Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan berkat rahmat-
Nya tersusunlah Panduan Manajemen Nyeri Rumah Sakit Umum Daerah Cipayung
tahun 2019

Adapun Panduan Pelayanan Pasien Dengan Alat Bantu Napas Rumah Sakit
Umum Daerah Cipayung ini disusun sebagai upaya untuk untuk meningkatkan kualitas
pelayanan RSUD Cipayung. Alasan penyusunan buku panduan ini adalah untuk
dijadikan acuan bagi Rumah Sakit Umum Daerah Cipayung.

Disadari sepenuhnya bahwa buku Panduan Pelayanan Pasien Dengan Alat


Bantu Napas Rumah Sakit Umum Daerah Cipayung ini masih ada kekurangannya, baik
dalam hal sistematika penulisannya maupun dalam cara penulisannya. Kepada semua
pihak yang telah membantu penyusunan buku ini kami ucapkan terima kasih. Harapan
kami semoga bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, Januari 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................2
BAB I DEFINISI............................................................................................3
BAB II RUANG LINGKUP............................................................................5
BAB III TATA LAKSANA...............................................................................6
BAB IV Skala Nyeri......................................................................................11
BAB V Assasmen ulang...............................................................................17
BAB VI Manajemen Nyeri............................................................................18
BAB VII DOKUMENTASI..............................................................................20

2
BAB I
DEFINISI

1. Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi
antara seseorang dengan orang lain.
2. Pasien adalah setiap orang yang melalukan konsultasi masalah kesehatannya
untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung
maupun tidak langsung di rumah sakit.
3. Pelayanan pasien adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam
interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan.
4. Pelayanan risiko tinggi adalah pelayanan atau kegiatan pemberian asuhan pada
kasus-kasus yang memiliki dampak/risiko tinggi terhadap pasien dan petugas
pemberi asuhan.
5. Pasien risiko tinggi adalah pasien dengan keadaan medis yang berisiko mudah
mengalami penurunan status kesehatan atau yang dinilai belum atau tidak dapat
memahami proses asuhan yang diberikan.
6. Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang
dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang sama.
7. Ventilasi adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh
proses ventilasi untuk mempertahankan oksigen.
8. Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator mekanik adalah suati alat
bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara
memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan.

3
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Indikasi Ventilasi Mekanik


1. Gagal napas
Pasien dengan distres pernapasan gagal napas (apnoe) maupun hipoksia yang tidak
teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi ventilator mekanik. Idealnya
pasien telah mendapatkan intubasi dan pemasangan ventilator mekanik sebelum
terjadi gagal napas yang sebelumnya. Distress pernapasan disebabkan
ketidakadekuatan ventilasi dan atau oksigenasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan
(seperti pada pnemonia) maupun karena kelelahan otot pernapasan dada ( kegagalan
memonpa udara karena distrofi otot).

2. Insufisiensi jantung
Tidak semua pasien dengan ventilator mekanin memiliki kelainan pernapasan
premier. Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan
aliran darah pada system pernapasan (system pernapasan sebagai akibat
peningkatan kerja napas dan komsumsi oksigen) dapat mengakibatkan kolaps.
Pemberian ventilator untuk mengurangi beban kerja sistem pernapasan sehingga
beban kerja jantung juga berkurang.

3. Disfungsi neurologis
Pasien dengan GCS 8 atau kurang, berisiko mengalami apnoe berulang juga
mendapatkan ventilator mekanik. Selain itu ventilator mekanik berfungsi untuk
menjaga jalan napas pasien. Ventilator mekanik juga memungkinkan pemberian
hiperventilasi pada klien dengan peningkatan tekanan intra cranial.

4. Tindakan operasi
Tindakan operasi yang membutuhkan anastesi dan sedative sangat terbantu
dengan keberadaan alat ini. Resisiko terjadinya gagal napas selama operasi akibat
pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilator
mekanik.

B. Klasifikasi

Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung


ventilasi, dua kategori umum adalah ventilator tekanan negatif dan tekanan positif.
1. Ventilator tekanan negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal. Dengan
mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinakan udara mengalir ke
dalam paru-paru sehingga memenuhi volumenya. Ventilator jenis ini digunakan
terutama pada gagal naps kronik yang berhubungan dengan kondisi neurovaskular
seperti poliomyelitis, distrofi muscular, sklerosisi lateral amiotrofik dan miastenia gravis.

4
Penggunaan tidak sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau pasien yang kondisinya
membutuhkan perubahan ventilasi sering.

2. Ventilator tekanan positif


Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan
tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian mendorong alveoli untuk
mengembang selama inspirasi. Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi
endotrakeal ata trakeostomi. Ventilator ini secara luas digunakan pada klien dengan
penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator bertekanan positif yaitu tekanan
bersiklus, waktu bersiklus dan volume bersiklus.
Ventilator mekanik bersiklus adalah ventilator tekanan positif yang mengakhiri
inspirasi ketika tekanan preser telah tercapai, dengan kata lain siklus ventilator
hidupmengantarkan aliran udara sampai tekanan tertentu yang telah ditetapkan
seluruhnya tercapai, dan kemudian siklus mati.
Ventilator tekanan bersiklus dimaksudkan hanya untuk jangka waktu pendek diruang
pemulihan. Ventilator waktu bersiklus adalah ventilator mengakhiri atau
mengendalikan inspirasi setelah waktu ditentukan. Volume udara yang diterima klien
diatur oleh kepanjangan inspirasi dan frekuensi aliran udara. Ventilaro ini digunakan
pada neonatus dan bayi. Ventilator volume bersiklus yaitu ventilator yang
mengalirkan volume udara pada setiap inspirasi yang telah ditentukan. Jika volume
preset telah dikirimkan pada klien siklus ventilator mati dan ekshalasi terjadi secara
pasif. Ventilator volume bersiklus sejauh ini adalah ventilator tekanan posisif yang
paling banyak digunakan.
Gambaran ventilasi mekanik yang ideal adalah :
a. Sederhana, mudah dan murah
b. Dapat memberikan volume tidak kurang 1500cc dengan frekuensi
nafas hingga 60x/menit dan dapat diatur ratio I/E.
c. Dapat digunakan dan cocok digunakan dengan alat penunjang
pernafasan yang lain.
d. Dapat dirangkai dengan PEEP.
e. Dapat memonitor tekanan, volume inhalasi, volume ekshalasi, volume
tidal, frekuensi nafas, dan konsentrasi oksigen inhalasi.
f. Mempunyai fasilitas untuk humidifikasi serta penambahan obat
didalamnya.
g. Mempunyai fasilitas untuk SIMV, CPAP, pressure support.
h. Mudah membersihkan dan mensterilkannya.

Berdasarkan mekanisme kerjanya ventilator mekanik positif dapat dibagi menjadi


tiga jenis yaitu : volume cycled, pressure cycled, time cycled.
a. Volume cycled ventilator
Volume cycled merupakan jenis ventilator yang paling sering digunakan di tuang unit
perawatan kritis. Prinsip dasar ventilator ini adalah siklusnya berdasarkan volume.
Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang

5
tidentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada komplain
paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
Jenis ventilator ini banyak digunakan bagi pasien dewasa dengan gangguan paru
secara umum. Akan tetapi jenis ini tidak dianjurkan bagi pasien dengan gangguan
pernapasan yang diakibatkan penyempitan lapang paru (atelektasis, edema paru). hal
ini dikarenakan pada volume cycled pemberian tekanan pada paru-paru tidak
terkontrol. Sehingga di khawatirkan jika tekanannya berlebih maka akan terjadi
volutrauma. Sedangkan pengguaan pada bayi tidak dianjurkan, karena alveoli bayi
masih sangat rentan terhadap tekanan , sehingga memiliki resiko tinggi untuk
terjadinya volutrauma.

b. Pressure cycled ventilator


Prinsip dasar ventilator tipe ini adalah siklusnya menggunakan tekanan. Mesin berhenti
bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada
titik tekanan ini, katup inspirasi terutup dan ekspirasi terjadi dengan pasief. Kerugian
pada tipe ini bila ada perubahan komplain paru, maka volume udara yang diberikan
juga berubah, sehingga pada pasien yang status pasrunya pada pasien anak-anak
atau dewasa mengalami gangguan pada luas lapang paru (atelektasis, edema paru)
jenis ini sangat dianjurkan.

c. Intubasi
Intubasi adalah tindakan invasive untuk memasukkan ETT ke dalam trakea dengan
menggunakan alat laringoskop. Diperlukan seperangkat peralatan penunjang dan
tenaga ahli karena kejadian hipoksia, aritmia, dan bahkan henti jantung dapat terjadi
dalam beberapa kasus. Untuk mengantisipasinya diperlukan tenaga yang bersertifikasi
PPGD dan ACLS. Alat-alat penunjang diantaranya troli emergency yang dilengkapi
obat-obat resusitasi seperti adrenalin (untuk asistole), sulfa atrofin (untuk bradikardia),
amiodarone (anti aritmia), inotropik jenis dobutamin atau dopamine untuk
meningkatkan afterload - preload - kontraktifikasi ventrikel jika terjadi gangguan
hemodinamik saat intubasi.
Peralatan ini seperti defibrilator diperlukan untuk mengantisipasi aritmia ventrikel yang
dapat mengancam jiwa (ventrikular takikardi dan ventrikular fibrilasi). peralatan suction
diperlukan untuk mebebaskan jalan nafas dari kemungkinan penumpukan lendir (slym)
saat intubasi.
Sebelum tindakan dimulai, premedikasi diberikan untuk memberikan efek sedasi dari
yang dimiliki efek cepat seperti golongan opioid atau lambat seperti benzediazepine.
Paralise otot nafas dapat dipertimbangkan jika proses intubasi masih sulit dilakukan.
Jenis premedikasi dipilih yang meiliki resiko minimal terhadap organ yang sedang
mengalami gangguan.
Sebelum intubasi dimulai, hiperoksigenasi dilakukan melalui ambubag dengan
kecepatan aliran 12-15 liter/menit, sampai saturasi oksigen meningkat >95%. tujuan

6
dari intubasi yaitu : mengembalikan asam bsa dan kadar PO2 dalam batas normal, dan
memenuhi puncak (PIP) dalam batas normal.

BAB III
TATA LAKSANA

Indikasi intuk dilakukan intubasi adalah :


1. Henti jantung (cardiac arrest).
2. Henti nafas (respiratory arrest).
3. Hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberikan oksigen non invasive.
4. Asidosis respiratory yang tidak teratasi dengan obat-obatan dan pemberian oksigen
non invasive.
5. Kelelahan pernafasan yang tidak responsive dengan obat-obatan dan pemberian
oksigen non invasive.
6. Gagal nafas dengan manifestasi klinis : takhipneu, penggunaan otot pernafasan
tambahan (caalene, sternokleidomastoid, intercosta abdomen).
7. Penurunan kesadaran.

7
8. Saturasi oksigen menurun drastis.
9. Tindakan pembedahan yang menggunakan anastesi umum.

Indikasi klinik untuk pemasangan ventilasi mekanik :


1. Kegagalan ventilasi
a) Neuromuscular disease
b) Central nervous sistem disease
c) Depresi system saraf pusat
d) Musculosceletal disease
e) Ketidakmampuan thoraks untuk ventilasi
2. Kegagalan pertukaran gas
a) Gagal nafas akut
b) Gagal nafas kronik
c) Gagal jantung kiri
d) Penyakit paru - gangguan difusi
e) Penyakit paru-ventilasi/perfusi mismatch

Modus operasional
Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat sepuluh parameter
yang diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator, yaitu :
1. Frekuensi pernafasan permenit.
Frekuensi nafas adalah jumlah pernafasan yang dilakukan ventilator dalam satu menit.
Penyetingan RR ini tergantung volume tidak, jenis kelainan paru pasien, target PO2
yang ingin dicapai. Parameter alarm RR diseting diatas dan dibawah nilai RR yang
diset. Misalnya set RR sebesar 10x/menit, maka sehingga alarm sebaliknya diatas
12x/menit dan dibawah 8x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya hiperventilasi
atau hipoventilasi.

2. Tidal volume
Volume tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien setiap
kali bernafas. Umumnya disetting antara 5-15cc/kgBB, tergantung dari compliance,
resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien dengan paru normal mampu mentolerir
volume tidal 10-15cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK cukup dengan 5-8cc/kgBB.
Parameter alarm tidal volume diseting diatas dan dibawah nilai yang kita setting.
Monitoring volume tidal sangat perlu jika pasien menggunakan time cycled.

3. Konsentrasi oksigenasi (FiO2)

8
FiO2 adalah jumlah kandungan oksigen dalam uadara inspirasi yang diberikan oleh
ventilator ke pasien. Konsesntrasinya berkisar 21-100% Settingan FiO2 pada awal
pemasangan ventilator direkomendasikan sebesar 100%. untuk memenuhi kebutuhan
FiO2 yang sebenarnya 15 menit pertama setelah pemasangan ventilator dilakukan
pemeriksaan analisa gas darah. Berdasarkan pemeriksaan AGD tersebut maka dapat
dilakukan penghitungan FiO2 yang tepat bagi pasien.

4. Rasio inspirasi : ekspirasi


Rumus rasio inspirasi : ekspirasi
Waktu inspirasi + waktu istirahat
Waktu ekspirasi
Keterangan :
a) Waktu inspirasi ,erupakan waktu yang diperukan untuk memberikan volume
tidal atau mempertahankan tekanan.
b) Waktu istirahat merupakan periode diantara waktu inspirasi dengan ekspirasi.
c) Waktu ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan udara
pernapasan.
Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetting 1:2 yang merupakan nilai normal
fisiologis inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi terkadaang diperlukan fase inspirasi
yang sama atau lebih lama dibandingkan ekspirasi untuk enaikkan PaO2.

5. Limit pressure / inspiration pressure


Pressure limit berfungsi untuk mengatur jumlah tekanan dari ventilator volume cycled.
Tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan barotrauma.
6. Flow rate / peak flow
Flow rate merupakan kecepatan ventilator dalam memberikan volume tidal pernafasan
yang telah disetting permenitnya. Biasanya flow rate di setting antara 40-100L/menit.

7. Sensitifity/trigger
Sensitifity berfungsi untuk menentukan seberapa besar usaha yang diperlukan pasien
dalam memulai inspirasi dari ventilator. Pressure sensivity memiliki nilai sensivitas
antara 2-20 cmH2O, sedangkan untuk flow sensitifity adalah antara 2-20 L/menit.
Semakin tinggi nilai pressure sensitifity maka semakin mudah seseorang melakukan
pernafasan. Kondisi ini biasanya digunakan pada pasien yang diharapkan untuk mulai
bernapas spontan, dimana sesnsitivitas ventilator disetting -2 cmH2O. sebaliknya
semakin rendah preaseure sensitifity maka semakin susah atau berat pasien untuk
bernafas spontan. Settingan ini biasanya diterapkan pada pasien yang tidak diharapkan
untuk bernapas spontan.

9
8. Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk
mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah menandakan
adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm
tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk,
cubing terteguk, terjadinya fighting, dan lain-lain. Alarm volume rendah menandakan
kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak dianggap dan harus dipasang dalam
kondisi siap.

9. Kelembaban dan suhu


Ventilasi mekanik yang melewati jalan nafas buatan meniadakan mekanisme
pertahanan tubuh untuk pelembaban dan penghangatan. Dua proses ini harus
digantikan dengan suatu alat yang disebut humidifire. Semua udara yang dialirkan dari
ventilator malalui air dalam humidifire dihangatkan dan dijenuhkan. Suhu udaha di atur
kurang lebih sama dengan suhu tubuh. Pada kasus hipotermi berat, pengaturan suhu
udara dapat ditingkatkan. Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kekeringan
jalan nafas dan sekresi menjadi kental sehingga sulit dilakukan penghisapan.

10. Positive end respiratory pressure (PEEP)


PEEP bekerja dengan cara mempertahankan tekanan positif pada alveoli diakhiri
ekspirasi. PEEP mampu meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan sangat
penting untuk meningkatkan penyerapan O2 oleh kapiler paru.

Modus operasional ventilasi mekanik terdiri dari :


1. Controlled ventillation
Ventilator mengontrol volume dan frekuensi pernafasan. Indikasi untuk pemakaian
ventilator meliputi pasien dengan apnoe. Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan
bertekanan negatif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen
dalam waktu yang lama. Ventilator tipe ini meningkatkan kerja pernafasan klien.

2. Assist/control
Ventilator jenis ini dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan. Bila klien
gagal untuk ventilasi, maka ventilator secara otomatis. Ventilator ini diatur berdasarkan
atas frekuensi pernafasan yang spontan dari klien, biasanya digunakan pada tahap
pertama pemakaian ventilator.

3. Intermitten mandatory ventilation

10
Model ini digunakan pada pernafasan asinkron dalam penggunaan model kontrol, klien
dengan hiperventilasi. Klien yang bernafas spontan dilengkapi dengan mesin dan
sewaktu-waktu diambil alih oleh ventilator.

4. Synchronized intermitten mandatory ventilation (SIMV)


SIMV dapat digunakan untuk ventilaso dengan tekanan udara rendah, otot tidak begitu
lelah dan efek barotrauma minimal. Pemberian gas melalui nafas spontan biasanya
tergantung pada aktivitas klien. Indikasi pada pernafasan spontan tapi tidal volume dan
atau frekuensi nafas kurang adekuat.

5. Positive end-expiratory pressure


Modus yang digunakan dengan menahan tekanan akhir ekspirasi positif dengan tujuan
untuk mencegah atelektasis. Dengan terbukanya jalan nafas oleh karena tekanan yang
tinggi, atelektasis akan dpat dihindari. Indikasi pada klien yang menderita ARDS dan
gagal jantung kongesif yang masif dan pnemonia difus. Efek samping dapat
menyebabkan venous return menurun, barotrauma dan penurunan curah jantung.

6. Continious positive airway pressure (CPAP)


Pada model ini mesinnya hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada pasien
yang sudah bisa bernafas degan adekuat. Tujuan pemberian mode ini adalah untuk
mencegah atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari
ventilator.

Fisiologi pernapasan ventilasi mekanik


Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot
intercostalis berkontraksi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif
sehingga aliran udara masuk ke paru, sedangkan fasae ekspirasi berjalan secara pasif.
Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara
dengan memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan selama inspirasi dalah positif
dan menyababkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan
dalam rongga thorax paling positif.

Efek ventilasi mekanik


Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali ke jantung
terhambat, venous return menurun, maka cardiac output juga menurun. Bila kondisi
penurunan respon simpatis (misalnya karena hipovolemia, obat dan usia lanjut), maka
bisa mengakibatkan hipotensi. Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada
kompresi microvaskuler akibat tekanan positif sehingga darah yang menuju atrium kiri

11
berkurang. Akibatnya cardiac output juga berkurang. Bila tekanan terlalu tinggi bisa
terjadi gangguan oksigenasi. Selain itu bila volume tidal terlalu tinggi lebih dari 10-
12ml/kgBB dan tekanan lebih besar dari 40CmH2O, tidak hanya mempengaruhi
cardiac output (curah jantung) tetapi juga berisiko terjadinya pnemothorax.
Efek pada organ lain : akibat cardiac output menurun : perfusi ke organ-organ
lainpun menurun seperti hepar, ginjal dengan segala akibatnya. Akibatnya tekanan
positif dirongga thorax darah yang kembali dari otak terhambat sehingga tekanan
intrakranial meningkat.
Komplikasi yang dapat timbul dari penggunaan ventilasi mekanik, yaitu :
1. Obstruksi jalan nafas
2. Hipertensi
3. Tension pnemothorax
4. Infeksi pulmonal
5. Kelainan fungsi gastrointestinal : dilatasi lambung, Perdarahan
6. Gastrointestinal
7. Kelainan fungsi ginjal
8. Kelainan fungsi susunan saraf pusat

Kriteria dari penyapihan ventilasi mekanik :


1. Tes penyapihan
a) Kapasitas vital 10-15cc/kg
b) Volume tidal 4-5 cc/kg
c) Ventilasi menit 6-10 l
d) Frekuensi permenit <20 permenit
2. Pengaturan ventilator
a) FiO2 normal
b) Tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP) : 0
3. Gas darah arteri
a) paCO2 normal
b) paO2 60-70 mmHg
c) PH normal dengan semua keseimbangan elektrolit diperbaiki
4. Selang endotrakeal
a) Posisi diatas karina pada foto rontgen
b) Ukuran : diameter 8.5 mm
5. Nutrisi
a) Kalori perhari 2000-2500 kal
b) Waktu : 1 jam sebelum makan
6. Jalan nafas

12
a) Sekresi : antibiotik bila terjadi perubahan warna, penghisapan (suction)
b) Bronkospasme : kontrol dengan Beta Adrenergik, tiofin atay steroid
c) Posisi : duduk, semi fowler
7. Obat-obatan
a) Agen sedative : dihentikan lebih dari 24 jam
b) Agen paralise : dihentikan lebih dari 24 jam
8. Emosi
Persiapan psikologis terhadap penyapihan
9. Fisik
a) Stabil
b) Istirahat terpenuhi

BAB IV
DOKUMENTASI

Setiap hasil assesmen dari rencana asuhan pasien serta tindakan yang akan
diberikan pada pasien dengan bantuan ventilasi mekanik harus didokumentasikan
dalam berkas rekam medis pasien agar asuhan yang diterima oleh pasien terencana
dengan baik, terpadu sehingga pelayanan Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal
yang diberikan dapat secara optimal dan
Direktur RSUD Cipayung
sesuai dengan kebutuhan asuhan pasien

dr. Nikensari Koesrindartia, MARS


NIP. 197303272006042021

13

Anda mungkin juga menyukai