. H. A. Patah.
Selanjutnya menyusun pilot project usaha kesehatan masyarakat, yang kemudian
berkembang menjadi konsep Puskesmas.

Indonesia adalah salah satu negara yang paling padat penduduknya di dunia. Sistem
kesehatannya mirip dengan negara-negara berkembang lainnya, dan melayani populasi
yang beragam secara budaya di kepulauan Indonesia. gara yang paling Indonesia,
dengan jumlah penduduk lebih dari 220 juta, memiliki masalah kesehatan yang serupa
dengan negara-negara berkembang lainnya (Shields & Lucia Endang Hartati, 2003).

Dalam upaya untuk memberikan pengetahuan tentang Indonesia kepada perawat di


seluruh dunia, kami menggambarkan negara, sistem kesehatannya, dan masalah yang
dihadapi oleh perawat dan profesional kesehatan lainnya. Metode. Kami menjelaskan
cara sistem kesehatan bekerja dalam budaya Indonesia, membahas dampak kekurangan
keperawatan internasional dan menguraikan peran lembaga bantuan. Dilema etika yang
dihadapi oleh para profesional kesehatan yang merawat pasien dalam sistem sumber
daya yang buruk diperiksa. Sementara informasi mengenai seluruh negara, kami fokus

8
pada pulau utama Jawa, karena di situlah kami telah bekerja dan tinggal (Shields &
Lucia Endang Hartati, 2003).

Temuan Pendidikan keperawatan terutama dilakukan di sekolah menengah atas,


sementara pendidikan kedokteran mirip dengan pendidikan universitas yang ditawarkan
di banyak negara, dan para profesional kesehatan sekutu dididik dengan berbagai
standar. Pejabat kesehatan Indonesia mengakui bahwa rendahnya standar pendidikan
keperawatan berkontribusi pada statistik kesehatan yang buruk, dan mereka bekerja
keras untuk meningkatkannya. Ada dukungan kuat dari pemerintah untuk implementasi
pendidikan universitas untuk perawat, dan untuk kursus di akademi yang menjembatani
kesenjangan antara standar saat ini dan tingkat pendidikan yang diperlukan untuk
pemberian perawatan kesehatan yang optimal (Rochmawati & Wiechula, n.d.)

2.5 Perkembangan Keperawatan Komunitas Di Negara Berkembang


Masalah kesehatan dan keperawatan komunitas seringkali masyarakat mengannggap
bahwa dokterlah yang paling memegang tinggi untuk mempertahankan dan mengatasi
masalah-masalah kesehatan yang ada di dalam masyarakat. Sistem kesehatan di negara-
negara berkembang sering mencontoh sistem barat yang menekankan teknologi kuratif
dengan mengorbankan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit (Courtney, 1995:
Orchard & Karmaliani, 2007). Masyarakat dalam kaitannya dengan penyakit menular,
keluarga berencana, dan imunisasi program-yang diterima sumber daya yang terbatas.
Untuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit terjadi, profesional yang sangat
terampil yang diperlukan untuk bekerja dengan masyarakat (Djukanovic, 1975: Orchard
& Karmaliani, 2007)

Untuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit terjadi di komunitas, profesional


yang sangat terampil yang diperlukan untuk bekerja dengan masyarakat :

2.5.1 Untuk mengubah praktek-praktek budaya yang mengganggu kesehatan yang ada
2.5.2 Untuk mengenali praktik budaya adat yang mendukung atau tidak berpengaruh
pada kesehatan
2.5.3 Untuk memberikan pendidikan kesehatan untuk mendorong gaya hidup sehat
2.5.4 Untuk mempersiapkan anggota masyarakat untuk mempertahankan program
kesehatan yang efektif

9
2.5.5 Untuk mendapatkan sumber daya yang tepat untuk mempromosikan masyarakat
yang sehat (Baer, 1993: Orchard & Karmaliani, 2007).

Keperawatan sering dipandang sebagai pekerjaan status rendah, sementara obat adalah
status yang tinggi. gambar dan status ini hasil dalam jumlah yang berlebihan dari
dokter di beberapa masyarakat, terutama di mana perempuan memegang erat budaya,
contohnya adalah negara Pakistan. Menurut Harnar dan rekan (1992 , “Meskipun
orientasi kesejahteraan sosial dari iman Islam, keperawatan dilihat di Pakistan sebagai
pendudukan kasar dan karena itu tidak cocok sebagai sebuah bidang studi untuk anak-
anak perempuan menengah dan keluarga Muslim kelas atas” Seperti “perlindungan”
dari wanita tidak sesuai dengan sejarah keperawatan di dunia Muslim. Perempuan
memberikan perawatan dapat ditelusuri ke abad ke-7 ketika Rufayda A1 Aslamyia
melayani orang terluka setelah pertempuran Udha dan kemudian didirikan program
pelatihan perawat pertama (Hussain, 1981: Orchard & Karmaliani, 2007: (Gulzar,
Mistry, & Upvall, 2011)

Banyak negara telah membentuk sistem perawatan kesehatan primer. Namun, karena
over-supply dari dokter, perawatan kesehatan primer umumnya dikelola oleh dokter
yang mengabadikan program kuratif daripada membina perawatan pencegahan
(Organisasi Kesehatan Dunia [WHO], Regional Penasehat tentang Keperawatan, 1990).
Pola serupa terlihat di Afrika Timur dimana Pusat pedesaan dikelola oleh perawat
kesehatan masyarakat yang terdaftar. Alokasi tersebut memungkinkan retensi yang
berpendidikan tinggi kesehatan profesional dan dokter di sektor kuratif. Pada
kenyataannya, sebaliknya harus terjadi. kemampuan perawat untuk mempengaruhi
perubahan kebijakan di negara-negara berkembang sering terhambat oleh jenis
kelamin, status sosial ekonomi rendah, dan pendidikan yang terbatas.

Dengan adanya hambatan-hambatan baik bidang pendidikan ataupun biaya yang


menghalangi perkembangan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan
komunitas sangat akan berdampak sangat besar bagi masyarakat. Kebanyakan di
negara-negara yang berkembang permasalahan inilah yang juga menjadi salah satu
penghambat dari pemecahan masalah kesehatan di masyarakat dan sulitnya untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keperawatan komunitas adalah keperawatan yang mempromosikan dan
melestarikan kesehatan populasi yang ada, keperawatan komunitas berfokus bukan
hanya kepada individu tetapi juga untuk keluarga dan kelompok. Keperawatan
komunitas bagian dari integral dari pelayanan kesehatan yang sudah menjadi konsep
utama yang dicanangkan oleh badan kesehatan dunia WHO.

Banyak faktor yang mempengarugi perkembangan keperawatan komunitas, yang


pertama keperawatan komunitas membutuhkan perawatan kesehatan terpadu, kedua
dengan meningkatnya biaya perawatan dan akses layanan kesehatan di masyarakat
akan menghambat proses perkembangan keperawatan, ketiga prevalensi penyakit
kronis serta kurangnya peran perawat ditingkat manajemen dan kurangnya program
latihan juga menjadi faktor terbesar yang mengakibatkan keperawatan terhambat.

Dalam perkembangan keperawatan komunitas di berbagai negara berkembang,


banyak negara yang mengikuti model keperawatan komunitas barat contohnya
adalah negara pakistan. Model keperawatan komunitas barat yang memiliki fokus
pelayanan kesehatan untuk menekankan teknologi kuratif dan mengorbankan
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit

3.2 Saran
Masalah keperawatan kesehatan masyarakat di Negara-negara berkembang,
semuanya mempunyai masalah yang hampir sama, oleh karena itu perlu ketelitian
dalam mengidentifikasi masalah yang timbul untuk melakukan perbaikan dengan
seksama untuk mendukung pengembangan konsep dan implementasi Keperawatan
kesehatan masyarakat di Negara-negara berkembang, terkhusus di Indonesia

11
DAFTAR PUSTAKA

American Nurses Association. (2004). No Titlescope and standards of nurse


administrators,2nd edition.
Depkes. (2006). Pedoman Penyelenggaraan Upaya Keperawatan Kesehatan
Masyarakat di PuskesmasNo Title.
Gulzar, S. ., Mistry, R., & Upvall, M. J. (2011). Capacity Development For Community
Health Nurses In Pakistan: The Assistant Manager Role, 386–391.
https://doi.org/10.1111/j.1466-7657.2011.00896.x
Orchard, C. A., & Karmaliani, R. (2007). Community Development Specialists in
Nursing for Developing Countries. Jorunal Of Nursing Scholarship, 295–299.
Retrieved from https://doi.org/10.1111/j.1547-5069.1999.tb00501.x
Rochmawati, E., & Wiechula, R. (n.d.). Status Saat Ini Dari Layanan Perawatan Paliatif
Di Indonesia: Tinjauan Literatur. International Nursing, 180–190.
Shields, L., & Lucia Endang Hartati. (2003). Keperawatan Dan Perawatan Kesehatan Di
Indonesia. Jurnal Keperawatan, 209–216.
Thomson, R. (2004). Practice Development in Community Nursing: Principles and
Processes. Journal of Advanced Nursing (Vol. 46). London: ARNOLD.
https://doi.org/10.1111/j.1365-2648.2004.3102_2.x
Yuan, S., Peng, F., & Jiang, X. (2012). Community health nursing in China: Status,
challenges, and development strategies. Nursing Outlook, 60(4), 221–227.
https://doi.org/10.1016/j.outlook.2012.03.002

12
BORANG PEMBAGIAN TUGAS KELOMPOK

Nama Kelompok : Kelompok 4, Kelas A3


Ketua Kelompok : Nurul Khairah Abdullah (NH0116126)
Sekretaris : Nadya Pamita (Nh0116104)
Anggota Kelompok :
1. NADYA PRAMITA (NH0116104)
2. NUR INSANI (NH0116116)
3. NURUL FADILA (NH0116124)
4. NURUL KHAIRAH ABDULLAH (NH0116126)
5. NURWIDYAWATI BAHAR (NH0116127)
6. RIRIN YUNITA (NH0116144)

Topik:
Perkembangan Keperawatan Komunitas di Negara-Negara Berkembang

Pembagian Tugas:
No Nama Sub Topik
1. Nurul Khairah Abdullah Pengertian Perkembangan Keperawatan
Komunitas
2. Nadya Pramita Perkembangan Komunitas di Negara
Berkembang
3. Nurul Fadila Latar Belakang Makalah, Faktor yang
mempengaruhi perkembangan
Keperawatan di Negara-negara berkembang,
Negara Berkembang, Definisi keperawatan
komunitas, Tujuan keperawatan komunitas
4. Nur Insani Yahya Perkembangan Keperaawatan Komunitas di
Indonesia
5. Nurwidyawati Bahar Faktor yang mempengaruhi Perkembangan
6. Ririn Yunita Perkembangan Keperaawatan Komunitas di
Indonesia

13

Anda mungkin juga menyukai