Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

ANAK DENGAN DM JUVENIL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak 2

Disusun Oleh :

1. Ani Suciati A11601244


2. Anik Siswanti A11601245
3. Annurul Azza A11601246
4. Ari Chaeriyyah A11601247
5. Ariyani Istinovami A11601248
6. Arif Bagas S A11601249
7. Arista Laraswati A11601250
8. Azhar Fauzi A11601251

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2019
TINJAUAN MEDIS

A. DEFINISI
Diabetes Melitus tipe-1 (DMT1) adalah kelainan sistemik akibat
terjadinya gangguan metabolisme glukosa yang ditandai olah
hiperglikemia kronik. Keadaan ini disebabkan oleh kerusakan sel beta
pankreas baik oleh proses autoimun atau idiopatik sehingga produksi
insulin berkurang bahkan berhenti. Sekresi insulin yang rendah
mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein.( Niken Pritayati, 2017 )
Dm tipe 1 sering juga di sebut insulin dependent diabetes mellitus (
IDDM ) atau juvenile diabetes milituse. Pada Dm tipe ini, kelenjar
pankreas mengalami serangan autoimun oleh tubuh sendiri sehingga sel -
sel beta penghasil insulin pada kelenjar pankreas mengalami kerusakan
yang mengakibatkan ketidakmampuan memproduksi insulin. Penderita
harus bergantung kepada pengobatan insulin dari luar untuk bertahan
hidup. Dm tipe 1 ini biasanya mulai terjadi pada usia (<30 tahun).
Dm tipe 1 atau insulin dependent atau juvenile / childhood- onset
diabetes, ditandai dengan kurangnya produksi insulin.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dm juvenil adalah dm tipe 1yang
biasanyan terjadi karena reaksi autoimun tubuh dan faktor genetik.

B. ETIOLOGI
Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab
diabetes tipe- 1.Namun yang pasti penyebab utama diabetes tipe 1 adalah
faktor genetik/keturunan. Resiko perkembangan diabetes tipe 1 akan
diwariskan melalui faktor genetik :
1. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri;
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke
arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan
pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucosite
antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab
atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
2. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen.
3. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimhipotesis sabulkan destruksi sel beta.
4. Faktor virus dan bakteri
Virus yang diduga menyebabkan diabetes melitus tipe 1 adalah
virus ( rubella kongenital, mumps, coxsackievirus dan
cytomegalovirus). Hasil penelitian menyebutkan bahwa virus dapat
menyebabkan diabetes melitus melalui mekanisme infeksi sitolitik
pada sel beta menyebabkan destruksi. Selain itu, melalui reaksi
otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun pada sel beta
5. Bahan toksik
Ada beberapa bahan toksik yang mampu merusak sel beta
secara langsung yaitu: alloxan, pyrinuron( rodentisida) dan
streptozotocin (produksi jenis jamur). Bahan toksik yang lain dari
cassava atau singkong, singkong mengandung glikosida sianogenik
yang dapat melepaskan sianida sehingga memberi efek toksik
terhadap jaringan tubuh
6. Nutrisi
Nutrisi yang berlebihan merupakan faktor utama yang
diketyahui menyebabkan diabetes melitus. Semakin lama dan berat
obesitas akibat nutrisi yang berlebihan, semakin besar kemungkinan
terjadinya diabetes mellitus
7. Idiopatik
Sebagian kecil diabetes melitus tipe 1 penyebabnya tidak jelas
(idiopatik)
Untuk lebih jelasnya DM tipe1 diakibatkan oleh kerusakan sel
beta pankreas karena paparan agen infeksi yaitu racun, virus (rubella
kongenital,mumps,coxsackievirus dan cytomegalovirus) dan makanan
(gula,kopi,kedelai,gandum dan susu sapi). Beberapa teori ilmiah yang
menjelaskan penyebab diabetes melitus tipe 1 sebagai berikut :
1. Hipotesis matahari
Teori menyatakan bahwa waktu yang lama dihabiskan dalam ruangan,
dimana akan mengurangi paparan sinar matahari kepada anak- anak,
yang akan mengakibatkan berkurangnya kadar vitamin D. bukti
menyebutkan bahwa vitamin D memainkan peran integral dalam
sensitivitas dan sekresi insulin (Penckover,kouba,wallis, & Emanuele,
2009). Berkurangnnya kadar vitamin D dan jarang terpapar dengan
sinar matahari, dimana masing-masing telah dikaitkan dengan
peningktan resiko diabetes melitus tipe 1
2. Hipotesis higiene
Teori ini menyatakan bahwa kurangnya paparan dengan prevalensi
patogen, dimana kita menjaga anak-anak kita terlalu bersih, dapat
menyebabkan hipersensitivitas autoimun, yaitu kehancuran sel beta
yang memproduksi insulin didalam tubuh oleh leukosit.
3. Hipotesis susu sapi
Teori ini menyatakan bahwa eksposur terhadap susu sapi dalam susu
formula pada 6 bulan pertama pada bayi dapat menyebabkan
kekecauan pada sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan resiko
untuk mengembangan diabetes melitus tipe 1 dikemuadian hari.
Dimana protein susu sapi hampir identik dengan protein pada
permukaan sel beta pankreas yang memproduksi insulin, sehingga
mereka yang rentan dan peka terhadap susu sapi maka akan direspon
oleh leukosit dan selanjutnya akan menyerang sel sendiri yang
menyebabkan kerusakan sel beta pankreas sehingga terjadi diabetes
melitus tipe 1.(NANDA Aplikasi, 2015)

C. PATOFISIOLOGI/ PERJALANAN PENYAKIT


Perjalanan penyakit ini melalui beberapa periode menurut ISPAD Clinical
Practice Consensus Guidelines tahun 2009, yaitu:
1. Periode pra-diabetes
Pada periode ini gejala-gejala klinis diabetes belum nampak karena
baru ada proses destruksi sel pankreas. Predisposisi genetik tertentu
memungkinkan terjadinya proses destruksi ini. Sekresi insulin mulai
berkurang ditandai dengan mulai berkurangnya sel pankreas yang
berfungsi.Kadar C-peptide mulai menurun.Pada periode ini
autoantibodi mulai ditemukan apabila dilakukan pemeriksaan
laboratorium.
2. Periode manifestasi klinis
Pada periode ini, gejala klinis DM mulai muncul.Pada periode ini
sudah terjadi sekitar 90% kerusakan sel pankreas. Karena sekresi
insulin sangat kurang, maka kadar gula darah akan tinggi/meningkat.
Kadar gula darah yang melebihi 180 mg/dl akan menyebabkan diuresis
osmotik. Keadaan ini menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan dan
elektrolit melalui urin (poliuria, dehidrasi, polidipsi). Karena gula
darah tidak dapat di-uptake kedalam sel, penderita akan merasa lapar
(polifagi), tetapi berat badan akan semakin kurus. Pada periode ini
penderita memerlukan insulin dari luar agar gula darah di-
uptakekedalam sel.
3. Periode honey-moon
Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara. Pada
periode ini sisa-sisa sel pankreas akan bekerja optimal sehingga akan
diproduksi insulin dari dalam tubuh sendiri. Pada saat ini kebutuhan
insulin dari luar tubuh akan berkurang hingga kurang dari 0,5 U/kg
berat badan/hari. Namun periode ini hanya berlangsung sementara,
bisa dalam hitungan hari ataupun bulan, sehingga perlu adanya edukasi
ada orang tua bahwa periode ini bukanlah fase remisi yang menetap.
4. Periode ketergantungan insulin yang menetap. Periode ini merupakan
periode terakhir dari penderita DM. Pada periode ini penderita akan
membutuhkan insulin kembali dari luar tubuh seumur hidupnya
D. PATHWAY
E. MANIFESTASI KLINIS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dlakukan pada DM tipe 1 dan 2
umumnya tidak jauh berbeda :
1. Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
2. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mOsm/l
5. Elektrolit :
a) Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
b) Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun
c) Fosfor : lebih sering menurun
6. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari
normal yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4
bulan terakhir ( lama hidup SDM) dan karenanaya sangat
bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control tidak adekuat
versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
7. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan
penurunan pada HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi
alkalosis respiratorik
8. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis
: hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi
9. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal)
10. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA
11. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada (
pada tipe 1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang
mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam
penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody .(
autoantibody)
12. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid
dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin
13. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas
mungkin meningkat
14. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran
kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka
Diabetes melitus ditegakkan berdasarkan ada tidaknya gejala. Bila
dengan gejala (polidipsi, poliuria, polifagia), maka pemeriksaan gula
darah abnormal satu kali sudah dapat menegakkan diagnosis DM.
Sedangkan bila tanpa gejala, maka diperlukan paling tidak 2 kali
pemeriksaan gula darah abnormal pada waktu yang berbeda (Rustama
DS, dkk. 2010; ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2009).
Kriteria hasil pemeriksaan gula darah abnormal adalah :
1. Kadar gula darah sewaktu >200 mg/dl atau
2. Kadar gula darah puasa >126 mg/dl atau
3. Kadar gula darah 2 jam postprandial >200 mg/dl.
Untuk menegakkan diagnosis DM tipe 1, maka perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang, yaitu C-peptide <0,85 ng/ml. C-peptide ini
merupakan salah satu penanda banyaknya sel β-pankreas yang masih
berfungsi. Pemeriksaan lain adalah adanya autoantibodi, yaitu Islet cell
autoantibodies(ICA), Glutamic acid decarboxylase autoantibodies(65K
GAD), IA2( dikenal sebagai ICA 512 atau tyrosine posphatase)
autoantibodiesdan Insulin autoantibodies(IAA). Adanya autoantibodi
mengkonfirmasi DM tipe 1 karena proses autoimun. Sayangnya
pemeriksaan autoantibodi ini relatif mahal (Rustama DS, dkk. 2010;
ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2009)
Selain itu juga diabetes melitus tipe 1 manifestasinya adalah :
1. Polifagia,poliuria, berat badan menurun, polidipsia, lemah dan
somnolen yang berlangsung agak lama, beberapa hari atau
seminggu
2. Timbulnya ketoasidosis diabetikum yang dapat berakibat
meninggal jika tidak segera mendapat penanganan
3. Pada diabetes melitus tipe ini memerlukan adanya terapi insulin
untuk mengontrol karbohidrat didalam sel (NANDA Aplikasi,
2015 ).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Gula Darah Puasa atau Fasting Blood Sugar
a) Tujuan : Menentukan jumlah glukosa darah saat puasa
b) Pembatasan : Tidak makan selama 12 jam sebelum test biasanya
jam 08.00-20.00, minum boleh
c) Prosedur : Darah diambil dari vena dan dikirim ke lab
d) Hasil : Normal → 80-120 mg/ 100 ml serum
e) Abnormal → 140 mg/100 ml atau lebih
2. Pemeriksaan Gula darah Postprandial
a) Tujuan : Menentukan gula darah setelah makan
b) Pembatasan : Tidak ada
c) Prosedur : Pasien diberi makan kira-kira 100 gr karbohidrat, 2 jam
kemudian diambil darah venanya
d) Hasil : Normal → kurang lebih 120 mg/ 100 ml serum
e) Abnormal → lebih dari 200 mg/ 100 ml atau lebih, indikasi
3. Pemeriksaan Toleransi Glukosa Oral/Oral Glukosa Tolerance
Test (TGO)
a) Tujuan : Menentukan toleransi terhadap respon pemberian glukosa
b) Pembatasan : Pasien tidak makan 12 jam sebelum test dan selama
test, boleh minum air putih, tidak merokok, minum teh atau kopi
selama pemeriksaan
c) Prosedur : Pasien diberi makan tinggi karbohidrat selama 3 hari
sebelum test, kemudian puasa selama 12 jam, ambil darah puasa
dan urine untuk pemeriksaan. Berikan 100 gr glukosa ditambah
juice lemon melalui mulut, periksa darah dan urin 5 jam setelah
pemberian glukosa
d) Hasil : Normal → puncaknya jam pertama setelah pemberian 140
mg/dl dan kembali normal 2 atau 3 jam kemudian
e) Abnormal → Peningkatan glukosa pada jam pertama tidak kembali
setelah 2 atau 3 jam, urine positif glukosa
4. Pemeriksaan Glukosa Urine
Pemeriksaan ini kurang akurat karena hasil pemeriksaan ini banyak
dipengaruhi oleh beberapa hal misalnya karena obat-obatan seperti
aspirin, vitamin C dan beberapa antibiotik, adanya kelainan ginjal pada
lansia dimana ambang ginjal meningkat. Adanya glukosuria
menunjukkkan bahwa ambang ginjal terhadap glukosa terganggu
5. Pemeriksaan Keton Urine
Badan keton merupakan produk sampingan proses pemecahan lemak,
dan senyawa ini akan menumpuk pada darah dan urine. Jumlah keton
yang besar pada urin akan merubah pereaksi pada strip menjadi
keunguan. Adanya ketonuria menunjukkan adanya ketoasidosis.
6. Pemeriksaan Kolesterol dan Kadar Serum Trigliserida
Dapat meningkat karena ketidakseimbangan kontrol glikemik.
7. Pemeriksaan Hemoglobin Glikat (HbAlc)
Pemeriksaan lain untuk memantau rata-rata kadar glukosa darah adalah
glykosylated hemoglobin (HbAlc), test ini mengukur prosentasi
glukosa yang melihat pada hemoglobin. Pemeriksaan ini menunjukkan
kadar glukosa darah rata-rata selama 120 hari sebelumnya, sesuai
dengan usia eritrosit. HbAlc digunakan untung mengkaji kontrol
glukosa jangka panjang, sehingga dapat memprediksi riksiko
komplikasi. Hasil HbAlc tidak berubah karena pengaruh kebiasaan
makanan sehari sebelum test. Pemeriksaan HbAlc dilakukan untuk
diagnosis dan pada interval tertentu untuk mengevaluasi
penatalaksanaan DM, direkomendasikan dilakukan 2 kali dalam
setahun bagi pasien DM. Kadar yang direkomendasikan oleh ADA <
7%
8. Pemeriksaan C-peptide
Pemeriksaan ini digunakan untuk membedakan deabetes melitus tipe 1
dengan tipe 2. Kosentrasi C-peptide merupakan indikator yang baik
untuk fungsi sel beta, juga bisa diganakan untuk memonitor respons
individual setelah operasi pankreas. Konsentasi C-peptide akan
meningkat pada transplantasi prankreas atau transplantasi sel-sel pulau
pankreas.
TINJAUAN KEPERAWATAN

A. Fokus Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus
dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, keadaan
umum pasien, tanda-tanda vital, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat
keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan
sehari-hari
1. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register,
tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk
membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan
alamat dan lingkungan kotor dapat mempercepat atau memperberat
keadaan penyakit infeksi
2. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS
Ds yg mungkin timbul :
a) Klien mengeluh sering kesemutan
b) Klien mengeluh sering buang air kecil saat malam hari
c) Klien mengeluh sering merasa haus
d) Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan (polifagia )
e) Klien mengeluh merasa lemah
f) Klien mengeluh pandangannya kabur
Do :
a) Klien tampak lemas
b) Terjadi penurunan berat badan
c) Tonus otot menurun
d) Terjadi atropi otot
e) Kulit dan membrane mukosa tampak kering
f) Tampak adanya luka ganggren
g) Tampak adanya pernapasan yang cepat dan dalam
3. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran
kualitatif atau GCS dan respon verbal klien.
4. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan :
Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji
tekanan nadi, dan kondisi patologis. Biasanya pada DM type 1, klien
cenderung memiliki TD yang meningkat/ tinggi/ hipertensi :
a) Pulse rate
b) Respiratory rate
c) Suhu
5. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penyakit ini biasanya didapatkan :
a) Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak adanya
atropi otot, adanya luka ganggren, tampak pernapasan cepat dan
dalam, tampak adanya retinopati, kekaburan pandangan
b) Palpasi : kulit teraba kering, tonus otot menuru.
c) Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah
6. Pemeriksaan penunjang
a) Glukosa darah : meningkat 200-100mg/Dl
b) Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d) Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mOsm/l
Elektrolit :
a) Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
b) Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun
c) Fosfor : lebih sering menurun
Pemeriksaan darah :
a) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari
normal yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan
terakhir ( lama hidup SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat untuk
membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang
berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
b) Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan
pada HCO3 (asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis
respiratorik
c) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi
d) Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal)
e) Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA
f) Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada (
pada tipe 1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang
mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam
penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody .(
autoantibody)
Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
a) Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat
b) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran
kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.
7. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
b) Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya,
mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya
apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulangi penyakitnya.
Hal – hal yang biasanya didapat dari pengkajian pada klien dengan
diabetes mellitus :
1) Aktivitas/ Istirahat
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot
menurun.
2) Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan
pada ekstremitas, ulkus padA kaki yang penyembuhannya
lama, takikardi, perubahan tekanan darah
3) Integritas Ego
Stress, ansietas
4) Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
5) Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat
badan, haus, penggunaan diuretik.
6) Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
7) Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
8) Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi /
tidak)
9) Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan DM type 1
meliputi :
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan diabetes
melitus
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak mampu dalam mengabsorbsi makanan karena faktor
biologi (defisiensi insulin) ditandai dengan lemas, berat badan pasien
menurun walaupun intake makanan adekuat, mual dan muntah,
konjungtiva tampak pucat, pasien tampak lemah, GDS >200 mg/dl
4. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
5. Resiko infeksi

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Perfusi
perfusi jaringan keperawatan 3x24 jam Jaringan (sensasi perifer)
perifer diharapkan aliran darah :
berhubungan perifer menjadi adekuat
1. Monitor adannya
dengan diabetes dengan kriteria hasil :
parestesia (mati
melitus
1. Pengisian kapiler jari baik rasa, hipotesia dan
tingkat nyeri)
2. Kebas dan kesemutan
2. Beri cairan,
berkurang
elektrolit, zat gizi
3. Suhu kulit ujung tangan dan oksigen sesuai
dan kaki teraba hangat indikasi untuk
4. Parestesia membaik meningkatkan aliran
darah dan perfusi
3. Lakukan pemijatan
pada area perifer
(kaki dan tangan)
4. Monitor TTV
5. Diskusikan atau
identifikasi
penyebab sensasi
abnormal atau
perubahan sensasi
yang terjadi
Perawatan Sirkulasi :

1. Monitor status
cairan termasuk
asupan dan keluaran
2. Lakukan penilaian
komprehensif
sirkulasi perifer
(nadi perifer,
edema, pengisian
kapiler, warna dan
suhu ekstremitas)

2 Kekurangan Setelah dilakukan tindakan Monitor cairan (4130)


volume cairan keperawatan 3x24 jam 1. Tentukan jumlah
berhubungan diharapkan masalah dan jenis intake /
dengan kekurangan cairan dapat asupan cairan serta
kehilangan teratasi dengan kriteria kebiasaan eliminasi
cairan aktif hasil: 2. Monitor berat badan
Keseimbangan cairan 3. Monitor asupan dan
(0601) pengeluaran
indikator aw tujua 4. Monitor tekanan
al n darah, denyut
Keseimban 2 5 jantung dan status
gan intake pernafasan
dan output 5. Monitor membran
dalam 24 mukosa, turgor kulit
jam dan respon haus
6. Kolaborasi
Berat 2 5 pemberian cairan
badan dengan tepat
stabil
Turgor 2 5
kulit

Keterangan:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu

3 Ketidakseimban Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi


gan nutrisi: keperawatan 3x24 jam (1100)
kurang dari diharapkan masalah 1.Tentukan status gizi
kebutuhan tubuh ketidakseimbangan nutrisi pasien dan
berhubungan kurang dari kebutuhan dapat kemampuan untuk
dengan tidak teratasi dengan kriteria memenuhi kebutuhan
mampu dalam hasil: gizi
mengabsorbsi 2. Instrusikan pasien
makanan karena mengenai kebutuhan
faktor biologi Status Nutrisi (1004) nutrisi yaitu membhas
(defisiensi Indikat Awal Tujuan pedoman diit dan
insulin) ditandai or pedoman makanan
dengan lemas, Asupa 2 4 3. Pastikan makanan
berat badan n Gizi disajikan dengan cara
pasien menurun Asupa 2 4 yang menarik dan
walaupun intake n suhu yang paling
makanan makan cocok untuk
adekuat, mual an dikonsumsi secara
dan muntah, Asupa 2 4 optimal
konjungtiva n 4. Monitor
tampak pucat, cairan kecenderungan
pasien tampak Rasio 2 4 terjadinya penurunan
lemah, GDS BB / dan kenaikan berat
>200 mg/dl TB badan
Keterangan :
1 : Sangat menyimpang dari
rentang normal
2 : Banyak menyimpang
dari rentang normal
3 : Cukup menyimpang dari
rentang normal
4 : Sedikit menyimpang dari
rentang normal
5 : Tidak menyimpang dari
rentang normal
4 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (1400)
berhubungan keperawatan selama 3x24
1. Lakukan pengkajian
dengan agens jam diharapkan masalah
nyeri komprehensif
cedera biologis keperawatan nyeri akut
yg meliputi lokasi,
dapat teratasi dengan
karakteristik, onset/
kriteria hasil :
durasi, frekuensi,
Kontrol Nyeri (1605) kualitas, intensitas,
atau beratnya nyeri
Indikator Awa Tujua
dan faktor pencetus
l n
2. Observasi adanya
Mengenali 2 4
penunjuk non verbal
kapan
mengenai
terjadinya
ketidaknyamanan
nyeri
terutama pada
Menggambar 2 4
mereka yg tidak
kan faktor
dapat berkomunikasi
penyebab
secara efektif
Menggunaka 2 4
3. Kendalikan faktor
n analgesik
lingkungan yg dapat
yg
mempengaruhi
direkomenda
respon pasien
sikan
terhadap
ketidaknyamanam
Keterangan : (misalnya suhu
ruangan,
1 : Tidak pernah
pencahayaan, suara
menunjukkan
bising)
2 : Jarang menunjukkan 4. Berikan individu
penurun nyeri yg
3 : Kadang - kadang
optimal dengan
menunjukkan
peresepan analgesik
4 : Sering menunjukkan 5. Dukung istirahat /
tidur yg adekuat
5: Secara konsisten
untuk membantu
menunjukkan
penurunan nyeri
5 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Kontrol infeksi (6540)
keperawatan 3x24 jam 1. Cuci tangan sebelum
diharapkan masalah resiko dan sesudah kegiatan
infeksi dapat teratasi dengan perawatan pasien
kriteria hasil: 2. Pakai sarung tangan
Kontrol resiko: proses steril dengan tepat
infeksi (1924) 3. Tingkatkan intake
indikator awal tuj nutrisi yang tepat
ua 4. Ajarkan pasien dan
n keluarga mengenai
Mengidenti 2 4 tands dan gejala
fikasi infeksi dan kapan
tanda dan harus melapor
gejala kepada petugas
infeksi kesehatan.
Mengidenti 2 4 5. Ajarkan pasien dan
fikasi keluarga bagaimana
faktor menghindari infeksi.
resiko
infeksi
Mengetahu 2 4
i perilaku
yang
berhubung
an dengan
resiko
infeksi
Keterangan :
1:tidak pernah menunjukkan
2:jarang menunjukkan
3:kadang-kadang
menunjukkan
4:sering menunjukkan
5:secara konsisten
menunjukkan
DAFTAR PUSTAKA

Nurjannah, I. (2013). Nursing Outcome Classification (NOC). Mocomedia.


Jakarta

Nurjannah, I. (2013). Nursing Intervention Classification (NIC). Mocomedia.


Jakarta

Khairunnisa, D, DKK. (2014). DM Juvenil. Fakultas Keperawatan Universitas


Padjadjaran. Bandung

Hayonmada. C, dkk. (2018). Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Diabetes


Melitus Tipe 1 (DM JUVENIL). Universitas Pembangunan Indonesia.
Manado

Prita, YN & Tridjadja, B. (2017). Diagnosis dan Tatalaksana Diabetes Melitus


Tipe – 1 pada Anak dan Remaja.Ikatan Dokter Anak Indonesia

Homenta, H. (2012). Diabetes Melitus Tipe – 1. Fakultas Kedokteran Universitas


Brawijaya. Malang

Nurarif, AH & Kusuma, H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC – NOC. Mediaction. Jakarta

Herman, TH & Kamitsuru, S. (2015 – 2017). Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2015-2017 edisi 11. EGC.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai