Anda di halaman 1dari 15

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS
A. PASIEN
Nama : An. DA
Jenis kelamin : Perempuan
Tangal lahir : 15 November 2013 (5 tahun 2 bulan)
Anak ke : tunggal
Tanggal masuk RS : 07 Januari 2019

Tanggal pemeriksaan : 08 Januari 2019

B. ORANG TUA
Ayah Ibu
Nama : Tn. M Ny. N
Usia : 38 th 36 th
Pekerjaan : Wiraswasta IRT
Pendidikan : SMA SMP
1.2 ANAMNESIS
Keluhan utama : Bengkak pada mata, perut dan kedua kaki

Pasien datang dibawa oleh Ibunya ke RS R. Syamsudin S.H dengan


keluhan utama bengkak pada bagian mata, perut dan kedua kaki sejak 1minggu
SMRS. Bengkak dirasakan tiba-tiba, awalnya bengkak hanya di bagian mata
(terutama pada pagi hari) bengkak semakin membesar, lalu di bagian kedua kaki
dan terakhir di bagian perutnya. Bengkak yang dirasakan adalah bengkak yang
pertama kali.
Keluhan disertai demam selama 3hari pertama, demam yang dirasakan
terus menerus, turun bila diberikan obat penurun panas. Ibu pasien mengatakan
adanya BAK(buang air kecil) yang berwarna coklat kemerahan, frekuensi BAK
2x sehari dengan jumlah yang sedikit dan pasien tidak mengeluhkan sakit saat
BAK. Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri di bagian perut, lemas badan, mual
dan muntah sebanyak 2x. Nafsu makan pasien juga menurun. Pasien menyangkal
adanya bengkak di bagian genital.
Pasien merasakan adanya sesak, tetapi pasien menyangkal adanya
kebiruan di bibir dan tangan maupun kaki ketika sesak. Pasien juga menyangkal
adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran maupun kejang. Sekitar 2minggu
sebelumnya, pasien pernah merasakan adanya demam, batuk dan pilek selama
3hari. Tetapi keluhan tersebut membaik setelah dikompres dan tanpa diberikan
pengobatan lainnya. Pasien menyangkal adanya riwayat infeksi pada kulit,.

Pasien telah berobat ke mantri, tetapi mantri tersebut tidak mengetahui


penyebab penyakit pasien dan hanya diberikan obat penurun panas, dan obat
lainnya yang tidak diketahui pasien.

1.2.1 Riwayat penyakit dahulu


Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain selain yang dikeluhkan
sekarang, dan tidak memiliki riwayat penyakit berat yang membutuhkan
perawatan di RS.

1.2.2 Riwayat penyakit keluarga


Keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan
pasien. Keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat riwayat asma, rhinitis
maupun riwayat alergi lainnya. Tidak ada riwayat batuk lama pada keluarga.

1.2.3 Riwayat kehamilan dan persalinan


Pasien dilahirkan dari ibu G1P1A0, riwayat kehamilan ibu, ibu pasien
kontrol ANC rutin ke bidan, meminum vitamin yag diberikan oleh bidan, tidak
ada riwayat perdarahan maupun trauma pada saat kehamilan. Persalinan ditolong
oleh bidan melalui persalinan normal pada usia kandungan 38minggu, air ketuban
jernih, dengan presentasi kepala. Saat lahir anak langsung menangis, berat badan
lahir 2400 gr dan panjang badan 50cm.
1.2.4 Riwayat makan
 0-6 bulan : ASI
 6-12 bulan : ASI+ bubur susu
 12 bulan- 18 bulan : bubur tim
 18 bulan- 5tahun : makanan keluarga

1.2.5 Riwayat tumbah kembang


1.2.6 Riwayat imunisasi

Pasien telah melakukan imunisasi dasar lengkap sesuai yang disarankan


oleh bidan, yaitu : BCG, Hep B, DPT, Polio, Campak

1.3 PEMERIKSAAN FISIK


a. Keadaan umum
- Keadaan umum : tampak sakit sedang
- Kesadaran : compos mentis
- Tanda tanda vital :
S 36,9O C
N 81 kali/menit, reguler, equal, isi cukup
R 24x/ menit
TD 140/80 mmHg (hipertensi 1)
- Antropometri
BB : 20 kg
TB : 113 cm
BB/U : dibawah 1SD diatas 0 SD
TB/U : dibawah 1SD diatas 0 SD
Kesan : gizi baik, perawakan normal
b. Kepala dan leher
Bentuk : normocephal
Wajah : simetris, deformitas (-), edema (+)
Rambut : hitam, halus, tidak rontok
Mata : edema palpebra (+), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-),
pupil isokor, kelopak mata cekung (+)
Telinga : bentuk normal, simetris, sekret (-/-), serumen (-/-)
Hidung : bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-/-), epistaksis (-/-),
pernapasan cuping hidung (-)
Bibir : mukosa basah, POC (-), kering (-), pucat (-)
Lidah : tidak ada kelainan
Faring : hiperememis (-)
Tonsil : hiperemis (-), T1-T1

c. Leher
- KGB : cervical (-), Axilla (-), inguinal (-)
- Retraksi suprasternal (-)
- Pembesaran kelenjar tiroid (-)

d. Thorax
Pulmo
Inspeksi : bentuk dada normal, simetris, retraksi intercostal (-), retraksi subcostal
(-)
Palpasi : pergerakan simetris
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : bronkovesikular kanan=kiri, ronkhi (-/-), wheezing (-/-), stridor (-/-)
Jantung
Inspeksi : tidak tampak ictus cordis, bentuk simetris
Palpasi : kuat angkat, tidak teraba ictus cordis, thrill (-)
Auskultasi : SI/SII reguler murni, murmur (-), gallop (-)
e. Abdomen
- Inspeksi : edema (+),scar (-), retraksi epigastrik (-)
- Palpasi : lembut, liver dan spleen tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (+),
pitting edema(-),
- Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
- Auskultasi : bising usus (+)

f. Punggung
- Inspeksi : normal, massa (-), scoliosis (-), kifosis (-), gibbus (-)
- Palpasi : massa (-)
- Auskultasi : cor dan pulmo dalam batas normal

g. Genitalia : dalam batas normal

h. Ekstremitas bawah
- Bentuk normal, deformitas (-), edema (+)
- Akral hangat
- CRT <2 detik
- Kulit
- Sianosis (-)
- Ptechiae (-)
- Ruam (-)

i. Neurologi
Rangsang meningeal
- Kaku kuduk : (-)
- Brudzinski I, II, III : (-)
- Kernigs sign : (-)
- Laseque : (-)
Cranial nerve
 NI : tidak dapat dinilai
 N II, III : pupil isokor 3 mm/3mm, letak pupil di tengah refleks cahaya
langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+
 N III, IV, VI : gerak bola mata baik
 NV : tidak dapat dinilai
 N VII : wajah tampak simetris saat pasien menangis, lipatan
nasolabialis fissura palpebra dan otot – otot dahi simetris
 N VIII : respon suara (+), pasien menoleh ke arah sumber suara,
keseimbangan tidak dapat dinilai
 N IX,X : uvula tampak simetris
 N XI : tidak dapat dinilai
 N XII : lidah tidak atrofi dan posisi lidah di tengah

Refleks Fisiologis Refleks Patologis


Bicep : +/+ - Babinski : -/-
Trisep :+/+ - Chaddock : -/-
Patella :+/+ - Oppenheim : -/-
Achilles :+/+ - Gordon : -/-

1.4 Diagnosis Banding


 Sindroma nefritik akut e.c GNAPS
 Sindroma nefrotik
 Gagal ginjal akut
 Gagal jantung
1.5 Pemeriksaan Penunjang
Usulan pemeriksaan lainnya :
• ASTO
• Komplemen C3
• Kreatinin, ureum
• EKG

1.5 Diagnosis Kerja


Glomerulonephritis akut post-streptococcus

1.6 Tatalaksana
 Rawat inap
 Diet rendah garam
gunakan garam beryodium (30 – 80 ppm), tidak lebih dari 1⁄2 sendok teh/
hari
Dapat menggunakan garam yang mengandung rendah natrium
 Furosemid
1-3mg/kgBB diberikan setiap 12jam

1.7 Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Suatu kumpulan gejala klinik berupa proteinuria, hematuria, azotemia, red
blood cast, oliguria & hipertensi yang terjadi secara akut.

B. Epidemiologi
Dapat terjadi pada semua usia, tetapi paling sering terjadi pada usia 6 – 15
tahun, jarang usia <2tahun. Lebih sering terjadi pada negara berkembang. Di
Indonesia, GNAPS lebih banyak ditemukan pada golongan sosial ekonomi
rendah, 68,9%.

C. Etiologi
Streptococcus grup A Beta hemolitikus, yang memiliki serotipe :
• ISPA : 1,3,4,12,25,49
• Pyoderma : 2, 47,49,55,57,60
D. Manifestasi Klinis
1. Periode laten
• yaitu periode antara infeksi streptokokus dan timbulnya gejala
klinik.
• Periode ini berkisar 1-3 minggu; periode 1-2mg didahului oleh
ISPA, sedangkan periode 3 minggu didahului oleh infeksi kulit
(pyoderma)
2. Edema
• umumnya pertama kali timbul, dan menghilang pada akhir minggu
pertama
• edema paling sering terjadi di daerah periorbital (edema palpebra),
disusul daerah tungkai. Jika terjadi retensi cairan hebat, maka
edema timbul di daerah perut (asites)
3. Hematuria
• Urin tampak coklat kemerah-merahan atau seperti teh pekat, air
cucian daging atau berwarna seperti cola.
• Hematuria makroskopik biasanya timbul dalam minggu pertama
dan berlangsung beberapa hari, tetapi dapat berlangsung sampai
beberapa minggu.
• hematuria mikroskopik dapat berlangsung lebih lama, umumnya
menghilang dalam waktu 6 bulan.
4. Hipertensi
• Pada kebanyakan kasus dijumpai hipertensi ringan (tekanan
diastolik 80-90 mmHg).
• hipertensi berat menyebabkan ensefalopati hipertensi yaitu
hipertensi yang disertai gejala serebral, seperti sakit kepala,
muntah-muntah, kesadaran menurun dan kejang- kejang
5. Oliguria
• produksi urin kurang dari 350 ml/m2 LPB/hari
6. Edema paru
• bersifat asimtomatik, artinya hanya terlihat secara radiologik
• Gejala-gejala klinik adalah batuk, sesak napas, sianosis.
• pemeriksaan fisik terdengar ronki basah kasar atau basah halus.
• Keadaan ini disebut acute pulmonary edema yang umumnya terjadi
dalam minggu pertama dan kadang-kadang bersifat fatal.
7. Gejala lain: pucat, malaise, letargi, dan anoreksia

E. Diagnosis
Umumnya kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Secara klinik diagnosis GNAPS dapat ditegakkan bila dijumpai full blown
case dengan gejala-gejala hematuria, hipertensi, edema, oliguria yang
merupakan gejala-gejala khas GNAPS.
2. Untuk menunjang diagnosis klinik, dilakukan pemeriksaan laboratorium
berupa ASTO (meningkat) & C (menurun) dan pemeriksaan lain berupa
adanya red blood cast, hematuria & proteinuria.
3. Diagnosis pasti ditegakkan bila biakan positif untuk streptokokus ß
hemolitikus grup A.
Pada GNAPS asimtomatik, diagnosis berdasarkan atas kelainan sedimen urin
(hematuria mikroskopik), proteinuria dan adanya epidemi/kontak dengan
penderita GNAPS.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis:
a. Proteinuria : - sampai dengan ++
b. Hematuria mikroskopis : eritrosit (+)
2. Imunoserologi:
a. titer ASTO meningkat (75-80% kasus)
b. kadar komplemen C3 menurun (pada minggu pertama)
3. LED meningkat pada fase akut, menurun setelah gejala menghilang
4. Pemeriksaan elektrolit (untuk komplikasi gagal ginjal akut): hyperkalemia,
hiperfosfatemia, hipokalsemia, dan asidosis metabolic

G. Diagnosis Banding
1. Sindrom nefrotik
2. Penyakit ginjal, seperti glomerulonephritis kronik eksaserbasi akut.
3. Penyakit sistemik, seperti sindrom henoch-schoenlein purpura, lupus
eritematosus sistemik.
H. Tatalaksana
1. Istirahat (rawat inap)
2. Diet
a. Edema berat : diberikan makanan tanpa garam, edema ringan :
pemberian garam dibatasi sebanyak 0,5-1gr/hari. Protein dibatasi
bila kadar ureum meninggi, yaitu sebnayak 0,5-1 g/kgBB/hari.
b. Asupan cairan = jumlah urin + IWL (20-25 mL/kgBB/hari) +
jumlah keperluan cairan pada setiap kenaikan suhu dari normal (10
mL/kgBB/hari). Setiap kenaikan suhu tubuh 1 C ditambah 12%.
3. Antibiotik
a. Amoksisilin 50 mg/kgBB dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari. atau
b. Eritromisin 30 mg/khBB/hari
4. Simtomatik
a. Edema : pembatasan cairan asupan sesuai dengan keluaran,
edema berat/tanda edema paru akut  diuretik ex. Furosemid ( 40
mg IV / 1-3mg/kgBB/hari setiap 12jam)
b. Hipertensi
 Hipertensi ringan : istirahat cukup dan pembatasan cairan
yang baik
 Hipertensi sedang/berat : kaptopril 0,3-2 mg/kgBB/hari
atau furosemide atau kombinasi keduanya.
 Hipertensi berat/Enselopati hipertensi : dapat diberikan
klonidin 0,002-0,006 mg/kgBB dapat diulang 3x atau
diazoksid 5 mg/kgBB/hari secara iv. Kedua obat tersebut
dapat digabung dengan furosemide 1-3 mg/kgBB
c. Gangguan ginjal akut : pembatasan cairan dan pemberian kalori
yang cukup dalam bentuk karbohidrat. Bila terjadi asidosis
diberikan natrium bikarbonat dan bila hiperkalemia diberi Ca
glukonas atau kayeksalat untuk mengikat kalium
I. Komplikasi
1. Ensefalopati Hipertensi
 Tekanan darah 180/120 mmHg
 Gejala serebral, seperti sakit kepala, muntah-muntah, kesadaran
menurun dan kejang.
2. Gangguan ginjal akut (Acute kidney injury/AKI)
3. Edema paru
 Anak biasanya terlihat sesak dan terdengar ronki nyaring, sehingga
sering disangka sebagai bronkopneumoni.
J. Prognosis

Dapat sembuh sempurna dalam 1-2 minggu bila tidak ada penyulit (self
limiting disease). Walaupun sangat jarang, dapat kambuh kembali.Pada anak
85-95% kasus sembuh sempurna. 5-10% menjadi glomerulonephritis kronis.

Anda mungkin juga menyukai