Disusun Oleh :
A. DEFINISI
Diabetes Melitus tipe-1 (DMT1) adalah kelainan sistemik akibat
terjadinya gangguan metabolisme glukosa yang ditandai olah
hiperglikemia kronik. Keadaan ini disebabkan oleh kerusakan sel beta
pankreas baik oleh proses autoimun atau idiopatik sehingga produksi
insulin berkurang bahkan berhenti. Sekresi insulin yang rendah
mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein.( Niken Pritayati, 2017 )
Dm tipe 1 sering juga di sebut insulin dependent diabetes mellitus (
IDDM ) atau juvenile diabetes milituse. Pada Dm tipe ini, kelenjar
pankreas mengalami serangan autoimun oleh tubuh sendiri sehingga sel -
sel beta penghasil insulin pada kelenjar pankreas mengalami kerusakan
yang mengakibatkan ketidakmampuan memproduksi insulin. Penderita
harus bergantung kepada pengobatan insulin dari luar untuk bertahan
hidup. Dm tipe 1 ini biasanya mulai terjadi pada usia (<30 tahun).
Dm tipe 1 atau insulin dependent atau juvenile / childhood- onset
diabetes, ditandai dengan kurangnya produksi insulin.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dm juvenil adalah dm tipe 1yang
biasanyan terjadi karena reaksi autoimun tubuh dan faktor genetik.
B. ETIOLOGI
Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab
diabetes tipe- 1.Namun yang pasti penyebab utama diabetes tipe 1 adalah
faktor genetik/keturunan. Resiko perkembangan diabetes tipe 1 akan
diwariskan melalui faktor genetik :
1. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri;
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke
arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan
pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucosite
antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab
atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
2. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen.
3. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimhipotesis sabulkan destruksi sel beta.
4. Faktor virus dan bakteri
Virus yang diduga menyebabkan diabetes melitus tipe 1 adalah
virus ( rubella kongenital, mumps, coxsackievirus dan
cytomegalovirus). Hasil penelitian menyebutkan bahwa virus dapat
menyebabkan diabetes melitus melalui mekanisme infeksi sitolitik
pada sel beta menyebabkan destruksi. Selain itu, melalui reaksi
otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun pada sel beta
5. Bahan toksik
Ada beberapa bahan toksik yang mampu merusak sel beta
secara langsung yaitu: alloxan, pyrinuron( rodentisida) dan
streptozotocin (produksi jenis jamur). Bahan toksik yang lain dari
cassava atau singkong, singkong mengandung glikosida sianogenik
yang dapat melepaskan sianida sehingga memberi efek toksik
terhadap jaringan tubuh
6. Nutrisi
Nutrisi yang berlebihan merupakan faktor utama yang
diketyahui menyebabkan diabetes melitus. Semakin lama dan berat
obesitas akibat nutrisi yang berlebihan, semakin besar kemungkinan
terjadinya diabetes mellitus
7. Idiopatik
Sebagian kecil diabetes melitus tipe 1 penyebabnya tidak jelas
(idiopatik)
Untuk lebih jelasnya DM tipe1 diakibatkan oleh kerusakan sel
beta pankreas karena paparan agen infeksi yaitu racun, virus (rubella
kongenital,mumps,coxsackievirus dan cytomegalovirus) dan makanan
(gula,kopi,kedelai,gandum dan susu sapi). Beberapa teori ilmiah yang
menjelaskan penyebab diabetes melitus tipe 1 sebagai berikut :
1. Hipotesis matahari
Teori menyatakan bahwa waktu yang lama dihabiskan dalam ruangan,
dimana akan mengurangi paparan sinar matahari kepada anak- anak,
yang akan mengakibatkan berkurangnya kadar vitamin D. bukti
menyebutkan bahwa vitamin D memainkan peran integral dalam
sensitivitas dan sekresi insulin (Penckover,kouba,wallis, & Emanuele,
2009). Berkurangnnya kadar vitamin D dan jarang terpapar dengan
sinar matahari, dimana masing-masing telah dikaitkan dengan
peningktan resiko diabetes melitus tipe 1
2. Hipotesis higiene
Teori ini menyatakan bahwa kurangnya paparan dengan prevalensi
patogen, dimana kita menjaga anak-anak kita terlalu bersih, dapat
menyebabkan hipersensitivitas autoimun, yaitu kehancuran sel beta
yang memproduksi insulin didalam tubuh oleh leukosit.
3. Hipotesis susu sapi
Teori ini menyatakan bahwa eksposur terhadap susu sapi dalam susu
formula pada 6 bulan pertama pada bayi dapat menyebabkan
kekecauan pada sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan resiko
untuk mengembangan diabetes melitus tipe 1 dikemuadian hari.
Dimana protein susu sapi hampir identik dengan protein pada
permukaan sel beta pankreas yang memproduksi insulin, sehingga
mereka yang rentan dan peka terhadap susu sapi maka akan direspon
oleh leukosit dan selanjutnya akan menyerang sel sendiri yang
menyebabkan kerusakan sel beta pankreas sehingga terjadi diabetes
melitus tipe 1.(NANDA Aplikasi, 2015)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Gula Darah Puasa atau Fasting Blood Sugar
a) Tujuan : Menentukan jumlah glukosa darah saat puasa
b) Pembatasan : Tidak makan selama 12 jam sebelum test biasanya
jam 08.00-20.00, minum boleh
c) Prosedur : Darah diambil dari vena dan dikirim ke lab
d) Hasil : Normal → 80-120 mg/ 100 ml serum
e) Abnormal → 140 mg/100 ml atau lebih
2. Pemeriksaan Gula darah Postprandial
a) Tujuan : Menentukan gula darah setelah makan
b) Pembatasan : Tidak ada
c) Prosedur : Pasien diberi makan kira-kira 100 gr karbohidrat, 2 jam
kemudian diambil darah venanya
d) Hasil : Normal → kurang lebih 120 mg/ 100 ml serum
e) Abnormal → lebih dari 200 mg/ 100 ml atau lebih, indikasi
3. Pemeriksaan Toleransi Glukosa Oral/Oral Glukosa Tolerance
Test (TGO)
a) Tujuan : Menentukan toleransi terhadap respon pemberian glukosa
b) Pembatasan : Pasien tidak makan 12 jam sebelum test dan selama
test, boleh minum air putih, tidak merokok, minum teh atau kopi
selama pemeriksaan
c) Prosedur : Pasien diberi makan tinggi karbohidrat selama 3 hari
sebelum test, kemudian puasa selama 12 jam, ambil darah puasa
dan urine untuk pemeriksaan. Berikan 100 gr glukosa ditambah
juice lemon melalui mulut, periksa darah dan urin 5 jam setelah
pemberian glukosa
d) Hasil : Normal → puncaknya jam pertama setelah pemberian 140
mg/dl dan kembali normal 2 atau 3 jam kemudian
e) Abnormal → Peningkatan glukosa pada jam pertama tidak kembali
setelah 2 atau 3 jam, urine positif glukosa
4. Pemeriksaan Glukosa Urine
Pemeriksaan ini kurang akurat karena hasil pemeriksaan ini banyak
dipengaruhi oleh beberapa hal misalnya karena obat-obatan seperti
aspirin, vitamin C dan beberapa antibiotik, adanya kelainan ginjal pada
lansia dimana ambang ginjal meningkat. Adanya glukosuria
menunjukkkan bahwa ambang ginjal terhadap glukosa terganggu
5. Pemeriksaan Keton Urine
Badan keton merupakan produk sampingan proses pemecahan lemak,
dan senyawa ini akan menumpuk pada darah dan urine. Jumlah keton
yang besar pada urin akan merubah pereaksi pada strip menjadi
keunguan. Adanya ketonuria menunjukkan adanya ketoasidosis.
6. Pemeriksaan Kolesterol dan Kadar Serum Trigliserida
Dapat meningkat karena ketidakseimbangan kontrol glikemik.
7. Pemeriksaan Hemoglobin Glikat (HbAlc)
Pemeriksaan lain untuk memantau rata-rata kadar glukosa darah adalah
glykosylated hemoglobin (HbAlc), test ini mengukur prosentasi
glukosa yang melihat pada hemoglobin. Pemeriksaan ini menunjukkan
kadar glukosa darah rata-rata selama 120 hari sebelumnya, sesuai
dengan usia eritrosit. HbAlc digunakan untung mengkaji kontrol
glukosa jangka panjang, sehingga dapat memprediksi riksiko
komplikasi. Hasil HbAlc tidak berubah karena pengaruh kebiasaan
makanan sehari sebelum test. Pemeriksaan HbAlc dilakukan untuk
diagnosis dan pada interval tertentu untuk mengevaluasi
penatalaksanaan DM, direkomendasikan dilakukan 2 kali dalam
setahun bagi pasien DM. Kadar yang direkomendasikan oleh ADA <
7%
8. Pemeriksaan C-peptide
Pemeriksaan ini digunakan untuk membedakan deabetes melitus tipe 1
dengan tipe 2. Kosentrasi C-peptide merupakan indikator yang baik
untuk fungsi sel beta, juga bisa diganakan untuk memonitor respons
individual setelah operasi pankreas. Konsentasi C-peptide akan
meningkat pada transplantasi prankreas atau transplantasi sel-sel pulau
pankreas.
TINJAUAN KEPERAWATAN
A. Fokus Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus
dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, keadaan
umum pasien, tanda-tanda vital, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat
keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan
sehari-hari
1. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register,
tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk
membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan
alamat dan lingkungan kotor dapat mempercepat atau memperberat
keadaan penyakit infeksi
2. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS
Ds yg mungkin timbul :
a) Klien mengeluh sering kesemutan
b) Klien mengeluh sering buang air kecil saat malam hari
c) Klien mengeluh sering merasa haus
d) Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan (polifagia )
e) Klien mengeluh merasa lemah
f) Klien mengeluh pandangannya kabur
Do :
a) Klien tampak lemas
b) Terjadi penurunan berat badan
c) Tonus otot menurun
d) Terjadi atropi otot
e) Kulit dan membrane mukosa tampak kering
f) Tampak adanya luka ganggren
g) Tampak adanya pernapasan yang cepat dan dalam
3. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran
kualitatif atau GCS dan respon verbal klien.
4. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan :
Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji
tekanan nadi, dan kondisi patologis. Biasanya pada DM type 1, klien
cenderung memiliki TD yang meningkat/ tinggi/ hipertensi :
a) Pulse rate
b) Respiratory rate
c) Suhu
5. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penyakit ini biasanya didapatkan :
a) Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak adanya
atropi otot, adanya luka ganggren, tampak pernapasan cepat dan
dalam, tampak adanya retinopati, kekaburan pandangan
b) Palpasi : kulit teraba kering, tonus otot menuru.
c) Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah
6. Pemeriksaan penunjang
a) Glukosa darah : meningkat 200-100mg/Dl
b) Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d) Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mOsm/l
Elektrolit :
a) Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
b) Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun
c) Fosfor : lebih sering menurun
Pemeriksaan darah :
a) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari
normal yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan
terakhir ( lama hidup SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat untuk
membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang
berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
b) Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan
pada HCO3 (asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis
respiratorik
c) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi
d) Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal)
e) Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA
f) Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada (
pada tipe 1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang
mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam
penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody .(
autoantibody)
Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
a) Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat
b) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran
kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.
7. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
b) Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya,
mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya
apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulangi penyakitnya.
Hal – hal yang biasanya didapat dari pengkajian pada klien dengan
diabetes mellitus :
1) Aktivitas/ Istirahat
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot
menurun.
2) Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan
pada ekstremitas, ulkus padA kaki yang penyembuhannya
lama, takikardi, perubahan tekanan darah
3) Integritas Ego
Stress, ansietas
4) Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
5) Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat
badan, haus, penggunaan diuretik.
6) Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
7) Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
8) Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi /
tidak)
9) Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan DM type 1
meliputi :
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan diabetes
melitus
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak mampu dalam mengabsorbsi makanan karena faktor
biologi (defisiensi insulin) ditandai dengan lemas, berat badan pasien
menurun walaupun intake makanan adekuat, mual dan muntah,
konjungtiva tampak pucat, pasien tampak lemah, GDS >200 mg/dl
4. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
5. Resiko infeksi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Perfusi
perfusi jaringan keperawatan 3x24 jam Jaringan (sensasi perifer)
perifer diharapkan aliran darah :
berhubungan perifer menjadi adekuat
1. Monitor adannya
dengan diabetes dengan kriteria hasil :
parestesia (mati
melitus
1. Pengisian kapiler jari baik rasa, hipotesia dan
tingkat nyeri)
2. Kebas dan kesemutan
2. Beri cairan,
berkurang
elektrolit, zat gizi
3. Suhu kulit ujung tangan dan oksigen sesuai
dan kaki teraba hangat indikasi untuk
4. Parestesia membaik meningkatkan aliran
darah dan perfusi
3. Lakukan pemijatan
pada area perifer
(kaki dan tangan)
4. Monitor TTV
5. Diskusikan atau
identifikasi
penyebab sensasi
abnormal atau
perubahan sensasi
yang terjadi
Perawatan Sirkulasi :
1. Monitor status
cairan termasuk
asupan dan keluaran
2. Lakukan penilaian
komprehensif
sirkulasi perifer
(nadi perifer,
edema, pengisian
kapiler, warna dan
suhu ekstremitas)
Keterangan:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu