PENDAHULUAN
2.2 Topografi
Kecamatan Gajah merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 5 sampai 11
meter dari permukaan laut, Wilayah Kecamatan Gajah sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Karanganyar sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kudus sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Dempet dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan
Wonosalam Kabupaten Demak. (Kecamatan Gajah dalam Angka, 2017).
2.3 Kependudukan
Jumlah penduduk Kecamatan Gajah berdasarkan hasil Proyeksi Penduduk 2015 adalah
sebanyak 43.658 orang terdiri atas 21.341 laki- laki dan 22.317 perempuan. Jumlah penduduk
ini naik sebanyak 85 orang atau sekitar 0,20 persen dari jumlah penduduk tahun 2014. Secara
berurutan, penduduk terbanyak terdapat di Desa Kedondong dan Desa Sari dengan jumlah
penduduk masing-masing sebesar 4.568 orang dan 3.519 orang. Sedang penduduk terkecil
terdapat di Desa Boyolali dan Desa Mojosimo dengan masing-masing sebanyak 1.142 orang
dan 1.346 orang. Menurut kelompok umur, sebagian besar penduduk Kecamatan Gajah
termasuk dalam usia produktif (15-64 tahun) sebanyak 29.638 orang (67,89 %), 11.590 orang
(26,55 %) berusia dibawah 15 tahun dan 2.430 orang (5,57 %) berusia 65 tahun keatas.
Angka ketergantungan (dependency ratio) Kecamatan Gajah adalah 473,04. Hal ini
berarti bahwa setiap 1.000 orang berusia produktif menanggung sebanyak 473 orang lebih
penduduk usia dibawah 15 tahun dan 65 tahun keatas. Dilihat dari kepadatan penduduknya,
tahun 2015 kepadatan penduduk Kecamatan Gajah 852,49 orang/Km2. Penduduk terpadat ada
di Desa Gajah dengan kepadatan 1.429,74 orang/Km2, sedang penduduk paling jarang berada
di Desa Mlatiharjo dengan kepadatan 672,27 orang/Km2. (Kecamatan Gajah dalam Angka,
2017).
350.00
300.00
250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
Gambar 2.2 Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Gajah menurut Desa tahun 2015
Sumber: Kecamatan Gajah dalam Angka, 2017
6
BAB III
PROYEKSI PENDUDUK
3.1 Proyeksi Penduduk
Untuk mencari besar debit air minum yang dibutuhkan dari suatu tempat/kota,
diperlukan data jumlah penduduk dan jumlah kebutuhan air untuk masing – masing
kegiatan di kota tersebut. Oleh karena itu, diperlukan proyeksi jumlah penduduk agar
dapat memperkirakan besarnya kebutuhan – kebutuhan air yang dihasilkan selama
periode perencanaan.
Dalam memproyeksikan penduduk wilayah perencanaan perlu diperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi pola perkembangan penduduk, antara lain:
1. Kecenderungan perkembangan penduduk di masa lalu
2. Kebijaksanaan kependudukan, seperti pengaruh kepadatan dan penyebaran
penduduk
3. Daya tampung ruang
4. Rencana pengembangan wilayah kota, seperti pengembangan fasilitas dan
utilitas kota
Faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan penduduk, yaitu:
1. Angka kematian (mortalitas)
2. Angka kelahiran (natalitas)
3. Perpindahan penduduk (migrasi)
Dalam memproyeksikan jumlah penduduk ini dapat dilakukan dengan beberapa
metode, yaitu:
1. Metode Aritmatika
2. Metode Geometri
3. Metode Bunga Majemuk
7
Dimana:
Pn = jumlah penduduk tahun ke-n yang diproyeksikan
Po = jumlah penduduk tahun pertama data sensus
a = faktor pertumbuhan tiap tahun
Pt = jumlah penduduk pada waktu t
n = waktu
Hasil proyeksi akan berbentuk suatu garis lurus. Model ini berasumsi bahwa
penduduk akan bertambah/berkurang sebesar jumlah absolute yang sama/tetap (β)
pada masa yang akan datang sesuai dengan kecenderungan yang terjadi pada masa lalu.
Ini berarti bahwa, jika Pt+1 dan Pt adalah jumlah populasi dalam tahun yang berurutan,
Pt+1 – Pt yang adalah perbedaan pertama yang selalu tetap (konstan). Klosterman
(1990), mengemukakan bahwa model ini hanya digunakan jika data yang tersedia relatif
terbatas, sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan model lain. Selanjutnya,
Isserman (1977) mengemukakan bahwa model ini hanya dapat diaplikasikan untuk
wilayah kecil dengan pertumbuhan yang lambat, dan tidak tepat untuk proyeksi pada
wilayah-wilayah yang lebih luas dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi.
Berikut adalah hasil perhitungan proyeksi penduduk dengan menggunakan
metode aritmatika:
8
Contoh perhitungan:
a. Ka
Ka = (Pa - Po)/(Ta - To)
=(43658-46841)/2016-2007)
= -353.67
b. Pn
Pn = Po+Ka(Ta-To)
P2016= 46841+(-353.67)(2016-2007)
P2016= 43.658 jiwa
Metode Aritmatika
49000
48000
47000
46000
45000
44000
43000
42000
2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018
9
n = selang waktu tahun dari data penduduk yang ada
Pt = jumlah penduduk terakhir data sensus
t = jumlah data sensus
Tabel 3.2 adalah hasil perhitungan proyeksi penduduk dengan menggunakan
metode geometri. Sedangkan Grafik 3.2 adalah grafik proyeksi penduduk menggunakan
metode geometri.
Tabel 3.2 Proyeksi Penduduk Kecamatan Gajah dengan Menggunakan Metode Geometri
Populasi Metode Geometrik
No Tahun
Penduduk (jiwa) Pn=Po(1+r)n
1 2007 46841 46841
2 2008 47286 46495.33792
3 2009 47573 46152.22665
4 2010 47508 45811.64735
5 2011 43452 45473.58136
6 2012 43223 45138.01011
7 2013 43353 44804.9152
8 2014 43470 44474.27837
9 2015 43573 44146.08145
10 2016 43658 43820.30646
Jumlah 449937.00 -
Rata-rata 44993.7 -
Standar Deviasi 1016.170774
Korelasi 0.808207701
Koefisien Variansi 0.022584735
Sumber: Hasil Perhitungan, 2018
Contoh perhitungan:
a. r
r= %pertumbuhan penduduk/n
r= (-6.64%)/9= -0.74%
b. Pn
Pn= Po(1+r)n
P2016=46841[1+(-0.74%)]9 = 43820.30646 jiwa
10
Dimana:
Y = variabel yang dicari trendnya
X = variabel waktu
Metode Geometri
49000
48000
47000
y = -335.62x + 720406
46000 R² = 0.9999
45000
44000
43000
42000
2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018
Tahun ke Jumlah
Tahun XY X2
(X) Penduduk (Y)
11
Tahun ke Jumlah
Tahun XY X2
(X) Penduduk (Y)
Tabel 3.4 Proyeksi Penduduk Kecamatan Gajah dengan Menggunakan Metode Least
Square (Lanjutan Tabel 3.3)
Contoh perhitungan:
a. a
a = –
( )
a =
= 47921.93
b. b
–
b =
[ –( ) ]
b =
12
b = -532.406
c. Pn
Pn = Y=a+bX
P2016 = 47921.93 + (-532.406)x10
P2016 = 42597.87273 jiwa
Metode Least-Square
49000
48000
47000
46000
45000
44000
43000
42000
2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018
13
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi
No R Interpretasi
1 0 Tidak Berkolerasi
2 0,01 – 0,20 Korelasi Sangat Rendah
3 0,21 – 0,40 Korelasi Rendah
4 0,41 - 0,60 Korelasi Agak Rendah
5 0,61 – 0,80 Korelasi Cukup Kuat
6 0,81 – 0,99 Korelasi Tinggi
7 1 Korelasi Sangat Tinggi
Sumber : Sugiyono, 2014
Standar deviasi menunjukkan seberapa jauh nilai yang ada terhadap nilai
reratanya. Semakin kecil standar deviasi maka data tersebut makin mendekati harga
yang sebenarnya, begitu pula sebaliknya.
Rumus :
y2 y
2
SD
n n
14
3.1.2.3. Analisa
Tabel 3.6 Hubungan Antara Ketiga Metoda
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Tahun
Data Aritmatika Geometri Least Square
Tabel 3.7 Perbandingan Nilai Korelasi dan Standar Deviasi Antara Ketiga Metode
Aritmatika Geometri Least Square Keterangan
Standar Deviasi 1070.779009 1016.170774 1611.939398 Nilai Paling Rendah
Korelasi 0.80630676 0.808207701 0.80630676 Nilai Paling Tinggi
Sumber: Hasil Perhitungan, 2018
15
Tahun Perkiraan Populasi (jiwa)
2026 40692
2027 40392
2028 40094
2029 39798
2030 39504
2031 39212
2032 38923
2033 38636
2034 38351
2035 38068
2036 37787
2037 37508
Sumber: Hasil Perhitungan, 2018
16
BAB IV
STUDI PUSTAKA
4.1 Umum
Studi Pustaka ini dipakai untuk dasar-dasar kriteria perencanaan. Pada bab ini
akan dijelaskan teori yang menunjang dalam proses penyusunan perencanaan
penyaluran air buangan di Kelurahan Sukapada Kota Bandung.
17
Dimana:
Pn = jumlah penduduk ditahun proyeksi
Po = jumlah penduduk tahun pertama data sensus
r = rasio laju pertumbuhan penduduk
n = selang waktu tahun dari data penduduk yang ada
Pt = jumlah penduduk terakhir data sensus
t = jumlah data sensus
∑ ∑
( ∑ ) (∑ ∑ )
( ∑ (∑ ) )
Dimana:
y = jumlah penduduk hasil sensus
x = faktor tahun
n = jumlah data
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n
SD = √ ∑ ( )
Dimana :
n-1 = Banyaknya data dikurangi 1 tahun
x = Jumlah Penduduk
x1, x2, x3 … xn = Banyaknya penduduk tiap tahun
x = Nilai rata-rata data Pn
18
4.2.5. Koefisien Variansi
Koefisien variansi merupakan suatu ukuran variansi yang dapat digunakan untuk
membandingkan suatu distribusi data yang mempunyai satuan yang berbeda. Kalau kita
membandingkan berbagai variansi atau dua variabel yang mempunyai satuan yang
berbeda maka tidak dapat dilakukan dengan menghitung ukuran penyebaran yang
sifatnya absolut (Barclay, 1983). Rumus yang digunakan dalam perhitungan Koefisien
Variansi adalah sebagai berikut :
KV = SD/x
Dimana :
KV = Koefisien Variasi
SD = Standar Deviasi
X = nilai rata-rata dari Pn
Dimana :
r = koefisien korelasi
x = selisih tahun terakhir dengan awal dari data
y = jumlah penduduk awal
n = jumlah data
19
4.3.1 Debit Rata-rata Air Buangan (Qr)
Debit rata-rata air buangan diperoleh dari persentase pemakaian air bersih yang
telah di tetapkan yaitu 60–80% dari pemakaian air rata-rata (Liter/orang/hari).
(Harjosuprapto, 2000)
Rumus yang digunakan untuk menentukan besarnya debit rata-rata adalah
(Babbit, 1982)
Qr = Fab × Qam
Dimana:
Qr = debit rata-rata air buangan (L/detik)
Fab = faktor timbulan air buangan (60-80%)
Qam = kebutuhan air minum (L/detik)
Kebutuhan air minum didapat dari pemakaian air bersih untuk rumah dan non
rumah tangga. Untuk kebutuhan rumah tangga didapat dari kebutuhan air bersih
sambungan langsung dah hidran umum, sedangkan kebutuhan non rumah tangga
diasumsikan 30% dari kebutuhan air bersih rumah tangga. Untuk menghitung
pemakaian air bersih total menggunakan persamaan berikut:
( )
KU=Pterlayani x
ND = 30% x (SL+KU)
Dimana:
Qinf = debit infiltrasi (L/detik)
L = panjang saluran
qinf = debit infiltrasi air tanah = (1-3) (L/detik)
Rumus yang digunakan untuk menentukan besarnya debit inflow (Qinf persil)
adalah (H.E.Babbit, 1960):
Qsf = Cr × P × Qr
20
Dimana:
Qsf = debit inflow (L/detik)
Cr = koefisien inflow (0,1-0,3)
P = Jumlah ekivalensi populasi yang dilayani
Qr = debit rata-rata air buangan (Liter /detik)
Dimana:
Qpeak = debit puncak (L/detik)
P = jumlah penduduk total (ribuan kapita atau jiwa)
Z = log4/logP
Qinfre = debit infiltrasi retikulasi
Dimana:
Ptotal = jumlah penduduk total (ribuan kapita)
Qr = debit rata-rata air buangan (L/detik)
21
Kedalaman aliran air buangan mampu digunakan untuk berenangnya benda-
benda yang ada di dalamnya dan tidak boleh penuh, kecuali pengaliran yang
memerlukan pemompaan;
Sedapat mungkin aliran air buangan dapat terus-menerus membawa benda
di dalamnya tanpa ada benda yang mengendap sehingga terjadi pembusukan
yang menghasilkan gas yang bau dan berbahaya.
(Harjosuprapto, 2000)
22
dalam penyaluran air buangan. Kedalaman minimum diartikan dengan kedalaman
berenang tinja. Di Indonesia ditetapkan, yaitu:
dmin = 5 cm, pada pipa halus
dmin = 7,5 cm, pada pipa kasar
Perolehan harga dmin didapat dari Nomogram Design Main Sewer yaitu dengan
cara mengetahui debit minimum (Qmin). Jika debit minimum kurang dari debit berenang
maka saluran tersebut harus digelontor (Harjosuprapto, 2000).
Aliran air buangan harus selalu bersifat terbuka, jadi aliran dalam pipa tidak
boleh penuh. Untuk memenuhi keadaan ini maka diameter aliran dalam pipa dibatasi
0,6 D sampai 0,8 D pada debit puncak, bila diameter aliran telah melewati 0,8 D maka
diameter pipa harus diperbesar atau kemiringan saluran harus diperbesar
(Harjosuprapto, 2000).
Dalam pipa perlu ada ruang udara agar air buangan dalam pipa riol tidak cepat
mengurai. Jika di dalam pipa tidak ada udara, keadaan akan menjadi anaerob dan
kemudian akan membusuk sehingga timbul H2S. Pipa dengan diameter kurang dari 600
mm, angka d/D disyaratkan maksimum 0,6, sedangkan untuk pipa yang berdiameter
lebih dari 600 mm, angka d/D dianjurkan maksimum 0,8.
23
Prinsip-prinsip Hidrolika.
Pengaliran pada sistem penyaluran air buangan mengacu pada hukum-
hukum fluida terutama yang menyangkut energi.
24
Kondisi aliran transisi adalah kondisi dimana terjadi perubahan ukuran satuan
dan kemiringan. Harga kehilangan tekanan akibat kondisi transisi adalah:
He = k(hv1 – hv2) = k.Δhv
Hv =
Dimana :
He = kehilangan tekanan akibat perubahan penampang saluran (meter)
hv1 = energi kecepatan di bagian hulu (meter/detik)
hv2 = energi kecepatan di bagian hilir (meter/detik)
k = koefisien dimana :
k = 0,1 untuk penambahan kecepatan
k = 0,2 untuk penurunan kecepatan
Kehilangan tekanan pada junction (pertemuan satu atau lebih saluran cabang)
dihitung dengan persamaan aliran transisi karena mempunyai prinsip pengaliran yang
sama. Kehilangan tekanan pada belokan dihitung dengan persamaan:
Hb = kb
Dimana :
Hb = kehilangan tekanan pada belokan
kb = koefisien belokan, dimana:
kb = 0,4 untuk belokan 50o
kb = 0,32 untuk belokan 45o-50o
25
1. Sistem tercampur (combined system), dimana air buangan dan limpasan
air hujan disatukan melalui satu saluran yang sama, saluran ini harus
tertutup. Pemilihan sistem ini didasarkan atas beberapa pertimbangan
antara lain:
a. Debit air kotor dan air hujan relatif kecil sehingga dapat disatukan
b. Kuantitas air hujan dan air buangan tidak jauh berbeda
c. Fluktuasi air hujan dari tahun ke tahun relatif kecil
2. Sistem terpisah (separate system), dimana air buangan dan air hujan
dilayani oleh sistem saluran secara terpisah dalam jaringan riol tertutup,
pemilihan sistem ini didasarkan atas beberapa pertimbangan antara lain:
a. Fluktuasi debit (air limbah dan limpasan air hujan) pada musim
kemarau dan musim hujan relatif besar
b. Periode musim kemarau dan musim hujan terlalu lama
c. Kuantitas yang berbeda antara air hujan dan air buangan
d. Air buangan memerlukan pengolahan terlebih dahulu sedangkan air
hujan tidak perlu (langsung dibuang ke sungai)
3. Sistem kombinasi, sistem ini adalah perpaduan antara saluran air
buangan dan saluran air hujan, dimana pada waktu musim hujan, air
buangan dan air hujan tercampur dalam saluran air buangan. Air hujan
berfungsi sebagai pengencer dan penggelontor. Kedua saluran ini tidak
bersatu, tetapi dihubungkan dengan sistem perpipaan interceptor.
26
Pola tegak lurus (perpendicular): digunakan untuk sistem jaringan air atau
sistem tercampur
Pola interceptor: digunakan untuk sistem tercampur dan dapat diterapkan
untuk daerah pantai
Pola lingkaran (zone): digunakan untuk sistem tercampur dan untuk
daerah perencanaan dimana terdapat perbedaan ketinggian muka air
tanah yang besar
Pola kipas (fan): digunakan untuk sistem terpisah dan pola ini
mengumpulkan beberapa saluran cabang pada saluran induk yang
kemudian dialirkan ke BPAB
Pola radikal: digunakan baik untuk sistem terpisah maupun tercampur.
Penyaluran air buangan dialirkan ke berbagai arah dari pusat
(permukiman) ke arah luar, sehingga diperlukan lebih dari satu BPAB.
(Harjosuprapto, 2000)
27
Qppr = debit puncak rerata pipa persil (Liter/detik)
Ptotal = jumlah penduduk total (ribuan kapita atau jiwa)
qmd = debit saluran air buangan hari maksimum (Liter/detik1000)
qr = debit satuan rerata air buangan penduduk (Liter/detik1000).
Pipa lateral merupakan pipa saluran yang menerima air buangan dari pipa-pipa
servis untuk dialirkan ke pipa cabang. Biasanya pipa lateral terletak memanjang di
sepanjang perumahan. Bahan dari saluran ini dapat dipilih dari jenis-jenis pipa yang
khusus diperuntukan bagi keperluan ini. Untuk sistem yang kecil, pipa service dapat
berfungsi sebgaai pipa lateral. Untuk jaringan yang lebih besar,pipa lateral dpat
berkembang sebagai pipa cabang. Pipa lateral minimal memiliki diameter 8 inci dengan
kemiringan pipa berkisar anatara 0.5-1%. Rumus yang digunakan untuk menghitung
diameter pipa lateral dengan jumlah penduduk antara 3.000 – 4.000 kapita adalah :
(Harjosuprapto, 2000)
Qpk =
(∑ )
Qpsr =
Qpb = Qpk + Qinf
Qinf = frQr + Lq inf
Dimana :
Qpk = debit puncak musim kering (L/detik)
Qpb = debit puncak musim basah (L/detik)
Qinf = debit tambahan dari infiltrasi limpasan air hujan (L/detik)
m = banyak jalur pipa service
x = perbandingan antara populasi yang dilayani dengan fpopulasi rata-rata
pada jalur pipa service
Qpsr = debit puncak rata-rata pada satu jalur pipa service
Pipa cabang, yaitu pipa saluran yang menerima air buangan dari pipa-pipa
lateral. Umumnya digunakan pipa bulat lingkaran.
Pipa induk, yaitu pipa saluran yang menerima air buangan dari pipa-pipa
cabang dan mengalirkannya ke BPAB.
Penentuan profil saluran yang akan digunakan perlu meninjau beberapa faktor
yaitu: (Harjosuprapto, 2000)
Segi hidrologis
Segi kontruksi
Kondisi topografi
Ketersediaan ruang untuk penanaman saluran
Segi ekonomis dan teknis
Segi hidrologis sangat penting untuk dipertimbangkan karena menyangkut
jenis dan karakteristik aliran terutama dalam kondisi pengaliran minimum dimana
terdapat persyaratan mengenai kedalaman berenang minimum dan kecepatan aliran
minimum.
Terdapat berbagai bentuk profil saluran yang digunakan untuk penyaluran air
buangan yaitu: bulat lingkaran, bulat telur, tapal kuda, dan lain-lain. Pada umumnya
saluran yang sering digunakan adalah saluran berbentuk bulat telur dan bulat lingkaran.
Untuk mencari luas lingkaran digunakan persamaan sebagai berikut
(Hardjosuprapto, 2000):
28
Dimana:
Afull = Luas lingkaran dalam keadaan air buangan penuh
= 3,14
D = Diameter (meter)
29
Pipa Lateral
Pipa lateral dan saluran umum (public sewer) lainnya sebaiknya
ditempatkan di:
1. Untuk penempatan di tepi jalan, sebaiknya d bawah trotoar atau
tanggul jalan.
2. Untuk penempatan di tengah jalan, dilakukan untuk jalan yang tidak
lebar dan bila jumlah rumah bagian kiri dan kanan hampir sama
banyak.
3. Bila air buangan dari bagian kiri dan kanan tidak sama, maka
penempatan dilakukan di sisi yang paling banyak rumahnya.
4. Bila jumlah rumah di kedua sisi sama dan elevasi lebih tinggi dari jalan,
maka penempatan di lakukan di tengah jalan.
5. Bila jumlah rumah dikedua sisi banyak sekali, maka penempatan dapat
di lakukan baik di sisi kiri dan kanan jalan.
6. Jalan dengan bangunan/rumah lebih tinggi elevasinya dari sisi lain,
maka penempatan dilakukan di sisi yang elevasinya lebih tinggi.
30
Tergantung Syarat Vmaks,
300 0,0035
Vmin, Slope tanah
Tergantung Syarat Vmaks, Tergantung Syarat Vmaks,
400
Vmin, Slope tanah Vmin, Slope tanah
Sumber: Hardjosuprapto, 2000
31
4.5 Bangunan Pelengkap Air Buangan
4.5.1 Manhole
Fungsi dari manhole adalah digunakan untuk mengadakan pemeriksaan dan
pembersihan pada saluran bila ada penyumbatan. Persyaratan manhole yang baik
adalah (DPU Cipta Karya, 2000):
Bersifat padat.
Dinding dan pondasi kedap air.
Kuat menahan gaya-gaya dari luar.
Cukup luas agar petugas dapat masuk kedalam manhole.
Terbuat dari beton atau pasangan batu bata dan batu kali.
Jika diameter pipa besar dan kedalaman lebih besar atau sama dengan 2,50 m
digunakan beton bertulang. Bagian atas dinding manhole perlu diberi konstruksi yang
fleksibel.
Bangunan manhole ditempatkan pada (DPU Cipta karya, 2000):
Jalur saluran yang lurus, dengan jarak tertentu tergantung diameter
saluran. Jarak manhole dapat dilihat pada Tabel 4.2.
32
Tabel 4.3. Kedalaman Manhole
Kedalaman (m) Diameter Minimum (m)
< 0,8 0,75
0,8-2,1 1,00
>2,1 1,50
Sumber: DPU Cipta Karya, 2000
Ketebalan dinding manhole serta ketebalan lantai tergantung dari (DPU Cipta
Karya, 2000):
Kedalaman
Kondisi tanah
Beban yang diterima
Material yang digunakan
Ketebalan dinding manhole umumnya 125-225 mm tergantung material
yang digunakan.
Persyaratan lantai kerja manhole yang baik adalah (DPU Cipta Karya, 2000):
Mempunyai luas yang cukup untuk petugas berdiri dan meletakan alat
pembersih.
Kemiringan lantai 8%.
Sisi U-shaped harus cukup tinggi untuk mencegah overflow air buangan ke
lantai
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tutup manhole
antara lain (DPU Cipta Karya, 2000):
Mudah diperbaiki atau diganti.
Kuat menahan beban di atasnya
Terdapat di pasaran dengan harga murah
Tertutup rapat, kecuali jika berfungsi sebagai ventilasi
Bahan yang digunakan adalah baja, besi atau plat beton. Diameter
minimum adalah 0,6 meter.
Tangga manhole yang diperlukan cukup hanya untuk berpijak sepasang kaki.
Terbuat dari besi atau alumunium. Bentuk tangga adalah U dengan diameter 3/4 – 1
inci. Jarak antar anak tangga 30-50 cm (DPU Cipta Karya, 2000).
Drop manhole digunakan pada pertemuan saluran yang tingginya tidak sama,
dimana perbedaan elevasi antara saluran yang datang dan saluran yang meninggalkan
lebih besar dari pada 45 cm. Tujuannya adalah untuk menghindari terjadinya splashing
(ceburan) air buangan yang dapat merusak dinding dan dasar, juga melepaskan H2S.
Perbedaan tinggi maksimum ditetapkan sebesar 3 meter (DPU Cipta Karya, 2000).
33
Dekat fire hydrant untuk memudahkan operasi penggelontoran.
Jarak 150-200 ft dari manhole untuk menunjang kerja manhole.
Jarak antara terminal 250-300ft
Belokan (headloss relatif kecil)
4.5.3 Belokan
Perencanaan yang perlu diperhatikan dalam merencanakan belokan adalah
(Hardjosuprapto, 2000):
Pada belokan tidak boleh terjadi perubahan penampang melintang
saluran.
Pembuatan dinding saluran pada belokan diusahakan selicin mungkin.
Bentuk saluran uniform, baik menyangkut radius maupun kemiringan.
Pada setiap belokan harus dibuat manhole untuk memudahkan
pemeriksaan dan pemeliharaan.
Radius lengkung belokan yang sangant pendek perlu dihindari agar kehilangan
energi dapat ditekan seminimal mungkin. Untuk mengatasinya maka dibatasi radius
lengkungan dari pusat adalah 3 kali lebih besar dari diameter saluran.
Q = A1 x V1 = A2 x V2
Dimana :
Q = Debit aliran (m3/detik)
A = Luas Penampang Melintang (m2)
V = Kecepatan Aliran (m/detik)
34
4.6.2 Dimensi Saluran
Setelah didapat debit puncak pada setiap sektor pelayanan kemudian dengan
mengalihkan suatu faktor maka akan didapat debit pada saat penuh, kemudian
dilakukan pendimensian pipa. Hal pertama yang dilakukan dalam pendimensian ini
adalah menghitung slope tanah. Persamaan untuk menghitung slope tanah yaitu
(Hardjosuprapto, 2000):
St =
Dimana :
St = slope tanah
S1 = elevasi tanah hulu
S2 = elevasi tanah hilir
L = panjang pipa
35
BAB V
PERENCANAAN DETAIL SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
5.1 Proyeksi Kebutuhan Air
Secara umum, timbulan air limbah dua jenis timbulan yang disesuaikan dengan
pemakaiannya, yaitu pemakaian rumah tangga dan non rumah tangga. Kebutuhan air
rumah tangga meliputi kebutuhan air untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga dan
sarana pendukungnya. Untuk kebutuhan air non rumah tangga meliputi seluruh kegiatan
kota baik sarana prasarana umum, fasilitas sosial, fasilitas pendidikan, fasilitas
kesehatan, dan komersial. Dasar utama proyeksi adalah terhadap perkembangan jumlah
penduduk dan besarnya kebutuhan dasar yang diperlukan untuk masing-masing sektor
kegiatan.
Proyeksi kebutuhan air mengikuti jangka waktu proyeksi penduduk yang telah
ditentukan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kebutuhan air :
a. Faktor teknis, meliputi:
Kebocoran air
Harga air
Kualitas air yang akan disediakan
Tekanan yang akan disediakan
b. Faktor non teknis, meliputi:
Jumlah penduduk kota
Tingkat sosial ekonomi
Adat istiadat masyarakat
Kesadaran masyarakat
Tingkat pendidikan
Untuk memperkirakan besarnya kebutuhan air minum pada suatu daerah
digunakan data proyeksi penduduk yang telah dihitung. Berikut data pembagian status
kota berdasarkan jumlah penduduk:
Tabel 5.1 Pembagian Status Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk
Kategori Status Kota Jumlah Penduduk
I Metropolitan >1.000.000 jiwa
II Besar 500.000-1.000.000 jiwa
III Menengah 100.000-500.000 jiwa
IV Kecil 20.000-100.000 jiwa
V Desa < 20.000 jiwa
Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen PU, 2007
36
Tabel 5.2 Ketentuan Kebutuhan Air Rumah Tangga
Uraian Kuantitas
Konsumsi unit sambungan rumah (SR) L/org/hr 150
Konsumsi hidran umum (HU) L/org/hr 30
Konsumsi unit non rumah tangga (%) 20-30
Kehilangan air (%) 20-30
Faktor maksimum/hari 1.1
Faktor maksimum/jam 1.5
Jumlah jiwa per SR 8
Jumlah jiwa per HU 100
Jam operasi 24
Sisa tekan di jaringan distribusi 10
Volume Reservoir (% max day demand) 20
SR : HU 70 : 30
Cakupan Pelayanan 90
Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen PU, 2007
Dalam melayani kebutuhan air minum rumah tangga, dilakukan 2 cara, yaitu:
a. Sambungan Rumah
Sambungan rumah adalah pelayanan air minum dari sistem perpipaan yang
dialirkan langsung ke konsumen. Penggunaan air yang dilayani dengan
sistem sambungan rumah dapat diklasifikasikan ke dalam pengguna air
yang memiliki rumah permanen sehingga dalam menghitung kebutuhan air
menggunakan standar kebutuhan air pada bangunan rumah permanen.
b. Hidran Umum
Perubahan persen pelayanan dan kebutuhan dasar air yang semakin
meningkat dikarenakan adanya asumsi bahwa semakin modern maka
jumlah pemakaian air semakin meningkat. Hal ini bisa disebabkan adanya
perubahan pola pemakaian air oleh masyarakat akibat kemajuan teknologi,
perubahan tingkat perekonomian dan tingkat pendidikan masyarakat.
Tabel 5.3 Kebutuhan Air Rumah Tangga per Lima Tahun di Kecamatan Gajah
Tahun
No Deskripsi Satuan
2016 2021 2026 2031 2036 2037 2038
Jumlah Penduduk
1 Jiwa 43658 42227 40691 39212 37786 37508 37231
Total
Tingkat
2 % 0 100 100 100 100 100 100
Pelayanan
Jiwa 0 42227 40691 39212 37786 37508 37231
Tingkat
3
Pelayanan
- Pelayanan SR % 0 25 50 75 100 100 100
Jiwa 0 10557 20346 29409 37786 37508 37231
jiwa/samb 5 5 5 5 5 5 5
jml samb 0 2111 4069 5882 7557 7502 7446
- Konsumsi Air L/o/h 0 150 150 150 150 150 150
37
Tahun
No Deskripsi Satuan
2016 2021 2026 2031 2036 2037 2038
SR
L/dtk 0 18 35.32 51.06 65.60 65.12 64.64
4 - Pelayanan HU % 100 75 50 25 0 0 0
Jiwa 43658 31670 20346 9803 0 0 0
jiwa/HU 100 100 100 100 100 100 100
jml HU 437 317 203 98 0 0 0
Konsumsi Air
- L/o/h 30 30 30 30 30 30 30
HU
L/dtk 15.16 11.00 7.06 3.40 0 0 0
5 Total Kebutuhan jml/samb 437 2428 4273 5980 7557 7502 7446
Rumah Tangga L/dtk 15.16 29.32 42.39 54.46 65.60 65.12 64.64
Total Timbulan
6 L/dtk 12.13 23.46 33.91 43.57 52.48 52.10 51.71
Air Buangan
Sumber: Hasil Perhitungan, 2018
38
No. Fasilitas Standar Penduduk (jiwa) Luas (m2)
3 Gereja 30000
4 Pura 30000
5 Vihara 30000
D Perniagaan
1 Pasar/Pusat Perbelanjaan 30000 13500
2 Toko 2500 1200
3 Warung/Kios 250 100
E Rekreasi
1 Bioskop 30000 2000
2 Kolam Renang 100000
3 GOR 30000
4 Lapangan OR 30000 9000
5 Balai Pertemuan 30000 1000
6 Gedung Kesenian 480000 2000
7 Taman Lingkungan 30000
8 Taman Bermain 250 250
F Transportasi
1 Sub Terminal 30000 2000
Sumber: Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen PU, 2007
39
No Jenis Pemakaian Kebutuhan Satuan
2 Hidran Umum 30-40 L/Orang/Hari
3 Sekolah 15-30 L/Murid/Hari
4 Kantor 40-80 L/Pegawai/Hari
5 Masjid 800-2.000 L/Unit/Hari
6 Langgar 300-1.000 L/Unit/Hari
7 Gereja 200-600 L/Unit/Hari
8 Pura 100-500 L/Unit/Hari
9 Vihara 100-500 L/Unit/Hari
10 Pesantren 5.000 L/Unit/Hari
11 Rumah Sakit 200-400 L/Tempat tidur/Hari
12 Puskesmas 1.000-2.000 L/Unit/Hari
13 Puskesmas Pembantu 800-1.200 L/Unit/Hari
14 BKIA/RS Bersalin 600-1.000 L/Unit/Hari
15 Balai Pengobatan 1.000-2.000 L/Unit/Hari
16 Apotek 100 L/Unit/Hari
17 Bank 110-1.500 L/Unit/Hari
18 Warung/Toko 6-12 L/Unit/Hari
19 Pasar 2.500-5.000 L/Unit/Hari
20 Koperasi 500-1.000 L/Unit/Hari
21 Asuransi 1.100 L/Unit/Hari
22 Terminal 2.000-4.500 L/Unit/Hari
23 Supermarket 1.500-2.500 L/Unit/Hari
24 Restoran 40-140 L/Kursi/Hari
25 Bioskop 1.000-3.000 L/Unit/Hari
26 Gedung Serba Guna 1.000-2.000 L/Unit/Hari
27 Balai Pertemuan 2.000 L/Unit/Hari
28 Kantor Pos 2.000 L/Unit/Hari
29 Kantor Polisi 2.000 L/Unit/Hari
30 Hotel/Penginapan 75-120 L/Tempat tidur/Hari
31 Gedung Olah Raga 1.200-1.600 L/Unit/Hari
32 Kolam Renang 1.000-1.300 L/Unit/Hari
33 Industri 20-30 L/Orang/Hari
Sumber: Proyek Peningkatan Sarana Air Bersih, Jawa Barat
40
Tabel 5.7 Proyeksi Kebutuhan Air untuk Fasilitas Pendidikan
Tahun
No Deskripsi Satuan
2016 2021 2026 2031 2036 2037 2038
1 TK
Jumlah Unit 21 21 21 21 21 21 21
Asumsi Jiwa 100 100 100 100 100 100 100
Standar Kebutuhan l/o/h 30 30 30 30 30 30 30
Jumlah Kebutuhan l/detik 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73
2 SD
Jumlah Unit 31 31 31 31 31 31 31
Asumsi Jiwa 300 300 300 300 300 300 300
Standar Kebutuhan l/o/h 30 30 30 30 30 30 30
Jumlah Kebutuhan l/detik 3.23 3.23 3.23 3.23 3.23 3.23 3.23
3 SMP
Jumlah Unit 10 10 10 10 10 10 10
Asumsi Jiwa 650 650 650 650 650 650 650
Standar Kebutuhan l/o/h 30 30 30 30 30 30 30
Jumlah Kebutuhan l/detik 2.26 2.26 2.26 2.26 2.26 2.26 2.26
4 SMA
Jumlah Unit 5 5 5 5 5 5 5
Asumsi Jiwa 650 650 650 650 650 650 650
Standar Kebutuhan l/o/h 30 30 30 30 30 30 30
Jumlah Kebutuhan l/detik 1.13 1.13 1.13 1.13 1.13 1.13 1.13
Total Kebutuhan
l/detik 7.35 7.35 7.35 7.35 7.35 7.35 7.35
Non Rumah Tangga
Total Timbulan Air
l/detik 5.88 5.88 5.88 5.88 5.88 5.88 5.88
Buangan
Sumber: Hasil Perhitungan, 2018
41
Tahun
No Deskripsi Satuan
2016 2021 2026 2031 2036 2037 2038
Jumlah Unit 2 2 2 2 2 2 2
Standar Kebutuhan l/unit/h 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000
Jumlah Kebutuhan l/detik 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05
3 Poliklinik
Jumlah Unit 15 15 15 15 15 15 15
Standar Kebutuhan l/unit/h 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000
Jumlah Kebutuhan l/detik 0.35 0.35 0.35 0.35 0.35 0.35 0.35
Total Kebutuhan
l/detik 2.34 2.34 2.34 2.34 2.34 2.34 2.34
Non Rumah Tangga
Total Timbulan Air
l/detik 1.87 1.87 1.87 1.87 1.87 1.87 1.87
Buangan
Sumber: Hasil Perhitungan, 2018
42
Sistem pengaliran dengan gravitasi mengikuti kontur, dimana badan
penerima air berada pada kontur paling rendah diantara daerah pelayanan
yang ada.
Sistem penyaluran yang digunakan adalah sistem terpisah, dimana sistem
penyaluran air limbah terpisah (berbeda) dengan sistem penyaluran air
hujan.
Bentuk saluran yang digunakan dalam perencanaan adalah bentuk
lingkaran.
Bahan saluran yang digunakan adalah menggunakan saluran yang dilapisi
beton, sehingga kekasaran pipa atau koefisien manningnya adalah 0,013.
Dalam perencanaannya, untuk dapat menghitung detail desain sistem
penyaluran air limbah meliputi:
Perhitungan Debit ; panjang pipa, perhitungan ekuivalensi penduduk pada
tiap blok pelayanan, kebutuhan air rumah tangga dan non rumah tangga,
debit rata-rata (Qr), debit maksimum harian (Q max/day), debit infiltrasi
(Qinf), debit puncak (Qpeak), debit minimum (Qmin) serta debit desain (Qp
Desain).
Perhitungan Diameter ; meliputi perhitungan dimensi pipa, waktu tempuh,
serta perhitungan diameter minimum dan kecepatan pengaliran minimum
untuk menentukan apakah dibutuhkan penggelontoran atau tidak.
Perhitungan Galian ; dalam perhitungan ini memparkan perhitungan
volume galian serta jenis manhole yang digunakan.
Besarnya diameter minimum dan kecepatan pengaliran yang ada dalam suatu
pipa harus diperhitungkan agar tidak menyebabkan banyak masalah di masa depan dan
pipa tidak mudah rusak. Untuk mengalirkannya apabila, diameter minimum dan
kecepatan pengaliran tidak memenuhi syarat maka diperlukan penggelontoran.
43
6. Akumulasi Panjang Pipa (m)
Tabel 5.12 Akumulasi Panjang Pipa
Pipa Induk Akumulasi Panjang
Panjang PIpa (m)
Awal Akhir Pipa (m)
M2 M3 108,68 208,42
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018
Contoh Perhitungan :
Panjang Pipa M1 ke M2 : 99.74 m.
Panjang Pipa M2 ke M3 : 108,68 m.
Maka, akumulasi panjang pipa = 99,74 m + 108,68 m = 208,42 m.
7. Akumulasi Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk setiap blok didapat dari asumsi bawah satu rumah berisi
5 orang. Tabel 5.13 berikut ini merupakan jumlah penduduk setiap blok,
sebagai berikut:
Contoh Perhitungan :
Jumlah Penduduk Blok 1 = 48 rumah x 5 orang/rumah = 240 orang.
Jumlah Penduduk yang dilewati Pipa M1 ke M2 : 40 orang.
Jumlah Penduduk yang dilewati Pipa M2 ke M3 : 240 orang.
Maka, akumulasi jumlah penduduk = 40 orang + 240 orang = 280 orang.
44
8. Standar Kebutuhan Air (Liter/orang/hari)
Standar kebutuhan air merupakan kebutuhan air yang digunakan untuk
memenuhi keperluan sehari-hari setiap orangnya. Satuan yang digunakan adalah
liter/orang/hari. Dalam perencanaan detail desain sistem penyaluran air limbah
ini, standar kebutuhan air yang digunakan yaitu sebesar 150 L/o/h.
Contoh Perhitungan :
Standar Kebutuhan Air : 150 L/o/h
Akumulasi Jumlah Penduduk : 280 orang
Kebutuhan Air Rumah Tangga =
= 0,49 L/s
= 0,00049 m3/s
10. Kebutuhan Air Non Rumah Tangga
Untuk menentukan kebutuhan air non rumah tangga pada suatu
perencanaan, di asumsikan bahwa total air non rumah tangga di suatu daerah
perencanaan sebesar 30 % dari kebutuhan air rumah tangga. Persamaan yang
digunakan dalam menentukan kebutuhan air non rumah tangga adalah sebagai
berikut :
Kebutuhan Air Non Rumah Tangga = 30 % x Kebutuhan Air Rumah Tangga
45
Tabel 5.17 Kebutuhan Air Non Rumah Tangga
Pipa Induk Kebutuhan Air Non Rumah Tangga
Awal Akhir L/s m3/s
M2 M3 0,15 0,00015
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018
Contoh Perhitungan :
Kebutuhan Air Rumah Tangga = 0,49 L/s
Kebutuhan Air Non Rumah Tangga = 30% x 0,49 L/s
= 0,15 L/s
Kebutuhan Air Non Rumah Tangga =
= 0,00015 m3/s
Contoh Perhitungan :
Kebutuhan Air Rumah Tangga : 0,00049 m3/s
Kebutuhan Air Non Rumah Tangga : 0,00015 m3/s
Kebutuhan Air Total = 0,00049 m /s + 0,00015 m3/s
3
= 0,00061 m3/s
Contoh Perhitungan :
Kebutuhan Air Non Rumah Tangga : 0,15 L/s
Standar Kebutuhan Air : 150 L/o/h
46
P Ekivalen =
= 84 orang
13. Jumlah Penduduk Total (Orang)
Jumlah penduduk total merupakan jumlah dari penduduk ekivalen
ditambahkan dengan Akumulasi jumlah penduduk tiap blok. Persamaan yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Contoh Perhitungan :
P Ekivalen : 84 orang
Akumulasi P : 280 orang
P Total = 84 orang + 280 orang
= 364 orang
Contoh Perhitungan :
Kebutuhan Air Total : 0,0006 m3/s
Qr = 80% x 0,0006 m3/s
= 0,0005 m3/s
Qr = 0,0079 m3/s x 1000
= 0,50 L/s
qr = x Qr
47
Contoh Perhitungan :
P Total : 364 orang
Qr : 0,0005 m3/s
qr = x 0,0005 m3/s
= 0,0039 m3/s
qr = 0,0014 m3/s x 1000
= 1,4 L/s
Qmd = qr x fmd
Contoh Perhitungan :
qr : 0,0014 m3/s
fmd : 1,25
Qmd = 0,0014 m3/s x 1,25
= 0,0017 m3/s
Qinf = x
Tabel 5.24 Debit Infiltrasi
Pipa Induk
Qinf (m3/s)
Awal Akhir
M2 M3 0,00042
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018
Contoh Perhitungan :
L pipa : 208,42m
q inf : 2 L/s
Qinf = x
= 0,00042 m3/s
Qsf = 0,2 x x qr
48
Tabel 5.25 Debit Surface Infiltrasi
Pipa Induk
Qsf (m3/s)
Awal Akhir
M2 M3 0,00010
Sumber : Hasil Perhitungan,2018
Contoh Perhitungan :
L pipa : 208,42 m
qr : 0,0014 m3/s
Qsf = 0,2 x x 0,0014 m3/s
= 0,00010 m3/s
Z=
( )
Contoh Perhitungan :
P total : 364 orang
Qmd : 0,0017 m3/s
Z =
( )
= - 1,372
Q peak = 5 x ( )( )
x 0,0017 m3/s
= 0,00079 m3/s
Q peak = 0,00079 m3/s x 1000
= 0,79 L/s
Z=
( )
49
Contoh Perhitungan :
P total : 364 orang
qr : 0,0014 m3/s
Z =
( )
= -1,372
Qmin = 0,2 x ( )( )
x 0,0014 m3/s
= 0,00040 m3/s
Q min = 0,00040 m3/s x 1000
= 0,4 L/s
Contoh Perhitungan :
Q peak = 0,00079 m3/s
Qinf = 0,00079 m3/s
Qsf = 0,0001 m3/s
Qp Desain = 0,00079 m3/s + 0,00079 m3/s + 0,0001 m3/s
= 0,0013 m3/s
Qp Desain = 0,0013 m3/s x 1000
= 1,3 L/s
5.3.1 Rekapitulasi
Rekapitulasi hasil perhitungan debit sistem penyaluran air limbah ada pada
Lampiran.
50
4. Debit Perencanaan (L/s)
Tabel 5.30 Debit Perencanaan
Pipa Induk Debit Perencanaan
Awal Akhir Qr (L/s) Qmin (L/s) Qpeak (L/s) Qp Desain (L/s)
M2 M3 0,5 0,4 0,79 1,3
Sumber : Hasil Perhitungan,2018
51
6. Nilai d/D
Nilai ini didapat dari kriteria perencanaan, dimana dalam kriteria
perencanaan diketahui jika ;
Awal saluran d/D = 0,6
Akhir saluran d/D = 0,8
Sehingga didapatkan nilai d/D untuk pipa induk adalah sebesar 0,8 dan nilai
d/D untuk pipa lateral adalah 0,6.
7. Nilai Qp/Qf
Nilai ini didapat hasil dari plot data d/D ke grafik “Hydraulic Element of
Circular Sewer Running Party Full”. Grafik dapat dilihat seperti dalam gambar 5.1
berikut ini :
0,98
Gambar 5.1 Nilai Qp dan Qf dari Grafik Hydraulic Elements for Circular Sewers
Sumber: Hasil Analisa, 2018
52
Tabel 5.34 Nilai Qp/Qf
Pipa Induk
Qp/Qf
Awal Akhir
M2 M3 0,98
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018
Q full =
( )
Contoh Perhitungan :
Qp Desain : 1,308 L/s
Qp/Qf : 0,98
Q full =
= 1,33 L/s
9. Diameter Pasaran
Nilai diameter pasaran ini didapat dari hasil plot grafik nomograph antara
nilai koefisien manning (n) dengan Q full (L/s), grafik dapat dilihat seperti dalam
Gambar 5.2 berikut ini :
Contoh Perhitungan :
n : 0,013
Q full : 1,33 L/s
D Pasaran = 200 mm
= = 7,84 inch
S=( )
53
Tabel 5.37 Slope Pipa (m)
Pipa Induk
Slope Pipa (m)
Awal Akhir
M2 M3 0,0000166
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018
Contoh Perhitungan :
Q full : 1,33 L/s
n : 0,013
D : 200 mm
R =
=
= 0,20 m
( )
S =( ) = 0,0000166
( )
n=0,013
0,013
d = 200 mm
54
Gambar 5.2 Nilai Diameter dari Grafik Nomograph
Sumber: Hasil Analisa, 2018
Vfull =
Contoh Perhitungan :
n : 0,013
R =
= = 0,21 m
S : 0,001
Vfull = ( ) ( )
= 0,252 m/s
Contoh Perhitungan :
D = 200 mm
Afull = x 3,14 x ( )
= 0,031 m2
13. Nilai Vp/Vf
Nilai ini didapat dari hasil plot nilai Qp/Qf kedalam grafik “Hydraulic
Element of Circular Sewer Running Partly Full”. Grafik dapat dilihat dalam
Gambar 5.3 berikut ini :
55
Contoh Perhitungan:
Qp/Qf : 0,98
Vp/Vf : 1,14
Vpeak = Vfull x
Contoh Perhitungan :
Vfull : 0,0248 m/s
Vp/Vf : 1,14
Vpeak = 0,0248 m/s x 1,14
= 0,03 m/s
0,8
1,14
Gambar 5.3 Nilai Vp/Vf dari Grafik Hydraulic Elements for Circular Sewers
Sumber: Hasil Analisa, 2018
56
15. Nilai Qm/Qf
Qm/Qf =
Contoh Perhitungan :
Qmin : 0,404 L/s
Qfull : 1,33 L/s
Qmin/Qf =
= 0,3
Contoh Perhitungan :
Vfull : 0,0248 m/s
Vm/Vf : 0,86
Vmin = 0,0248 m/s x 0,86
= 0,0214 m/s
Dmin = D x (Dm/Df)
57
Tabel 5.45 Nilai Dmin
Pipa Induk
Dmin (m)
Awal Akhir
M2 M3 0,078
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018
0,39 0,86
Gambar 5.4 Nilai Vm/Vf dan Dm/Df dari Grafik Hydraulic Element for Circular Sewer
Running Party Full
Sumber: Hasil Analisa, 2018
Contoh Perhitungan :
D : 200 mm
Dm/Df : 0,39
Dmin = x 0,39
= 0,078 m
58
Tabel 5.46 Nilai td
Pipa Induk
td (jam)
Awal Akhir
M2 M3 1,41
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018
Contoh Perhitungan :
L pipa : 108,68 m
Vmin : 0,0241 m/s
td =
= 1,41 jam
59
Sumber : Hasil Analisa, 2018
Dg =
Contoh Perhitungan :
D : 200 mm
Dg =
= 56 mm
Dmin Rata-rata =
60
Tabel 5.51 Nilai Dmin Rata-rata
Segmen Dmin Rata-rata
Dari Ke (m)
M2 M3 3,12
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018
Contoh Perhitungan :
dmin : 0,078 m
Dmin Rata-rata =
= 0,0312 m
6. Dmin/dfull
Hasil Perhitungan ini didapat dari hasil perhitungan diameter sebelumnya,
dari hasil baca grafik “Hydraulic Elements for Circular Sewers Running Party Full”.
7. A full (m2)
A full =
Contoh Perhitungan :
Qfull : 0,0013 m3/s
Vfull : 0,0248 m/s
A full =
= 0,0537 m2
8. Perbandingan luas penampang basah saat dmin dan saat dfull (Amin)
Nilai Amin/Afull didapat dari hasil plot grafik nilai dmin/dfull ke garis area
dalam grafik “Hydraulic Elements for Circular Sewer”. Grafik dapat dilihat seperti
dalam Gambar 5.5.
61
Tabel 5.54 Nilai dmin/dfull dan Amin/Afull
Segmen
dmin/dfull Amin/Afull
Dari Ke
M2 M2 0,339 0,35
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018
Contoh Perhitungan :
Afull : 0,0537 m2
Amin/Afull : 0,35
a min = 0,0537 m2 x 0,35
= 0,019 m2
10. Perbandingan Kedalaman Titik Berat Penampang Air Penggelontor dengan
Diameter Pasaran (dg/D)
=
Tabel 5.56 Nilai dg/D
Segmen
dg/D
Dari Ke
M2 M3 0,4
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018
Contoh Perhitungan :
Dg : 80 mm
D : 200 mm
=
= 0,4
11. Perbandingan Ag/Afull
Nilai Ag/Afull didapat dari hasil plot grafik nilai dg/D ke garis area dalam
grafik “Hydraulic Elements for Circular Sewer”. Nilai dg/D diketahui yaitu 0,4.
Grafik dapat dilihat seperti dalam Gambar 5.6.
62
Tabel 5.57 Nilai Ag/Afull
Segmen
Ag/Afull
Dari Ke
M2 M3 0,36
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018
0,35
Gambar 5.5 Nilai Amin/Afull dari Grafik Hydraulic Elements for Circular Sewers
Sumber: Hasil Analisa, 2018
Ag = Afull x (Ag/Afull)
Contoh Perhitungan :
Afull = 0,0537 m2
Ag/Afull = 0,36
Ag = 0,0537 m2 x 0,36
= 0,019 m2
63
13. Kecepatan Air Gelontor (vw)
( ) ( )
Vw = Vmin +√
( )
0,36
Gambar 5.6 Nilai Ag/Afull dari Grafik Hydraulic Elements for Circular Sewers
Sumber: Hasil Analisa, 2018
Contoh Perhitungan :
Ag = 0,019 m2
amin = 0,019 m2
dg = 80 mm
dmin = 0,078 m
Vmin = 0,021 m/s
( ) ( )
Vw = 0,0021 +√
( )
= 6932,45 m/s
64
14. Panjang Pipa Yang Digelontor (m)
Panjang pipa yang akan digelontor didapat dari hasil perhitungan debit
sebelumnya, hasil perhitungan didapat sebagai berikut :
Contoh Perhitungan :
Vw = 6932,45 m/s
Ag = 0,019 m2
Amin =0,019 m2
Q Gelontor = 6932,45 m/s x (0,019 m2 - 0,019 m2)
= 3,724 m3/s
Vg = Qg x ( )
Contoh Perhitungan :
Qg = 3,714 m3/s
L = 108,68 m
Vw = 6932,45 m/s
Vg = 3,714 m3/s x ( )
3
= 0,058 m
5.6.1 Rekapitulasi
Rekapitulasi hasil perhitungan debit penggelontoran terdapat pada Lampiran.
65
5.7 Perletakan Pipa
Dalam perhitungan volume galian pipa ini terdapat beberapa data dari hasil
perhitungan sebelumnya, yaitu ; Panjang Pipa (m), Diameter Pasaran (D) dan Kemiringan
Pipa (Slope).
1. Segmen Pipa, Panjang Pipa (m), Diameter Pasaran dan Kemiringan Pipa
(Slope)
2. Headloss (m)
Headoss merupakan kehilangan tekanan akibat gesekan dengan pipa
ataupun karena kemiringan saluran. Persamaan untuk mendapatkan Headloss
adalah sebagai berikut :
Headloss = L x S
Contoh Perhitungan :
L = 108,68 m
S = 0,000017 m
Headloss = 108,68 m x 0,000017 m
= 0,0018 m
66
Elevasi Puncak Pipa Hulu (m) = Elevasi Tanah Awal (m) – 0,8 m
Elevasi Puncak Pipa Hilir (m) = Elevasi Tanah Akhir (m) – D
Contoh Perhitungan :
Karena Segmen M2 – M3 bukan segmen awal, perhitungan elevasi puncak
pipa hulu mengikuti elevasi puncak pipa hilir segmen sebelumnya, sehingga
didapatkan:
Elevasi Tanah Akhir =7m
Diamater Pasaran = 0,2 m
Elevasi Puncak Pipa Hulu = 6,2 m
Elevasi Puncak Pipa Hilir= 6,2 m – 0,2 m
=6m
Contoh Perhitungan :
Elevasi Puncak Pipa Hulu = 6,2 m
Elevasi Puncak Pipa Hilir = 6,2 m
Elevasi Dasar Pipa Hulu = 6,2 m – 0,2 m
=6m
Elevasi Dasar Pipa Hilir = 6 m – 0,2 m
= 5,8 m
Kedalaman Galian Hulu = Elevasi Tanah Awal – Elevasi Dasar Pipa Hulu
Kedalaman Galian Hilir = ELevasi Tanah Akhir – Elevasi Dasar Pipa HIlir
67
Contoh Perhitungan :
Elevasi Tanah Awal = 7 m
Elevasi Tanah Akhir = 8 m
Elevasi Dasar Pipa Hulu = 6 m
Elevasi Dasar Pipa Hilir = 5,8 m
Kedalaman Galian Hulu = 7 m – 6 m
=1m
Kedalaman Galian Hilir = 8 m – 5,8 m
= 2,2 m
Contoh Perhitungan :
D = 0,2 m
Lebar Galian = (1,5 x 0,2 m) + 0,3
= 0,6 m
Contoh Perhitungan :
Lpipa : 108,68 m
L : 0,6 m
Kedalaman Galian Hulu = 1 m
Kedalaman Galian Hilir = 2,2 m
VG = 108,68 m x 0,6 m x (1 m + 2,2 m)
= 208,67 m3
9. Bentuk Manhole
Terdapat kriteria yang digunakan untuk menentukan bentuk manhole pada
setiap segmen saluran, kriteria tipe manhole adalah sebagai berikut :
a. Tipe A
Untuk Pipa Lateral dan Pipa Cabang.
Kedalaman 0,45 – 1,5 m.
68
Bentuk Persegi dengan tebal dinding 150 mm.
Lebar 1,1 m agar dapat digunakan dijalan.
b. Tipe B
Untuk Semua Pipa dengan ukuran hingga 1200 mm.
Kedalaman 1,5 – 2,7 m.
Bentuk bulat dengan tebal dinding 200 mm.
Diameter 1200 – 2100 mm.
c. Tipe C
Untuk semua Pipa dengan ukuran hingga 1200 mm.
Kedalaman 2,7 – 5 m.
Bentuk bulat dengan tebal dinding 200 mm.
Diameter 1200-2100 mm.
d. Tipe D
Untuk semua Pipa dengan ukuran hingga 1200 mm.
Kedalaman >5 m
Bentuk bulat dengan tebal dinding 250 mm
Diameter 1500 – 2100 mm.
5.7.1 Rekapitulasi
Rekapitulasi hasil perletakan pipa dan gambar profi hidrolis terdapat dalam
Lampiran.
69
Tabel 5.72 Perhitungan Tangki Septik (Lanjutan Tabel 5.71)
Lebar Panjang Panjang
Freeboard Kedalaman
B (liter) C (m3) Tangki Kompartemen Kompartemen
(m) Tangki (m)
(m) 1 2
1000 1,6 0,577 1,154 0,577 0,3 1,9
Sumber : Hasil Perhitungan, 2018
Tahapan Perhitungan:
1. Kebutuhan volume per hari waktu retensi
A = P x Qr
= 5 orang x 80% x 150 L/orang/hari x 1 hari
= 600 Liter
= 0,6 m3
2. Volume penampungan lumpur dan scum
B =PxNxFxS
= 5 orang x 5 tahun x 1,0 x 40 L/orang/tahun
= 1000 L
= 1 m3
3. Cari C
C =A+B
= 0,6 m3 + 1 m3
= 1,6 m3
4. Hitung dimensi
Asumsikan kedalaman tangki = 1,6 meter
V = H x (2W+W) x W
= H x 3W2
2
W = 1/3 x V/H
= 1/3 x 1,6m3 / 1,6 m
= 0,33 m
W = 0,577 meter = 0,58 meter
Panjang kompartemen (L1 dan L2)
L1 = 2 x W
= 2 x 0,577 m
= 1,154 m = 1,15 meter
L2 = W
= 0,577 m = 0,58 meter
Kedalaman tangki total
H total = kedalaman tangki + freeboard
= 1,6 m + 0,3 m
= 1,9 meter
Maka dimensi yang didapat adalah:
W = 0,577 meter = 0,58 meter
L1 = 1,154 meter = 1,15 meter
L2 = 0,577 meter = 0,58 meter
H = 1,9 meter
70
BAB VI
KESIMPULAN
Sistem penyaluran air buangan yang direncanakan di Kecamatan Gajah, Kabupaten
Demak yaitu sistem terpusat (off site) dimana air limbah dari seluruh daerah pelayanan di
kumpulkan dalam satu saluran pengumpul.
Periode perencanaan yang direncanakan yaitu selama 20 tahun, dimana saluran mulai
beroperasi pada tahun 2018. Metode proyeksi penduduk yang di gunakan dalam perencanaan
ini adalah metode geometri. Metode geometri ini memiliki nilai standar deviasi dan koefisien
variansi yang paling kecil, serta mempunyai nilai koefisien korelasi yang paling besar. Jumlah
total penduduk pada akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2037 sebanyak 37.508 jiwa.
Timbulan air buangan yang dihasilkan dari kegiatan domestik di Kelurahan Jalancagak
pada akhir perencanaan adalah sebesar 6,84 liter/detik. Jalur yang di pilih dalam perencanaan
ini adalah jalur dengan panjang total pipa 1.970,27 meter. Jalur pipa ini mengalirkan air
buangan menuju suatu IPAL terlebih dahulu sebelum kemudian dialirkan ke sungai. Sistem
pengaliran yang di gunakan adalah sistem gravitasi, dengan detensi waktu pengaliran dari titik
terjauh ke IPAL selama 6,21 jam dimana waktu maksimal pengaliran air limbah di daerah tropis
adalah 18 jam yang bertujuan untuk menghindari pengendapan dan proses pembusukan di
dalam saluran.
71
DAFTAR PUSTAKA
Babbit, H. E. 1982. Sewerage and Sewage Treatment. New York: John Wiley and Sons. Inc.
BAPPEDA. 2010. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Demak Tahun 2010-2030. Demak:
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Barclay, G. 1983. Teknik Analisa Kependudukan. Jakarta: PT Bina Aksara
BPS. 2013. Kecamatan Gajah dalam Angka 2013. Demak: Badan Pusat Statistik Kabupaten
Demak
BPS. 2014. Kecamatan Gajah dalam Angka 2014. Demak: Badan Pusat Statistik Kabupaten
Demak
BPS. 2015. Kecamatan Gajah dalam Angka 2015. Demak: Badan Pusat Statistik Kabupaten
Demak
BPS. 2016. Kecamatan Gajah dalam Angka 2016. Demak: Badan Pusat Statistik Kabupaten
Demak
BPS. 2017. Kecamatan Gajah dalam Angka 2017. Demak: Badan Pusat Statistik Kabupaten
Demak
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya. 1996. Analisis Kebutuhan Air
Bersih. Jakarta
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Cipta Karya. 2007. Petunjuk Teknis
Perencanaan Rancangan Teknik Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan. Jakarta.
Hardjosuprapto, Moh. Masduki. 2000. Diktat Penyaluran Air Buangan (Rioleering). Bandung:
Institut Teknologi Bandung
Isserman, Andrew. 1977. Accuracy of Population Projections for Sub-country Areas. Jurnal of
American Institute of Planners. Volume 43, halaman 249.
Klosterman, R.E. 1990. Community Analysis and Planning Techniques. Rowman & Littlefield
Publishers
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun
2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
Qasim, Syed. 1985. Wastewater Treatment Plant (Planning, Design, and Operation). USA: CBS
College Publishing
Rich, L. G. 1961. Unit Process of Sanitary Engineering. New York: John Wiley and Sons. Inc
Steel, E. W. 1960. Unit Water Supply dan Sewerage. 4th Edition. New York: Mc Graw Hill Book
Company
Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta:UI Press
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods).
Bandung: Alfabeta
72
DAFTAR LAMPIRAN
A. Peta Wilayah
B. Jalur dan Perhitungan
Jalur Alternatif Pertama
Jalur Alternatif Kedua (Alternatif Terpilih)
Perhitungan Debit
Perhitungan Dimensi
Perhitungan Galian
Perhitungan Gelontor
C. Gambar-gambar
Tangki Septik
Manhole Tipe A
Manhole Tipe B
Profil Hidrolis
73