Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR FRAKTUR

1. Pengertian fraktur

Fraktur adalah diskontinuitas dari jaringan tulang yang biasanya adanya

kekerasan yang timbul secara mendadak. Fraktur dapat terjadi akibat

trauma langsung maupun trauma tidak langsung. Gambaran klinis

fraktur meliputi nyeri diatas atau meliputi nyeri di atas atau di dekat

tulang yang fraktur, pembengkakan (dari darah , linfe dan eksudat yang

menginfiltrasi jaringan dan gangguan sirkulasi). Klien di kaji pula

terhadap adanya ekimosis, nyeri tekan, dan krepitasi.

Fraktur dapat terjadi dengan patah tulang dimana tulang tetap berada di

dalam (fraktur tertutup) atau di luar dari kulit (fraktur terbuka). Fraktur

ujung tualang yang sangat btajam dapat menyebabkan kerusakan

jaringan lunak di sekitar paha tulang, misalnya: otot, saraf, pembuluh

darah dan kulit. Fraktur tertutup sama bahayanya dengan fraktur terbuka

karena luka dari jaringan lunak disekitar patah tulang menyebabkan

perdarahan yang banyak. Sangat penting mengetahui adanya luka di

dekat patah tulang, karena dapat menjadi pintu masuk kontaminasi

dengan kuman.

Fraktur tertutup pada femur dapat menyebabkan perdarahan yang

banyak, dan dapat mengancam jiwa. Pada fraktur pelvisdapat terjadi

beberapa fragmen fraktur pada beberapa tempat dan setiap fraktur dapat
menyebabkan robekan pada kandung kencing atau pembuluh dara pelvis

yang besar. Keduanya dapat menyebabkan perdarahan yang fatal

kedalam abdomen. Pada ftaktur yang multipel dapat mengancam jiwa

maupun tidak terlihat darah yang keluar.

2. Penyebab terjadinya fraktur

1. Fraktur akibat peristiwa trauma

Sebagian fraktur di sebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba

berlebihan yang dapat berupa pukulan, penghancuran, perubahan

pemintiran dan penarikan. Bila tekanan kekuatan tulang dapat patah

pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut

rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur lunak juga pasti

akan ikutan rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur

melintang dan keusakan pada kulit di atasnya. Penghancuran

kemingkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai

kerusakan jaringan lunak meluas.

2. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan

Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda

lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering

ditemukan pada tibia, fibula, atau metatarsal terutama pada atlet,

penari atau calon tentara yang berbaris-baris dalam jarak jauh.


3. Fraktur petologik kelemahan pada tulang.

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut

lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat

rapuh. (lewis 2000)

3. Patofisiologi

Menurut Black dan Matassarin (1993) serta Patrick dan

Woods (1989). Ketika patah tulang , akan terjadi kerusakan di

korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak.

Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan

tulang dan terjadi jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan

hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah

periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur.

Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik

adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukoit. Ketika

terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses

penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan

tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk bisa

menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang

kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak

tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-

organ yang lain. Hematom menyebabkan dilatasi kapiler diotot,

sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi

histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein


plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan

terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung

syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndroma

comportement.

4. Klasifikasi fraktur

Menurut Musliha (2010), terdapat beberapa klasifikasi fraktur

sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli:

a. Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis fraktur meliputi:

1) Fraktur komplit

Adalah patah atau diskontinuitas tulang yang luas sehingga tulang

terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyebrang dari satu

sisi ke sisi lain serta mengenai seluruh korteks.

2) Fraktur inkomplit

Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah

tidak menyebrang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada

korteks yang utuh).

b. Menurut Black dan Matassarin (1993), Fraktur yang berdasarkan

hubungan dengan dunia luar, meliputi:

1) Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih

utuh, tulang tidak menonjol melalui kulit.

2) Fraktur tebuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena

adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka


potensial terjadi infeksi. Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 grade

yaitu:

a) Grade I : Robekan kulit dengan kerusakan kulit otot.

b) Grade II : seperti grade I dengan memar kulit dan otot.

c) Grade III : luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembulu

darah, syaraf otot dan kulit.

c. Long (1996), membagi fraktur berdasarkan garis patah tulang, yaitu:

Pembagian fraktur berdasarkan garis patah tulang

1) Green stick yaitu pada sebelah sisi dari tulang, sering terjadi pada

anak anak dengan tulang lembek.

2) Transverse yaitu patah tulang melintang.

3) Longitudinal yaitu patah memanjang.

4) Oblique yaitu garis patah miring.

5) Spiral yaitu patah melingkar.

d. Black dan Matassarin (1993), mengklasifikasi lagi fraktur berdasarkan

kedudukan fragmen yaitu:

1) Tidak ada dislokasi

2) Adanya dislokasi, yang di bedakan menjadi:

a) Dislokasi at axim yaitu membentuk sudut

b) Dislokasi at lotus yaitu fragmen tulang menjauh

c) Dislokasi at longitudinal yaitu berjauhan memanjang.

d) Dislokasi at lotuscum controltinicum yaitu fragmen tulang

berjauhan dan memendek.


5. Manifestasi klinik fraktur

Menurut Lewis cit. Musliha (2010), menyampaikan manifestasi

klinik fraktur adalah sebagai berikut:

a. Nyeri

Nyeri dirasakan langsung setelah terjadinya trauma. Hal ini di

karenakan adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau

kerusakan jaringan sekitarnya.

b. Bengkak/edema

Edema muncul lebih cepat di karenakan cairan serosa yang terlokalisir

pada daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya.

c. Memar/ekimosis

Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah

di jaringan sekitarnya.

d. Spame otot

Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadi di sekitar fraktur.

e. penurunan sensasi

terjadi karena keruskan saraf, terkenanya saraf karena edema.

f. Gangguan fungsi

Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri atau spasme

otot paralisis dapat terjadi karena kerusakan saraf.

g. Mobilitas abnormal
Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian bagian yang pada kondisi

normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang

panjang.

h. Krepitasi

Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian bagian tulang di

gerakkan.

i. Deformitas

Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau

trauma dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi

abnormal, akan menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.

j. Shock hipofolemik

Shock terjadi sebagai kompensasi jika terjadi perdarahan hebat.

k. Gambaran X-ray menentukan fraktur

Gambaran ini akan menentukan lokasi dan tipe fraktur.

6. Komplikasi

Menurut Muttaqin.A (2008), komplikasi fraktur meliputi:

a. Komplikasi Awal

1) Kerusakan arteri

Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan tidak adanya

nadi, CRT menurun, sianosis pada bagian distal, hematoma melebar,

dan dingin pada ektermitas yang di sebabkan oleh tindakan splitting,

perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi dan pembedahan.


2) Sindrom kompartemen

Sindrom kompartemen merupakan komplikasi serius karena

terjebaknya otot, tulang saraf, dan pembulu darah dalam jaringan

parut. Hal ini di sebabkan oleh edema atau perdarahan yang

menekan otot, saraf,dan pembulu darah atau tekanan dari luar seperti

Gips dan pembebatan yang terlalu kuat.

3) Fat Emboli Syndrom (FES)

Fat Emboli Syndrom adalah komplikasi serius pada kasus fraktur

tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang di hasilkan

bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan kadar

oksigen dalam darah menjadi rendah.hal tersebut ditandai dengan

gangguan pernapasan, takikardia, hipertensi, takipnea, dan demam.

4) Infeksi

Sistem pertahanan tubuh akan rusak bila ada trauma pada jaringan.

Pada trauma ortopedi, infeksi di mulai pada kulit dan masuk

kedalam. Hal ini biasanya terjadi pada fraktur terbuka, tetapi dapat

juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan, seperti

(ORIF & OREF) dan plat.

5) Nekrosis avaskuler

Nekrosis avaskuler terjadi karena alairan darah ke tulang rusak atau

terganggua sehingga menyebabkan nekrosis tulang. Biasanya,

diawali dengan adanya iskemia Volkam.

6) Syok
Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya

permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan oksigenasi menurun.

Hal ini biasanya terjadi pada fraktur. Pada beberapa kondisi tertentu,

syok neurogenik sering terjadi pada fraktur femur karena rasa sakit

yang hebat pada klien.

7. Dislokasi fraktur

Dislokasi menimbulkan rasa nyeri yang hebat. Dislokasi mudah dikenali

karena adanya perubahan dari anatomi yang normal. Dislokasi sendi

umumnya tidak mengancam jiwa, tetapi memerlukan tinddakan darurat

karena apabila tidak dilakukan tindakan secepatnya akan akan

mengakibatkan gangguan pada daerh distal yang mengalami dislokasih.

Jika fraktur mengalami dislokasih sangat penting untuk mengetahui

denyut nadi, gerakan dan gangguan pernafasan distal dilokasi. Tindakan

yang baik untuk klien dengan menyanggah dan meluruskan

ekstremitaske posisi yang lebih menyenangkan untuk klien dan

membawanya ke pelayanan kesehatan yang terdapat fasilitas ortopedi

yang baik.

8. Penatalaksanaan kedaruratan

1. Inspeksi bagian tubuh yang fraktur

a. Inspeksi adanya laserasi, bengkak dan deformitas.

b. Observasi angulasi,pemendekan rotasi.


c. Palpasi nadi distal untuk fraktur dan pulsasi semua perifer.

d. Kaji suhu dingin, pemucatan, penurunan sensasi atau tidak

adanya pulsasi: hal tersebut menandakan cedera pada syaraf atau

suplai darah terganggu.

e. Tangani bagian tubuh dengan lembut dan sedikit mungkin dapat

menyebabkan gerakan pada tulang yang fraktur.

2. Berikan bebat sebelum klien dipindahkan: bebat dapat mengurangi

nyeri, memperbaiki sirkulasi,mencegah cedera lebih lanjut dan

mencegah fraktur tertutup menjadi fraktur terbuka.

a. Imobilisasi sendi diatas daan dibawah daerah fraktur.mpatkan

satu tangan distal terhadap fraktur dan berikan satu penarikan

ketika menempatkan tangan lain diatas fraktur untuk

menyokong.

b. Pembebatan diberikan meluas sampai sendi dekat fraktur

c. Periksa status vaskuler ekstremitas setelah pembabatan: periksa

warna, suhu, nadi dan pemucatan kuku.

d. Kaji untuk adanya devisit neurologi yang di sebabkan oleh

fraktur

e. Berikan balutan steril pada fraktur terbuka.

3. Kaji adanya keluhan nyeri atau tekanan pada daerah yang

mengalami cedera

4. Pindahkan klien secara hati-hati dan lembut, untuk meminimalisir

gerakan yang dapat menyebabkan gerakan pada pata tulang.


5. Lakukan penanganan pada trauma yang spesifik.

B. Asuhan Keperawatan Dengan Kebutuhan Rasa Nyaman ( Nyeri )

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahapan awal dari proses keperawatan. Di

perlukan pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah klien. Semua

data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan

klien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait

dengan aspek biologis, pisikologis, sosial, maupun spiritual.

Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung pada kecermatan

dan ketelitian dalam tahap pengkajian (Bennu dkk 2013).

a. Pengkajian primer

1. Airway

Adanya sumbatan/ obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan

sekret akibat kelemahan refleks batuk.

2. Breathing

Kelemahan menelan / batuk / melindungi jalan napas, timbulnya

pernapasan yang sulit atau tiak teratur, suara nafas terdengar ronchi

atau aspirasi.

3. Circulation

Tekanan darah dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada

tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini,


disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada

tahap lanjut.

b. Pengkajian sekunder

a. Aktifitas/ istirahat

1. Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena

2. Keterbatasan mobilitas

b. Sirkulasi

1. Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)

2. Keterbatasan mobilitas

3. Tachikardi

4. Penurunan nadi pada bagian distal yang cedera

5. Capilari refil melambat

6. Pucat pada bagian yang terkena

7. Masa hematoma pada sisi cedera

c. Neurosensori

1. Kesemutan

2. Deformitas, krepitasi, pemendekan

3. Kelemahan

d. Kenyamanan

1. Nyeri tiba-tiba saat cedera

2. Spesme/ kram otot

e. Keamanan
1. Laserasi kulit

2. Pendarahan

3. Perubahan warna

4. Pembengkakan lokal

3.Diagnosis

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap terhadap pengalaman

atau respon individu, keluarga, atau komunitas o leh masalah kesehatan, atau pada

proses kehidupan. Diagnosa keperawatan merupakan bagaian vital dalam

menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu klien untuk

mencapai kesehatan yang optimal dan sesuai. (SDKI 2017)

Gangguan rasa nyaman nyeri

A. Gejala dan tanda miror

Subyektif: mengeluh tidak nyaman

Objektif; gelisah

B. Gejala dan tanda minor

Subyektif

1. Mengeluh sulit tidur

2. Tidak mampu rileks

3. Mengeluh kedinginan/kepanasan

4. Merasa gatal

5. Mengeluh mual

6. Mengeluh lelah
Obyektif

1. Menurunkan gejala distress

2. Tampak merintih/menangis

3. Pola eliminasi berubah

4. Postur tubuh berubah

5. Iritabilitas

Nyeri akut

A. Gejala dan tanda mayor

Subyektif

1. Mengeluh nyeri

Objektif

1. Tampak meringis

2. Bersikap protektif ( mis: waspada, posisi menghindari nyeri)

3. Gelisah

4. Frekuensi nadi meningkat

5. Sulit tidur

B. Gejala dan tanda minor

Objektif

1. Tekanan darah meningkat

2. Pola nafas berubah

3. Nafsu makan berubah

4. Proses berfikir terganggu


5. Menarik diri

6. Berfokus pada diri sendiri

7. Diaphoresis

4. perencana/intervensi

Intervensi keperawatan merupakan skala bentuk terapi yang di kerjakan oleh

perawat yang di dasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai

peningkatan atau pencegahan dan pemulihan kesehatan klien, individu keluarga,

dan komunitas (SIKI 2018)

5.pelaksanaan/implementasi

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan

keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Imolementasi adalah kemampuan

komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya

dan saling bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan

melakukan observasi sistematis, kemampuan, dan memberikan pendidikan

kesehatan, kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi. (Bennu Dkk 2013).

6.evaluasi

Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan yang merupakan

perbandingan yang sistematis dan terencana dengan hasil akhir dan tujuan atau

kriteria hasil yang di buat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara

berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika


hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar

dari siklus proses keperawatan.

C. Nyaman (nyeri) pada pasien fraktur

1. Pengertian Nyeri

Nyeri merupakan suatu kondisi lebih dari sekedar sensasi

tunggal yang di sebabkan oleh stimulas tertentu. Nyeri bersifat

subyektif dan sangat bersifat individual. Stimulasi dapat berupa

stimulus fisik dana tau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi

pada jaringan actual atau pada fungsi ego seorang individu.

Menurut International Association For Study of Pain (IASP),

nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak

menyenangkan akibat terjadinya keruskan actual maupun potensial

atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

2. Fisiologi nyeri

Saat terjadi stimulus yang menmbulkan kerusakan jaringan

hingga pengalaman emosional dan psikologis yang menyebabakan

nyeri, terdapat rangkaian peristiwa elektrik dan kimiawi yang

kompleks, yaitu transduksi, transmisi,modulasi dan persepsi.

a) Transduksi adalah proses dimana stimulasi noksius diubah

menjadi aktivitas elektrik pada ujung saraf sensorik (reseptor)

terkait
b) Proses berikutnya, yaitu transmisi, dalam proses ini terlibat tiga

komponen saraf yaitu saraf sensorik perifer yang meneruskan

iplus ke medulla spinalis, kemudian jaringan saraf yang

meneruskan implus yang menuju ke batang otak dan thalamus.

Yang terakhir hubungan timbal balik antara thalamus dan cortex

c) Modulasi yaitu aktivitas saraf yang bertujuan mengontrol

transmini nyeri. Suatu senyawa tertentu telah di temukan di

system saraf pusat yang secara selektif menghambat transmisi

nyeri di medulla spinalis. Senyawa ini diaktifkan jika terjadi

relaksasi atau obat analgetik seperti morfin.

d) Persepsi adalah proses implus nyeri yang ditransmisikan hingga

menimbulkan perasaan subyektif dari nyeri sama sekali belum

jelas. Bahkan struktur otak yang menimbulkan persepsi tersebut

jugatidak jelas. Sangat disayangkan karena nyeri secara

mendasar merupakan pengalaman subyektif yang dialami

seseorang sehingga sangat sulit untuk memahaminya.

Nyeri di awalai sebagai pesan yang diterima oleh saraf-saraf

perifer. Zat kimia (substansi P, bradikinin,prostaglandin) di

lepaskan, kemudian menstimulasi saraf perifer, membantu

mengantarkan pasien nyeri dari daerah yang terluka ke otak.

Sinyal nyeri dari daerah yang terluka berjalan sebagai implus

elektrokimia di sepanjang nervus ke bagian dorsal spinal cord (

daerah pada spinal yang menerima sinyal dari seluruh tubuh).


Pesan kemudian di hantaarkan ke thalamus, pusat sensoris di

otak di mana sensasi seperti panas, dingin, nyeri dan sentuhan

pertama kali di persepsikan. Pesan lalu di hantarkan ke korteks

dimana intensitas dan lokasi nyeri di persepsikan.

Nyeri akan menyebabkan respon tubuh meliputi aspek

fisiologis dan psikologis, merangsang respon otonom ( simpatis

dan parasimpatis) respon simatis akibat nyeri seperti

peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi,

peningkatan pernapasan, meningkatkatkan ketegangan otot,

dilatasi pupil,wajah pucat, diaphoresis,sedangkan respon

parasimpatis seperti nyeri dalam, berat, berakibat tekanan darah

turun, nadi turun, mual dan muntah, kelemahan, kelelahan dan

pucat.

3. Faktor yang mempengaruhi nyeri

a. Usia

Usia merupakan factor yang mempengaruhi nyeri, khususnya

pada anak-anakdan lansia. Perkembangan yang ditemukan

diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana

anak-amak dan lansia bereaksi terhadap nyeri. Anak yang masi

kecil (bayi) mempunyai kesulitan mengungkapkan dan

mengekspresikan nyeri. Pada lansia menganggap nyeri sebagai


komponen alamiah dari proses penuaan dan dapat di abaikan

atau tidak ditangani oleh petugas kesehatan.

b. Jenis kelamin

Karakteristik jenis kelamin dan hubunganya dengan sifat

keterpaparan dan tingkat kerentanan memegang peranan

tersendiri. Berbagai penyakit tertentu ternyata erat hubunganya

dengan jenis kelamin, dengan berbagai sifat tertentu. Penyakit

yang hanya di jumpai pada jenis kelamin tertentu, terutama yang

berhubungan erat dengan alat reproduksi atau yang secara

genetic berperan dalam perbedaan jenis kelamin. Di beberapa

kebudayaan menyebutkan bahwa anak laki-laki harus berani dan

tidak boleh menangis, sedangkan seorang perempuan boleh

mengangis dalam situasi yang sama. Toleransi nyeri di

pengaruhi oleh faktir-faktor biokimia dan merupakan hal yang

unik pada setiap individu tanpa memperhatikan jenis kelamin.

c. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu

mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan

dana pa yang di terima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi

bagaimana bereaksi terhadap nyeri. Ada perbedaan makna dan

sikap dikaitkan dengan nyeri diberbagai kelompok budaya.

d. Makna nyeri
Individu akan mempersiapkan nyeri dengan cara yang berbeda-

beda.

e. Perhatian

Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyeri

dapat mempengaruhi persepsi nyeri

f. Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas

seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat

menimbulkan suatu perasaan ansietas. Ansietas yang tidak

berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksi pasien dan secara

actual dapat menurunkan persepsi nyeri. Secara umum, cara

yang efektif untuk menghilangkan nyeri adalah dengan

mengarahkan pengobatan nyeri ketimbang ansietas.

g. Pengalaman terdahulu

Individu yang mempunyai pengalaman yang multiple dan

berkepanjangan dengan nyeri akan lebih sedikit gelisah dan

lebih toleran terhadap nyeri disbanding dengan orang yang

hanya mengalami sedikit nyeri. Bagi kebanykan orang,

bagaimana pun, hal ini tidak selalu benar. Sering kali, lebih

berpengalaman individu tersebut terhadap peristiwa yang

menyakitkan yang akan diakibatkan.

h. Gaya koping
Mekanisme koping individu sangat mempengaruhi cara setiap

orang dalam mengatasi nyeri. Ketika seseorang mengalami nyeri

dan menjalani perawatan di rumah sakit adalah hal yang sangat

tak terarahkan. Secara terus- menerus klien kehilangan control

dan tidak mampu untuk mengatasi efek nyeri baik fisik maupun

psikologis. Penting untuk mengerti sumber koping individu

selama nyeri. Sumber- sumber koping ini seperti berkomunikasi

dengan keluarga, latihan dan bernyanyi dapat di gunakan

sebagai rencana untuk mensupport klien dan menurunkan nyeri

klien. Sumber kopinglebih dari sekitar metode teknik. Seorang

klien mungkin tergantung pada support emosional dari anak –

anak, keluarga atau teman. Meskipun nyeri masih ada tetapi

dapat meminimalkan kesendirian. Kepercayaan pada agama

dapat memberi kenyamanan untuk berdoa, memberikan banyak

kekuatan untuk mengatasi ketidaknyamanan yang datang.

i. Dukungan keluarga dan social

Factor lain yang juga mempesngaruhi respon terhadap nyeri

adalah kehadiran dari orang terdekat. Orang-orang yang sedang

dalam keadaan nyeri sering tergantung pada keluarga untuk

mensupport, membantu atau melindungi. Ketidakhadiran atau

teman terdekat mungkin akan membuat nyeri semakin

bertambah. Kehadiran orang tua merupakan hal khusus yang

penting untuk anak-anak dalam menghadap nyeri.


4. Klasifikasi nyeri

1. Berdasarkan jenisnya nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri perifer,

nyeri sentral dan nyeri psikogenik.

a. Nyeri perifer,dapat di bedakan menjadi beberapa yaitu:

1) Nyeri superfesial: Rasa nyeri yang muncul akibat

rangsangan pada kulit dan mukosa.

2) Nyeri viseral : Rasa nyeri timbul akibat rangsangan pada

reseptor nyeri di rongga abdomen, kranium dan toraks

3) Nyeri alih: Rasa nyeri yang dirasakan di daerah lain yang

jauh dari jaringan penyebab nyeri.

b. Nyeri sentral, nyeri yang muncul akibat rangangan pada

medula spinalis, batang otak dan talamus.

c. Nyeri psikologik, nyeri yang penyebab fisiknya tidak di

ketahui. Umunhya nyeri ini disebabkan karena factor

psikogenik.

2. Bentuk nyeri

Bentuk nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri akut dan nyeri

kronik.

a. Skala nyeri menurut Hayward


Pengukuran intenstitas nyeri dengan menggunakan skala

menurut Hayward dilakukan dengan meminta penderita

untuk memilih salah satu bilangan dari 0-10 yang

menurutnya paling menggambarkan pengalaman nyeri

yang sangat ia rasakan.

b. Skala nyeri menurut Mc. Gill

Pengukuran insentitas nyeri dengan menggunakan skala

menurut Mc Gill dilakukan dengan meminta penderita

untuk memilih salah satu bilangan dari 0-5 yang

menurutnya paling menggambarkan pengalaman nyeri

yang sangat ia rasakan.

0: Tidak nyer

1: Nyeri ringan

2: Nyeri sedang

3: Nyeri berat atau parah

4: Nyeri sangat berat

5: Nyeri hebat

c. Skala wajah atau wong-baker FACES rating scale

Pengukuran intensitas nyeri di wajah dilakukan dengan

cara memerhatikan mimik wajah pasien pada saat nyeri

tersebut menyerang. Cara ini diterapkaan pada pasien

yang tidak dapat menyebutkan intensitas nyerinya

dengan skala angka,misalnya anak-anak lansia


Table nyeri dapat dapat di bedakan menjadi nyeri akut dan nyeri

kronik.

Karakteristik Nyeri akut Nyeri kronik

Pengalaman Suatu kejadian Suatu situasi, status

eksistensi

Nyeri

Sumber Factor eksternal atau Tidak diketahui

Penyakit dari dalam

Serangan Mendadak Bisamendadak atau

bertahap, tersembunyi

Durasi Sampai 6 bulan 6 bulan lebih atau sampai

bertahun-tahun

Pernyataan nyeri Daerah nyeri Daerah nyeri sulit

diketahui dengan pasti dibedakan

Intensitasnya dengan

daerah yang tidak nyeri

sehingga sulit dievaluasi

Gejala klinis Pola respon yang khas dengan Pola respon bervariasi

gejala berkurang setelah

beberapa waktu
Perjalanan Umumnya gejala berkurang Gejala berlangsung terus

setelah beberapa waktu dengan intensitas yang

tetap atau bervariasi

Prognosis Baik dan mudah dihilangkan Penyembuhan total

umumnya tidak terjadi

Anda mungkin juga menyukai