Panduan Pelayanan Pasien Alat Bantu Napas
Panduan Pelayanan Pasien Alat Bantu Napas
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan berkat rahmat-
Nya tersusunlah Panduan Manajemen Nyeri Rumah Sakit Umum Daerah Cipayung
tahun 2019
Adapun Panduan Pelayanan Pasien Dengan Alat Bantu Napas Rumah Sakit
Umum Daerah Cipayung ini disusun sebagai upaya untuk untuk meningkatkan kualitas
pelayanan RSUD Cipayung. Alasan penyusunan buku panduan ini adalah untuk
dijadikan acuan bagi Rumah Sakit Umum Daerah Cipayung.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................2
BAB I DEFINISI............................................................................................3
BAB II RUANG LINGKUP............................................................................5
BAB III TATA LAKSANA...............................................................................6
BAB IV Skala Nyeri......................................................................................11
BAB V Assasmen ulang...............................................................................17
BAB VI Manajemen Nyeri............................................................................18
BAB VII DOKUMENTASI..............................................................................20
2
BAB I
DEFINISI
1. Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi
antara seseorang dengan orang lain.
2. Pasien adalah setiap orang yang melalukan konsultasi masalah kesehatannya
untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung
maupun tidak langsung di rumah sakit.
3. Pelayanan pasien adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam
interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan.
4. Pelayanan risiko tinggi adalah pelayanan atau kegiatan pemberian asuhan pada
kasus-kasus yang memiliki dampak/risiko tinggi terhadap pasien dan petugas
pemberi asuhan.
5. Pasien risiko tinggi adalah pasien dengan keadaan medis yang berisiko mudah
mengalami penurunan status kesehatan atau yang dinilai belum atau tidak dapat
memahami proses asuhan yang diberikan.
6. Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang
dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang sama.
7. Ventilasi adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh
proses ventilasi untuk mempertahankan oksigen.
8. Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator mekanik adalah suati alat
bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara
memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan.
3
BAB II
RUANG LINGKUP
2. Insufisiensi jantung
Tidak semua pasien dengan ventilator mekanin memiliki kelainan pernapasan
premier. Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan
aliran darah pada system pernapasan (system pernapasan sebagai akibat
peningkatan kerja napas dan komsumsi oksigen) dapat mengakibatkan kolaps.
Pemberian ventilator untuk mengurangi beban kerja sistem pernapasan sehingga
beban kerja jantung juga berkurang.
3. Disfungsi neurologis
Pasien dengan GCS 8 atau kurang, berisiko mengalami apnoe berulang juga
mendapatkan ventilator mekanik. Selain itu ventilator mekanik berfungsi untuk
menjaga jalan napas pasien. Ventilator mekanik juga memungkinkan pemberian
hiperventilasi pada klien dengan peningkatan tekanan intra cranial.
4. Tindakan operasi
Tindakan operasi yang membutuhkan anastesi dan sedative sangat terbantu
dengan keberadaan alat ini. Resisiko terjadinya gagal napas selama operasi akibat
pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilator
mekanik.
B. Klasifikasi
4
Penggunaan tidak sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau pasien yang kondisinya
membutuhkan perubahan ventilasi sering.
5
tidentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada komplain
paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
Jenis ventilator ini banyak digunakan bagi pasien dewasa dengan gangguan paru
secara umum. Akan tetapi jenis ini tidak dianjurkan bagi pasien dengan gangguan
pernapasan yang diakibatkan penyempitan lapang paru (atelektasis, edema paru). hal
ini dikarenakan pada volume cycled pemberian tekanan pada paru-paru tidak
terkontrol. Sehingga di khawatirkan jika tekanannya berlebih maka akan terjadi
volutrauma. Sedangkan pengguaan pada bayi tidak dianjurkan, karena alveoli bayi
masih sangat rentan terhadap tekanan , sehingga memiliki resiko tinggi untuk
terjadinya volutrauma.
c. Intubasi
Intubasi adalah tindakan invasive untuk memasukkan ETT ke dalam trakea dengan
menggunakan alat laringoskop. Diperlukan seperangkat peralatan penunjang dan
tenaga ahli karena kejadian hipoksia, aritmia, dan bahkan henti jantung dapat terjadi
dalam beberapa kasus. Untuk mengantisipasinya diperlukan tenaga yang bersertifikasi
PPGD dan ACLS. Alat-alat penunjang diantaranya troli emergency yang dilengkapi
obat-obat resusitasi seperti adrenalin (untuk asistole), sulfa atrofin (untuk bradikardia),
amiodarone (anti aritmia), inotropik jenis dobutamin atau dopamine untuk
meningkatkan afterload - preload - kontraktifikasi ventrikel jika terjadi gangguan
hemodinamik saat intubasi.
Peralatan ini seperti defibrilator diperlukan untuk mengantisipasi aritmia ventrikel yang
dapat mengancam jiwa (ventrikular takikardi dan ventrikular fibrilasi). peralatan suction
diperlukan untuk mebebaskan jalan nafas dari kemungkinan penumpukan lendir (slym)
saat intubasi.
Sebelum tindakan dimulai, premedikasi diberikan untuk memberikan efek sedasi dari
yang dimiliki efek cepat seperti golongan opioid atau lambat seperti benzediazepine.
Paralise otot nafas dapat dipertimbangkan jika proses intubasi masih sulit dilakukan.
Jenis premedikasi dipilih yang meiliki resiko minimal terhadap organ yang sedang
mengalami gangguan.
Sebelum intubasi dimulai, hiperoksigenasi dilakukan melalui ambubag dengan
kecepatan aliran 12-15 liter/menit, sampai saturasi oksigen meningkat >95%. tujuan
6
dari intubasi yaitu : mengembalikan asam bsa dan kadar PO2 dalam batas normal, dan
memenuhi puncak (PIP) dalam batas normal.
BAB III
TATA LAKSANA
7
8. Saturasi oksigen menurun drastis.
9. Tindakan pembedahan yang menggunakan anastesi umum.
Modus operasional
Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat sepuluh parameter
yang diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator, yaitu :
1. Frekuensi pernafasan permenit.
Frekuensi nafas adalah jumlah pernafasan yang dilakukan ventilator dalam satu menit.
Penyetingan RR ini tergantung volume tidak, jenis kelainan paru pasien, target PO2
yang ingin dicapai. Parameter alarm RR diseting diatas dan dibawah nilai RR yang
diset. Misalnya set RR sebesar 10x/menit, maka sehingga alarm sebaliknya diatas
12x/menit dan dibawah 8x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya hiperventilasi
atau hipoventilasi.
2. Tidal volume
Volume tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien setiap
kali bernafas. Umumnya disetting antara 5-15cc/kgBB, tergantung dari compliance,
resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien dengan paru normal mampu mentolerir
volume tidal 10-15cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK cukup dengan 5-8cc/kgBB.
Parameter alarm tidal volume diseting diatas dan dibawah nilai yang kita setting.
Monitoring volume tidal sangat perlu jika pasien menggunakan time cycled.
8
FiO2 adalah jumlah kandungan oksigen dalam uadara inspirasi yang diberikan oleh
ventilator ke pasien. Konsesntrasinya berkisar 21-100% Settingan FiO2 pada awal
pemasangan ventilator direkomendasikan sebesar 100%. untuk memenuhi kebutuhan
FiO2 yang sebenarnya 15 menit pertama setelah pemasangan ventilator dilakukan
pemeriksaan analisa gas darah. Berdasarkan pemeriksaan AGD tersebut maka dapat
dilakukan penghitungan FiO2 yang tepat bagi pasien.
7. Sensitifity/trigger
Sensitifity berfungsi untuk menentukan seberapa besar usaha yang diperlukan pasien
dalam memulai inspirasi dari ventilator. Pressure sensivity memiliki nilai sensivitas
antara 2-20 cmH2O, sedangkan untuk flow sensitifity adalah antara 2-20 L/menit.
Semakin tinggi nilai pressure sensitifity maka semakin mudah seseorang melakukan
pernafasan. Kondisi ini biasanya digunakan pada pasien yang diharapkan untuk mulai
bernapas spontan, dimana sesnsitivitas ventilator disetting -2 cmH2O. sebaliknya
semakin rendah preaseure sensitifity maka semakin susah atau berat pasien untuk
bernafas spontan. Settingan ini biasanya diterapkan pada pasien yang tidak diharapkan
untuk bernapas spontan.
9
8. Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk
mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah menandakan
adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm
tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk,
cubing terteguk, terjadinya fighting, dan lain-lain. Alarm volume rendah menandakan
kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak dianggap dan harus dipasang dalam
kondisi siap.
2. Assist/control
Ventilator jenis ini dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan. Bila klien
gagal untuk ventilasi, maka ventilator secara otomatis. Ventilator ini diatur berdasarkan
atas frekuensi pernafasan yang spontan dari klien, biasanya digunakan pada tahap
pertama pemakaian ventilator.
10
Model ini digunakan pada pernafasan asinkron dalam penggunaan model kontrol, klien
dengan hiperventilasi. Klien yang bernafas spontan dilengkapi dengan mesin dan
sewaktu-waktu diambil alih oleh ventilator.
11
berkurang. Akibatnya cardiac output juga berkurang. Bila tekanan terlalu tinggi bisa
terjadi gangguan oksigenasi. Selain itu bila volume tidal terlalu tinggi lebih dari 10-
12ml/kgBB dan tekanan lebih besar dari 40CmH2O, tidak hanya mempengaruhi
cardiac output (curah jantung) tetapi juga berisiko terjadinya pnemothorax.
Efek pada organ lain : akibat cardiac output menurun : perfusi ke organ-organ
lainpun menurun seperti hepar, ginjal dengan segala akibatnya. Akibatnya tekanan
positif dirongga thorax darah yang kembali dari otak terhambat sehingga tekanan
intrakranial meningkat.
Komplikasi yang dapat timbul dari penggunaan ventilasi mekanik, yaitu :
1. Obstruksi jalan nafas
2. Hipertensi
3. Tension pnemothorax
4. Infeksi pulmonal
5. Kelainan fungsi gastrointestinal : dilatasi lambung, Perdarahan
6. Gastrointestinal
7. Kelainan fungsi ginjal
8. Kelainan fungsi susunan saraf pusat
12
a) Sekresi : antibiotik bila terjadi perubahan warna, penghisapan (suction)
b) Bronkospasme : kontrol dengan Beta Adrenergik, tiofin atay steroid
c) Posisi : duduk, semi fowler
7. Obat-obatan
a) Agen sedative : dihentikan lebih dari 24 jam
b) Agen paralise : dihentikan lebih dari 24 jam
8. Emosi
Persiapan psikologis terhadap penyapihan
9. Fisik
a) Stabil
b) Istirahat terpenuhi
BAB IV
DOKUMENTASI
Setiap hasil assesmen dari rencana asuhan pasien serta tindakan yang akan
diberikan pada pasien dengan bantuan ventilasi mekanik harus didokumentasikan
dalam berkas rekam medis pasien agar asuhan yang diterima oleh pasien terencana
dengan baik, terpadu sehingga pelayanan Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal
yang diberikan dapat secara optimal dan
Direktur RSUD Cipayung
sesuai dengan kebutuhan asuhan pasien
13