Anda di halaman 1dari 127

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DAN

KEMAMPUAN SELF CARE PADA PASIEN HIPERTENSI


(Studi di RW 15 Kelurahan Lowokwaru Wilayah Puskesmas
Kendalsari Kota Malang)

SKRIPSI

Disusun Oleh :

LENY RAHAYU

NIM. 201410420311062

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2018
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DAN
KEMAMPUAN SELF CARE PADA PASIEN HIPERTENSI
(Studi di RW 15 Kelurahan Lowokwaru Wilayah Puskesmas
Kendalsari Kota Malang)

SKRIPSI

Disusun Oleh :

LENY RAHAYU

NIM. 201410420311062

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2018

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat allah SWT, berkat rahmat dan

bimbingannya saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan antara

Dukungan Keluarga dan Kemampuan Self Care Pada Pasien Hipertensi”. Skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep)

pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Malang.

Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya dengan

hati yang tulus kepada:

1. Bapak Faqih Ruhyanuddin, M.Kep, Sp.KMB. Selaku Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Ibu Nur Lailatul Masruroh S.Kep., Ns., MNS. Selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo M.Kep,. Sp,Kom selaku Dosen Pembimbing I yang

telah sabar memberikan dorongan, masukan, motivasi, serta memberikan

dukungan untuk mengerjakan skripsi ini.

4. Ibu Nur Lailatul Masruroh, S.Kep., Ns., MNS. Selaku Dosen Pembimbing II

yang telah sabar memberikan dorongan, masukan, motivasi, serta bimbingan

dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Risa Herlianta, S.Kep. Ns, MSN. Selaku dosen wali Program Studi Ilmu

Keperawatan 2014 khusunya kelas B yang memberikan dukungan untuk

mengerjakan skripsi ini.

iii
6. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan ilmu-

ilmu yang sangat bermanfaat.

7. Kepada kedua orang tua saya yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan

doa yang tiada hentinya.

Penulis hanya mampu berdoa semoga amal kebaikannya mendapat imbalan

dan diterima sebagai ibadah oleh Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penyusunan

skripsi ini masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan

kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, oleh karena itu ktritik dan saran

bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga Allah SWT senantiasa

memudahkan setiap langkah-langkah kita menuju kebaikan dan selalu

menganugerahkan kasih sayang-Nya untuk kita semua.

Malang, 20 Mei 2018

Penulis

iv
ABSTRAK

Hubungan antara Dukungan Keluarga dan Kemampuan Self Care pada


Pasien Hipertensi di RW 15 Kelurahan Lowokwaru Wilayah Kerja Puskesmas
Kendalsari Kota Malang

Leny Rahayu1, Yoyok Bekti Prasetyo M.Kep., Sp, Kom2,

Nur Lailatul Masruroh S.Kep., Ns., MNS3

Latar Belakang : Hipertensi adalah penyakit kronis yang menjadi masalah kesehatan
di masyarakat dan menyebabkan kematian paling banyak di seluruh dunia. Masalah
ini di anggap sebagai faktor resiko pada penyakit kardiovaskular, stroke, dan penyakit
ginjal. Pengontrolan tekanan darah pada pasien hipertensi dapat di lakukan dengan
perilaku self care yang baik. Dukungan keluarga memiliki manfaat yang penting dalam
meningkatkan kesehatan. Keluarga merupakan salah satu faktor pendorong dalam
melakukan self care.

Metode : Metode penelitian ini menggunakan desain Cross sectional. Sampel dalam
penelitian ini adalah 41 orang yang menderita hipertensi. Variabel independen adalah
dukungan keluarga yang diukur menggunakan kuesioner dukungan keluarga. Variabel
dependen adalah kemampuan self care yang di ukur menggunakan kuesioner SC-HI.
Uji yang digunakan yaitu uji Pearson Product Moment.

Hasil : Penelitian ini menggunakan uji statistik product moment test. Uji korelasi
menunjukan tingkat hubungan antara variabel dukungan keluarga dan self care masuk
dalam kekuatan korelasi sedang. Nilai r sebesar 0,486 nilai p sebesar 0,001 < α 0,05
sehingga disimpulkan H0 di tolak dan H1 diterima.

Diskusi : Dukungan keluarga merupakan hal yang penting dalam manajemen


hipertensi. Responden yang memiliki dukungan kleuarga akan meningkatkan harga
diri dan motivasi untuk melakasana kegiatan self care untuk mengontrol tekanan darah.

Kata Kunci : Hipertensi, Dukungan Keluarga, Kemampuan Self Care

1. Mahasiswa Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang


2. Dosen Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang
3. Dosen Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang

v
ABSTRACT

The Relationship between Family Support and Self Care Ability of


Hypertensive Patient in RW 15 of Lowokwaru Village at Kendalsari
Community Health Center Working Area in Malang City

Leny Rahayu1, Yoyok Bekti Prasetyo M.Kep., Sp, Kom2,

Nur Lailatul Masruroh S.Kep., Ns., MNS3

Background : Hypertension is a chronic disease that becomes a health problem in


society and a major cause of deaths over the world. It is considered as the factor of
cardiovascular disease, stroke, and kidney disease. The blood pressure control for
hypertensive patients can be performed through a good self-care behavior. A family
support has an important role in improving health. Family is one of the driving
factors in doing self care.

Methodology : This research employed Cross sectional research design. The sample in
this study were 41 people of hypertensive patients. The independent variable is
family support which is measured by using a family support questionnaire. While the
dependent variable is self care ability which is measured by using SC-HI questionnaire.

Result : This research used product moment test. The correlation test shows the
level of relationship between family support and self care variables included in
medium correlation strength. The r value is 0.486 p value is 0.001 <α 0.05 Therefore,
it is concluded that H0 is rejected and H1 is accepted.

Discussion: Family support is important in hypertension management. Respondents


who have family support will increase self-esteem and motivation to carry out self-
care activities to control blood pressure.

Keywords : Hipertension, Family Support, Self Care Ability

1. Nursing Student, Faculty of Health Science, University of Muhammadiyah Malang


2. Nursing Lecturer, Faculty of Health Science, University of Muhammadiyah Malang
3. Nursing Lecturer, Faculty of Health Science, University of Muhammadiyah Malang

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN................................................ Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii
ABSTRAK ...................................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................................. vi
DAFTAR ISI................................................................................................................vii
DAFTAR TABEL .........................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 4

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................................. 4

1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................ 4


1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................................... 5

1.4.1 Manfaat Teoritis ......................................................................................... 5


1.4.2 Manfaat Praktis .......................................................................................... 5
1.5 Keaslian Penelitian ............................................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 8


2.1 Konsep Dukungan Keluarga pada Hipertensi ................................................................ 8

2.1.1 Definisi Dukungan Keluarga ...................................................................... 8


2.1.2 Jenis – Jenis Dukungan Keluarga ................................................................ 9
2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga........................ 10
2.1.4 Kualitas Dukungan Keluarga .................................................................... 12
2.1.5 Manfaat Dukungan Keluarga .................................................................... 13
2.1.6 Sumber Dukungan Keluarga..................................................................... 13
2.1.7 Cara Mengukur Dukungan Keluarga......................................................... 13
2.2 Konsep Kemampuan Self Care .........................................................................................14

2.2.1. Definisi Kemampuan Self Care .................................................................. 14


2.2.2. Definisi Self Care ....................................................................................... 14

vii
2.2.3. Pengertian Self Care Hipertensi .................................................................. 15
2.2.4. Self Care Deficit Nursing Theory .................................................................... 16
2.2.5. Teori Self Care Deficit ................................................................................. 17
2.2.6. Kebutuhan Dasar Self Care Menurut Orem ............................................... 17
2.2.7. Kategori Kebutuhan Self Care.................................................................... 17
2.2.8. Kategori Bantuan Self Care ........................................................................ 18
2.2.9. Aplikasi Teori self care pada Penyakit Hipertensi ........................................ 19
2.2.10. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Self Care Hipertensi ......................... 19
2.2.11. Cara Mengukur Self Care ........................................................................... 21
2.3 Konsep Hipertensi .............................................................................................................22

2.3.1 Pengertian Hipertensi ............................................................................... 22


2.3.2 Jenis – jenis Hipertensi ............................................................................. 23
2.3.3 Klasifikasi Hipertensi................................................................................ 23
2.3.4 Etiologi Hipertensi ................................................................................... 24
2.3.5 Gejala Hipertensi ...................................................................................... 24
2.3.6 Karakteristik Hipertensi ............................................................................ 25
2.3.7 Patofisiologi ............................................................................................. 25
2.3.8 Faktor Resiko Hipertensi .......................................................................... 26
2.3.9 Prinsip Perawatan Hipertensi .................................................................... 28
2.3.10 Komplikasi Hipertensi .............................................................................. 28
2.4 Hubungan Dukungan Keluarga dan Self Care pada Penderita Hipertensi ................28

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ....................... 31


3.1 Kerangka Konsep ..............................................................................................................31

3.2 Hipotesis ..............................................................................................................................32

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................................ 33


4.1 Desain Penelitian................................................................................................................33

4.2 Kerangka Kerja Penelitian ................................................................................................34

4.3 Populasi, Sampel dan Sampling .......................................................................................35

4.3.1 Populasi.................................................................................................... 35
4.3.2 Tehnik Sampling....................................................................................... 35
4.3.3 Sampel Penelitian ..................................................................................... 35
4.4 Variabel Penelitian .............................................................................................................36

4.4.1 Variabel Independen ................................................................................ 36


4.4.2 Variabel Dependen ................................................................................... 36

viii
4.5 Definisi Operasional ..........................................................................................................36

4.6 Tempat Penelitian ..............................................................................................................37

4.7 Waktu Penelitian ................................................................................................................38

4.8 Intrumen Penelitian ...........................................................................................................38

4.8.1. Kuesioner Dukungan Keluarga................................................................. 38


4.8.2. Kuesioner Kemampuan Self Care .............................................................. 39
4.9 Prosedur Penelitian ............................................................................................................40

4.10 Uji Validitas dan Reabilitas ...............................................................................................41

4.10.1 Uji Validitas .............................................................................................. 41


4.10.2 Uji Reabilitas ............................................................................................ 44
4.11 Tehnik Pengolahan Data ..................................................................................................44

4.12 Analisa Data ........................................................................................................................45

4.12.1 Analisis Univariat ..................................................................................... 45


4.12.2 Analisis Bivariat ........................................................................................ 46
4.13 Etika Penelitian...................................................................................................................47

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA ............................................. 49


5.1 Karakteristik Responden Penilaian Usia, Pendidikan Terakhir, Lama Menderita
Hipertensi, Jenis Pekerjaan dan Jenis Kelamin .............................................................49

5.2 Distribusi Data Dukungan Keluarga pada Pasien Hipertensi di RW 15 Kelurahan


Lowokwaru Wilayah Kerja Puskesmas Kendalsari Kota Malang pada Tahun 2018
...............................................................................................................................................51

5.3 Distrubusi Data Kemampuan Self Care pada Pasien Hipertensi di RW 15 Kelurahan
Lowokwaru Wilayah Kerja Puskesmas Kendalsari Kota Malang pada Tahun 2018
(n=41) ..................................................................................................................................54

5.4 Hubungan antara Dukungan Keluarga dan Kemampuan Self Care pada Pasien
Hipertensi di RW 15 Kalurahan Lowokwaru Wilayah Kerja Puskesmas Kendalsari
Kota Malang .......................................................................................................................57

BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................................ 58


6.1 Gambaran Dukungan Keluarga pada Pasien Hipertensi di RW 15 Kelurahan
Lowokwaru Wilayah Kerja Puskesmas Kendalsari Kota Malang ..............................58

6.2 Gambaran Kemampuan Self Care Pada Pasien Hipertensi di RW 15 Kelurahan


Lowokwaru Wilayah Kerja Puskesmas Kendalsari Kota Malang ..............................61

ix
6.3 Hubungan antara Dukungan Keluarga dan Kemampuan Self Care pada pasien
Hipertensi di RW 15 Kelurahan Lowokwaru Wilayah Kerja Puskesmas Kendalsari
Kota Malang .......................................................................................................................65

6.4 Keterbatasan Penelitian.....................................................................................................69

6.5 Implikasi Keperawatan......................................................................................................69

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 72


7.1 Kesimpulan ................................................................................................................................72

7.2 Saran ...........................................................................................................................................73

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 75

x
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Klasifikasi Hipertensi ......................................................................................... 24

Tabel 4. 1 Definisi Operasional .......................................................................................... 37


Tabel 4. 2 Kisi – Kisi Kuesioner Dukungan Keluarga......................................................... 39
Tabel 4. 3 Kisi – Kisi Kuesioner Kemampuan Self Care ...................................................... 40
Tabel 4. 4 Hasil Uji Validitas Kuesioner Dukungan Keluarga ............................................. 42

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan terakhir, Jenis


Pekerjaan dan Jenis Kelamin di RW 15 Kelurahan LowokwaruWilayah Kerja Puskesmas
Kendalsari Kota Malang pada Tahun 2018 (n=41) ............................................................. 50
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia dan Lama Menderita
Hipertensi di RW 15 Kelurahan Lowokwaru Wilayah Kerja Puskesmas Kendalsari Kota
Malang pada Tahun 2018 (n=41)........................................................................................ 50
Tabel 5. 3 Distribusi data Dukungan Keluarga pada Pasien Hipertensi di RW 15
Kelurahan Lowokwaru Wilayah Kerja Puskesmas Kendalsari Kota Malang pada Tahun 2018
(n=41) 51
Tabel 5. 4 Frekuensi Kuesioner Dukungan Keluarga pada Pasien Hipertensi di RW 15
Kelurahan Lowokwaru Wilayah Kerja Puskesmas Kendalsari Kota Malang pada Tahun 2018
(n=41) ................................................................................................................................ 52
Tabel 5. 5 Distribusi Data Kemampuan Self Care pada Pasien Hipertensi di RW 15
Kelurahan Lowokwaru Wilayah Kerja Puskesmas Kendalsari Kota Malang pada Tahun 2018
(n=41) 54
Tabel 5. 6 Frekuensi Kuesioner Kemampuan Self Care pada Pasien Hipertensi di RW 15
Kelurahan Lowokwaru Wilayah Kerja Puskesmas Kendalsari Kota Malang pada Tahun
2018 (n=41) 55
Tabel 5. 7 Hubungan antara Dukungan Keluarga dan Kemampuan Self Care pada Pasien
Hipertensi di RW 15 Kelurahan Lowokwaru Wilayah Kerja Puskesmas Kendalsari Kota
Malang pada Tahun 2018 (n=41)........................................................................................ 57

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep .......................................................................................... 31


Gambar 4. 1 Kerangka Kerja .............................................................................................. 34

ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden ................................................ 82
Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden ....................................................... 85
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian........................................................................................ 86
Lampiran 4 Surat Kesedian Menjadi Pembimbing Skripsi ................................................... 92
Lampiran 5 Surat Kesediaan Menjadi Pembimbing Skripsi ................................................. 93
Lampiran 6 Lembar ACC Judul Skripsi FIKES UMM ........................................................ 94
Lampiran 7 Surat Izin Studi Pendahuluan dan Penelitian .................................................... 95
Lampiran 8 Surat izin Studi pendahuluan dan Penelitian .................................................... 96
Lampiran 9 Lembar Konsultasi .......................................................................................... 97
Lampiran 10 Surat Izin Penelitian Kelurahan Lowokwaru ................................................ 102
Lampiran 11 Surat Izin Penelitian Puskesmas Kendalsari Kota Malang ............................ 103
Lampiran 12 Kode Etik Penelitian................................................................................... 104
Lampiran 13 Lembar Tabulasi Kuesioner dan Data Demografi ........................................ 105
Lampiran 14 Lembar Analisa data SPSS ........................................................................... 108
Lampiran 15 Lembar Dokumentasi .................................................................................. 111
Lampiran 16 Curriculum Vitae..........................................................................................113

x
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah penyakit kronis yang menjadi masalah kesehatan pada

masyarakat dan menyebabkan kematian paling banyak di seluruh dunia. Masalah ini di

anggap sebagai faktor resiko pada penyakit kardiovaskular, stroke, dan penyakit ginjal.

Sebanyak 17 juta kematian di dunia pertahun di akibatkan oleh penyakit kardiovaskular

dan 9,4 juta di sebabkan oleh hipertensi (Xianlong et al., 2016). Pengelolaan hipertensi

yang buruk dapat menimbulkan komplikasi sehingga dapat membebani perekonomian

keluarga untuk biaya perawatan medis (Mutowo et al., 2016)

Analisis global menunjukan bahwa jumlah orang dengan tekanan darah yang

tidak terkontrol meningkat dari 600 juta di tahun 1980 menjadi hampir 1 miliar di tahun

2008 dan jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 1.56 miliar pada tahun 2025,

yang berarti 29% dunia orang dewasa mengalami hipertensi (Bakhsh et al., 2017).

Hipertensi di Indonesia pada tahun 2013 mencapai angka 26,5%, namun yang

terdiagnosis oleh tenaga kesehatan hanya 9,5% (Kementrian Kesehatan RI, 2013). Dinas

kesehatan kota Malang memperkirakan dari 43.885 orang yang melakukan pengukuran

tekanan darah di tenaga kesehatan didapatkan 35,92 % atau 15.765 orang menderita

tekanan darah tinggi atau hipertensi, mayoritas adalah perempuan 11.762 orang

sedangkan laki – laki 4.003 orang. Meningkatknya kejadian hipertensi diakibatkan oleh

beberapa faktor yaitu, riwayat keluarga, gaya hidup, kebiasaan dan faktor lingkungan

(Dinkes Kota Malang, 2014)

Faktor lingkungan dan riwayat keluarga salah satunya dapat diatasi dengan

adanya dukungan dari anggota keluarga, namun dukungan keluarga masih belum

optimal, permasalahan dukungan keluarga dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan
2

oleh Ojo, Malomo & Sogunle 2017, 39% memiliki dukungan keluarga yang rendah dan

20% penderita hipertensi tidak mendapatkan dukungan keluarga. Penelitian lain

menunjukan penderita hipertensi memiliki dukungan keluarga rendah 34%, rendahnya

dukungan keluarga mengakibatkan tingkat kepatuhan yang rendah 27%. (Ojo, Malomo,

& Sogunle, 2016) dan (Yeni, Husna, & Dachriyanus, 2016).

Masalah dukungan keluarga di pengaruhi oleh sosioekonomi dan struktur

keluarga (Assari & Caldwell, 2017). Penderita hipertensi yang tidak mendapat dukungan

keluarga dapat menyebabkan menurunnya kebiasaan gaya hidup sehat dan tidak patuh

dalam melakukan pengobatan. Studi menujukan bahwa dukungan keluarga yang kuat

diperkirakan sekitar lima kali lebih besar untuk mengendalikan hipertensi daripada klien

tanpa dukungan keluarga (Ojo et al., 2016)

Dukungan keluarga dibutuhkan untuk mengontrol penyakit. Dukungan yang

diberikan kepada anggota keluarga yang sakit dapat mempengaruhi kesembuhan

sehingga mencapai kesehatan yang lebih baik khusunya pada penderita hipertensi (Shen

et al., 2017). Dukungan yang diberikan oleh keluarga diharapkan memiliki manfaat yang

penting dalam meningkatkan kesehatan (Jennifer et al, 2016) .

Keluarga merupakan salah satu faktor pendorong dalam melakukan self care

(Flynn et al, 2013). Kemampuan self care seseorang dipengaruhi oleh faktor usia, jenis

kelamin, kondisi perkembangan, kondisi kesehatan, orientasi sosial budaya, sistem

perawatan kesehatan, pola hidup dan sumber daya yang tersedia(Fazel et al., 2016).

Ketidakmampuan keluarga dalam memberi dukungan terhadap perilaku self care pasien

dapat menghambat upaya pasien untuk menerapkan perubahan perilaku yang lebih baik

(Bennich et al., 2017).

Perubahan gaya hidup yang baik mengisaratkan bahwa pasien melakukan

perawatan diri (Drevenhorn, Bengtson, Nyberg, & Kjellgren, 2015). Teori self care

(perawatan diri) yaitu manusia memiliki kemampuan untuk menjaga diri mereka sendiri.
3

Perawat membantu individu untuk mendapatkan kembali kemampuannya dengan

memberikan perawatan secara langsung dengan dukungan pendidikan(Milad et al.,

2017). Kegiatan self care pada hipertensi meliputi modifikasi gaya hidup dengan menjaga

berat badan, diet dan minum obat sesuai resep dapat membantu mengontrol tekanan

darah (Permatasari, Mamat, & Supriadi, 2014).

Pengontrolan tekanan darah pada pasien hipertensi dapat di lakukan dengan

perilaku self care yang baik. Self care yang tidak memadai pada penderita penyakit kronis

dapat menimbulkan dampak pada tingkat kematian dan peningkatan biaya pengobatan

(Nejaddadgar et al., 2017). Ada beberapa terapi farmakologi dan non farmakologi yang

bermanfaat untuk management hipertensi, tetapi pengendalian hipertensi saat ini masih

buruk, salah satunya ketidakpatuhan pasien hipertensi dalam melakukan self care untuk

mengontrol tekanan darah (Neminqani, El-shereef, & Thubiany, 2015).

Kegagalan dalam melakukan self care yaitu ketidakpatuhan klien dengan terapi

yang berhubungan dengan pengobatan dan disebabkan oleh faktor biaya yang tinggi

dalam pengobatan, dan pendidikan pasien yang kurang (Lee & Park, 2017). Penelitian

melaporkan bahwa hingga 50% pasien hipertensi menghentikan pengobatan (Shen et al,

2017). Penelitian lain menujukan bahwa usia muda dan laki –laki memiliki perilaku self

care yang rendah 38,7% (Hu, Li, & Arao, 2015). Berdasarkan hasil penelitian peserta

hipertensi yang mengikuti pengobatan 74,8 % di beri resep obat, hanya 36,1% peserta

yang patuh minum obat (Fazel et al., 2016).

Sebagian besar penderita hipertensi sepenuhnya bergantung pada obat untuk

mengelola penyakit daripada melakukan perawatan diri, hal ini di sebabkan oleh bebrapa

faktor seperti kurangnya ekonomi atau kemiskinan, kurangnya kesadaran, kelalalaian,

dan kurang perhatian dari anggota keluarga. Pada penderita hipertensi dukungan

keluarga sangat dibutuhkan untuk memotivasi dalam meningkatkan perilaku sef care

hipertensi (Tewahido & Berhane, 2017).


4

Berdasarkan studi yang telah dilakukan pada tanggal 3 Januari 2018 didapatkan

data dari dinas kesehatan kota Malang, pada tahun 2017 di puskesmas Kendalsari

didapatkan pasien hipertensi baru laki – laki 209 orang dan pasien lama laki – laki 379

orang, sedangkan pasien baru perempuan didapatkan 256 orang dan pasien lama

perempuan 586 orang. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada

tanggal 16 januari 2018 di Puskemas Kendalsari Kota Malang, di dapatkan data pasien

hipertensi di RW 15 Kelurahan Lowokwaru 107 orang menderita hipertensi. Sebagian

penderita hipertensi menyatakan sering pusing, lupa minum obet, menjaga diet, sibuk

bekerja sehingga tidak memperhatikan kesehatannya.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan antara Dukungan Keluarga dan Kemampuan Self

Care pada Pasien Hipertensi di RW 15 Kelurahan Lowokwaru Wilayah Puskesmas

Kendalsari Kota Malang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah sebagai berikut :

“Adakah hubungan antara dukungan keluarga dan kemampuan self care pada pasien

hipertensi di RW 15 Kelurahan Lowokwaru wilayah kerja Puskesmas Kendalsari Kota

Malang.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dan kemampuan self care pada

pasien hipertensi di RW 15 Kelurahan Lowokwaru wilayah kerja Puskesmas Kendalsari

Kota Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik pasien hipertensi berdasarkan usia, pendidikan

terakhir, lama menderita hipertensi, jenis pekerjaan, dan jenis kelamin di RW


5

15 Kelurahan Lowokwaru wilayah kerja Puskesmas Kendalsari Kota

Malang.

b. Mengidentifikasi dukungan keluarga pada pasien hipertensi di RW 15

Kelurahan Lowokwaru wilayah kerja Puskesmas Kendalsari Kota Malang.

c. Mengidentifikasi kemampuan self care pada pasien hipertensi di RW 15

Kelurahan Lowokwaru wilayah kerja Puskesmas Kendalsari Kota Malang.

d. Mengidentifikasi hubungan antara dukungan keluarga dan kemampuan self

care pasda pasien hipertensi di RW 15 Kelurahan Lowokwaru wilayah kerja

Puskesmas Kendalsari Kota Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Untuk memajukan perkembangan ilmu keperawatan terkait dengan dukungan

keluarga terhadap kemampuan self care pada pasien hipertensi diharapkan dapat berguna

sebagai referensi bagi yang akan meneliti lebih lanjut tentang hubungan antara dukungan

keluarga dan kemampuan self care pada pasien hipertensi.

1.4.2 Manfaat Praktis

Sebagai bahan informasi bagi perawat untuk mengidentifikasi hubungan antara

dukungan keluarga dan kemampuan self care pada pasien hipertensi, sehingga dapat

dijadikan sebagai sumber pengambilan keputusan dalam masalah hipertensi dimasa

mendatang.
6

1.5 Keaslian Penelitian

a. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yunita Sari (2015) meneliti tentang

Hubungan antara dukungan keluarga dengan self care management lansia gangguan

tidur di posyandu lansia desa Gembongan Kecamatan Mojokerto. Penelitian ini

menggunakan desain penelitian korelasional populasi 26 lansia gangguan tidur.

Responden berjumlah 25 dipilih melalui purposive sampling. Data dikumpulkan

dengan mengggunakan kuisioner dan analisis statistik Spearman Rho. Hasil

penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan

self care management lansia gangguan tidur. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

korelasi antara dua variabel cukup kuat. Dukungan keluarga berpengaruh

terhadap self care management lansia gangguan tidur.

b. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Listyorini Wulandari (2011) Meneliti

evaluasi keefektifan pelatihan perawatan diri terhadap peningkatan dukungan

keluarga pada penderita kusta di Paguyuban Harapan kita Kecamatan Padas

Kabupaten Ngawi. Metode yang digunakan eksperimental dengan rancangan

perlakukan statistik menggunakan kelompok kasus dan kelompok kontrol.

Kelompok kasus merupakan penderita yang mengikuti pelatihan sebanyak 43

responden sedangkan kelompok kontrol adalah penderita yang tidak ikut

pelatihan sebanyak 35 responden. Metode pemilihan sampel kelompok kasus

menggunakan exhaustive sampling sedangkan pada kelompok kontrol

menggunakan purposive sampling. Analisis data menggunakan t-test independent .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan perawatan diri efektif terhadap

peningkatan dukungan emosional keluarga (p = 0,025 ; CI95% = 0,118 s.d.

1,713) dan dukungan instrumental keluarga (p = 0,044 ; CI95% = 0,012 s.d.

0,869) namun tidak efektif terhadap peningkatan dukungan informatif keluarga


7

(p = 0,792 ; CI95% = -0,832 s.d. 0,637) dan dukungan penghargaan keluarga

(p= 0,354 ; CI95% = -0,246 s.d. 1,63


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dukungan Keluarga pada Hipertensi

2.1.1 Definisi Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga dalam

membantu individu yang sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi

anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung,

selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Muhith, 2016).

Dukungan dari keluarga adalah unsur terpenting dalam memberikan bantuan

kapada individu dalam menghadapi masalah, meningkatkan rasa percaya diri dan dapat

menjadikan motivasi individu untuk menghadapi masalah yang datang (Tamher &

Noorkasiani, 2011). Keterlibatan dalam dukungan keluarga merupakan kunci dalam

membangun lingkungan yang kondusif dan saling menjaga antara anggota keluarga.

Dukungan keluarga memberikan hal positif dalam memberikan pengetahuan kesehatan

untuk perawatan diri pada keluarga yang sakit (Whelton, 2017).

Dukungan keluarga merupakan hal yang penting dalam membantu anggota

keluarga yang lain dalam menghadapi masalahnya, dukungan keluarga terdiri dari

memfasilitasi kebutuhan keluarga, memberikan pengetahuan dan keterampilan untuk

meningkatkan fungsi dalam keluarga. Kegiatan dalam dukungan keluarga berpusat fokus

dalam meningkatkan kesejahteraan dalam anggota keluarga (Daly et al., 2015).

Dukungan keluarga sangat berkontribusi terhadap kualitas hidup keluarga yaitu

memberikan dampak yang baik dalam berbagai hal seperti meningkatkan kesehatan,

memudahkan dalam prosedur adminitrasi, mendukung dan menjaga anggota keluarga


9

yang lain, dan tersedianya pengasuh untuk memberikan dukungan ruritinas dalam

keluarga (Araujo et al., 2016).

2.1.2 Jenis – Jenis Dukungan Keluarga

Jenis – jenis dukungan keluarga di bagi menjadi empat jenis yaitu : 1) dukungan

konkrit (concrete support) 2) dukungan emosional (emotional support) 3) dukungan informatif

(support advice) 4) dukungan penghargaan (esteem support) .

Dukungan konkrit (concrete support) merupakan bantuan praktis yang di berikan

secara real atau nyata kepada anggota keluarga yang membutuhkanya, bantuan secara

nyata ini dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Dukungan atau bantuan secara

konkrit ini bisa berupa uang atau materi yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan

penderita hipertensi untuk membeli obat hipertensi dan pemeriksaan kesehatan. Selain

dukungan materi yang di berikan, dukungan non materi juga dapat di berikan yaitu

menemani, mendukung, merawat ketika sakit, menjaga, dan memberikan motivasi

(Pinkerton, Dolan, Canavan, 2016).

Dukungan emosional (emotional support) merupakan dukungan yang memberi

ungakapan empati, kepedulian, perhatian, dukungan yang memberikan rasa nyaman dan

memberikan semangat kepada anggota keluarga yang membutuhkan. Bantuan berupa

dukungan emosional ini membuat individu merasa diperhatikan, disayangi, dicintai, dan

rasa percaya, sehingga individu yang menerima dukungan ini merasa dirinya di hargai

oleh anggota keluarga. Dukungan ini merupakan bantuan yang paling mudah dilakukan

dan mempunyai pengaruhnya yang kuat dan bermanfaat (Choljian et al., 2016).

Dukungan informatif (support advice) bantuan ini apabila diberikan akan membuat

individu merasa lebih tenang dan nyaman. Dukungan yang diberikan berupa pemberian

informasi, nasihat, pengetahuan, petunjuk serta memberikan solusi kepada anggota

keluarga yang membutuhkan. Misaalnya keluarga dapat memberikan informasi dari

dokter tentang terapi apa yang baik untuk membantu proses penyembuhan individu
10

tersebut, dengan dukungan ini keluarga juga dapat membantu individu dalam

memecahkan masalah yang sedang dihadapi (Pinkerton, Dolan, Canavan, 2016).

Dukungan penghargaan (esteem support) dukungan ini merupakan keahlian dan

kemampuan yang dimiliki seseorang. Penghargaan dan pujian yang diberikan kepada

individu yang mampu melakukan sesuatu dengan baik sesuai dengan kemampuannya.

Anggota keluarga percaya akan keahlian dan kemampuan yang dimiliki seseorang

sehingga dapat memotivasi dan menumbuhkan rasa percaya diri individu dalam

menghadapi masalahnya(David et al., 2014) .

2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Ada beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari : 1) tahap perkembangan,

2) pendidikan, 3) faktor emosional dan 4) spritual, sedangkan faktor eksternal terdiri dari

: 1) praktik di keluarga, 2) faktor sosioekonomi, 3) latar belakang budaya (Purnawandari,

2018).

Tahap perkembangan merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi

dukungan keluarga. Tahap perkembangan merupakan proses perubahan terus menerus

yang di alami oleh keluarga. Pada tahap perkembangan ini dukungan yang diberikan

dapat dipengaruhi oleh usia seseorang. Misalnya anak – anak yang lebih muda atau kecil

mandapat perhatian lebih dari pada individu yang usianya lebih tua. Setiap keluarga pasti

menggambarkan tahap perkembangan yang telah dialaminya (Jhonson, & Lenny, 2010) .

Pendidikan merupakan faktor –faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

yang di berikan kepada individu. Pendidikan dalam dukungan keluarga adalah keyakinan

atau kepercayaan seseorang terhadap adanya dukungan yang dibentuk oleh variabel

intelektual seseorang yang terdiri dari, latar belakang pendidikan individu itu sendiri,

pengetahuan yang dimiliki, dan pengalaman atau masa lalu yang dialami. Semakin tinggi

pengetahuan seseorang maka semakin besar dukungan yang diberikan kepada anggota
11

keluarganya dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk menjaga kesehatan dirinya

dan keluarganya (Jhonson & Lenny, 2010).

Faktor emosional dapat mempengaruhi keyakinan dukungan keluarga yang

diberikan kepada seseorang. Seseorang yang tidak memiliki koping stress yang baik akan

menyangkal adanya gejala penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan

untuk proses penyembuhan. Apabila seseorang memiliki emosional yang baik atau

koping stress yang baik maka cenderung lebih berespon terhadap berbagai penyakit dan

berupaya menjalani pengobatan untuk proses penyembuhan dan keluarga akan memberi

dukungan kepada individu tersebut (Purnawandari, 2008).

Aspek spritual, dari segi spritual dapat dilihat dukungan keluarga yang diberikan

dan bagaimana individu mejalani keidupannya dalam menghadapi masalahnya dengan

baik. Mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, memiliki hubungan yang baik

dengan keluarga, teman dan mencari arti dalam hidup. Semakin tinggi spritual yang

dimiliki maka semakin baik individu tersebut menyakapi masalahnya (Rego & Nunes,

2016).

Parktik di keluarga merupakan faktor ekternal yang mempengaruhi dukungan

keluarga. Praktik keluarga yaitu cara yang di berikan untuk memberikan dukungan

biasanya mempengaruhi individu dalam mengelola kesehatannya. Contohnya apabila

tinggal bersama keluarga yang melakukan tindakan pencegahan terhadap penyakit, maka

individu tersebut akan melakukan tindakan yang sama yaitu melakukan pencegahan

terhadap penyakit (Purwandari, 2008).

Faktor sosioekonomi yaitu faktor eksternal yang mempengaruhi dukungan

keluarga. Faktor ini dapat meningkakan resiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi

cara seseorang bagaimana menangani penyakit yang dideritanya. Semakin tinggi tingkat

ekonomi didalam keluarga maka semakin tinggi dukungan keluarga yang diberikan, yaitu
12

akan cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan dan akan segera mencari

pertolongan untuk menangani penyakitnya (Purwandari, 2008).

Latar belakang budaya akan mempengaruhi keyakinan yang di miliki,

kepercayaan, nilai dan kebiasaan individu dalam memberikan dukungan termasuk

bagaimana cara mengelola kesehatan untuk menjaga kesehatan keluarganya. Latar

belakang budaya akan mempengaruhi dukungan yang diberikan kepada anggota

keluarganya (Meinema et al., 2015).

2.1.4 Kualitas Dukungan Keluarga

Kualitas dalam dukungan keluarga memeliki makna yang sangat penting dalam

hubungan kekeluargaan, anggota yang menerima dukungan dari keluarga memiliki

kualitas hubungan yang baik. Thomsom 2006 membagi kualitas dukungan keluarga

menjadi tiga yaitu : 1) Closeness (kedekatan) 2) Reciprocity (hubungan timbal balik) 3)

Durability (pertahanan) (Dolan, Canavan, & Pinkertoon, 2006).

Closeness (kedekatan) hal yang sangat penting didalam suatu keluarga, kedekatan

yang dirasakan seseorang tidak hanya dengan anggota keluarga saja, tetapi juga dengan

orang lain. Seseorang yang memiliki dukungan keluarga pasti memiliki kedekatan dengan

orang tersebut. Penelitian yang dilakukan di Irlandia menunjukan bahwa individu akan

lebih responsif kepada seseroang yang merasa dekat dengan dirinya (Dolan, Carnavan,

dan Pinkerton, 2006).

Hubungan timbal balik (reciprocity) merupakan hubungan yang positif didalam

suatu keluarga yang membina kasih sayang dan saling membantu satu sama lain.

Kulaitas dukungan timbal balik berarti setiap anggota keluarga bersedia memberikan

pertolongan dalam kondisi apapun. Hubungan ini sangat berarti didalam suatu keluarga

(Dolan, Carnavan dan Pinkerton, 2006) dan (Harnilawati, 2013).

Durability, dukungan ini lebih mengarah kepada siapa individu tersebut ingin

meminta dukungan dan bantuan dari anggota keluarganya. Biasanya individu lebih
13

terbuka kepada anggota keluarga yang lebih dekat dengannya untuk menceritakan

tentang masalahnya dan meminta pertolongan kepada orang tersebut (Dolan, Carnavan

& Pinkertoon, 2006).

2.1.5 Manfaat Dukungan Keluarga

Keluarga sebagai sumber pendukung bagi anggota keluarga lainnya. Dukungan

keluarga merupakan suatu proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis

dukungan keluarga berbeda – beda dalam berbagai tahap siklus keidupan. Dukungan

keluarga bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara

kesehatan anggota keluarga (Setiawati & Dermawan, 2008).

2.1.6 Sumber Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga sangat di perlukan oleh setiap individu didalam setiap siklus

kehidupannnya. Dukungan keluarga akan semakin dibutuhkan pada saat seseorang

sedang menghadapi masalah atau sakit, disinilah peran anggota keluarga dibutuhkan

untuk menjalani masalah – masalah sulit dengan tepat. Dukungan sosial dapat di peroleh

dari bermacam- macam sumber seperti orang tua, keluarga, teman, atau komunitas yang

dapat memberikan pelayanan dan saling menjaga ketika ada bahaya (Efendi, 2009).

2.1.7 Cara Mengukur Dukungan Keluarga

Tingkat dukungan keluarga pada penelitian ini diukur dengan menggunakan

kuesioner skala dukungan keluarga dari Nursalam 2013. Kuesioner skala dukungan

keluarga dapat digunakan untuk mengukur tingkat dukungan keluarga. Kesioner ini

memiliki 12 pernyataan dengan 3 kategori (Dukungan emosional pengharapan,

dukungan nyata dan dukungan informasi). Jawaban pertanyaan pada kuesioner

dukungan keluarga yaitu selalu bernilai 4, sering bernilai 3, kadang – kadang bernilai 2,

dan tidak pernah bernilai 1. Skor dalam kuesioner = 12 – 48, skor terendah = 1 x 12 =

12 dan skor tertinggi 4 x 12 = 48. Hasil akan dikategorikan menjadi 2 yaitu tinggi dan

rendah. Skor dalam penelitian ini menggunakan cut of point untuk menentukan nilai
14

mean/ median yang didapatkan melalui uji normalitias. Setelah dilakukan uji normalitas

didapatkan bahwa kuesioner dukungan keluarga tidak berdistribusi normal sehingga

perhitungan skor menggunakan median dan hasil skor didapatkan <35 = Rendah, ≥35

Tinggi.

2.2 Konsep Kemampuan Self Care

2.2.1. Definisi Kemampuan Self Care

Kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan seseorang individu dalam

menguasai suatu keahlian dan digunakan untuk mengerjakan beragam tugas dalam suatu

pekerjaan (Robbins, Stephen & Judge, 2013). Kemampuan self care adalah kemampuan

dan kekuatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan mereka untuk menjaga kesehatan

dan kesejahteraan untuk menyelamatkan hidup (Atashpeikar, Jalilazar, & Heidarzadeh,

2012).

Kemampuan self care didefinisikan sebagai kemampuan manusia untuk

melakukan jenis tindakan tertentu. Pengembangan agen perawatan mandiri bergantung

pada pembelajaran, pengalaman hidup, kemampuan dan kemauan masing - masing

individu untuk belajar. Kemampuan perawatan diri mencakup kemampuan untuk

memahami karakteristik kejadian, kemampuan untuk memutuskan apa yang harus

dilakukan dan kemampuan untuk mencapai perubahan yang di inginkan untuk mencapai

tujuan yaitu meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan (Waki et al., 2016).

2.2.2. Definisi Self Care

Self care didefinisikan sebagai aktivitas dalam kehidupan sehari - hari yang

dibutuhkan untuk menjaga kualitas hidup dan mencapai kesejahteraan. Beberapa

kegiatan perawatan diri direkomendasikan pada klien dengan penyakit kronis meliputi,

klien dengan perawatan medis, klien yang membutuhkan pemantauan (misalnya

pemantauan tekanan darah untuk hipertensi), minum obat dengan benar, mengikuti diet

dan olahraga (White, 2016).


15

Teori defisit perawatan diri dari Dorothea Orem (1971) berfokus pada

pelayanan diri klien. Orem mendefinisikan pelayanan diri sebagai suatu yang dipelajari,

kegiatan yang bertujuan membantu diri untuk mengelola kehidupan yang diinginkan,

kesehatan, perkembangan, dan kesejahteraan. Tujuan dari keperawatan orem adalah

untuk membantu klien merawat dirinya sendiri (Potter & Perry, 2010).

Motto WHO 2014 hidup sehat dengan perawatan diri (self care) yang menunjukan

bahwa perawatan diri adalah prioritas tertinggi dalam sistem pelayanan kesehatan dan

meningkatkan kesehatan. Orem menekankan bahwa individu itu sendiri sebagai peran

utama yang harus melakukan perawatan diri untuk mengoptimalkan kesehatannya

(Afrasiabifar et al., 2016).

2.2.3. Pengertian Self Care Hipertensi

Self care hipertensi merupakan aktivitas perawatan diri yang harus dilakukan

sepanjang kehidupan klien untuk mengontrol atau memantau tekanan darah agar tetap

optimal dan dilakukan sepanjang kehidupan klien hipertensi. Perilaku perawatan diri

telah didokumentasikan sebagai salah satu faktor penentu pengendalian hipertensi.

Penelitian telah menekankan bahwa kepatuhan terhadap perilaku perawatan diri

hipertensi seperti pengurangan berat badan, penghentian merokok, diet rendah garam,

dan aktivitas fisik dapat berkontribusi dalam mengendalikan tekanan darah (Khresheh &

Mohammed, 2016).

Self care hipertensi merupakan hal yang penting dalam pengetahuan perawatan

mandiri untuk mengurangi kejadian hipertensi (Asmah & Orkoh, 2017). Self care

hipertensi merupakan suatu kegiatan yang dapat mengendalikan hipertensi untuk

perubahan gaya hidup, memilih nutrisi yang tepat, latihan fisik teratur dan berhenti

merokok. Keberhasilan dalam mengandalikan hipertensi gerakan perawatan diri sangat

dibutuhkan yaitu, dalam mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan

(Mendes et al., 2015).


16

Self care pada pasien hipertensi yaitu tindakan mandiri yang dilakukan oleh klien

hipertensi dalam kehidupan sehari – hari dengan tujuan menjaga tekanan darah agar

tetap normal yang meliputi perubahan gaya hidup yang lebih baik dengan cara

meminum obat antihipertensi dengan rutin sesuai dengan resep dokter, manajemen

berat badan, diet rendah sodium dan rendah lemak, berhenti merokok, melakukan

aktivitas fisik, dan pemantauan diri sendiri (Han et al., 2014).

2.2.4. Self Care Deficit Nursing Theory

Model Self care adalah bagian dari perawatan klinis dalam asuhan keperawatan,

yang merupakan panduan klinis untuk merancang dan menerapkan perawatan diri.

Orem menjelaskan adanya interaksi antara manusia dan lingkungannya. Orem

berpendapat bahwa manusia adalah makhluk unik dan kesatuan dan mereka tidak dapat

dipisahkan dari lingkungannya oleh karena itu, menggambarkan komponen teori

keperawatannya ke dalam praktik manusia, kesehatan, lingkungan, dan keperawatan

secara mandiri (Dahmardeh et al., 2017). Perilaku self care ini dilakukan untuk mencapai

tingkat kesehatan yang optimal dan kesejahteraan dalam kehidupan seseorang (Batool et

al., 2016). Self care Deficit Nursing Theory di bagi menjadi tiga teori yang saling

berhubungan :

a. Teori self care (teori peratan diri ) yaitu gambaran individu tentang cara

melakukan perawatan dirinya sendiri.

b. Teori Self care deficit (teori defisit perawatan diri) yaitu menjelaskan bahwa

seseorang membutuhkan bantuan dalam melakukan perawatan mandiri

seperti tenaga kesehatan.

c. Nursing system theori (teori sistem keperawatan) menjelaskan bahwa perawat

dengan perawat agar dapat melakukan sesuatu secara produktif (Hartweg et

al., 2016).
17

2.2.5. Teori Self Care Deficit

Teori Self care deficit dibagi menjadi 3 teori yaitu teori Selfcare agency, Selfcare

Demands, Selfcare Requisites.

a. Selfcare agency yaitu kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri sendiri

secara mandiri yang dapat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, sosial budaya

dan lain-lain

b. Selfcare Demands merupakan tuntutan atau permintaan dalam melakukan

perawatan diri secara mandiri diwaktu tertentu dengan menggunakan bantuan

metode dan alat untuk tindakan perawatan diri..

c. Selfcare Requisites yaitu tindakan yang ditujukan untuk penyediaan dan perawatan

mandiri secara universal dan berhubungan dengan proses kehidupan serta upaya

dalam mempertahankan fungsi tubuh (Alligood, 2017).

2.2.6. Kebutuhan Dasar Self Care Menurut Orem

Lima kebutuhan dasar self care menurut Orem : 1) Pemeliharaan pengambilan

udara, air, dan makanan dengan cukup. 2) Pemeliharaan proses eliminasi. 3)

Pemeliharaan aktivitas dan istirahat. 4) Pemeliharaan interaksi sosial dengan orang lain.

5) Pencegahan resiko penyakit dan meningkatkan kesehatan. 6) Perkembangan dalam

kelompok sosial sesuai dengan potensi, pengetahuan dan keinginan (Harnilawati, 2013).

2.2.7. Kategori Kebutuhan Self Care

Menurut Orem setiap orang pasti akan mempelajari kemampuan dalam

melakukan perawatan diri secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan hidup,

memelihara kesehatan dan kesejahteraan. Ada tiga Kategori kebutuhan self care menurut

Orem yaitu : Universal – self care, Developmental – self care, dan Health deviation – self care.

a. Universal – self care berhubungan dengan proses kehidupan dan kesejahteraan

manusia, merupakan kebutuhan dasar manusia yaitu terdiri dari kebutuhan


18

tempat tinggal, sanitasi, makanan, udara yang bersih, keamanan, pendidikan,

komunikasi dalam keluarga, dan interaksi sosial (Meleis, 2011).

b. Developmental – self care merupakan kebutuhan perkembangan perawatan diri

individu yang di pengaruhi oleh lingkungan tempat tinggalnya. Meliputi :

perubahan tempat tinggal, perubahan pola konsumsi makanan, mekanisme

untuk memepertahankan keamanan akibat adanya perubahan pola kriminalitas,

lingkungan yang tidak mendukung/ berbahaya, konflik keluarga, perkembangan

perubahan informasi dan sosialisasi yang dibutuhkan oleh anak dan orang

dewasa dalam keluarga, perkembangan kepercayaan dan pola perilaku dalam

keluarga (Alligood, 2014).

c. Health deviation – self care perawatan diri yang dibutuhkan saat individu

mengalami penyimpangan dari keadaan sehat. Penyimpangan kesehatan timbul

akibat adanya gangguan kesehatan dan penyakit. Kondisi penyimpangan

kesehatan yaitu, kedaan sakit, terluka, cacat, memiliki kondisi kelainan patologis,

dan berada dalam perawatan medis. Hal ini menyebabkan perubahan

kemampuan individu dalam proses perawatan diri (Alligood, 2014).

2.2.8. Kategori Bantuan Self Care

a) Wholly Compensatory adalah bantuan yang diberikan secara keseluruhan kepada

klien. Klien yang tidak dapat melakukan aktivitas perawatan diri dan bergantung

kepada orang lain untuk melakukan perawatan diri (Mubarak & Chayatin, 2009).

b) Partially Compensatory bantuan sebagian yang dibutuhkan klien. Perawatan yang

diberikan kepada klien hanya sebagian dan di berikan kepada klien yang

memerlukan bantuan secara minimal. Klien juga ikut berpatisipasi dalam

melakukan kegiatan dan perawatan diri (Mubarak & Chayati, 2009).

c) Supportive Educative adalah dukungan pendidikan kesehatan tindakan keperawatan

yang bertujuan memberikan dukungan dan pendidikan yang diberikan kepada


19

klien agar mampu melakukan perawatan secara mandiri. Dalam sisstem

pendidkan yang mendukung klien memiliki kemampuan diri namun

membutuhkan bantuan dalam mengambil keputusan dan pengetahuan. Perawat

dan keluarga dapat memberikan dukunngan dan pendidikan agar klien mampu

melakukan perawatan diri secara mandiri (Maters, 2015).

2.2.9. Aplikasi Teori self care pada Penyakit Hipertensi

Self care didefinisikan sebagai tindakan yang ditujukan pada diri sendiri atau

lingkungan untuk mengatur fungsi seseorang untuk kepentingan kehidupan seseorang

dan kesejahteraan. Self care bersifat multidimensional karena berkaitan dengan

manajemen penyakit kronis seperti manajemen pada pasien hipertensi (Han et al., 2014).

Klien dewasa dengan hipertensi menurut teori self care dipandang sebagai individu yang

memiliki kemampuan untuk merawat dirinya sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup,

memelihara kesehatan dan mencapai kesejahteraan. Klien dewasa dengan hipertensi

dapat mencapai kesejahteraan atau kesehatan yang optimal dengan mengetahui

perawatan yang tepat sesuai dengan kondisi dirinya sendiri. Menurut teori self care

perawat berperan sebagai pendukung dan pendidik bagi klien dewasa dengan hipertensi

terkontrol untuk tetap mempertahankan kemampuan optimalnya dalam mencapai

kesejahteraan (Dalimarta et al., 2008).

2.2.10. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Self Care Hipertensi

Kepatuhan dalam perawatan diri akan membantu meningkatkan kesehatan

individu . Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi individu dalam melakukan self

care hipertensi yaitu, usia, jenis kelamin, pendidikan, status ekonomi, depresi, dukungan

sosial dan keparahan penyakit (Han et al., 2014).

a. Usia mempunyai hubungan yang positif terhadap self care hipertensi. Semakin

tinggi usia seseorang maka akan terjadi peningkatan dalam aktifitas self care

hipertensi (Chang & Lee, 2015). Peningkatan usia menyebabkan terjadinya


20

peningkatan kedewasaan/ kematangan seseorang sehingga klien dapat berfikir

secara rasional tentang manfaat yang akan dicapai jika klien melakukan aktifitas

self care hipertensi secara adequat dalam kehidupannya sehari – hari (Fazel et al.,

2016).

b. Jenis kelamin memberikan kontribusi yang nyata terhadap self care hipertensi.

Klien dengan jenis kelamin perempuan menunjukan kemampuan self care lebih

baik dibandingan dengan klien jenis kelamin laki-laki (Han et al., 2014).

c. Pendidikan dapat mempengaruhi self care hipertensi. Klien dengan pendidikan

yang lebih tinggi menunjukan lebih baik melakukan self care bandingkan dengan

klien yang berpendidikan rendah (Chang & Lee, 2015).

d. Status ekonomi berpengaruh terhadap self care hipertensi. Klien hipertensi

dengan status ekonimi tinggi menunjukan lebih tinggi melakukan self care

(perawatan diri) dibandingkan klien dengan kelompok sosial ekonomi rendah.

Hipertensi merupakan penyakit kronik yang membutuhkan biaya yang banyak

dalam perawatannya. Jika status ekonomi klien kurang memadai maka akan

mengakibatkan klien mengalami kesulitan untuk mengontrol kesehatan ke

layanan kesehatan secara teratur, sehingga sulit untuk memantau bagaimana

perkembangan status kesehata klien (Chang & Lee, 2015).

e. Depresi, dapat mempengaruhi perawatan diri pada klien hipertensi. Klien yang

mengalami depresi dalam mengontrol hipertensi kurang efektif dari pada yang

non depresi. Manajemen depresi sangat penting untuk meningkatkan self care

pasien hipertensi (Chang & Lee, 2015).

f. Dukungan sosial, dukungan sosial berpengaruh terhadap self care. Hubungan

yang dapat dilihat adalah dukungan sosial secara konsisten memberikan dampak

yang baik terhadap kepatuhan klien hipertensi dalam meminum obat, diet dan

mengontrol setres yang dialami akibat penyakit hipertensi. Penelitian


21

sebelumnya mengungkapkan bahwa pasien hipertensi dengan tinggi tingkat

dukungan sosial akan menunjukkan perilaku perawatan diri yang membantu

dalam mengendalikan hipertensi (Chang & Lee, 2015).

g. Keparahan penyakit, semakin serius penyakit hipertensi berpengaruh terhadap

self care hipertensi. Persepsi realistis pasien dari keseriusan penyakit hipertensi

dan perkembangan potensi penyakit secara langsung berhubungan dengan

keyakinan klien dalam efektivitas perilaku perawatan diri, seperti diet atau obat-

obatan, dan keyakinan ini akan mendorong mereka untuk melaksanakan

perawatan diri meskipun itu membutuhkan waktu dan usaha (Chang & Lee,

2015).

2.2.11. Cara Mengukur Self Care

Tingkat kemampuan Self Care pasien hipertensi dapat di ukur dengan

menggunakan Self Care Of Hypertension Inventory (SCHI) dikembangkan oleh Polit dan

Beck dan telah di uji kevalidannya. Kuesioner ini memiliki 24 pertanyaan yang

dimodifikasi dari bahasa inggris ke bahasa indonesia dan sudah dilakukan uji validitas.

Setelah dilakukan uji validitas ada 4 pertanyaan yang tidak valid, dan kuesioner yang

digunakan dalam penelitian ini memiliki 20 pertanyaan dengan 3 kategori (Pemeliharaan

kesehatan, manajemen kesehatan dan kepercayaan diri atau keyakinan). Jawaban

pernyataan pada kategori pemeliharaan kesehatan yaitu selalu bernilai 4, sering bernilai

3, kadang-kadang bernilai 2 dan tidak pernah bernilai 1. Jawaban penyataan pada

kategori manajemen kesehatan yaitu sangat cepat bernilai 4, cepat bernilai 3, agak cepat

bernilai 2, dan lambat bernilai 1. Jawaban pernyataan pada kategori keyakinan

melakukan perawatan yaitu sangat percaya diri bernilai 4, percaya diri bernilai 3, agak

percaya diri bernilai 2 dan tidak percaya diri bernilai 1. Nilai maksimal adalah 80 dan

minimal 20(Dickson et al., 2017). Skor untuk kuesioner 20 – 80, skor terendah 1 x 20 =

20 dan skor tertinggi 4 x 20 = 80. Hasil akan dikategorikan menjadi 2 yaitu tinggi dan
22

rendah. Skor dalam penelitian ini menggunakan cut of point untuk menentukan nilai

mean/median yang didapatkan melalui uji normalitias. Setelah dilakukan uji normalitas

didapatkan bahwa kuesioner kemampuan self care (SC-HI) berdistribusi normal sehingga

perhitungan skor menggunakan mean, hasil skor didapatkan <54=Rendah dan ≥54 =

Tinggi.

2.3 Konsep Hipertensi

2.3.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan

konsisten di atas 140/90 mmHg (Baradero, 2008). Tekanan darah tinggi atau hipertensi

adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas

normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka

kematian (mortalitas). Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam

setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukkan fase darah yang sedang

dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 menunjukkan fase darah yang kembali ke

jantung (Mahamit et al., 2017).

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan

darah diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi dapat menyebabkan perubahan pada

pembuluh darah klien yang dapat mengakibatkan semakin meningkatnya tekanan darah.

Pengobatan awal pada penderita hipertensi sangatlah penting untuk mencegah

timbulnya komplikasi pada beberapa organ tubuh seperti jantung, otak dan ginjal

(Muttaqin, 2009).

Hipertensi disebut juga tekanan darah tinggi, yaitu kondisi pembuluh darah terus

– menerus menaikan tekanan dan mengalami tekanan yang meningkat. Setiap kali

jantung berdetak ia memompa darah ke pembuluh darah yang membawa keseluruh

tubuh. Semakin tinggi tekanan maka semakin keras jantung harus di pompa. Tekanan

darah orang dewasa normalnya 120 mmHg sistolik dan 80 mmHg diastolik. Tekanan
23

darah sistolik diatas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg di sebut hipertensi atau

tekanan darah tinggi (Word Health Organization, 2015).

2.3.2 Jenis – jenis Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya jenis hipertensi terbagi menjadi dua yaitu hipertensi

primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi perimer adalah peningkatan tekanan darah

yang tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor diduga berkaitan dengan

berkembangnya hipertensi esensial seperti faktor genetik, jenis kelamin, diet dan gaya

hidup. Hipertensi sekunder merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah

hipertensi sekunder yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu

kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid (Faktor

pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain penggunaan kontrasepsi oral,

neurogenik, peningkatan volume intravaskuler, stress dan luka bakar (Udjianti, 2010).

2.3.3 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi pada orang dewasa dilihat berdsarakan tekanan darah

sistolik dan diastolik dalam satuan mmHg di bagi menjadi beberapa stadium. Klasifikasi

hipertensi menurut AHA High Blood Pressure Guidelines Lower Definition of

Hypertension:
24

Tabel 2. 1 Klasifikasi Hipertensi

Kategori tekanan darah Sistolik Diastolik

Normal <120 mmHg dan <80 mmHg


Tinggi 120-129 mmHg dan <80 mmHg
Hipertensi Tingkat 1 130-139 Hg atau 80 - 89 mmHg
Hipertensi Tingkat 2 ≥ 140 mmHg atau ≥90 mm Hg

Krisis Hipertensi Sistolik Diastolik

Urgensi Hipertensi >180 mmHg dan/atau>120 mm Hg


Emergensi Hipertensi >180 mmHg+keruskan organ atau >120 mmHg

(American Heart Association, 2017).

2.3.4 Etiologi Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam.

Sebagian besar orang dengan hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak diketahui

penyebabnya (hipertensi primer atau esensial), hanya sebagian kecil orang yang terkena

hipertensi sekunder. Lebih dari 90% orang mengalami hipertensi primer, hipertensi

primer tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di kontrol dengan terapi yang tepat

(termasuk modifikasi gaya hidup dan obat – obatan). Kurang dari 10% pasien yang

mengalami hipertensi sekunder. Hiperetsni sekunder disebabkan oleh kondisi medis

yang mendasari atau obat. Penyebab paling umum dari hipertensi sekunder adalah

penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskuler. Bentuk tekanan darah tinggi

cenderung muncul tiba – tiba dan sering menyebabkan tekanan darah lebih tinggi dari

hipertensi primer (Bell, Twiggs, & Olin, 2015).

2.3.5 Gejala Hipertensi

Hipertensi dikenal sebagai “silent killer” karena biasanya hipertensi tidak memiliki

tanda – tanda gejala dan banyak orang tidak tau bahwa dia terkena hipertensi. Ketika

tingkat tekanan darah yang sangat tinggi kebanyakan orang tidak memilki tanda – tanda
25

atau gejala. Sebagian kecil orang mengalami gejala seperti sakit kepala, muntah, pusing,

dan mimisan. Gejala ini biasanya tidak terjadi sampai tingkat tekanan darah telah

mencapai tahap yang parah atau mengancam jiwa. Satu – satunya cara untuk mengetahui

dengan pasti jika seseorang memiliki hipertensi adalah melakukan pemeriksaan tekanan

darah ke layanan kesehatan atau dokter (Bell et al., 2015).

2.3.6 Karakteristik Hipertensi

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi dan

dapat menyebabkan kematian paling banyak diseluruh dunia. Adapun karakteristik dari

hipertensi menurut Mendes et al (2015) yaitu : a) hipertensi merupakan penyakit kronis,

b) membutuhkan pengobatan dalam jangka panjang, c) perubahan gaya hidup yang lebih

sehat, d) menimbulkan komplikasi, e) membutuhkan diet yang tepat, f) membutuhkan

pemantauan tekanan darah secara rutin.

2.3.7 Patofisiologi

Pengaturan tekanan arteri dikontrol oleh sistem persarafan yang kompleks dan

hormonal yang saling berhubungan satu sama lain dalam mempengaruhi curah jantung

dan tahanan vaskular perifer. Curah jantung ditentukan oleh volume sekuncup dan

frekruensi jantung. Tahanan ferifer ditentukan oleh diameter arteriol. Apabila

diameternya menurun (vasokontriksi), tahanan perifer meningkat, apabila diameternya

meningkat (vasodilatasi), tahanan perifer akan menurun (Muttaqin, 2009).

Ada beberapa faktor yang dapat mengendalikan tekanan darah terkait dengan

hipertensi primer. Dua faktor utama yang dapat meningkatkan tekanan darah primer

yaitu masalah hormon. Hormon natruretik hormonal, reninangiotensin aldosteon sistem

(RAAS) mekanisme atau gangguan elektrolit (natrium, klorida, potasium). Hormon

natriuretik menyebabkan peningkatan konsentrasi natrium dalam sel yang menyebabkan

peningkatan tekanan darah. RAAS mengatur sodium, potasium, dan volume darah, yang
26

akan mengatur tekanan darah di arteri. Dua hormon yang terlibat dalam sistem RAAS

meliputi engiotensin II dan aldosteron. Angiotensin II menyebabkan penyempitan

tekanan pembuluh darah, meningkatkan pelepasan bahan kimia yang meningkatkan

tekanan darah , dan menigkatkan aldosteron produksi. Penyempitan pembuluh darah

yang akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Aldosteron menyebabkan sodium

dan air tinggal didalam darah. Akibatnya, ada voulme darah yang lebih besar akan

meningkatkan tekanan pada jantung dan meningkatkan tekanan darah 1,5 BP arterial

adalah tekanan pada pembuluh darah, khususnya dinding arteri. Tekanan darah diukur

dalam milimeter merkuri (mmHg). Dua nilai tekanan darah arterial adalah tekanan

darah sistolik (SBP) dan tekanan darah diastolik (DBP) (Bell et al., 2015).

Tekanan darah di pengaruhi oleh curah jantung dan resistensi perifer yang

melalui mekanisme dari sistem persyarafan yang kompleks. Pembuluh darah memiliki

beresetor yang peka terhadap perubahan tekanan darah. Apabila tekana darah

meningkat maka akan terjadi peningkatan pada resistensi perifer dengan cara

vasokontriksi(Ronny Setiawan dan Fatimah, 2008).

2.3.8 Faktor Resiko Hipertensi

Sampai saat ini penyebab hipertensi belum dapat diketahui secara jelas. Ada

faktor resiko dan faktor predisposisi yang dapat menyebabkan hipertensi, yaitu :

1) Usia

Tekanan darah akan meningkat secara progresif seiring dengan

bertambahnya usia karena pembuluh darah sudah mengalami penurunan

elastisitas (Dalimartha et al., 2008). Semakin meningkat usia seseorang

beresiko terjadi peningkatan tekanan darah karena proses degenerasi (Hörnsten

et al., 2016).
27

2) Jenis Kelamin

Pada usia 45 tahun hipertensi umumnya di derita pada oleh wanita

setelah usia 45 tahun. Namun, pada usia dewasa muda hipertensi di derita oleh

laki – laki (Dalimarta et al., 2008). Faktor resiko lain dari hipertensi adalah

wanita namun sering diremehkan dan tidak terdiagnosis (Khresheh &

Mohammed, 2016)

3) Merokok

Merokok adalah faktor yang paling signifikan pada penyakit

kardiovaskular yang meningkatkan tekanan darah (Gagarinova et al., 2016).

Merokok dapat meningkatkan tekanan darah dan tekanan aorta. Kandungan

nikotin dalam rokok dapat meningkatka kadar karbondioksida yang

menyebabkan dinding pembuluh darah akan mengalami penebalan, penebalan

tersebut akan memicu terjadinya vasokontriksi (Vlachopoulos et al., 2016).

4) Aktivitas

Aktivitas fisik yang kurang merupakan faktor resiko terjadinya

hipertensi. Duduk dalam jangka waktu lama merupakan penyebab pertama dari

sepuluh kematian dan kecacatan didunia, lebih dari dua juta kematian setiap

tahun disebabkan oleh kurangnya aktivitas fisik (Word Health Organization,

2010).

5) Obesitas

Obesitas adalah deposisi lemak yang berlebihan yang berdampak buruk

pada kesehatan yang membahayakan kualitas hidup dan meningkatkan resiko

kemtaian. Obesitas dapat berakibat pada kesehatan seperti terjadinya masalah

pada kardiovaskular khususnya hipertensi (Haque et al., 2016). Seseorang yang

mengalami obesitas, massa otot akan banyak membutuhkan suplai oksigen dan
28

nutrisi sehingga sistem resistensi perifer mengalami peningkatan dan terjadi

peningkatkan tekanan pada pembuluh darah (Dalimarta et al., 2008).

6) Stress

Stress dapat meningkatkan resiko kardiovaskular baik secara tidak

langsung yang mempengaruhi sistem saraf otonom dan tekanan arteri. Stress

dapat memicu terjadinya kecepatan denyut jantung dan terjadi peningkatan

kebutuhan suplai darah, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah seseorang

(Dluzen et al., 2017).

2.3.9 Prinsip Perawatan Hipertensi

Klien yang menderita hipertensi sangat membutuhkan perawatan hipertensi yang

memadai dalam mengontrol tekanan darahnya agar tetap optimal, adapun perinsip

perawatan hipertensi yang dibutuhkan klien unruk meningkatkan perawatan dalam

megontrol hipertensi menurut Chang dan Lee (2015) a) Motivasi, b) Pengetahuan, c)

promosi kesehatan, d) Support.

2.3.10 Komplikasi Hipertensi

Hipertensi kronis akan merusak endotel arteri dan memercepat atheroclerosis.

Komplikasi merupkan masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat. Komplikasi

dari hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh seperti, jantung, mata, ginjal, otak dan

pembuluh darah besar. Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk penyakit

serebrovaskuler yaitu stroke, transient ischemic attack, penyakit arteri koroner, angina,

Infark miokard akut (MI), penyakit gagal ginjal, aritmia, dan kematian mendadak

(Lillian, & Amugitsi, 2016).

2.4 Hubungan Dukungan Keluarga dan Self Care pada Penderita Hipertensi

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat dibawah satu

atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiawati & Dermawan, 2008). Menurut
29

Burgess (1963, dalam Setiawati dan Dermawan 2010) Anggota sebuah keluarga biasanya

hidup bersama – sama dalam satu rumah tangga atau jika meraka hidup secara berpisah

mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah tangga mereka.

Dukungan keluarga juga di yakini merupakan faktor yang penting yang dapat

memfasilitasi untuk melakukan self care hipertensi dalam penatalaksanaanya. Bentuk

dukungan keluarga mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan klien (Asmadi, 2008)

Dukungan keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu

menyelesaikan masalah. Rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk

menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat (Tamher & Noorkasiani, 2011). Studi

- studi tentang dukungan keluarga telah mengkonseptualisasi dukungan keluarga sebagai

koping keluarga, baik dukungan - dukungan yang bersifat ekstenal maupun internal

terbukti sangat bermanfaat (Harnilawati, 2013). Salah satu cara penyediaan pelayanan

keluarga adalah melalui dukungan keluarga. Keluarga melibatkan pelayanan dan aktivitas

self care (perawatan diri ) bagi angggota keluarga oleh pasangan, saudara, atau orang tua.

Aktivitas yang di berikan meliputi self care (mandi, makan, berdandan), mengawasi

komplikasi, melakukan aktivitas harian penting dan memberikan dukungan emosional

maupun mengambil keputusan yang penting (Patricia, Potter, dan Perry, 2010). Self care

hipertensi berkontribusi pada masalah layanan kesehatan, diet, pembatasan asupan

natrium dan cairan, mengontrol berat badan, meningkatkan aktivitas. Berbagai

penelitian menunjukan bahwa perilaku self care dapat secara signifikan mengurangi

jumlah biaya rawat inap, kematian dan biaya perawatan. Pada pasien hipertensi

penyediaan dukungan keluarga yang efesien untuk melakukan self care sangat penting

(Mohsen et al., 2013).

Keluarga sebagai sumber dukungan sosial yang paling penting terkait dengan

kegiatan self care, karena sebagian besar klien hipertensi tinggal dengan keluarganya di

rumah mereka. Partisipasi dan dukungan keluarga dapat memainkan peran dalam
30

perilaku self care dan efesiensi pengendalian penyakit. Keluarga dapat mempengaruhi

keberhasilan dan stabilitas pasien dari perubahan perilaku mereka dalam program

perawatan secara mandiri (Mohsen et al ., 2013).

Anggota keluarga juga memberikan dukungan emosional yang membantu pasien

untuk menangani stres akibat penyakitnya. Ketika keluarga memberikan dukungan

kepada pasien, maka keadaan pasien akan membaik. Dukungan keluarga yang

meningkat akan berhubungan dengan kontrol tekanan darah yang lebih baik pada pasien

hipertensi. Dukungan keluarga juga memiliki peran bersamaan dengan manajemen diri

dalam mengontrol penyakit kronik. Keluarga memberikan peranan penting dalam

mendorong dan memperkuat perilaku pasien (Efendi & Larasati, 2017).

Mengelola penyakit kronis seperti hipertensi dengan sukses harus melibatkan

pasien tersebut dalam melakukan perawatan diri. Perawaatan diri yang bisa dilakukan

yaitu memilih makanan yang sehat dan kepatuhan dalam pengobatan. Dukungan dari

anggota keluarga sangat dibutuhkan dalam manajemen diri pada penderita hipertensi

untuk mengelola tekanan darah. Penderita hipertensi harus diberi tahu tentang

hipertensi mereka dan melibatkan penderita dalam mengambil keputusan yang berkaitan

dengan perawatan mereka (Patel et al., 2016).


31

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Karakteristik Hipertensi Faktor yang


mempengaruhi self care
1. Penyakit Kronis
2. Pengobatan jangka 1. Usia
panjang 2. Jenis kelamin
3. Pemantauan tekanan 3. Pendidikan
darah secara rutin 4. Status ekonomi
4. Menimbulkan 5. Keparahan
komplikasi penyakit
5. Membutuhkan diet 6. Depresi
yang tepat 7. Dukungan sosial
(Mendes et al, 2015) (Han et al, 2014)

Faktor yang
mempengaruhi Prinsip Perawatan Hipertensi Self care Hipertensi
dukungan
keluarga 1. Motivasi 1. Pengobatan
2. Pengetahuan 2. Pengaturan pola makan
1. Pendidikan 3. Promosi Kesehatan 3. Mengontrol BB
2. Sosioekonomi 4. Support (Dukungan 4. Olahraga
3. Latar belakang Keluarga) 5. Berhenti merokok
budaya (Chang dan Lee, 2015) (Kresheh & Mohamed, 2016)
4. Praktik di
Keluarga
(Purnawandari, 2008) Jenis – jenis dukungan
keluarga

1. Dukungan konkrit
2. Dukungan emosional
3. Dukungan informatif
4. Dukungan penghargaan Hipertensi Terkontrol
(Pinkerton et al, 2016)

Ket : : (Tidak diteliti)

: (Diteliti)

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep


32

3.2 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah peneltian

(Nursalam, 2014). Hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah yang membutuhkan

pembuktian untuk mengetahui apakah hipotesis tersebut diterima atau di tolak (Hidayat,

2008). Berdasarkan kerangka konsep diatas hipotesis penelitian ini adalah :

H1 : Ada hubungan antara dukungan keluarga dan kemampuan self care pada penderita

hipertensi.
33

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang terdiri dari beberapa

komponen yang menyatu satu sama lain yang memperoleh data dan fakta untuk

menjawab pertanyaan dari tujuan penelitian dan merupakan suatu strategi penelitian

dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data

dan digunakan untuk mengidentifikasi struktur penelitian yang dilakukan (Nursalam,

2013).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian non-eksperimen

dengan deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Cross sectional adalah jenis

penelitian yang menekankan waktu pengukuran/ observasi data variabel independen

dan variabel dependen hanya satu kali pada satu saat. Studi penelitian ini mempelajari

dinamika korelasi antara faktor – faktor resiko/ Independen (dukungan keluarga)

dengan efek/ dependen (kemampuan self care) dengan cara pendekatan, observasi atau

pengumpulan data (Nursalam, 2013).


34

4.2 Kerangka Kerja Penelitian

Populasi : 107 Penderita hipertensi di RW 15 Kelurahan Lowokwaru


Wilayah Puskesmas Kendalsari Kota Malang.

Tehnik pengambilan sampel menggunakan Nonprobability sampling : quota sampling

Sampel : 97 responden
Sampel : 41 orang penderita hipertensi usia 18 - 65 tahun di RW 15 Kelurahan
Lowokwaru Wilayah Puskesmas Kendalsari Kota Malang

Variabel Independent : Vaeiabel Dependnet :

Dukungan Keluarga Kemampuan Self Care

Alat ukur : Kuesioner Alat ukur : Kuesioner

Skala Data : Interval Skala Data : Interval

Analisa data menggunakan Pearson Product Moment

Kesimpulan

Ada Hubungan Tidak ada hubungan

Gambar 4. 1 Kerangka Kerja


35

4.3 Populasi, Sampel dan Sampling

4.3.1 Populasi

Populasi adalah subjek atau objek yang memenuhi kriteria yang telah di tetapkan

oleh peneliti untuk dijadikan sebagai sampel (Nursalam, 2013). Populasi dalam

penelitian ini adalah 107 orang penderita hipertensi yang berada di RW 15 Kelurahan

Lowokwaru wilayah kerja Puskesmas Kendalsari Kota Malang.

4.3.2 Tehnik Sampling

Tehnik Sampling merupakan cara – cara yang ditempuh dalam pengambilan

sampel agar memperoleh sampel yang benar – benar sesuai dengan keseluruhan subyek

penelitian. Penelitian ini sample diambil dengan cara Nonprobability Sampling dengan

Kuota Sampling yang merupakan tehnik untuk menentukan sample dari populasi yang

mempunya ciri – ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Nursalam, 2013).

a. Kriteria inklusi

1. Penderita hipertensi yang berada di RW 15 Kelurahan Lowokwaru Wilayah

Puskesmas Kendalsari Kota Malang.

2. Penderita hipertensi usia 18 – 65.

3. Bersedia menjadi responden dengan mengisi informed consent.

b. Kriteria eksklusi

1. Menderita penyakit menular.

2. Menderita penyakit parah dan tidak dapat melakukan aktivitas fisik.

3. Tidak hadir saat dilaksanakan penelitian.

4.3.3 Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dapat dipergunakan sebagai subjek

dalam penelitian melalui sampling (Nursalam, 2013). Sampel dalam penelitian ini adalah

41 orang penderita hipertensi dengan kriteria yang sudah ditetapkan.


36

4.4 Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu gejala yang menjadi fokus peneliti yang akan diamati.

Variabel sebagai atribut dari sekelompok orang atau obyek yang bervariasi antara satu

dengan lainnya dalam kelompok tersebut (Nursalam, 2014). Penelitian ini memiliki dua

variabel, variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah satu variabel independen

(dukungan keluarga) dan dua variabel dependen (kemampuan self care).

4.4.1 Variabel Independen

Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel penyebab terjadinya

perubahan atau timbulnya variabel dependen (Hidayat, 2008). Variabel independen

dalam penelitian ini adalah dukungan kelurga (X).

4.4.2 Variabel Dependen

Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang diamati dan

diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas

(Hidayat, 2008). Variabel independent dalam penelitian ini adalah kemampuan self care (Y).

4.5 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan batasan pengertian yang dijadikan pedoman

untuk memudahkan dalam pengumpulan data dan menghindari intepretasi serta

membatasi ruang lingkup variabel (Saryono, 2011).


37

Tabel 4. 1 Definisi Operasional

Definisi Katerangan
Variabel Parameter Instrumen Skala Data
Operasional
Independent Dukungan kelu- 1. Dukungan Kuesioner : Interval Jumlah soal 12
(Bebas): arga merupakan emosional Interval 12 – 48
Dukungan dukungan yang dan Skor pada
Keluarga diberikan anggo- penghargaan penelitian ini
ta keluarga ke- 2. Dukungan menggunakan cut
pada kelurga Nyata of point untuk
yang menderita 3. Dukungan menentukan nilai
hipertensi untuk Informasi mean / median
meningkatkan yang didapatkan
status keseha- melalui uji
tannya normalitas

Dependent Kemampuan Self 1. Pemeliharaa Kuesioner Interval Jumlah soal 20


care hipertensi n kesehatan Interval 20 – 80
(Terikat) : SC-HI
adalah aktivitas 2. Manajemen Skor pada
kemampuan perawatan diri kesehatan penelitian ini
yang dilakukan 3. Keyakinan menggunakan cut
self care
perorangan un- melakukan of point untuk
tuk mengontrol perawatan menentukan
hipertensi yang mean / median
meliputi tinda- yang didapatkan
kan pengobatan melalui uji
dan pencegahan normalitas
komplikasi

4.6 Tempat Penelitian

Tempat yang akan dilakukan penelitian dalam penelitian ini adalah di RW 15

Kelurahan Lowokwaru wilayah kerja Puskesmas Kendalsari Kota Malang.


38

4.7 Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian pada April 2018

4.8 Intrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur

fenomena – fenomena yang diamati. Fenomena dapat disebut sebagai variabel. Jumlah

instrumen penelitian tergantung pada jumlah penelitian yang telah ditetapkan oleh

peneliti (Hidayat, 2008). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner.

Penelitian ini menggunakan kuesioner berbentuk pertanyaan tertutup yang jawabannya

telah disediakan. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi

dukungan keluarga dan kemampuan self care pasien hipertensi.

4.8.1. Kuesioner Dukungan Keluarga

Tingkat dukungan keluarga dapat diukur dengan kuesioner skala dukungan

keluarga yang dibuat oleh Nursalam (2013) yang terdiri dari 12 pernyataan dengan 3

kategori yaitu dukungan emosional penghargaan, dukungan nyata, dan dukungan

informasi. Jawaban pertanyaan pada kuesioner dukungan keluarga yaitu selalu bernilai 4,

sering bernilai 3, kadang – kadang bernilai 2, dan tidak pernah bernilai 1. Skor dalam

kuesioner = 12 – 48, skor terendah = 1 x 12 = 12 dan skor tertinggi 4 x 12 = 48. Skor

dalam penelitian ini menggunakan cut of point untuk menentukan nilai mean/ median

yang didapatkan melalui uji normalitias. Setelah dilakukan uji normalitas didapatkan

bahwa kuesioner dukungan keluarga berdistribusi normal sehingga perhitungan skor

menggunakan mean.
39

Tabel 4. 2 Kisi – Kisi Kuesioner Dukungan Keluarga

No Parameter Jumlah Soal Nomor Soal

1 Dukungan Emosional dan 4 1,2,3,4


Penghargaan
2 Dukungan Nyata 4 5,6,7,8
3 Dukungan Informasi 4 9,10,11,12

Jumlah 12

4.8.2. Kuesioner Kemampuan Self Care

Tingkat kemampuan Self Care pasien hipertensi dapat di ukur dengan

menggunakan Self Care Of Hypertension Inventory (SC-HI) dari jurnal Psychometric Testing of

the Self-care of Hypertension Inventory (Dickson et al., 2017). Kuesioner ini memiliki 24

pernyataan dengan 3 kategori (Pemeliharaan kesehatan, manajemen kesehatan dan

kepercayaan diri atau keyakinan). Setelah di uji validitas, sebanyak 20 pernyataan yang

valid dan 4 pernyataan tidak valid, jadi pernyataan dalam penelitian ada 20. Instrumen

SC-HI telah dikembangkan oleh Polit dan Beck dan telah di uji kevalidannya. Jawaban

pernyataan pada kategori pemeliharaan kesehatan yaitu selalu bernilai 4, sering bernilai

3, kadang-kadang bernilai 2 dan tidak pernah bernilai 1. Jawaban penyataan pada

kategori manajemen kesehatan yaitu sangat cepat bernilai 4, cepat bernilai 3, agak cepat

bernilai 2, dan lambat bernilai 1. Jawaban pernyataan pada kategori keyakinan

melakukan perawatan yaitu sangat percaya diri bernilai 4, percaya diri bernilai 3, agak

percaya diri percaya bernilai 2 dan tidak percaya diri bernilai 1. Nilai maksimal adalah 80

dan minimal 20. Skor untuk kuesioner 20 – 80, skor terendah 1 x 20 = 20 dan skor

tertinggi 4 x 20 = 80. Skor dalam penelitian ini menggunakan cut of point untuk

menentukan nilai mean/median yang didapatkan melalui uji normalitias. Setelah


40

dilakukan uji normalitas didapatkan bahwa kuesioner kemampuan self care (SC-HI)

berdistribusi normal sehingga perhitungan skor menggunakan mean.

Tabel 4. 3 Kisi – Kisi Kuesioner Kemampuan Self Care

No Parameter Jumlah Soal Nomor Pertanyaan

1 Pemeliharaan kesehatan 10 1 – 10
2 Manajemen kesehatan 6 11 – 16
3 Keyakinan melakukan 4 17 – 20
perawatana

Jumlah 20

4.9 Prosedur Penelitian

Langkah – langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi,

mempersiapkan kuesioner, mempersiapkan surat izin yang akan disampaikan

kepada pihak yang berkepentingan, setelah mendapat izin untuk mengambil data,

maka kuesioner mulai disebarkan pada responden, terlebih dahulu menjelaskan

tentang tujuan dari penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan di RW 15 Kelurahan Lowokwaru wilayah kerja

Puskesmas Kendalsari yang dilakukan yaitu mempersiapkan kuesioner,

menyampaikan maksud dan tujuan penelitian, dan memberi kesempatan

responden untuk bertanya. Apabila calon responden bersedia untuk dilakukan

penelitian, selanjutnya diberikan lembar informed consent untuk ditanda tangani.

Memberikan contoh atau petunjuk cara mengisi kuesioner, setelah pengisian


41

kuesioner selesai lembar kuesioner dikumpulkan kepada peneliti, selanjutya

mengucapkan terimakasih atas bantuan dan kerjasama yang diberikan responden.

3. Tahap Pengumpulan Data

Pengumpulan data daalam penelitian ini menggunakan cara cross sectional, yaitu

data yang dikumpulkan sesaat atau data yang diperoleh saat ini juga. Cara ini dapat

dilakukan dengan survei, wawancara atau dengan menggunakan kuesioner yang

diberikan kepada responden penelitian. Kuesioner yang sudah diisi selanjutnya

dikumpulkan dan dihitung, mengecek kelengkapan identitas responden, mengecek

kelengkaan data (kelengkapan lembar kuesioner) selaanjutnya memeriksa kembali

jika dalam pengisian ada yang salah, kurag jelas dan belum lengkap.

4.10 Uji Validitas dan Reabilitas

4.10.1 Uji Validitas

Uji Validiitas merupakan suatu ukuran yang menujukan tingkat pengukuran

seberapa valid atau kesahihan suatu instrumen (Nursalam, 2014). Uji vaaliditas

menggunakan SPSS (Statistical Prouct for Social Sciences) versi 16.Uji Validitas yang sudah

dilakukan jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-

item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

Instrumen penelitian yang berupa kuesioner telah dilakukan uji validitas dengan

jumlah responden adalah 16 responden yang menderita hipertensi, dengan harapan

sampel tersebut dapat mewakili populasi sebenarnya. Besarnya nilai kritis r tabel dengan

n=16 dengan tingkat kesalahan (alpha) yaitu 0,497. Peneliti sudah melakukan uji

validitas dan beberapa soal yang tidak valid yaitu sebanyak 4 item yaitu (1) tidak

mengkonsumsi makanan asin (2) berusaha menurunkan berat badan (3) tekanan darah

tinggi dapat menyebabkan perubahan kesehatan (4) mengevaluasi perawatan yang sudah

dilakukan. kemudian soal yang tidak valid di gugurkan atau tidak digunakan.
42

Tabel 4. 4 Hasil Uji Validitas Kuesioner Dukungan Keluarga

Kuesioner Item r hitung r tabel Keterangan

Dukungan Pernyataan 1 0,563 0,497 Valid


keluarga
Pernyataan 2 0,581 0,497 Valid

Pernyataan 3 0,900 0,497 Valid

Pernyataan 4 0,707 0,497 Valid

Pernyataan 5 0,610 0,497 Valid

Pernyataan 6 0,781 0,497 Valid

Pernyataan 7 0,757 0,497 Valid

Pernyataan 8 0,820 0,497 Valid

Pernyataan 9 0,603 0,497 Valid

Pernyataan 10 0,871 0,497 Valid

Pernyataan 11 0,800 0,497 Valid

Pernyataan 12 0,594 0,497 Valid


43

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Kuesioner SC-HI

Kuesioner Item r hitung r tabel Keterangan

Kemampuan Pernyataan 1 0,803 0,497 Valid


self care
Pernyataan 2 0,546 0,497 Valid
Pernyataan 3 0,583 0,497 Valid
Pernyataan 4 0,671 0,497 Valid
Pernyataan 5 -0,712 0,497 Tidak Valid
Pernyataan 6 0,668 0,497 Valid
Pernyataan7 0,748 0,497 Valid
Pernyataan 8 0,871 0,497 Valid
Pernyataan 9 0,683 0,497 Valid
Pernyataan 10 0,749 0,497 Valid
Pernyataan 11 0,763 0,497 Valid
Pernyataan 12 0,463 0,497 Tidak Valid
Pernyataan 13 0,605 0,497 Valid
Pernyataan 14 0,751 0,497 Valid
Pernyataan 15 0,520 0,497 Valid
Pernyataan 16 0,801 0,497 Valid
Pernyataan 17 0,617 0,497 Valid
Pernyataan 18 0,849 0,497 Valid
Pernyataan 19 0,849 0,497 Valid
Pernyataan20 0,592 0,497 Valid
Pernyataan 21 0,085 0,497 Tidak Valid
Pernyataan22 0,597 0,497 Valid
Pernyataan23 0,692 0,497 Valid
Pernyataan24 0,274 0,497 Tidak Valid
44

4.10.2 Uji Reabilitas

Uji Reabilitas dapat digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah

alat ukur yang digunakan dapat gunakan. Butir pertanyaan yang valid kemudian

dilakukan uji reabilitas (Arikunto, 2013). Rumus yang akan digunakan untuk mencari

reabilitas instrumen penelitian ini menggunakan SPSS (Statistical Prouct for Sosial Science)

versi 16. Kriteria instrumen dikatan reliabel jika pengujian seperti berikut :

a. Tes dikatakan reliabel bila Cronbach’s alpha > α (0,600).

b. Tes dikatakan tidak reliabel bila Cronbach’s alpha < α (0,600).

Hasil pengujian releablitas instrumen dalam penelitian ini disajikan sebagai berikut :

Tabel 4. 6 Hasil uji Reabilitas

Kuesioner Cronbach’s alpha Keterangan

Dukungan Keluarga 0,768 Reliabel


Kemampuan self care 0,749 Reliabel

Hasil penelitian yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel

dengan n (jumlah responden ) dengan taraf signifikan 5% atau 0.05. Uji reabilitas

diketahui nilai cronbach alpha pada kuesioner pernyataan dukungan keluarga dan

kemampuan sef care pada pasien hipertensi masing masing sebesar 0,768 dan 0,749

dengan nilai cronbach alpha lebih besar daripada nilai kritis pembanding, maka dapat

dikethui variabel pertanyan tersebut reliable dan dapat digunkan dalam penelitian.

4.11 Tehnik Pengolahan Data

1) Editing

Suatu kegiatan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui kesalahan

yang terjadi dalam pengisian daftar pertanyaan dan terjadi ketidakserasian dalam

pengisian daftar pertanyaan tersebut.


45

2) Coding

Kegiatan pemberian kode atau simbol pada keterangan – keterangan

tertentu untuk mempermudah peneliti saat analisa dan juga mempercepat pada

saat entry data.

3) Tabulasi

Tabulasi merupakan kegiatan pemberian skor pada setiap item dan kegiatan

mengubah jenis data atau memodifikasi sesuai dengan tehnik analisis yang

digunakan peneliti

4) Entry data

Setelah semua kuesioner terisi semua dan benar dan sudah melewati

pengkodingan, langkah selanjutnya yaitu memproses data untuk dianalisi. Proses

data dilakukan dengan cara meng – entry data dari kuesioner ke perangkat

komputer.

5) Cleaning

Cleaning yaitu peneliti mengecek kembali apakah data yang sudah di entry

ada kesalahan atau tidak.

4.12 Analisa Data

Analisa data merupakan kegiatan mengurutkan data dan mengkatogorikan data

sehingga data dapat di rumuskan hipotesesis kerja berdasarkan data tersebut. Analisis

data berfungsi untuk mereduksi kumpulan data menjadi perwujudan yang dapat

dipahami melalui pemdeskripsian secara logis dan sistematis (Saryono, 2011).

4.12.1 Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan

karakteristik dari semua responden atau variabel penelitian, sehingga kumpulan data

tersebut berubah menjadi informasi yang bermanfat (Saryono, 2011). Pada penelitian ini

skor menggunakan skala interval untuk mengetahui hasil skor.


46

4.12.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk menguji hipotesis apakah ada hubungan atau

pengaruh antara variabel independen dan variabel dependent penelitian (Saryono,

2011). Penelitian ini menganalisa hubungan antara dukungan keluarga dan kemampuan

self care pada pasien hipertensi di RW 15 Kelurahan Lowokwaru wilayah kerja Puskesmas

Kendalsari Kota Malang. Analisa ini digunakan untuk mengetahui hubungan antar

variabel, yaitu dukungan keluarga (X) dan kemampuan self care (Y). Pada penelitian ini

menggunakan analisa korelasi pearson product moment. Korelasi product moment atau sering

dikenal pearson merupakan salah satu statistik parametrik karena menguji data dari skala

inerval atau rasio dan untuk menguji hipotesis korelatif. Korelasi product moment memiliki

syarat yang dapat memenuhi uji yaitu data harus berdistribusi normal. Data normal bila

Sig. Kolmogorov-Smirnov hitung > Sig. α (0,05)(Praptomo et al., 2016).

Analisa bivariat yaitu dua variabel. Analisa bivariat menggunakan tabel silang

untuk menyoroti dan menganalisis perbedaan atau hubungan antara dua variabel.

Rumus yang digunakan dalam pengujian ini korelasi pearson product moment, sebagai

berikut :

Keterangan :

rxy = koefesien korelasi

∑X = jumlah skor butir

∑Y = jumlah skor total

N = jumlah sampel
47

Kesimpulan :

H1 = 0,001 < 0,05 = ada hubungan antara dukungan keluarga dan kemampuan self care

pada pasien hipertensi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat

4.13 Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin kepada

instusi pada tempat penelitian yang akan dituju dengan membawa rekomendasi dari

instusi. Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti dapat melakukan penelitian dengan

menekankan masalah etika sebagai berikut :

1. Informed Consent

Informed Consent adalah suatu bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Lembar

persetujuan diberikan sebelum melakukan penelitian dengan tujuan agar agar

responden mengerti maksud dan tujuan penelitian. Apabila responden bersedia

maka responden harus menandatangani lembar persetujuan. Apabila respnden

tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati keputusan dan hak pasien

(Hidayat, 2008).

2. Anonimity

Masalah etika keperawatan tidak mencantumkan nama nama responden

pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data

atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2008).

3. Confidentiality
48

Masalah etika keperawatan memberikan jaminan kepada responden dengan

menjaga kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi ataupun masalah lainnya.

Semua informasi yang telah di dapat atau dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset

(Hidayat, 2008).

Penelitian ini sudah melakukan Ethical Clearence di Komisi Etik Penelitian

Universitas Muhammadiyah Malang dengan nomor surat NO: E.5.a/128/KEPK-

UMM/IV/2018 dan dinyatakan Laik Etik.


49

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA

Dalam penelitian ini akan di uraikan hasil penelitian mengenai hubungan antara

dukungan keluarga dan kemampuan self care pada pasien hipertensi. Hasil penelitian ini

meliputi data umum dan data khusus. Data umum yaitu karakteristik penderita

hipertensi seperti : (1) karakteristik responden berdasarkan usia; (2) karakteristik

responden berdasarkan pendidikan terakhir; (3) lama menderita hipertensi (4) jenis

pekerjaan (5) Jenis kelamin. Sedangkan data khusus berisi tujuan penelitian seperti: (1)

mengidentifikasi dukungan keluarga pada penderita hipertensi, (2) mengidentifikasi

kemampuan self care pada penderita hipertensi; (3) menganalisis hubungan antara

dukungan keluarga dan kemampuan self care pada penderita hipertensi.

5.1 Karakteristik Responden Penilaian Usia, Pendidikan Terakhir, Lama


Menderita Hipertensi, Jenis Pekerjaan dan Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan usia, pendidikan terakhir, lama menderita

hipertensi, jenis pekerjaan dan jenis kelamin akan di paparkan pada tabel 5.1 dan 5.2

sebagai berikut :
50

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan terakhir, Jenis Pekerjaan dan
Jenis Kelamin di RW 15 Kelurahan LowokwaruWilayah Kerja Puskesmas Kendalsari
Kota Malang pada Tahun 2018 (n=41)

No Karakteristik Jumlah Frekuensi Presentase


(%)
1 Pendidikan Terakhir
- SD 24 58,5%
- SMP/ SLTP 41 7 17,1%
- SMA/ SMK/ 9 22%
SLTA/STM
- Tidak Sekolah 1 2,4%
2 Jenis Pekerjaan
- IRT 23 56,1%
- Tukang Bangunan 41 3 7,3%
- Petani 2 4,9%
- Pedagang 3 7,3%
- wasta 10 24,4%
3 Jenis Kelamin
- Perempuan 41 29 70,7 %
- Laki – laki 12 29,3%

Tabel 5.1 menunjukan bahwa jenis kelamin terbanyak yang menderita

hipertensi pada penelitian ini adalah perempuan 29 orang (70,7%), rata – rata

bekerja sebagai ibu rumah tangga (56,1%) dan mayoritas pendidikan terakhir

adalah sekolah dasar (SD) 24 orang (58,5%).

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia dan Lama Menderita Hipertensi di
RW 15 Kelurahan Lowokwaru Wilayah Kerja Puskesmas Kendalsari Kota Malang pada
Tahun 2018 (n=41)

No Karakteristik Nilai min – Mean Median Standar


max Deviasi
1 Usia (dalam 24 – 65 48. 4878 50 11.28300
tahun)
2 Lama Menderita 1 – 18 4.4390 4 3.248452
Hipertensi (dalam
tahun)

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan bahwa orang yang menderita hipertensi di

RW 15 Kelurahan Lowokwaru wilayah kerja Puskemas Kendalsari Kota Malang rata –

rata berusia 48 tahun, dan rata – rata lama menderita hipertensi 4 tahun.
51

5.2 Distribusi Data Dukungan Keluarga pada Pasien Hipertensi di RW 15


Kelurahan Lowokwaru Wilayah Kerja Puskesmas Kendalsari Kota Malang
pada Tahun 2018

Tabel 5. 3 Distribusi data Dukungan Keluarga pada Pasien Hipertensi di RW 15 Kelurahan


Lowokwaru Wilayah Kerja Puskesmas Kendalsari Kota Malang pada Tahun 2018 (n=41)

Responden Skor Dukungan Keluarga

1 33
2 38
3 39
4 35
5 25
6 26
7 23
8 23
9 23
10 28
11 30
12 22
13 26
14 36
15 24
16 21
17 36
18 27
19 30
20 21
21 28
22 37
23 30
24 42
25 43
26 26
27 36
28 38
29 40
30 40
31 28
32 40
33 40
34 40
35 37
36 43
37 41
38 36
39 39
40 39
41 34
Mean 32,75
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukan data mengenai dukungan keluarga yang

dimiliki oleh responden hasil skor mean sebesar 32,75 dari rentang 12-48.
52

Tabel 5. 4 Frekuensi Kuesioner Dukungan Keluarga pada Pasien Hipertensi di RW 15 Kelurahan


Lowokwaru Wilayah Kerja Puskesmas Kendalsari Kota Malang pada Tahun 2018 (n=41)

No Item Item Pertanyaan Mean Median SD Rank

Kuesioner

1 Mendampingi pasien 2.7073 3.000 1,03 7

2 Perhatian dan pujian 2.5122 3.000 0,74 9


Dukungan
Emosional
3 Penghargaan Kasih sayang 2.7561 3.000 0,76 6

4 Keluarga memahi 2.4146 2.000 0,70 12


penyakit yang dialami
klien
5 Memberikan waktu dan 2.8293 3.000 0,73 4
fasilitas kepada pasien
6 Keluarga berperan aktif 2.8049 3.000 0,60 5
Dukungan dalam pengobatan
Nyata pasien
7 Keluarga membiayai 3.000 3.000 0,89 2
pengobatan
8 Keluarga mencarikan 2.4878 2.000 0,59 11
sarana untuk
kesembuhan

9 Memberitahu hasil 3.1463 3.000 0,85 1


pemeriksaan
10 Keluarga mengingatkan 2.9024 3.000 1,01 3
Dukungan untuk minum obat
Informasi
11 Keluarga mengingatkan 2.6585 3.000 0,91 8
hal – hal yang dapat
memperburuk penyakit
12 Keluarga menjelaskan 2.5610 3.000 0,89 10
informasi tentang
penyakit saya
53

Berdasarkan tabel 5.4 frekuensi kuesioner dukungan keluarga ada pasien

hipertensi didapatkan bahwa pernyataan yang memiliki mean tertinggi adalah pernyataan

(9) “Keluarga memberitahu tentang hasil pemeriksaan dan pengobatan dari dokter yang

merawat kepada saya”, dengan mean 3.146 yaitu pada item kuesioner dukungan

informatif. Pernyataan yang memiliki mean terendah terdapat pada nomor (4) “Keluarga

dan tetangga memaklumi bahwa sakit yang saya alami sebagai suatu musibah”, dengan

mean 2.4146 yaitu pada item kuesioner dukungan emosional penghargaan. Pernyataan

(9) memiliki nilai mean, median, dan standar deviasi berturut – turut adalah 3.1463; 3.000;

0,85. Standar deviasi yang dimiliki oleh pernyataan (9) lebih kecil dari nilai meannya

(0,85<3.1463), yang berarti variasi data pernyataan (9) rendah. Nilai mean 3.1463 pada

item kuesioner dukungan informasi menunjukan bahwa partisipan dalam penelitian ini

memiliki tingkat dukungan dari keluarga yang bagus dalam hal memberitahu atau

memberikan informasi tentang hasil pemeriksaan dan pengobatan kepada keluarga yang

sakit dengan upaya agar mengetahui hasil pemeriksaan dan dapat mengontrol kesehatan

untuk upaya penyembuhan. Pernyatan (4) memiliki nilai mean, median ¸dan standar

deviasi berturut – turut adalah 2.4146; 2000; 0,70. Standar deviasi yang dimiliki oleh

pernyataan (4) lebih kecil dari nilai meannya (0,70<2.4146), berarti variasi data pernyaan

(4) rendah. Nilai mean sebesar 2.4146 pada item kuesioner dukungan emosional dan

penghargaan menunjukan bahwa partisipan dalam penelitian ini memiliki dukungan

yang kurang dari keluarga yang memaklumi bahwa sakit yang dialami pasien sebagai

suatu musibah. Semakain randah standar deviasi maka semakin rendah penyimpangan

data dari rata – rata hitungnya, sehingga dikatakan bahwa data tersebut memiliki

variabilitas yang rendah. Variabilitas yang rendah daiartikan bahwa data diantara anggota

elemen bersifat homogen, dan sebaliknya.


54

5.3 Distrubusi Data Kemampuan Self Care pada Pasien Hipertensi di RW 15


Kelurahan Lowokwaru Wilayah Kerja Puskesmas Kendalsari Kota Malang
pada Tahun 2018 (n=41)

Tabel 5. 5 Distribusi Data Kemampuan Self Care pada Pasien Hipertensi di RW 15 Kelurahan
Lowokwaru Wilayah Kerja Puskesmas Kendalsari Kota Malang pada Tahun 2018 (n=41)

Responden Skor Kemampuan Self Care

1 57
2 63
3 54
4 61
5 50
6 65
7 41
8 54
9 28
10 69
11 60
12 40
13 30
14 62
15 52
16 45
17 51
18 64
19 63
20 31
21 62
22 62
23 52
24 66
25 54
26 34
27 59
28 52
29 65
30 58
31 40
32 60
33 57
34 42
35 61
36 41
37 64
38 56
39 75
40 65
41 65
Mean 54,39
Sumber : Data Primer

Tabel 5.5 diatas menunjukan skor kemampuan self care pada responden memiliki

mean 54,39 dari rentang skor 20 - 80.


55

Tabel 5. 6 Frekuensi Kuesioner Kemampuan Self Care pada Pasien Hipertensi di RW 15 Kelurahan
Lowokwaru Wilayah Kerja Puskesmas Kendalsari Kota Malang pada Tahun 2018 (n=41)

No Item Item Pertanyaan Mean Median SD Rank


Kuesioner

1 Periksa tekanan darah 2.9268 3.000 0,75 3

2 Makan sayuran dan buah 3.3659 3.000 0,69 1

3 Melakukan pemanasan 2.5366 3.000 1,20 17


tubuh
4 Patuh ada saran dokter 3.0732 3.000 1,10 2
dan perawat
Pemeliharaan
5 Olahraga 30 menit 2.1951 2.000 0,98 20
Kesehatan
6 Minum obat hipertensi 2.8049 3.000 1,16 7

7 Menghindari makanan 2.7561 3.000 0,91 10


asin
8 Membuat jadwal minum 2.5610 3.000 0,89 16
obat
9 Menghindari minuman 2.8537 3.000 1.10 4
alkohol dan bersoda
10 Menghindari makanan 2.2972 2.000 0,81 19
yang berlemak

No Item Item Pertanyaan Mean Median SD Rank


Kuesioner

11 Cek kesehatan ketika 2.7073 3.000 0,95 11


mengalami perubahan
kesehatan
12 Berusaha makanan 2.5366 3.000 0,86 18
rendah garam
13 Mengurangi hal yang 2.5854 3.000 0,89 15
Manajemen
dapat meninbulkan setres
56

14 Kesehatan Minum obat ketika 2.7805 3.000 0,93 9


tekanan darah naik
15 Bertanya kepada dokter 2.6098 3.000 0,86 13
dan perawatan tentang
hipertensi
16 Melakukan perawatan 2.6098 3.000 0,89 14
hipertensi secara teratur

17 Melakukan pengontrolan 2.8293 3.000 0,73 6


tekanan darah
18 Mengikuti pengobatan 2.8049 3.000 0,84 8
Keyakinan
19 melakukan Berusaha menjaga tekana 2.7073 3.000 0,74 12
darah
perawatan
20 Mengambil tindakan 2.8537 3.000 0,69 5
untuk bisa mengendalikan
hipertensi

Berdasarkan tabel 5.6 frekuensi kuesioner kemampuan self care pada pasein

hipertensi bahwa di pernyataan (2) pada item kuesioner pemeliharaan kesehatan “Saya

makan buah – buahan dan sayuran” , memiliki nilai mean tertinggi yaitu 3.3659, median

3.000, dan standar deviasi 0,69. Standar deviasi dari pernyataan no (2) lebih kecil dari

nilai meannya (0,69<3.3659), berarti variasi data pernyataan (2) rendah. Nilai mean 3.3659

pada item kuesioner pemeliharaan kesehatan menunjukan bahwa responden dalam

penelitian ini memiliki tingkat kemampuan dalam perawatan diri yaitu dalam

pemeliharaan kesehatan yang tinggi dengan cara makan buah – buahan dan sayuran.

Pernyataan (5) “Saya olahraga selama 30 menit untuk membantu tekanan darah normal”

memliki nilai mean terendah yaitu 2.1951, median 2.000 dan standar deviasi 0,98. Standar

deviasi yang dimiliki oleh pernyataan (5) lebih kecil dari nilai meannya (0,98<2.1951),

berarti variasi data pernyataan (5) rendah. Nilai mean 2.1951 menunjukan bahwa

responden dalam penelitian ini memiliki tingkat upaya olahraga selama 30 menit untuk

membantu tekanan darah normal yang kurang. Semakin rendah standar deviasi maka

semakin rendah penyimpangan data dari rata – rata hitungny, sehingga dikatakan bahwa
57

data tersebut memiliki variabilitas yang rendah. Variabilitas yang rendah diartikan bahwa

data diantara anggita elemen bersifat homogen dan sebaliknya.

5.4 Hubungan antara Dukungan Keluarga dan Kemampuan Self Care pada
Pasien Hipertensi di RW 15 Kalurahan Lowokwaru Wilayah Kerja
Puskesmas Kendalsari Kota Malang

Hasil hubungan antara dukungan keluarga dan kemampuan self care pada pasien

hipertensi di RW 15 Kelurahan Lowokwaru wilayah kerja Puskesmas Kendalsari Kota

Malang pada tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut ini :

Tabel 5. 7 Hubungan antara Dukungan Keluarga dan Kemampuan Self Care pada Pasien
Hipertensi di RW 15 Kelurahan Lowokwaru Wilayah Kerja Puskesmas Kendalsari Kota
Malang pada Tahun 2018 (n=41)

Correlations
Dukungan
keluarga selfcare
dukungankeluarga Pearson Correlation 1 .486**
Sig. (2-tailed) .001
N 41 41
selfcare Pearson Correlation .486** 1
Sig. (2-tailed) .001
N 41 41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil uji korelasi Product Moment di dapatkan nilai p = 0.001 yang lebih kecil dari

Alpha (0.05), maka H1 diterima, dalam penelitian ini artinya ada hubungan antara

dukungan keluarga dan kemampuan self care pada pasien hipertensi. Angka koefisien

korelasi (0,486) menunjukan tingkat hubungan antara variabel dukungan keluarga dan

self care pada pasien hipertensi masuk dalam kekuatan korelasi sedang. Dukungan

keluarga yang tinggi akan meningkatkan kemampuan self care pada pasien hipertensi.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

dukungan keluarga dan kemampuan zelf care pada pasien hipertensi.


58

BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas tentang hasil yang telah didapatkan pada penelitian

tentang Hubungan antara dukungan keluarga dan kemampuan self care pada pasien

hipertensi di RW 15 Kelurahan Lowokwaru wilayah kerja Puskesmas Kendalsari Kota

Malang. Pembahasan ini meliputi gambaran dukungan keluarga, gambaran kemampuan

self care, hubungan antara dukungan keluarga dan kemampuan self care, keterbatasan

penelitian, dan implikasi dalam keperawatan.

6.1 Gambaran Dukungan Keluarga pada Pasien Hipertensi di RW 15

Kelurahan Lowokwaru Wilayah Kerja Puskesmas Kendalsari Kota

Malang

Penelitian yang telah dilakukan di RW 15 Kelurahan Lowokwaru Kota Malang

memiliki mean dukungan keluarga sebesar 32.75 dari nilai maksimal 48. Menurut Samal

(2017) Keluarga berperan sangat penting dalam perawatan dan dukungan, perhatian dan

dukungan keluarga yang tinggi dapat meningkatkan kepatuhan pengobatan, dan

mengurangi tingkat kegagalan dalam perawatan Keluarga berperan penting dalam

memberikan dukungan pada seseorang yang menderita penyakit kronik dalam

melakukan self care. Penelitian yang dilakukan Gaugler (2015), menyebutkan bahwa

keterlibatan keluarga sangat penting bagi pasien dengan penyakit kronik yang

membutuhkan perawatan jangka panjang. Dibutuhkan kesiapan dan kemantapan dalam

diri pasien untuk merubah gaya hidup dan perilakunya sehari-hari, sehingga pasien

memiliki keyakinan akan kemampuannya merawat diri. Bandura (2011), berpendapat

bahwa keyakinan seseorang tentang kemampuan yang mereka miliki akan menghasilkan

tindakan yang ingin dicapai dan mempunyai pengaruh pada kehidupan mereka
59

Dukungan keluarga dalam penelitian ini terdiri dari dukungan emosional

penghargaan, dukungan konkrit, dan dukungan informasi (Whelton, 2017). Berdasarkan

tiga item dukungan keluarga, item yang memiliki rata – rata skor paling tinggi adalah

item dukungan informasi, yaitu memberitahu hasil pemeriksaan, hal tersebut

menunjukan bahwa partisipan dalam penelitian ini memiliki tingkat dukungan keluarga

yang bagus dalam hal mendapatkan informasi tentang hasil pemeriksaan dengan upaya

agar pasien dapat mengontrol kesehatannya agar mencapai tingkat kesembuhan dan

mencegah komplikasi. Item yang memiliki rata – rata skor paling rendah adalah item

dukungan emosional penghargaan yaitu keluarga memaklumi penyakit yang dialami

klien, hal tersebut menunjukan bahawa partisipan kurang mendaptkan dukungan dari

keluarga yang memaklumi sakit yang dialami klien sebagai suatu musiabah.

Menurut Scheurer (2012) pembagian jenis dukungan keluarga adalah dukungan

instrumental, dimana keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit,

apabila salah satu keluarga ada yang sakit, secara nyata keluarga harus memberikan

pertolongan, dalam hal tersebut penderita hipertensi memerlukan pertolongan keluarga.

Selain itu jenis dukungan keluarga yaitu dukungan informasional, keluarga berfungsi

sebagai kolektor dan desiminator (penyebar) informasi, dalam penelitian ini keluarga

dapat mendukung penderita dengan memberikan infromasi yang adequat. Dukungan

keluarga yang terakhir yaitu dukungan emosional, keluarga sebagai sebuah tempat yang

aman dan damai untuk isttrahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap

emosi. Responden dalam penelitian ini merasakan dukungan keluarga sebagai faktor

penunjang kepatuhan mereka dalam mengontrol tekanan darahnya.

Menurut Araujo (2016), dukungan keluarga adalah bantuan atau pertolongan

yang diberikan oleh anggota keluarga. Ketika keluarga berbagi masalahnya dengan sitem

dukungan sosial maka saran dan bimbinggan akan diberikan kepada klien. Menciptakan
60

lingkungan yang penuh kasih sayang, mengarahkan dan menemukan sumber perawatan

serta memberikan bantuan finansial merupakan bentuk umum dari dukungan keluarga.

Menurut Osamor (2015), dukungan sosial akan meningkatkan kesadaran untuk

menggunakan pelayanan kesehatan yang merupakan salah satu komponen penting dari

kepatuhan.

Responden yang digunakan pada penelitian ini umur 24 sampai 65 tahun dan

usia rata – rata pasien hipertensi dalam penelitian ini adalah 48 tahun. Tekanan darah

meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Semakin tinggi usia seseorang beresiko

terjadinya hipertensi karena proses degenerasi (Hörnsten et al., 2016). Dukungan

keluarga memberikan pengaruh positif pada pasien yang mengalami penyakit kronis

yang memasuki lanjut usia. Seseorang yang memasuki lanjut usia mengalami penurunan

fungsi kognitif, fisik dan psikis, sehingga membutuhkan perhatian, kenyamanan dan

kasih sayang dari keluarga (Diah, 2016). Semakin tinggi usia seseorang semakin

membutuhkan dukungan dari anggota keluarganya untuk meningkatkan rasa aman dan

rasa percaya diri pasien yang hilang karena kondisi fisik yang dialaminya (Mugie, 2014).

Pasien yang memiliki dukungan keluarga yang baik lebih patuh dalam

pengobatan dan perawatan dibandingkan dengan pasien yang memliki dukungan

keluarga kurang (Akintunde et al., 2015). Dukungan yang diberikan kepada anggota

keluarga yang menderita hipertensi menunjukan kepedulian keluarga sehingga pasien

hipertensi akan termotivasi untuk memperatahankan kesehatannya dengan mengikuti

pengobatan dengan teratur, menjaga pola makan, olahraga, management stres dan

menjaga kesehatannya (Lubis, 2013). Dukungan keluarga dapat mengurangi resiko

komplikasi pada penyakit kronis, memiliki efek positif pada psikososial, meningkatkan

perilaku diet dan olahraga yang baik, dan dapat mengendalikan emosi secara positif

(Pamungkas, Chamroonsawasdi, & Vatanasomboon, 2017). Manajeman kesehatan yang


61

berbasis keluarga sangat mudah untuk dilakukan untuk memberikan bantuan kepada

anggota keluarga yang sakit untuk manajemen kondisi kesehatan khususnya pada pasien

dengan penyakit kronis seperti hipertensi dengan tujuan mencapai kesehatan yang lebih

baik (Shen et al., 2017).

Ada beberapa responden mendapatkan dukungan keluarga di bawah nilai rata-

rata, dimana hal ini dapat berimbas pada kepatuhan terhadap pengobatan. Hal ini

terlihat dari hasil observasi peneliti saat pengambilan data masih ada responden yang

merasa kurang dekat dengan keluarga dan takut merepotkan keluarganya, sehingga saat

mereka butuh bantuan mereka malu untuk meminta bantuan dan akhirnya akan

mengakibatkan ketidakpatuhan dalam pengobatan. Pernyataan tersebut dapat didukung

oleh penelitian Ojo dkk (2016) responden yang memiliki dukungan keluarga rendah

34% akan mengakibatkan pada tingkat kepatuhan yang rendah 27%. Ojo dkk (2016)

pasien hipertensi yang tidak mendapatkan dukungan keluarga menyebabkan

menurunnya kebiasaan hidup sehat, tidak patuh mengikuti pengobatan, dan

mengabaikan saran dokter.

6.2 Gambaran Kemampuan Self Care Pada Pasien Hipertensi di RW 15

Kelurahan Lowokwaru Wilayah Kerja Puskesmas Kendalsari Kota

Malang

Self care yaitu aktivitas di kehidupan sehari – hari yang di laksanakan untuk

menjaga kulaitas hidup dan mencapai kesejahteraan yang optimal. Beberapa kegiatan self

care direkomendasikan pada klien yang mengalami penyakit kronis yaitu klien dengan

perawatan medis, klien yang membutuhkan pemantauan (pemantauan tekanan darah

untuk hipertensi) (White, 2016). Tekanan darah tinggi berhubungan dengan gaya hidup,

modifikasi gaya hidup menjadi salah satu tujuan utama untuk membantu pasien

mengontrol tekanan darah. Self care merupakan kegiatan yang dilakukan oleh individu
62

dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, dan memulihkan

kesehatan.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan nilai mean kemampuan self care

pada pasien hipertensi sebesar 54.39 dari rentang skor 20-80.. Berdasarkan data tersebut

yang memiliki tingkat kemampuan self care diatas rata - rata lebih banyak daripada

responden yang memiliki kemampuan self care dibawah rata - rata. Berdasarkan hasil

tersebut diketahui self care pada penderita hipertensi di RW 15 Kelurahan Lowokwaru

Kota Malang sebagain besar cukup baik. Pada penelitian ini self care diukur berdasarkan

kepatuhan dalam mengkonsumsi obat anti hipertensi, kepatuhan diit rendah garam,

aktivitas olah raga dan rutinitas melakukan pemeriksaan tekanan darah. Hal dikukung

oleh penelitian Akhter (2010) yang menjelaskan self care penderita hipertensi dapat

dilakukan dengan menerapkan 5 komponen self care pada klien diabetes yang disesuaikan

dengan perawatan diri pada penderita hipertensi. Kelima komponen tersebut yaitu

integrasi diri, regulasi diri, interaksi dengan tenaga kesehatan dan lainnya, pemantauan

tekanan darah, dan kepatuhan terhadap aturan yang dianjurkan. Hal tersebut

dikarenakan hipertensi dan diabetes merupakan penyakit kronis yang membutuhkan

pengontrolan pada darah.

Indikator kemampuan self care dalam penelitian ini terdiri dari pemeliharaan

kesehatan, manajemen kesehatan, dan keyakinan dalam melakukan perawatan (Dickson,

2017). Berdasarkan tiga item kemampuan self care, item yang memiliki rata – rata skor

paling tinggi adalah dalam item pemeliharaan kesehatan yaitu responden mengkonsumsi

buah – buahan dan sayur – sayuran dan menghindari makanan yang asin. untuk

mengontrol tekanan darah, hal tersebut menunjukan bahwa responden dalam penelitian

ini memiliki tingkat kemampuan dalam kegiatan self care untuk memelihara kesehatan

tekanan darah dengan memperhatikan diitnya seperti makan sayuran, buahan, dan diit
63

rendah garam. Pentingnya diit pada pasien hipertensi seperti dijelaskan oleh penelitian

Puspita, et al (2012) menjelaskan diit merupakan salah satu cara untuk mengatasi

hipertensi tanpa efek samping yang serius karena metode pengendaliannya yang alami.

Mengurangi asupan garam, memperbanyak serat, menghentikan kebiasaan buruk seperti

merokok, minum kopi, mengkonsumsi alcohol, memanfaatkan sayuran dan bumbu

dapur serta mengkonsumsi obat secara teratur akan membantu dalam menurunkan

tekanan darah. Pada penelitian ini pasien yang patuh dalam melakukan diet rendah

garam tingkat kekambuhannya rendah. Menurut penelitian lain pasien yang melakukan

kegiatan self care melaporkan bahwa mereka mengalami perubahan hidup yang lebih baik

(54,3%; P = 0,037) mencapai tekanan darah normal, yang menunjukan bahwa tingkat

perawatan yang dilakukan mencapai hasil yang baik (Mendes et al., 2015). Kegiatan self

care menurut Kresheh & Mohamed (2016) self care pada klien hipertensi meliputi

pengobatan, mengurangi asupan garam, pengaturan pola makan, pengontrolan berat

badan, aktivitas dan olahraga.

Faktor – faktor yang mempengaruhi self care yaitu adalah usia, rata – rata usia

responden dalam penelitian ini adalah 48 tahun. Peningkatakan usia menyebabkan

terjadinya peningkatan kedewasaan atau kematangan seseorang sehinga pasien dapat

berfikir secara rasional tentang manfaat yang akan dicapai jika pasien melakukan

aktivitas self –care hipertensi secara adequat dalam kehidupannya sehari – hari. Semakin

tinggi usia seseorang maka akan terjadi peningkatan dalam aktivitas self – care (Chang &

Lee, 2015).

Jenis kelamin adalah salah satu faktor yang mempengaurhi self –care, berdasarkan

jenis kelamin sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah perempuan (70,7%).

Menurut Fazel dkk (2016) wanita memiliki kepatuhan yang tinggi dalam hal minum obat

dibandingkan pria. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Han dkk (2014) bahwa klien
64

dengan jenis kelamin perempuan menunjukan kepatuhan dalam kegiatan menjaga berat

badan, mengurangi konsumsi garam, dan minum obat teratur lebih baik dibandingkan

laki – laki.

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi self care (Chang &

Lee, 2015). Rata - rata tingkat pendidikan responden adalah pendidikan dasar yaitu 24

orang (58,5%), dan sisanya tingkat pendidikan menengah dan tinggi. Pendidikan

merupakan faktor penting yang perlu dimiliki pasien hipertensi, karena pendidikan

merupakan indikator terhadap pengertian pasien tentang perawatan, penatalaksanaan

diri, dan pengontrolan tekanan darah (Hussein et al., 2014). Pendidikan yang baik akan

mengahailkan perilaku positif sehingga lebih terbuka dan obyektif dalam menerima

informasi, khususnya informasi tentang penatalaksanaan hipertensi. Keterbukaan pasien

hipertensi terhadap informasi kesehatan akan menuntun pasien untuk aktif menjalankan

aktivitas self care, sehingga tekanan darah dapat terkendali dan status kesehatan pasien

tetap stabil (Dahmardeh et al., 2017).

Kegiatan self-care sangat penting untuk dipahami dan dilaksanakan oleh pasien

hipertensi, karena merupakan cara yang efektif untuk memantau tekanan darah. Pasien

hipertensi diharapkan mampu melakukan aktivitas self-care dengan konsisten setiap hari

sehingga dapat tercapai tekanan dalam batas normal dan meminimalisasi terjadinya

komplikasi (Chang & Lee, 2015). Perilaku self-care dapat terlaksana dengan baik bila

pasien memiliki kesadaran dan kemauan untuk menjalankan aktivitas self-are. Kegiatan

self-care hipertensi meliputi pengobatan, mengurangi asupan garam, pengontrolan pola

makan, pengontrolan berat badan dan melakukan aktivitas dan olahraga (Batool et al.,

2016).

Hasil kuisioner menunjukkan bahwa responden telah mengkonsumsi makanan

yang dianjurkan dan dilarang bagi pasien hipertensi (seperti rendah garam, rendah
65

lemak, buah dan sayur), melakukan olahraga, mengendalikan stress, tidak merokok,

dapat menjaga berat badan dan dapat memonitoring tekanan darah. Menurut Cameron

& Thomson (2012) mengatakan self care merupakan suatu proses yang melibatkan

individu dalam pengelolaan kesehatannya dengan mengadopsi keterampilan dan perilaku

untuk mencegah penyakit, merawat dan pemulihan kesehatan. Kegiatan self care

melibatkan kemampuan indivividu merawat dirinya sendiri untuk mempertahankan

kesehatannya secara optimal (Richard, 2012). Hal serupa dikemukakan oleh Findlow,

Seymour dan Huber (2012) yang berpendapat bahwa aktivitas dan melakukan perawatan

diri sangat berpengaruh dalam pengendalian tekanan darah.

Sebanyak 15 orang responden dengan self care di bawah nilai skor rata - rata, hal

tersebut menunjukkan responden kurang mempunyai kesadaran melakukan self care atau

responden tidak patuh melakukan anjuran dokter. Hasil penelitian pada responden

dengan dengan self care kategori rendah rata-rata patuh dalam mengkonsumsi obat

antihipertensi, kurang melakukan aktivitas olahraga, dan tidak patuh dalam melakukan

diet rendah garam. Pentingnya self care bagi penderita hipertensi didukung oleh penelitian

yang dilakukan Martiningsih (2012) yang menjelaskan self care merupakan ukuran

individu dalam perilaku menjaga kesehatan setiap hari. self care merupakan indikator

keberhasilan setiap individu. Jika self care baik maka dengan sendirinya kekambuhan

hipertensi akan dapat dikontrol.

6.3 Hubungan antara Dukungan Keluarga dan Kemampuan Self Care pada
pasien Hipertensi di RW 15 Kelurahan Lowokwaru Wilayah Kerja
Puskesmas Kendalsari Kota Malang

Self care hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah

dukungan keluarga. Berdasarkan hasil penelitian pada 41 responden di RW 15

Kelurahan Lowokwaru Kota Malang hasil uji product moment didapatkan nilai P value

yaitu 0.001 maka H1 diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
66

dukungan keluarga dan kemampuan self care pada pasien hipertensi, serta hasil kekuatan

korelasi product moment sebesar 0.486 dimana menandakan bahwa kekuatan hubungan

dalam penelitian mengenai dukungan keluarga dan kemampuan self care pada pasien

hipertensi adalah sedang dan bernilai positif artinya terjadi hubungan searah, maka hal

ini dapat disimpulkan bahwa semakin bagus dukungan keluarga maka kemampuan

dalam melakukan self care akan semakin bagus, dan sebaliknya jika semakin bagus

kemampuan self care maka makin bagus pula dukungan keluarga yang dimiliki pasien

hipertensi. Hasil ini didukung oleh Mohsen dkk (2013) bahwa partisipasi dan dukungan

keluarga dapat memainkan peran dalam perilaku self care dan efesiensi pengendalian

penyakit. Keluarga dapat mempengaruhi keberhasilan dan stabilitas pasien dari

perubahan perilaku mereka dalam program perawatan secara mandiri.

Dukungan keluarga merupakan hal yang penting dalam manajemen hipertensi

jangka panjang, untuk membantu pasien hipertensi merubah gaya hidup yang lebih baik.

Dukungan keluarga yang kuat akan meningkatkan harga diri dan motivasi pasien untuk

melakukan kegiatan self care. Penelitian lain menunjukan bahwa dukungan keluarga yang

tinggi lima kali lebih kuat untuk mengendalaikan hipertensi daripada pasien yang tidak

mendapatkan dukungan keluarga (OR = 4,778, 95% CI = 2,569 - 8.887). (Ojo et al.,

2016). Self care yang tinggi akan memberikan dampak positif pada pasien yang menderita

penyakit kronis, terutama pada pasien hipertensi. Perilaku self care telah di

rekomendasikan sebagai salah satu faktor penentu untuk mengontrol tekanan darah agar

tetap normal dengan menekankan perilaku pengobatan secara teratur, diet rendah

garam, aktivitas dan olahraga (Afrasiabifar et al., 2016)

Penelitian lain menunjukan 37,5% sampel memiliki dukungan sosial yang tinggi,

hubungan yang signifikan di temukan antara dukungan sosial dan komponen

manajemen tekanan darah (self-monitoring, self care, dan kepatuhan dalam pengobatan)
67

(P<0,005). Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa dukungan sosial memiliki

hubungan yang signifikan sengan manajemen hipertensi. Dukungan yang diberikan

dapat meningkatkan status kesehatan pasien, termasuk pengendalian tekanan darah

(Omidi et al., 2017)

Berdasarkan penelitian lain menunjukan bahwa anggota keluarga terlibat dalam

membantu pasien hipertensi untuk melakukan perawatan diri, keluarga mengingatkan

untuk minum obat, mendorong untuk melakukan kativitas fisik, melakukan cek tekanan

darah secara rutin, dan membantu menyiapkan makanan yang sehat (Flynn et al., 2013).

Menurut Shen et al (2017) dukungan dan pengawasan dari anggota keluarga merupakan

salah satu cara yang efektif untuk memantau kepatuhan klien hipertensi dalam

melakukan kegiatan self care, yaitu pemantauan kesehatan, dan mengawasi pasien dalam

menjalani pengobatan jangka panjang untuk mencapai kesehatan yang lebih baik

khusunya pada pasien hipertensi. Menurut Jennifer et al (2017) dukungan keluarga

memiliki manfaat yang sangat penting dalam meningkatkan kesehatan dan kemampuan

kemandirian pasien dalam melakukan berbagai kegiatan self care.

Studi - studi tentang dukungan keluarga telah mengkonseptualisasi dukungan

keluarga sebagai koping keluarga, baik dukungan - dukungan yang bersifat ekstenal

maupun internal terbukti sangat bermanfaat (Harnilawati, 2013). Salah satu cara

penyediaan pelayanan keluarga adalah melalui dukungan keluarga. Keluarga melibatkan

pelayanan dan aktivitas self care (perawatan diri ) bagi angggota keluarga oleh pasangan,

saudara, atau orang tua. Aktivitas yang di berikan meliputi self care (mandi, makan,

berdandan), mengawasi komplikasi, melakukan aktivitas harian penting dan memberikan

dukungan emosional maupun mengambil keputusan yang penting (Patricia, Potter, dan

Perry, 2010). Self care hipertensi berkontribusi pada masalah layanan kesehatan, diet,

pembatasan asupan natrium dan cairan, mengontrol berat badan, meningkatkan


68

aktivitas. Berbagai penelitian menunjukan bahwa perilaku self care dapat secara signifikan

mengurangi jumlah biaya rawat inap, kematian dan biaya perawatan. Pada pasien

hipertensi penyediaan dukungan keluarga yang efesien untuk melakukan self care sangat

penting (Mohsen et al., 2013).

Penderita Hipertensi di RW 15 Kelurahan Lowokwaru mengetahui perawatan

yang dapat dilakukan sendiri secara dasar seperti pemeriksaan tekanan darah normal,

makanan yang harus dihindari penderita hipertensi, olahraga untuk membantu

menstabilkan tekanan darah. Penderita hipertensi percaya bahwa hal yang dapat

membantu menjaga kondisi kesehatan yaitu mampu merawat diri dan memiliki

managemen diri yang baik. Hal ini terjadi karena penderita hipertensi cenderung untuk

berusaha memperoleh kesembuhan dengan melakukan tindakan pengobatan di pusat

layanan kesehatan. `

Perawatan diri atau selfcare merupakan teori yang dikemukakan oleh Dorothea E.

Orem, Menurut teori yang dikemukakan orem 1991 bahwa para praktisi kesehatan dan

pasien harus meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang penyakit dan

perawatan diri. Manusia merupakan individu yang bertanggung jawab pada perawatan

diri yang dilakukan. Mashitoh tahun 2016 merekomendasikan model selfcare agar

aplikasikan dan digunakan dalam pasien hipertensi dan keluarga. Maka dari itu

perawatan diri harus dibekali dengan pengetahuan yang baik untuk meningkatkan

kesehatan. Masyarakat dengan pendidikan rendah merupakan tanggung jawab

pemerintah dan petugas kesehatan untuk diberikan penyuluhan tentang perawatan diri

(self care).
69

6.4 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian

yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang

terjadi di dalam masyarakat. Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan Cross

Sectional. Penelitian ini dilakukan dengan mencari hubungan antara dukungan keluarga

dan kemampuan Self Care pada Pasien Hipertensi.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan – keterbatasan yang dialami oleh

peneliti. Keterbatasan yang diidentifikasi oleh peneliti saat melaksanakan penelitian

antara lain :

1. Instrumen dan alat ukur dalam penelitian ini adalah kuesioner. Beberapa

kelamahan dari kuesioner adalah pertanyaan/ pernyataan dapat

diinterpretasikan berbeda oleh tiap responden. Selain itu pada pengumpulan

data menggunakan kuesioner memungkinkan responden tidak mengerti

pertanyaan/pernyataan yang dimaksud sehingga hasilnya kurang mewakili

secara kualitatif. Pengumpulan data menggunakan kuesioner juga

memungkinkan untuk mendapatkan jawaban yang kurang jujur dari

responden.

2. Peneliti hanya melakukan penelitian dalam satu kali saja dan tidak melakukan

penelitian yang lebih dalam mengenai faktor – faktor lain mengenai

dukungan keluarga dan kemampuan self care.

6.5 Implikasi Keperawatan

1. Sebagai pendidik

Peran perawat di komunitas sebagai pendidik yaitu untuk memberikan

informasi yang dapat dijadikan sebagai acuan perawat komunitas dalam

memberikan pendidikan kesehatan mengenai dukungan keluarga dan self care


70

pada penderita hipertensi. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang memiliki

peran sebagai pendidik sangat dibutuhkan dalam peranan perawat yang terjun

langsung ke masyarakat. Perawat sebagai ujung tombak dalam pelayanan

kesehatan berkewajiban untuk meningkatkan kesehatan seluruh lapisan

masyarakat. Komunikasi tenaga keperawatan dalam hal pemberian informasi/

pendidikan kesehatan tentang self care hipertensi merupakan hal yang penting

sehingga para praktisi keperawatan dapat melakukan dan meningkatkan

pendidikan kesehatan/ edukasi terkait dengan self care hipertensi secara

terprogram di setiap tatanan pelayanan kesehatan dan menjadikan pendidikan

kesehatan sebagai intervensi utama dalam memberikan asuhan keperawatan

terhadap klien hipertensi.

2. Sebagai Advokat

Peran perawat sebagnai advokat yaitu tindakan dalam mencapai kepentingan

masyarakat atau bertindak untuk mencegah kesalahan yang tidak diinginkan

ketika pasien hipertensi sedang menjalankan pengobatan. Peran perawat

advokat ini dapat membantu pasien hipertensi dan keluarga yang bingung dan

berusaha memutuskan untuk tindakan yang terbaik bagi kesehatannya, kususnya

pada pasien hipertensi.

3. Sebagai Konsultan

Perawat sebagai konsultan yaitu peran perawat sebagai tempat konsultasi

keluarga dan pasien dalam pemberian informasi, dukungan atau memberi ajaran

tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan. Peran perawat sebagai

konselor dapat diaplikasikan dilingkungan masyarakat seperti di posyandu lansia

sebagai tempat berkonsultasi dengan harapan agar dapat meningkatkan

kemampuan dalam melakukan self care, menjaga kesehatan dan meningkatkan

dukungan keluarga.
71

4. Sebagai Pemberi Perawatan

Perawat sebagai pemberi perawatan secara langsung yaitu peran

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung

kepada individu, keluarga dan kelompok dengan menggunakan energi

dan waktu seminimal mungkin.Perawat ini langsung mengkaji kondisi

kesehatan pasien, merencanakan, mengimplementasi dan mengevaluasi

asuhan keperawatan

5. Sebagai Pemasaran Kesehatan

Perawat sebagai pemasaran kesehatan pada masyarakat atau social marketer

yaitu peran perawat dalam mempromosikan kesehatan, kegiatan self care dan

manfaat dukungan keluarga. Kegiatan promosi inibersifat sosial dan dibuat

berdasarkan kesukarelaan. Peran ini dapat kita lihat ketika perawat secara

langsung memberikan informasi mengenai fasilitas yang tersedia


72

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di RW 15 Kelurahan

Lowokwaru wilayah kerja Puskesmas Kendalsari Kota Malang pada Tahun 2018 dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Karakteristik pasien hipertensi di RW 15 Kelurahan Lowokwaru wilayah kerja

Puskesmas Kendalsari Kota Malang rata – rata berusia 48 tahun paling banyak

berjenis kelamin perempuan bekerja sebagai ibu rumah tangga pendidikan

terakhir adalah SD dan memiliki riwayat hipertensi rata – rata 4 tahun.

2. Gambaran dukungan keluarga pada pasien hipertensi di RW 15 Kelurahan

Lowokwaru wilayah kerja Puskesmas Kendalsari Kota Malang sebagian besar

memiliki tingkat dukungan keluarga di atas skor rata-rata.

3. Gambaran kemampuan self care pada pasien hipertensi di RW 15 Kelurahan

Lowokwaru wilayah kerja Puskesmas Kendalsari Kota Malang mayoritas pasien

hipertensi memliki kemampuan self care diatas skor rata - rata, hal tersbut salah

satunya dapat dibuktikan bahwa warga di daerah RW 15 Lowokwaru aktif

mengikuti kegiatan posyandu lansia setiap bulan.

4. Ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dan kemampuan self

care pada pasien hipertensi.


73

7.2 Saran

1. Bagi Pasien Hipertensi

Pasien hipertensi dapat mengetahui bagaimana perilaku yang baik dan

tidak baik dalam menjaga tekanan darah agar tetap normal denga meningkatkan

self care. Self care yang tinggi dapat berguna untuk mengontrol tekanan darah agar

tetap normal. Diharapkan pasien hipertensi dapat mencapai derajat kesehatannya

dan mampu mengubah perilaku perawatan diri yang lebih baik dengan cara

meningkatkan kemampuan self care untuk meningkatkan pola hidup sehat agar

terhindar dari resiko komplikasi.

2. Bagi Keluarga Pasien

Lebih meningkatkan dukungan yang di berikan kepada pasien dengan

cara memberikan perhatian dan kasih sayang, mengingatkan pasien untuk

menjaga kesehatannya dengan memperhatikan diet dan olahraga, mendengarkan

keluhan pasien, mengingatkan pasien untuk kontrol kesehatan dan minum obat

secara teratur.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Penelitian ini memberikan informasi yang dapat dijadikan sebagai acuan

perawat komunitas dan petugas kesehatan komunitas dalam memberikan asuhan

keperawatan mapun pendidikan kesehatan mengenai proses advokasi kesehatan

untuk meningkatkan dukungan klien, tenga profesional terhadap praktek

kesehatan dengan memberikan penyuluhan tentang dukungan keluarga dan self

care pada pasien hipertensi

4. Bagi Dinas Kesehatan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai dokumentasi dan informasi dalam

rangka meningkatkan kesadaran pasien hipertensi dan anggota keluarga akan

pentingnya dukungan keluarga untuk meningkatkan kesehatan pasien hipertensi


74

agar dapat mempertahankan kesehatannya dengan melakukan perilaku self care

(perawatan diri). Peran Dinas Kesehatan sangat membantu dan mendorong

keyakinan masyarakat khususnya pasien hipertensi agar lebih sadar akan

pentingnya manfaat dalam penerapan dukungan keluraga dan perilaku self care.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian sejenis dengan

menggunakan variabel yang berbeda dengan jumlah responden yang lebih

banyak lagi. Menggali lebih dalam lagi faktor eksternal dan internal yang

mempengarhui self care.


75

DAFTAR PUSTAKA

Afrasiabifar, A., Mehri, Z., Sadat, S. J., Reza, H., & Shirazi, G. (2016). The Effect of
Orem ’ s Self-Care Model on Fatigue in Patients With Multiple Sclerosis : A Single
Blind Randomized Clinical Trial Study, 18(8).
https://doi.org/10.5812/ircmj.31955.Research
Akintunde J Olowookere1, Samuel Anu Olowookere2, Ademola Oluwasegun Talabi3,
Amarachukwu Chiduziem Etonyeaku3, Oluwatoyin E Adeleke4, O. O. A. (2015).
Perceived family support and factors influencing medication adherence among
hypertensive patients attending a Nigerian tertiary hospital. Annals of Tropical
Medicine and Public Heatlth, 8(6), 241–245.
Alligood, M. R. (2017). Nursing Theorist and Their Work. Amerika: Elsevier.
American Heart Association. (2017). AHA High Blood Pressure Guidelines Lower
Definition of Hypertension.
Araujo., Barbosa, R., Menezes., Mediros., Araujo., M. (2016). Quality of Life, Famili
Support, and Comorbidities in Institutionalized Elders With and Without
Symptoms of Depression. Journal Psychiatr Q.

Arikunto S. (2013). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Asmadi. (2008). Tehnik Prosedural Konsep & Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:
Salemba Medika.
Asmah, E. E., & Orkoh, E. (2017). Self-Care Knowledge of Hypertension Prevention
and Control Among Women in Contemporary Ghana. American Journal of Health
Education, 48(6), 374–381. https://doi.org/10.1080/19325037.2017.1358120
Assari, S., & Caldwell, C. (2017). Low Family Support and Risk of Obesity among Black
Youth: Role of Gender and Ethnicity. Children, 4(5), 36.
https://doi.org/10.3390/children4050036
Atashpeikar, S., Jalilazar, T., & Heidarzadeh, M. (2012). Self-Care Ability in
Hemodialysis Patients. Journal of Caring Sciences, 1(1), 31–35.
https://doi.org/10.5681/jcs.2012.005
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (2013).
Riset Kesehatan Dasar. Jakarta Bakti Husada.
Bakhsh, L. A., Adas, A. A., Murad, M. A., Nourah, R. M., Hanbazazah, S. A., Aljahdali,
A. A., & Alshareef, R. J. (2017). Awareness and Knowledge on Hypertension and
its Self- Care Practices Among Hypertensive Patients in Saudi Arabia. Annals of
International Medical and Dental Research, (35).
https://doi.org/10.21276/aimdr.2017.3.5.ME13
Baradero. (2008). Klien Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta: EGC.
Batool Ghaneh, Seyed Houssein Saeed- Banadaky, Zohreh Rahaei, Hassan
Rezaeipandari4, E. M. A. (2016). Disability and Self-Care among Elders in Yazd,
2(1), 39–44.
76

Bell, K., Twiggs, J., & Olin, B. R. (2015). Hypertension: The Silent Killer: Updated
JNC-8 Guideline Recommendation, 1–8. https://doi.org/0178-0000-15-104-H01-
P
Bennich, B. B., Røder, M. E., Overgaard, D., Egerod, I., Munch, L., Knop, F. K., …
Konradsen, H. (2017). Supportive and non-supportive interactions in families with
a type 2 diabetes patient: An integrative review. Diabetology and Metabolic Syndrome,
9(1), 1–9. https://doi.org/10.1186/s13098-017-0256-7
Chang, A. K., & Lee, E. J. (2015). Factors affecting self-care in elderly patients with
hypertension in Korea. International Journal of Nursing Practice, 21(5), 584–591.
https://doi.org/10.1111/ijn.12271
Choljian, Hallenbeck, J., Okoye, E., Sebesta, R., Iqbal, H., Kuschner, W. (2016).
Emotional Support for Health Care Professionals : A Therapeutic the Hospital
Ethics Committee. Journal Soc Work Life Palliat Care.
Dahmardeh, Hanieh., kianian, Toktam., Vagharseyyedin, S. A. (2017). Effect of Orem-
based self-care education program on disease-related problems in patients with
multiple sclerosis. A Clinical Trial. Medical - Surgical Nursing Journal; 6(1): 14-20.
Dalimarta, S. Basuri, T Purnama, Sutarina, N.Mahendra, Darmawan, R. (2008). Care
Your Self Hipertensi. Penebar Plus.
Daly, L., Sharek, D., Devries, J., Griffiths, C., Sheerin, F., McBennett, P., & Higgins, A.
(2015). The impact of four family support programmes for people with a disability
in Ireland. Journal of Intellectual Disabilities, 19(1), 34–50.
https://doi.org/10.1177/1744629514564584
David N. Cavallo, Jane D. Brown, Deborah F. Tate, Robert F. DeVellis, Catherine
Zimmer, and A. S. A., & University. (2014). The Role of Companionship, Esteem,
and Informational Support In Explaining Physical Activity Among Young Women
In an Online Social Network Intervention David. NIH Public Access, 360(9346),
1640–1645. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(02)11602-3.Association
Diah Ayu Mastuti. (2016). Kebahagian pada Lanjut Usia Ditinjau dari Dukungan
Keluarga. Publikasi Ilmiah Fakultas Psikologi Uniiversitas Muhammadiyah Surakarta.
Dickson, V. V., Lee, C., Yehle, K. S., Abel, W. M., & Riegel, B. (2017). Psychometric
Testing of the Self-care of Hypertension Inventory: Conceptual Challenges to
Collaborative Care. Journal of Cardiovascular Nursing, 32(5), 431–438.
https://doi.org/10.1097/JCN.0000000000000364
Dinkes Kota Malang. (2014). Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2014, 20.
Dluzen, D. F., Kim, Y., Bastian, P., Zhang, Y., Lehrmann, E., Becker, K. G., … Evans,
M. K. (2017). MicroRNAs Modulate Oxidative Stress in Hypertension through
PARP-1 Regulation. Oxidative Medicine and Cellular Longevity, 2017.
https://doi.org/10.1155/2017/3984280
Dolan, Canavan, & Pinkertoon. (2006). Family Support as Reflective. London: Jessica
Kingsley Publishers.
Drevenhorn, E., Bengtson, A., Nyberg, P., & Kjellgren, K. I. (2015). Assessment of
hypertensive patients’ self-care agency after counseling training of nurses. Journal of
77

the American Association of Nurse Practitioners, 27(11), 624–630.


https://doi.org/10.1002/2327-6924.12222
Efendi. F, M. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik Dalam Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Efendi, H., & Larasati, T. A. (2017). Dukungan Keluarga dalamManajemen Penyakit
Hipertensi Family Support in Hypertension Disease ’ s Management. Majority, 6,
34–40.
Fazel, S., Motlagh, Z., Chaman, R., Sadeghi, E., & Eslami, A. A. (2016). Self-Care
Behaviors and Related Factors in Hypertensive Patients. Iran Red Crescent Med,
18(6). https://doi.org/10.5812/ircmj.35805.Research
Flynn SJ, Ameling JM, Hill-Briggs F, Wolff JL, Bone LR, Levine DM, Roter DL, Lewis-
Boyer L, Fisher AR, Purnell L, Ephraim PL, Barbers J, Fitzpatrick SL, Albert MC,
Cooper LA, Fagan PJ, Martin D, Ramamurthi HC, B. LE. (2013). Facilitators and
barriers to hypertension self-management in urban African Americans:
perspectives of patients and family members. Department of Medicine, Johns Hopkins
University School of Medicine, Baltimore, MD, USA ; Welch Center for Prevention,
Epidemiology, and Clinical Research, Johns Hopkins Medical Institutions, Baltimore, MD,
USA.
Fundamentals Of Nursing. (2010). Jakarta: Salemba Medika.
Gagarinova, I., Popov, A., Lobanov, A. (2016). The Importance of smoking as a Risk
Factor of Hypertension Development in The Arctic Region. European Resporatory
Journal, 48: PA4330.
Han, H. R., Lee, H., Commodore-Mensah, Y., & Kim, M. (2014). Development and
validation of the hypertension self-care profile: A practical tool to measure
hypertension self-care. Journal of Cardiovascular Nursing, 29(3), 1–16.
https://doi.org/10.1097/JCN.0b013e3182a3fd46
Haque, M. U., Ahmmed, S. B., Akanda, M. K. M., Hasan, M. T., Mou, S. A., Sajon, S.
R., & Islam, M. A. U. (2016). Prevalence and Risk Factors of Obesity and
Hypertension Among University Students in Rajshahi City, Bangladesh. Bangladesh
Pharmaceutical Journal, 19(2), 179. https://doi.org/10.3329/bpj.v19i2.29277
Harnilawati. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan: Pustaka As
Salam.
Hartweg, Donna L., Pickens, Judith., Kurtz, Christine P., Schmidt, Nola A., Vincent,
Catherine. Pischke-Winn, Katherine., Pakieser-Reed, Katherine., Fond, C. La.
(2014). Self-Care & Dependent-Care Nursing. The Official Journal of the Orem
International Society for Nursing Science and Scholarship., Vol 22, No.
Hidayat A.A.A. (2008). Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba
Medika.
Hörnsten, C., Weidung, B., Littbrand, H., Carlberg, B., Nordström, P., Lövheim, H., &
Gustafson, Y. (2016). High blood pressure as a risk factor for incident stroke
among very old people. Journal of Hypertension, 34(10), 2059–2065.
https://doi.org/10.1097/HJH.0000000000001048
78

Hu, H. H., Li, G., & Arao, T. (2015). The association of family social support,
depression, anxiety and self-efficacy with specific hypertension self-care
behaviours in Chinese local community. Journal of Human Hypertension, 29(3), 198–
203. https://doi.org/10.1038/jhh.2014.58
Jennifer L. Wolff, Ph.D., Judy Feder, Ph.D., and Richard Schulz, P. D. (2016).
Supporting Family Caregivers of Older Americans. New England Journal of Medicine,
375(26), 2511–2513. https://doi.org/10.1056/NEJMp1603978
Jhonson, L. Lenny, R. (2010). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuhamedika.
Khresheh, R., & Mohammed, N. (2016). Self-Care Behaviors among women with
Hypertension in Saudi Arabia, 5(3), 52–56. https://doi.org/10.9790/1959-
0503035256
Lee, E., & Park, E. (2017). Self-care behavior and related factors in older patients with
uncontrolled hypertension. Contemporary Nurse, 0(0), 1–15.
https://doi.org/10.1080/10376178.2017.1368401
Lillian Amugitsi, I. (2016). Determinants of Hypertension Complications Among Adult
Hypertensive Patients in Medical Wards at Kenyatta National Hospital, Nairobi.
American Journal of Nursing Science, 5(5), 213.
https://doi.org/10.11648/j.ajns.20160505.16
Lubis. (2013). Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Menjalankan
Pengobatan Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu
Bara. Akultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.
Mahamit, M., L., Mulyadi., Onibala, F. (2017). Hubungan Pengetahuan Tentang Diet
Garam dengan Tekanan darah pada Lansia di Puskesmas Bahu Kota Manado. E-
Journal Keperawatan Vol. 5 No 1.
Maters, K. (2015). Role Development in Professional Nursing Practice. Jones & Bartlett
Publishers.
Meinema, J., G., Dijk, n., V., Beune, E., Jaarsma, D., Weert, H., Haffkens, J. (2015).
Determinants Of Adherence to Treatment in Hypertensive Patient Of African
Descent and The Role Of Culturally Appropriate Education. Journal Plos One.

Meleis, A. I. (2011). Theoretical Nursing : Development and Progress. New York: Lippincott
Williams & Wilkin.
Mendes, C. R. S., Souza, T. L. V. de, Felipe, G. F., Lima, F. E. T., & Miranda, M. D. C.
(2015). Comparação do autocuidado entre usuários com hipertensão de serviços da
atenção à saúde primária e secundária. Acta Paulista de Enfermagem, 28(6), 580–586.
https://doi.org/10.1590/1982-0194201500095
Milad Borji, Masoumeh Otaghi, and S. K. The Impact of Orem’s Self-care Model on
the Quality of Life in Patients with Type II Diabetes, 10 § (2017).
https://doi.org/10.1016/j.dsx.2017.07.043
Mohsen Shahriari, Maryam Ahmadi, and M. S. (2013). Effects of a family support
program on self-care behaviors in patients with congestive heart failure. Iranian
Journal of Nursing and Midwifery Research.
79

Mubarak, W. I. & Chayatin, N. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika.
Mugie. (2014). Memaknai Lanjut Usia Dalam Lingkungan Keluarga dan Masyarakat.
Muhith, A., Siyoto, S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV ANdi
Offiset.
Mutowo, M. P., Lorgelly, P. K., Laxy, M., Renzaho, A. M. N., Mangwiro, J. C., & Owen,
A. J. (2016). The hospitalization costs of diabetes and hypertension complications
in Zimbabwe: Estimations and correlations. Journal of Diabetes Research, 2016.
https://doi.org/10.1155/2016/9754230
Muttaqin A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Ganngguan Sistem
Kardiovaskular : Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika.
Nejaddadgar, N., Solhi, M., Jegarghosheh, S., Abolfathi, M., & Ashtarian, H. (2017).
Self-Care and Related Factors in Patients with Type 2 Diabetes. Asian J Biomed
Pharmaceut Sci, 7(61), 6–10.
Neminqani, D. M., El-shereef, E. A. A., & Thubiany, M. M. A. L. (2015). Hypertensive
Patients : Self-Care Management Practices in Al-Taif , KSA. International Journal of
Science and Research, 4(12), 1705–1714.
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis Edisi 3.


Jakarta: Salemba Medika.
Ojo, O., Malomo, S., & Sogunle, P. (2016). Blood pressure (BP) control and perceived
family support in patients with essential hypertension seen at a primary care clinic
in Western Nigeria. Journal of Family Medicine and Primary Care, 5(3), 569.
https://doi.org/10.4103/2249-4863.197284
Omidi Afsar, Mirzae Zahra, Khodaveisi Masoud, Moghim Beighi, A. A. (2017). The
Correlation Between Social Support and Management Of Hypertension In
Menopausal Females At The Farshchian Hospital, Hamadan. Scientific Journal Of
Hamadan Nursing & Midwifery Faculty (Nasim - Danesh), 23, 75–83.
Pamungkas, R., Chamroonsawasdi, K., & Vatanasomboon, P. (2017). A Systematic
Review: Family Support Integrated with Diabetes Self-Management among
Uncontrolled Type II Diabetes Mellitus Patients. Behavioral Sciences, 7(3), 62.
https://doi.org/10.3390/bs7030062
Patel, P., Ordunez, P., DiPette, D., Escobar, M. C., Hassell, T., Wyss, F., … Angell, S.
(2016). Improved Blood Pressure Control to Reduce Cardiovascular Disease
Morbidity and Mortality: The Standardized Hypertension Treatment and
Prevention Project. Journal of Clinical Hypertension, 18(12), 1284–1294.
https://doi.org/10.1111/jch.12861
Permatasari, L. I., Mamat, L., & Supriadi. (2014). Hubungan dukungan keluarga dan self
efficacy dengan perawatan diri lansia hipertensi. Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia,
10(2), 993–1003. Retrieved from http://lppm.unsil.ac.id/files/2015/02/02.-Leya-
indah.pdf
80

Pinkerton, J. Dolan, P. Canavan, J. (2016). Understanding Family Suport : Policy


Practice And Theory. Jessica Kingsley Publishers London.
Praptomo, Agus Joko, Anam, Khoirul, Raudah. (2016). Metodologi Riset Kesehatan
Teknologi Laboraturium Medik dan Bidang Kesehatan lainnya. Yogyakarta: Deepublish.
Purnawandari. (2018). Dukungan Suami dan Keluarga. Jakarta: Salemba Medika.
Rego, F., & Nunes, R. (2016). The interface between psychology and spirituality in
palliative care. Journal of Health Psychology, 135910531666413.
https://doi.org/10.1177/1359105316664138
Robbins Stephen P & Judge, T. A. (2013). Organizational Behavior Edition 15. New Jersey:
Pearson Education.

Ronny Setiawan dan Fatimah. (2008). Fisiologi Kardiovaskular : berbasis masalah keperawatan.
Jakarta: EGC.
Samal, J. (2017). Family perspectives in the care and support of tuberculosis patients:
An Indian context. The Journal of Association of Chest Physicians, 5(2), 67.
https://doi.org/10.4103/2320-8775.202899
Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.
Scheurer, D., Choudhry, N., Kellie A. Swanton, Matlin, O., & Will Shrank. (2012).
Association Between Different Types of Social Support and Medication
Adherence. The American Journal of Managed Care.
Setiawati, & Dermawan. (2008). Asuhan Keperawtan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media.
Shen, Y., Peng, X., Wang, M., Zheng, X., Xu, G., Lü, L., … Wang, J. (2017). Family
member-based supervision of patients with hypertension: A cluster randomized
trial in rural China. Journal of Human Hypertension, 31(1), 29–36.
https://doi.org/10.1038/jhh.2016.8
Tamher, & Noorkasiani. (2011). Kesehatan Lanjut usia dengan Pendekatan Asuhan
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Tewahido, D., & Berhane, Y. (2017). Self-care practices among diabetes patients in
Addis Ababa: A qualitative study. PLoS ONE, 12(1), 1–10.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0169062
Udjianti W.J. (2010). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Vlachopoulos, C., Ioakeimidis, N., Abdelrasoul, M., Terentes-Printzios, D.,
Georgakopoulos, C., Pietri, P., … Tousoulis, D. (2016). Electronic Cigarette
Smoking Increases Aortic Stiffness and Blood Pressure in Young Smokers. Journal
of the American College of Cardiology, 67(23), 2802–2803.
https://doi.org/10.1016/j.jacc.2016.03.569
Waki, S., Shimizu, Y., Uchiumi, K., Asou, K., Kuroda, K., Murakado, N., … Ishii, H.
(2016). Structural model of self-care agency in patients with diabetes: A path
analysis of the Instrument of Diabetes Self-Care Agency and body self-awareness.
Japan Journal of Nursing Science, 13(4), 478–486. https://doi.org/10.1111/jjns.12127
Whelton, R., M., C. (2017). Guideline For The Prevention, Detection, Evaluation and
81

Management of High Blood Pressure in Adults. Journal Jacc.


White, M. (2016). Spirituality Self-Care Practices as a Mediator between Quality of Life
and Depression. Religions, 7(5), 54. https://doi.org/10.3390/rel7050054
Word Health Organization. (2010). Global Recommendatins on Physical Activity For
Health. Switzerland. WHO Press.
Word Health Organization. (2015). http://
www.who.int/mediacentre/factsheets/fs385/en/.
Xianlong X, Yunshaang R, & Zumin S. (2016). Hypertension Impact on Health-Related
Quality of Life: A Cross-Sectional Survey among Middle-Aged Adults in
Chongping China`. Internation Jounrnal of Hypertension, 2016, 1–7.
Yeni, F., Husna, M., & Dachriyanus. (2016). Dukungan Keluarga Memengaruhi
Kepatuhan Pasien Hipertensi, 19(3), 137–144.
https://doi.org/10.7454/jki.v19i3.471
82

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

Saya, Leny Rahayu Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Program Studi

Ilmu Keperawatan yang akan melakukan penelitian yang berjudul “ Hubungan antara

Dukungan Keluarga dan Kemampuan Self Care pada Pasien Hipertensi ”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan antara Dukungan Keluarga

dan Kemampuan Self Care Pada Pasien Hipertensi. Peneliti mengajak para warga yang

tinggal di daerah RW 15 Lowokwaru dengan tekanan darah tinggi untuk ikut serta dalam

penelitian ini. Penelitian ini membutuhkan waktu 20 menit, cara pengambilan data

dengan mengisi lembar Kuesioner yang telah disediakan oleh peneliti.

A. Kesukarelaan Untuk Ikut Penelitian

Anda bebas untuk memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada paksaan.

Bila anda sudah memutuskan untuk ikut, anda juga bebas untuk mengundurkan

diri/ berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda ataupun sanksi apapun.

B. Prosedur Penelitian

Apabila anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, maka anda diminta untuk

menandatangani lembar persetujuan ini dirangkap dua, satu untuk anda simpan dan

satu untuk peneliti.

Prosedur selanjutnya adalah :


83

1. Peneliti akan menghubungi anda untuk melakukan kontrak waktu yang telah

disepakati sehingga tidak mengganggu aktifitas anda.

2. Adapun metode untuk pengambilan data dalam penelitian ini adalah menggunakan

lembar kuesioner yang akan diisi oleh responden yang berpartisipasi pada

pernyataan tentang hubungan antara tinggi hak sepatu dan lama pemakaian dengan

terjadinya nyeri tungkai bawah.

C. Kewajiban Responden Penelitian

Sebagai responden penelitian, bapak/ibu/saudara berkewajiban mengikuti aturan

atau petunjuk penelitian yang tertulis diatas. Bila ada yang belum jelas,

bapak/ibu/saudara bisa bertanya lebih lanjut kepada peneliti.

D. Resiko, Efek samping dan Penanganannya

Penelitian ini dilakukan dengan cara menggunakan lembar kuesioner yang akan

dialami responden yaitu efek psikologis akan sedikit terganggu dikarenakan

penelitian ini akan menanyakan hal-hal yang sedikit sensitif, tetapi peneliti akan

merahasiakan identitas dan informasi responden yang sebenarnya.

E. Manfaat

Keuntungan langsung yang anda dapatkan adalah responden dapat mengetahui

tentang perawatan diri yang dilakukan penderita darah tinggi untuk menghindari

kondisi parah dan timbulnya komplikasi dengan perilaku mengontrol tekanan darah

yang baik.

F. Kerahasiaan

Semua informasi yang berkaitan dengan identitas responden penelitian akan

dirahasiakan dan hanya akan diketahui oleh peneliti serta pembimbing penelitian.

Hasil penelitian ini akan dipublikasikan tanpa identitas responden penelitian.


84

G. Kompensasi

Dalam penelitian ini peneliti tidak memberikan kompensasi berupa barang atau

uang kepada bapak/ibu/saudara. Peneliti hanya mengucapkan terima kasih banyak

kepada bapak/ibu/saudara karena sudah mau ikutsertakan dalam penelitian ini.

H. Pembiyayaan

Semua biaya yang terkait penelitian akan ditanggung oleh peneliti.

I. Informasi Tambahan

Responden akan diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum

jelas sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu membutuhkan

penjelasan lebih lanjut, responden dapat menghubungi peneliti pada no HP

081230092586. Bapak/Ibu/Saudara juga dapat menanyakan penelitian kepada

Universitas Muhammadiyah Malang.


85

Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

LEMBAR KEIKUTSERTAAN DALAM RESPONDEN

Semua penjelasan tersebut telah disampaikan kepada saya dan semua pertanyaan saya

telah jawab oleh…………………… saya mengerti bahwa apabila memerlukan

penjelasan, saya dapat menanyakan kepada saudara………………………..

Dengan menandatangani formulir ini. Saya setuju/ tidak setuju untuk ikut serta dalam

penelitian ini.

Tanggal :

Tanda Tangan Partisipasi Tanda Tangan Sanksi

(………………………) (………………………)
86

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGA KELUARGA DAN KEMAMPUAN SELF


CARE PADA PASIEN HIPERTENSI

1. Nama :

2. Umur :

3. Alamat :

4. Pendidikan :

5. Pekerjaan :

6. Lama diagnosa :

7. No. Telfon :

Petunjuk pengisian :

1. Bapak/Ibu/Saudara diminta mengisi kuesioner dengan memberi tanda checklist (✓)

pada masing-masing nomer yang tersedia sesuai dengan pernyataan yang telah

disediakan.

2. Berilah jawaban Bapak/Ibu/Saudara pada setiap pernyataan yang ada dengan memberi

tanda checklist (✓)dengan pilihan jawaban pada kolom yang telah disediakan.
87

Keterangan :
Tidak Pernah : Bila tidak pernah mendapatkan dukungan keluarga

Kadang – kadang : Bila menerima dukungan 1 – 2x dalam satu bulan

Sering : Bila menerima dukungan 3 – 4x dalam satu bulan

Selalu : Bila menerima dukungan >5x dalam satu bulan

No Kadang
Tidak
Pernyataan – Sering Selalu
pernah
kadang

1. Keluarga mendampingi saya dalam


perawatan

2. Keluarga memberikan perhatian dan


pujian kepada saya

3. Keluraga tetap mencintai dan


memperhatikan keadaan saya selama
saya sakit

4. Keluarga dan tetangga memaklumi


bahwa sakit yang saya alami sebagai
suatu musibah

5. Keluarga menyediakan waktu dan


fasilitas jika saya memerlukan untuk
keperluan pengobatan

6. Keluarga berperan aktif dalam setiap


pengobatan dan perawatan sakit saya

7. Keluarga bersedia membiayai biaya


perawatan dan pengobatan

8. Keluarga berusaha untuk


mencarikan kekurangan sarana dan
peralatan perawatan yang saya
perlukan

9. Keluarga memberitahu tentang hasil


pemeriksaan dan pengobatan dari
dokter yang merawat kepada saya
88

10. Keluarga mengingatkan saya untuk


kontrol, minum obat, latihan dan
makan

11. Keluarga mengingatkan saya tentang


perilaku-perilaku yang
memperburuk penyakit saya

12. Keluarga menjelaskan kepada saya


setiap saya bertanya hal-hal yang
tidak jelas tentang penyakit saya

Keterangan :
Tidak Pernah : tidak pernah memelihara kesehatan tekanan darah
tinggi
Kadang – kadang : melakukan pemeliharaan kesehatan tekanan darah 1 –
2x dalam satu bulan terakhir
Sering : melakukan pemeliharaan kesehatan tekanan darah 3 –
4x dalam satu bulan terakhir
Selalu : melakukan pemeliharaan kesehatan tekanan darah
>5x dalam satu bulan terakhir

Tidak Kadang-
No Pernyataan Sering Selalu
Pernah kadang

1. Saya memeriksakan tekanan darah

2. Saya makan buah – buahan dan


sayuran

3. Saya melakukan pemanasan tubuh


seperti jalan kecil dipagi hari, senam
dll

4. Saya patuh pada saran dokter atau


perawat
89

5. Saya olahraga selama 30 menit


untuk membantu tekanan darah
normal

6. Saya minum obat darah tinggi


sesuai resep dari dokter

7. Saya menghindari makan makanan


asin seperti ikan asin, ikan pindang,
teri, telor asin , abon ketika
bertamu dirumah saudara.

8. Saya membuat jadwal atau meminta


anak/pasangan saya untuk
mengingatkan saya minum obat

9. Saya menghindari minuman yang


beralkohol dan bersoda

10. Saya menghindari makan yang


berlemak seperti kuah santan, kulit
ayam, jeroan
90

Keterangan :
Lambat : tidak berusaha melakukan perawatan tekanan darah tinggi dalam satu
bulan
Agak cepat : berusaa melakukan perawatan tekanan darah tinggi 1 – 2x dalam satu
bulan
Cepat : berusaha melakukan perawatan tekanan darah tinggi 3 – 4x dalam satu
bulan
Sangat cepat : berusaha melakukan perawatan tekanan darah tinggi >5x dalam satu
bulan

Agak Sangat
Pernyataan Lambat Cepat
cepat cepat

11 Ketika mengalami peningkatan


tekanan darah saya langsung
periksa

12 Saya berusaha makan makanan


rendah garam untuk menjaga
tekanan darah normal

13 Saya mengurangi hal – hal yang


dapat menimbulkan stres

14 Ketika tekanan darah naik saya


minum obat

15 Saya bertanya kepada dokter atau


perawat tentang tekanan darah tinggi

16. Saya melakukan perawatan


hipertensi secara teratur
91

Keterangan :

Tidak Percaya diri : tidak mampu melakukan perawatan diri untuk menjaga
tekanan darah tetap normal

Agak percaya diri : sedikit mampu melakukan perawatan diri untuk menjaga
tekanan darah

Percaya diri : mampu melakukan perawatan diri untuk menjaga tekanan darah
tetap

Sangat percaya diri: sangat mampu melakukan perawatan diri untuk menjaga
tekanan darah

Tidak Agak Sangat


Percaya
No Pernyataan percaya percaya percaya
diri
diri diri diri

17 Melakukan pengontrolan tekanan


darah

18 Mengikuti pengobatan

19 Berusaha menjaga tekanan darah agar


mencapai perubahan yang lebih baik

20 Mengambil tindakan untuk dapat


mengendalikan tekanan darah tetap
normal
92

Lampiran 4 Surat Kesedian Menjadi Pembimbing Skripsi


93

Lampiran 5 Surat Kesediaan Menjadi Pembimbing Skripsi


94

Lampiran 6 Lembar ACC Judul Skripsi FIKES UMM


95

Lampiran 7 Surat Izin Studi Pendahuluan dan Penelitian


96

Lampiran 8 Surat izin Studi pendahuluan dan Penelitian


97

Lampiran 9 Lembar Konsultasi


98
99
100
101
102

Lampiran 10 Surat Izin Penelitian Kelurahan Lowokwaru


103

Lampiran 11 Surat Izin Penelitian Puskesmas Kendalsari Kota Malang


104

Lampiran 12 Kode Etik Penelitian


105

Lampiran 13 Lembar Tabulasi Kuesioner dan Data Demografi

No Nama skor
Inisial Item Pernyataan total
1 m 3 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 33
2 L 4 3 4 2 3 3 4 2 4 3 3 3 38
3 Y 2 2 4 4 3 3 4 2 4 4 4 3 39
4 S 3 3 3 2 3 3 4 2 3 3 3 3 35
5 z 3 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 25
6 j 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 1 2 26
7 j 1 1 3 3 1 2 3 3 3 1 1 1 23
8 t 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 23
9 u 1 1 1 3 3 3 2 2 2 3 1 1 23
10 g 3 2 2 2 2 2 2 3 2 4 2 2 28
11 y 2 2 3 3 3 3 2 2 2 4 2 2 30
12 l 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 22
13 K 1 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 26
14 s 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36
15 t 2 2 2 3 2 2 1 2 3 2 2 1 24
16 s 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 21
17 s 4 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 36
18 s 2 2 2 2 2 3 3 3 3 1 2 2 27
19 i 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 1 30
20 m 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 21
21 j 2 2 2 1 3 3 3 2 4 2 2 2 28
22 r 4 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 37
23 f 2 3 2 2 2 2 3 2 3 4 3 2 30
24 t 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 42
25 k 4 3 4 3 4 4 4 2 4 4 4 3 43
26 m 1 1 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 26
27 j 3 4 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 36
28 m 4 3 4 2 3 3 4 2 4 3 3 3 38
29 s 4 3 3 3 4 3 4 2 4 4 3 3 40
30 s 4 3 4 2 3 3 4 3 4 3 3 4 40
31 s 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 28
32 f 4 3 4 2 4 3 4 3 3 4 3 3 40
33 s 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 40
34 h 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 40
35 s 3 3 3 2 4 3 3 2 4 4 3 3 37
36 s 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 43
37 b 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 41
38 r 3 3 3 2 3 3 4 2 4 3 3 3 36
39 m 3 4 2 3 2 3 4 4 3 3 4 4 39
40 s 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 39
41 s 3 3 2 3 4 3 2 2 3 3 3 3 34
106

Tabulasi Kuesioner Kemampuan self care pada Pasien Hipertensi


No Nama skor
Inisial Item Pernyataan total
1 m 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 57
2 L 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63
3 Y 3 4 2 3 2 2 2 4 1 2 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 54
4 S 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 61
5 z 3 4 2 3 1 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 50
6 j 2 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 65
7 j 2 3 3 1 2 1 4 1 4 1 1 3 2 2 2 1 2 2 2 2 41
8 t 4 4 1 2 2 2 1 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 54
9 u 1 2 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 28
10 g 4 4 4 4 3 4 4 3 4 2 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 69
11 y 4 2 3 4 3 2 4 3 3 2 4 3 3 2 2 3 3 4 3 3 60
12 l 2 4 4 2 4 2 2 2 3 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 40
13 K 2 3 1 1 1 1 3 2 2 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 30
14 s 3 4 4 3 4 4 2 1 1 1 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 62
15 t 2 3 1 2 1 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 4 4 4 4 52
16 s 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 45
17 s 4 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 51
18 s 3 3 1 4 1 4 1 4 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 64
19 i 2 4 1 4 2 4 4 2 4 3 3 3 3 4 2 3 4 4 3 4 63
20 m 2 3 1 1 1 1 3 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 31
21 j 4 2 3 4 2 4 4 3 4 2 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 62
22 r 3 4 4 4 3 4 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 62
23 f 3 4 3 4 2 3 3 3 4 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 52
24 t 4 4 1 4 2 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 66
25 k 4 4 1 4 1 2 3 2 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2 2 2 54
26 m 2 3 4 1 4 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 34
27 j 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 59
28 m 3 3 2 3 1 4 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 52
29 s 3 4 4 4 2 4 2 3 4 2 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 65
30 s 3 3 3 4 3 3 2 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 58
31 s 3 2 1 2 1 1 3 2 4 2 1 1 1 3 2 2 2 2 2 3 40
32 f 3 3 3 4 2 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 60
33 s 3 3 2 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 57
34 h 2 2 1 4 1 1 2 1 4 1 3 1 1 4 1 2 4 1 3 3 42
35 s 2 4 4 4 2 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 61
36 s 3 4 1 1 1 1 2 1 4 3 1 1 1 1 3 3 2 2 3 3 41
37 b 4 4 4 3 2 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 64
38 r 3 3 2 4 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 56
39 m 4 4 4 4 4 4 3 1 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 75
40 s 3 4 4 2 2 4 2 4 4 1 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 65
41 s 3 4 4 4 2 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 65
107

No Nama Jenis Lama


inisial Kelamin Usia Pendidikan Pekerjaan Sakit
m P 45 SD IRT 2014
1 L P 46 SD IRT 2011
2 Y P 28 SD IRT 2017
3 S P 32 SD IRT 2015
4 z P 52 SD IRT 2011
5 j P 55 SD IRT 2017
6 j P 52 SD IRT 2012
7 t P 53 SD IRT 2017
8 u P 63 SD IRT 2018
9 g P 48 SD IRT 2016
10 y P 45 SMA IRT 2017
11 l P 51 SD IRT 2012
12 K P 37 SMK IRT 2017
13 s P 60 SD IRT 2008
14 t P 38 SD IRT 2015
15 s P 65 SD pedagang 2015
16 s P 31 SD IRT 2014
17 s P 61 SD IRT 2013
18 i P 49 SLTA Swasta 2014
19 m P 65 tidak sekolah pedagang 2015
20 j P 60 SD pedagang 2011
21 r P 56 SD IRT 2011
22 f P 24 SD IRT 2016
23 t P 32 SD Swasta 2014
24 k P 36 SD IRT 2017
25 m P 58 SMP Swasta 2015
26 j P 58 SD IRT 2012
27 m P 25 SMP IRT 2017
28 s P 49 SD IRT 2011
29 s L 56 SMP Swasta 2011
30 Tukang
s L 50 SD bangunan 2015
31 f L 49 SMA Swasta 2015
32 s L 52 Sd Petani 2014
33 h L 42 STM swasta 2012
34 s L 42 SMA petani 2012
35 Tukang
s L 60 STM bangunan 2000
37 b L 58 SMP Swasta 2013
38 r L 53 SMP swasta 2017
39 Tukang
m L 41 SMA bangunan 2015
40 s L 65 SMA swasta 2010
41 s L 46 SMP Swasta 2011
108

Lampiran 14 Lembar Analisa data SPSS

Analisa Data SPSS Correlations Product Moment Dukungan Keluarga dan


Kemampuan Self Care pada Pasien Hiperteni

Correlations
dukungankelu
arga selfcare
dukungankeluarga Pearson Correlation 1 .486**
Sig. (2-tailed) .001
N 41 41
selfcare Pearson Correlation .486** 1
Sig. (2-tailed) .001
N 41 41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Uji Normalitas Dukungan Keluarga

Descriptives
Statistic Std. Error
dukungan Mean 32.7561 1.09254
95% Confidence Interval Lower Bound 30.5480
for Mean Upper Bound 34.9642
5% Trimmed Mean 32.8401
Median 35.0000
Variance 48.939
Std. Deviation 6.99564
Minimum 21.00
Maximum 43.00
Range 22.00
Interquartile Range 13.00
Skewness -.245 .369
109

Descriptives
Statistic Std. Error
dukungan Mean 32.7561 1.09254
95% Confidence Interval Lower Bound 30.5480
for Mean Upper Bound 34.9642
5% Trimmed Mean 32.8401
Median 35.0000
Variance 48.939
Std. Deviation 6.99564
Minimum 21.00
Maximum 43.00
Range 22.00
Interquartile Range 13.00
Skewness -.245 .369
Kurtosis -1.393 .724

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
dukungan .166 41 .006 .916 41 .005
a. Lilliefors Significance Correction
110

Uji Normalitas Self Care

Descriptives
Statistic Std. Error
selfcare Mean 54.3902 1.78881
95% Confidence Interval Lower Bound 50.7749
for Mean Upper Bound 58.0056
5% Trimmed Mean 54.8279
Median 57.0000
Variance 131.194
Std. Deviation 1.14540E
1
Minimum 28.00
Maximum 75.00
Range 47.00
Interquartile Range 15.50
Skewness -.772 .369
Kurtosis -.146 .724

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
selfcare .127 41 .095 .924 41 .009
a. Lilliefors Significance Correction
111

Lampiran 15 Lembar Dokumentasi


112
113

Lampiran 16 Curriculum Vitae

Curriculum Vitae

Personal Details

Name : Leny Rahayu

Place & Date of Birth : Kumai, 13th April 1997

Sex : Female

Religion : Islam

Weight : 51 kg

Hight : 154 cm

Email : Lenyrahayu97@gmail.com

Telephone : 081230092586

Formal Education Background

Elementary School : SDN 1 P.Banteng, Kobar 2002 – 2008


Junior High School : SMPN 1 P.Banteng, Kobar 2008 – 2011

Senior High School : SMAN 1 P.Banteng, Kobar 2011 – 2014

Nursing Science : Majoring in Nursing Program, 2014 – 2018


Faculty of Sciences, University
of Muhammadiyah Malang

Anda mungkin juga menyukai