Anda di halaman 1dari 2

Kebanyakan perusahaan di Indonesia masih memberlakukan peraturan ketat dan sistem kerja yang

'serius'. Alasannya, agar karyawan disiplin, produktif, dan target tercapai.

Padahal, suasana kerja yang santai dan ceria justru bisa lebih memacu produktivitas karyawan,
sehingga segala target kerja dan perusahaan pun tercapai. Tak percaya? Google adalah bukti
nyatanya.

Google disebut sebagai Perusahaan Terbaik untuk Bekerja oleh Majalah Fortune dan Great Place to
Work Insitute sebanyak 5 kali berturut-turut. Perusahaan yang didirikan Larry Page dan Sergery Brin
ini, dinilai memiliki cara yang unik dan efektif untuk meningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja
dengan menerapkan budaya kerja dengan filosofi “menciptakan tempat kerja yang paling produktif
dan bahagia di dunia”.

Salah seorang petinggi Google menjelaskan filosofi ini, “Bukan tentang menjadi nomor satu di dunia.
Lebih kepada kami ingin karyawan dan calon karyawan mencintai tempat ini, karena itu yang akan
membuat kami sukses.”

Seperti apa budaya kerja di kantor Google? Berikut ulasannya:

#Kantor yang Menyenangkan

Kantor pusat Google di California, Amerika Serikat, didesain menyenangkan dan tidak kaku.
Karyawan dibebaskan berinteraksi, bersosialisasi, dan bersenang-senang selama jam kerja. Terdapat
area tidur siang, panjat dinding, kafetaria, pencucian mobil, bengkel untuk ganti oli dan memperbaiki
sepeda, penatu, klinik, pusat kebugaran, tempat pijat, bahkan sampai ada penata rambut di
kompleks kantor Google atau disebut Googleplex. Karyawan tidak perlu keluar kantor untuk makan
siang, karena aneka makanan dan minuman sehat tersebar di seluruh area kantor.

Karyawan boleh tiba di kantor jam berapa pun, mengenakan piyama atau bahkan membawa anjing
peliharaan. Tidak perlu takut ditegur atasan karena “bermain” di jam kerja, karena perusahaan
memperbolehkan karyawan menggunakan 20 persen dari jam kerja mereka untuk melakukan
kegiatan apa pun yang disukai. Waktu bebas ini bisa digunakan untuk mengerjakan proyek di luar
tugas atau bahkan tidur. Apa pun yang tidak melanggar etika dan hukum diperbolehkan Google.

#Fleksibilitas kerja

Para pendiri Google meyakini, mereka akan mendapatkan hasil maksimal dari karyawan dengan
memberikan kebebasan, termasuk dalam menentukan jam kerja. Hierarki organisasi Google datar.
Para teknisi fleksibel memilih proyek yang ingin dikerjakan. Perusahaan juga mendorong karyawan
untuk mengembangkan minat di bidang lain yang masih berkaitan dengan perusahaan.
Alih-alih diatur bos-bos manajerial tingkat atas untuk mengerjakan tugas yang sifatnya protokoler,
karyawan bisa memutuskan sendiri cara menyelesaikan pekerjaan mereka. Mereka juga tidak akan
mengerjakan satu proyek yang sama dalam jangka panjang. Karyawan diberikan kesempatan
mengerjakan hal-hal berbeda sehingga terus tertantang.

#Hasil tetap memuaskan

Dengan semua kebebasan, fleksibilitas, keuntungan, dan kesenangan yang diberikan Google, banyak
yang bertanya-tanya, benarkah hasil kerja karyawan maksimal? Nyatanya, “surga” yang diciptakan
Google tidak hanya membuat karyawan berhasil menyelesaikan pekerjaan mereka, tetapi
melampaui ekspektasi perusahaan. Ide-ide cemerlang sering kali dihasilkan dari diskusi sambil
minum kopi, bersantai, atau bertanding voli.

Tentu saja, yang menjadi kunci awal Google adalah kejelian memilih karyawan potensial. Google
menerapkan seleksi yang cukup ketat bagi pelamar kerja. Secara spesifik, Google menginginkan
orang-orang yang tidak hanya berbakat, tetapi juga ambisius dengan rekam jejak yang baik dan
sejumlah prestasi berkaitan dengan pekerjaan.

Google memastikan karyawan tidak terlena dengan kesenangan dengan menerapkan deadline dua
tahunan, untuk mengevaluasi setiap proyek yang dipercayakan. Dan setiap minggunya, para
karyawan akan diingatkan soal satu persen lebih dekat menuju deadline.

Anda mungkin juga menyukai