LAPORAN KASUS
1.1 IDENTITAS
A. PASIEN
Nama : An. DA
Jenis kelamin : Perempuan
Tangal lahir : 15 November 2013 (5 tahun 2 bulan)
Anak ke : tunggal
Tanggal masuk RS : 07 Januari 2019
B. ORANG TUA
Ayah Ibu
Nama : Tn. M Ny. N
Usia : 38 th 36 th
Pekerjaan : Wiraswasta IRT
Pendidikan : SMA SMP
1.2 ANAMNESIS
Keluhan utama : Bengkak pada mata, perut dan kedua kaki
c. Leher
- KGB : cervical (-), Axilla (-), inguinal (-)
- Retraksi suprasternal (-)
- Pembesaran kelenjar tiroid (-)
d. Thorax
Pulmo
Inspeksi : bentuk dada normal, simetris, retraksi intercostal (-), retraksi subcostal
(-)
Palpasi : pergerakan simetris
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : bronkovesikular kanan=kiri, ronkhi (-/-), wheezing (-/-), stridor (-/-)
Jantung
Inspeksi : tidak tampak ictus cordis, bentuk simetris
Palpasi : kuat angkat, tidak teraba ictus cordis, thrill (-)
Auskultasi : SI/SII reguler murni, murmur (-), gallop (-)
e. Abdomen
- Inspeksi : edema (+),scar (-), retraksi epigastrik (-)
- Palpasi : lembut, liver dan spleen tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (+),
pitting edema(-),
- Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
- Auskultasi : bising usus (+)
f. Punggung
- Inspeksi : normal, massa (-), scoliosis (-), kifosis (-), gibbus (-)
- Palpasi : massa (-)
- Auskultasi : cor dan pulmo dalam batas normal
h. Ekstremitas bawah
- Bentuk normal, deformitas (-), edema (+)
- Akral hangat
- CRT <2 detik
- Kulit
- Sianosis (-)
- Ptechiae (-)
- Ruam (-)
i. Neurologi
Rangsang meningeal
- Kaku kuduk : (-)
- Brudzinski I, II, III : (-)
- Kernigs sign : (-)
- Laseque : (-)
Cranial nerve
NI : tidak dapat dinilai
N II, III : pupil isokor 3 mm/3mm, letak pupil di tengah refleks cahaya
langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+
N III, IV, VI : gerak bola mata baik
NV : tidak dapat dinilai
N VII : wajah tampak simetris saat pasien menangis, lipatan
nasolabialis fissura palpebra dan otot – otot dahi simetris
N VIII : respon suara (+), pasien menoleh ke arah sumber suara,
keseimbangan tidak dapat dinilai
N IX,X : uvula tampak simetris
N XI : tidak dapat dinilai
N XII : lidah tidak atrofi dan posisi lidah di tengah
1.6 Tatalaksana
Rawat inap
Diet rendah garam
gunakan garam beryodium (30 – 80 ppm), tidak lebih dari 1⁄2 sendok teh/
hari
Dapat menggunakan garam yang mengandung rendah natrium
Furosemid
1-3mg/kgBB diberikan setiap 12jam
1.7 Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
A. Definisi
Suatu kumpulan gejala klinik berupa proteinuria, hematuria, azotemia, red
blood cast, oliguria & hipertensi yang terjadi secara akut.
B. Epidemiologi
Dapat terjadi pada semua usia, tetapi paling sering terjadi pada usia 6 – 15
tahun, jarang usia <2tahun. Lebih sering terjadi pada negara berkembang. Di
Indonesia, GNAPS lebih banyak ditemukan pada golongan sosial ekonomi
rendah, 68,9%.
C. Etiologi
Streptococcus grup A Beta hemolitikus, yang memiliki serotipe :
• ISPA : 1,3,4,12,25,49
• Pyoderma : 2, 47,49,55,57,60
D. Manifestasi Klinis
1. Periode laten
• yaitu periode antara infeksi streptokokus dan timbulnya gejala
klinik.
• Periode ini berkisar 1-3 minggu; periode 1-2mg didahului oleh
ISPA, sedangkan periode 3 minggu didahului oleh infeksi kulit
(pyoderma)
2. Edema
• umumnya pertama kali timbul, dan menghilang pada akhir minggu
pertama
• edema paling sering terjadi di daerah periorbital (edema palpebra),
disusul daerah tungkai. Jika terjadi retensi cairan hebat, maka
edema timbul di daerah perut (asites)
3. Hematuria
• Urin tampak coklat kemerah-merahan atau seperti teh pekat, air
cucian daging atau berwarna seperti cola.
• Hematuria makroskopik biasanya timbul dalam minggu pertama
dan berlangsung beberapa hari, tetapi dapat berlangsung sampai
beberapa minggu.
• hematuria mikroskopik dapat berlangsung lebih lama, umumnya
menghilang dalam waktu 6 bulan.
4. Hipertensi
• Pada kebanyakan kasus dijumpai hipertensi ringan (tekanan
diastolik 80-90 mmHg).
• hipertensi berat menyebabkan ensefalopati hipertensi yaitu
hipertensi yang disertai gejala serebral, seperti sakit kepala,
muntah-muntah, kesadaran menurun dan kejang- kejang
5. Oliguria
• produksi urin kurang dari 350 ml/m2 LPB/hari
6. Edema paru
• bersifat asimtomatik, artinya hanya terlihat secara radiologik
• Gejala-gejala klinik adalah batuk, sesak napas, sianosis.
• pemeriksaan fisik terdengar ronki basah kasar atau basah halus.
• Keadaan ini disebut acute pulmonary edema yang umumnya terjadi
dalam minggu pertama dan kadang-kadang bersifat fatal.
7. Gejala lain: pucat, malaise, letargi, dan anoreksia
E. Diagnosis
Umumnya kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Secara klinik diagnosis GNAPS dapat ditegakkan bila dijumpai full blown
case dengan gejala-gejala hematuria, hipertensi, edema, oliguria yang
merupakan gejala-gejala khas GNAPS.
2. Untuk menunjang diagnosis klinik, dilakukan pemeriksaan laboratorium
berupa ASTO (meningkat) & C (menurun) dan pemeriksaan lain berupa
adanya red blood cast, hematuria & proteinuria.
3. Diagnosis pasti ditegakkan bila biakan positif untuk streptokokus ß
hemolitikus grup A.
Pada GNAPS asimtomatik, diagnosis berdasarkan atas kelainan sedimen urin
(hematuria mikroskopik), proteinuria dan adanya epidemi/kontak dengan
penderita GNAPS.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis:
a. Proteinuria : - sampai dengan ++
b. Hematuria mikroskopis : eritrosit (+)
2. Imunoserologi:
a. titer ASTO meningkat (75-80% kasus)
b. kadar komplemen C3 menurun (pada minggu pertama)
3. LED meningkat pada fase akut, menurun setelah gejala menghilang
4. Pemeriksaan elektrolit (untuk komplikasi gagal ginjal akut): hyperkalemia,
hiperfosfatemia, hipokalsemia, dan asidosis metabolic
G. Diagnosis Banding
1. Sindrom nefrotik
2. Penyakit ginjal, seperti glomerulonephritis kronik eksaserbasi akut.
3. Penyakit sistemik, seperti sindrom henoch-schoenlein purpura, lupus
eritematosus sistemik.
H. Tatalaksana
1. Istirahat (rawat inap)
2. Diet
a. Edema berat : diberikan makanan tanpa garam, edema ringan :
pemberian garam dibatasi sebanyak 0,5-1gr/hari. Protein dibatasi
bila kadar ureum meninggi, yaitu sebnayak 0,5-1 g/kgBB/hari.
b. Asupan cairan = jumlah urin + IWL (20-25 mL/kgBB/hari) +
jumlah keperluan cairan pada setiap kenaikan suhu dari normal (10
mL/kgBB/hari). Setiap kenaikan suhu tubuh 1 C ditambah 12%.
3. Antibiotik
a. Amoksisilin 50 mg/kgBB dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari. atau
b. Eritromisin 30 mg/khBB/hari
4. Simtomatik
a. Edema : pembatasan cairan asupan sesuai dengan keluaran,
edema berat/tanda edema paru akut diuretik ex. Furosemid ( 40
mg IV / 1-3mg/kgBB/hari setiap 12jam)
b. Hipertensi
Hipertensi ringan : istirahat cukup dan pembatasan cairan
yang baik
Hipertensi sedang/berat : kaptopril 0,3-2 mg/kgBB/hari
atau furosemide atau kombinasi keduanya.
Hipertensi berat/Enselopati hipertensi : dapat diberikan
klonidin 0,002-0,006 mg/kgBB dapat diulang 3x atau
diazoksid 5 mg/kgBB/hari secara iv. Kedua obat tersebut
dapat digabung dengan furosemide 1-3 mg/kgBB
c. Gangguan ginjal akut : pembatasan cairan dan pemberian kalori
yang cukup dalam bentuk karbohidrat. Bila terjadi asidosis
diberikan natrium bikarbonat dan bila hiperkalemia diberi Ca
glukonas atau kayeksalat untuk mengikat kalium
I. Komplikasi
1. Ensefalopati Hipertensi
Tekanan darah 180/120 mmHg
Gejala serebral, seperti sakit kepala, muntah-muntah, kesadaran
menurun dan kejang.
2. Gangguan ginjal akut (Acute kidney injury/AKI)
3. Edema paru
Anak biasanya terlihat sesak dan terdengar ronki nyaring, sehingga
sering disangka sebagai bronkopneumoni.
J. Prognosis
Dapat sembuh sempurna dalam 1-2 minggu bila tidak ada penyulit (self
limiting disease). Walaupun sangat jarang, dapat kambuh kembali.Pada anak
85-95% kasus sembuh sempurna. 5-10% menjadi glomerulonephritis kronis.