Anda di halaman 1dari 9

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum menjadi hal yang penting untuk diperhatikan karena kurikulum

mengarahkan segala bentuk dan aktifitas proses pendidikan dalam rangka

tercapainya tujuan pendidikan. Suatu kurikulum dikatakan berhasil, ketika

mengalami proses panjang, mulai dari menyimpulkan berbagai gagasan dan

konsep ideal tentang pendidikan, perumusan desain kurikulum, persiapan

pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, tata kelola

pelaksanaan kurikulum serta pembelajaran dan penilaian pembelajaran

Mahmudah (2016: 3).

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

pasal 1 ayat 19, kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman pendidikan tertentu. Kurikulum 2013 merupakan

kurikulum baru yang mulai diterapkan pada tahun ajaran 2014/2015.

Kurikulum ini adalah pengembangan dari kurikulum yang ada sebelumnya,

baik Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang dirintis pada tahun 2004

maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006.


2

Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini dirancang dengan beberapa

karakteristik yang dimuat dalam Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014

seperti mengoptimalkan ke enam aspek perkembangan anak, menggunaakan

pembelajaran tematik dengan pendekatan saintifik, dan menggunakan

penilaian yang autentik. Permendikbud ini menyebutkan bahwa “pelaksanaan

Kurikulum 2013 pada TK/PAUD dilakukan melalui pembelajaran tematik

terpadu dengan menggunakan pendekatan saintifik”. Sebagimana pedoman

pembelajaran yang tercantum dalam Permendikbud Nomor 146 Tahun

2014 tentang Kurikulum 2013 PAUD menjelaskan bahwa,

Pembelajaran anak usia dini berpusat pada anak. Pendekatan


pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan saintifik yang
mencakup rangkaian proses mengamati, menanya, memgumpulkan
informasi, menalar, dan mengkomunikasikan, keseluruhan proses
tersebut dialakukan dengan menggunakan seluruh indera serta
berbagai sumber dan media pembelajaran.

Putra (Ayuni, 2015: 3) mengemukakan lima karakteristik pembelajaran

saintifik yaitu anak terlibat aktif dalam aktivitas, anak melakukan aktivitas

yang melibatkan pencarian solusi bagi masalah yang ditemui, anak secara

aktif mengkonstruk konsep, prinsip, dan generalisasi melalui proses ilmiah

serta guru membantu anak memecahkan masalah menggunakan berbagai

pendekatan/model pembelajaran yang bervariasi dalam pembelajaran sains.

Pendekatan saintifik berarti konsep dasar yang menginspirasi atau

melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan

karakteristik yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran saintifik (scientific

teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan


3

pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode saintifik

(Yolanda dan Dadan, 2018: 8).

Sejalan dengan itu, peran guru sebagai pendidik adalah merancang dan

melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak. Hal ini

mengacu pada Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar

Nasional Pendidikan Anak Usia Dini bahwa seorang guru PAUD harus

memiliki kompetensi salah satunya kompetensi pedagogik yaitu kemampuan

guru dalam pengembangan pembelajaran, baik dalam merancang pelaksanaan

pembelajaran maupun pada penyelenggarakan kegiatan pembelajaran anak

usia dini.

Peran guru sebagai perencana yaitu, guru berkewajiban mengembangkan

tujuan-tujuan pendidikan menjadi rencana-rencana yang operasional. Dalam

proses perencanaan, anak perlu dilibatkan sehingga menjamin relevansinya

dengan perkembangan, kebutuhan, dan tingkat pengalaman mereka. Peranan

tersebut menuntut agar perencana senantiasa direlevansikan dengan kondisi

masyarakat, kebiasaan belajar anak, pengalaman dan pengetahuan anak,

metode belajar yang serasi, dan materi pelajaran yang sesuai dengan minatnya

(Sagala, 2005: 46). Dilain hal peran guru juga sebagai pengajar atau

pelaksana pembelajaran, bahwa guru hendaknya senantiasa menguasai bahan

atau materi pelajaran yang akan diajarkan serta senantiasa

mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu

yang demikian karena hal ini akan menentukan pencapaian hasil belajar anak

(Usman, 2002: 9).


4

Pengembangan pembelajaran adalah usaha meningkatkan kualitas proses

pembelajaran, baik secara materi maupun metode dan substansinya. Secara

materi, artinya dari aspek bahan ajar yang disesuaikan dengan perkembangan

pengetahuan. Sedangkan secara metodologis dan substansinya berkaitan

dengan pengembangan strategi pembelajaran, baik secara teoritis maupun

praktis (Hamid, 2013: 125).

Pengembangan pembelajaran dipandang penting dan diperlukan bagi suatu

organisasi dikarenakan dengan adanya perencanaan diharapkan tumbuhnya

suatu pengarahan kegiatan serta dapat dilakukan perkiraan terhadap hal-hal

dalam masa pelaksanan yang akan dilalui (Sa’ud, 2007: 33). Pentingnya

pengembangan pembelajaran menurut Uno (Sagala, 2005: 4) menegaskan

bahwa pengembangan pembelajaran perlu dilakukan agar tujuan untuk

melakukan perbaikan pembelajaran dapat tercapai.

Yu-Liang (2015) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa sebagian guru

mengubah situasi pembelajaran di kelas dari pembelajaran yang berpusat

pada guru beralih ke pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dalam proses

perpindahan tersebut, guru-guru bekerja sama dalam merancang dan

mengembangkan model pembelajaran penemuan/inquiry yang mengarah pada

keberhasilan dan melengkapi pembelajaran anak dengan lingkungan

penyelidikan interdisipliner. Sependapat dengan itu, Sullivan (2018) dalam

jurnal penelitian Learning with Multiple Online Text as part of Scientific

Inquiry in The Classroom menemukan hasil bahwa kelas yang menggunakan

model saintifik inquiri menunjukkan hasil belajar yang lebih tinggi, hal ini
5

terjadi karena adanya interaksi yang efektif antara guru dan anak selama

kegiatan berlangsung.

Kemampuan guru dalam mengembangkan pembelajaran saintifik ke dalam

berbagai model maupun metode dipengaruhi oleh beberapa faktor. Shawer

(2017) dalam penelitian Implication for Curriculum, Pedagogy, and Teacher

Training menemukan bahwa pelatihan guru, pengalaman mengajar, konten

dan gaya mengajar memiliki hubungan yang signifikan saat guru

mengembangkan kurikulum. Faktor lain dalam pengembangan kurikulum

yaitu kebijakan kurikulum, pedagogik, orientasi penilaian, kesempatan guru

dalam pengembangan kurikulum dan soft skill guru. Oleh karena itu, guru

menjadi faktor penting dalam pengembangan kurikulum.

Berbanding terbalik dengan yang peneliti temukan dilapangan. Kenyataan di

lapangan yang terjadi guru belum sepenuhnya paham tentang pendekatan

saintifik yang berhubungan dengan bagaimana pengembangan kegiatan

pembelajaran tersebut. Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan

peneliti di lembaga PAUD Buah Hati Ibu yang ada di wilayah Kecamatan

Waway Karya Lampung Timur pada tanggal 16-20 Juli 2018, TK Kartika II-

27 pada 23 Mei 2018, dan TK AL- Azhar 2 Way Halim pada tanggal 17

November 2017 peneliti menemukan empat masalah terkait dengan

Kurikulum 2013 berbasis pendekatan saintifik.

Permasalahan yang ditemukan di lapangan yaitu, belum optimalnya

pemahaman guru tentang pendekatan saintifik pada Kurikulum 2013

mengingat tidak semua guru mendapatkan pelatihan tentang Kurikulum 2013


6

yang diselenggarakan oleh lembaga pemerintah baik di tingkat kecamatan

maupun kabupaten. Selain itu, belum optimalnya pemahaman guru ini

ditandai dengan kegiatan pembelajaran yang belum merujuk pada pendekatan

saintifik.

Selain itu, guru belum mampu mengembangkan rancangan suatu

pembelajaran yang berlandaskan pendekatan saintifik. Rancangan

pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik tidak terlalu berbeda dengan

rancangan pembelajaran pada kurikulum sebelumnya, tetapi pada kenyataan

di lapangan guru membuat rancangan pembelajaran untuk kebutuhan

administrasi saja. Proses pembelajaran di kelas berjalan secara spontan tanpa

melalui tahap-tahap pada pendekatan saintifik.

Ditemukan pula masalah pada proses-proses kegiatan saintifik yang belum

nampak saat kegiatan pembelajaran di PAUD. Proses mengamati, menanya,

mengumpulkan data, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan merupakan

kegiatan yang harus dilakukan anak dalam pembelajaran. Pada kenyataan di

lapangan kegiataan anak hanya sebatas menulis, membaca, dan berhitung.

Anak tidak melewati proses dalam pembelajaran pendekatan saintifik.

Masalah selanjutnya, yaitu kurangnya sosialisasi tentang Kurikulum 2013

yang mengakibatkan belum optimalnya pemahaman guru PAUD dalam

penggunaan pendekatan saintifik pada Kurikulum 2013 yang akan dituangkan

dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dibuktikan oleh jumlah guru yang

mewakili sekolah dalam mengikuti kegiatan sosialisasi terbatas dan pelatihan


7

dilakukan dalam waktu yang singkat, sehingga banyak guru yang masih

kurang paham tentang pengimplementasian pendekatan saintifik.

Berdasarkan permasalahan tersebut, penting sekali guru untuk memahami

pendekatan saintifik dengan kemampuan pengembangan pembelajaran. Hal

ini erat kaitannya dengan kompetensi pedagogik guru yang di dalamnya guru

harus merancang dan melaksanakan kegiatan pengembangan anak usia dini,

sehingga mampu untuk mengembangkan pembelajaran. Oleh karenanya, guru

harus paham mengenai Kurikulum 2013 dan pendekatan saintifik secara

mendalam. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan,

peneliti akan melakukan penelitian di Taman Kanak-kanak (TK) di daerah

yang berbeda yaitu di Kecamatan Pringsewu mengenai “Hubungan

Pemahaman Guru PAUD tentang Pendekatan Saintifik dengan Kemampuan

Pengembangan Pembelajaran pada Kurikulum 2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka permasalahan dalam

penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Belum optimalnya pemahaman guru PAUD mengenai pendekatan

saintifik pada Kuriulum 2013

2. Masih banyak guru yang belum mampu mengembangkan rencana

kegiatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik

3. Proses-proses kegiatan saintifik yang belum nampak pada kegiatan

pembelajaran di PAUD
8

4. Kurangnya sosialisasi tentang Kurikulum 2013 yang menggunakan

pendekatan saintifik

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan keterbatasan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini

terbatas pada : hubungan pemahaman guru PAUD tentang pendekatan

saintifik dengan pengembangan pembelajaran pada Kurikulum 2013 di

Kecamatan Pringsewu.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan

masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana hubungan pemahaman guru PAUD tentang pendekatan saintifik

dengan pengembangan pembelajaran pada Kurikulum 2013 di Kecamatan

Pringsewu?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian

ini adalah : untuk mengetahui hubungan pemahaman guru PAUD tentang

pendekatan saintifik dengan pengembangan pembelajaran pada Kurikulum

2013 di Kecamatan Pringsewu.


9

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian inni diharapkan berguna untuk menambah

wawasan ilmu pengetahuan guru pada bidang pendidikan anak usia dini

yang berkaitan dengan pendekatan saintifik dalam pengembangan

pembelajaran pada Kurikulum 2013

2. Secara Praktis

a. Bagi kepala sekolah

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi

masukan bagi pihak penyelenggara lembaga PAUD terutama dalam

implementasi pendekatan saintifik.

b. Bagi guru

1) Sebagai bahan evaluasi diri dalam proses mendesain dan

pelaksanaan pembelajaran

2) Refleksi dan masukan bagi guru, sejauh mana tingkat

pemahaman dalam upaya mengembangkan Kurikulum 2013 dan

pendekatan saintifik

3) Peningkatan kualitas pembelajaran yang akan dilaksanakan guru

di sekolah

c. Bagi peneliti lain

Dapat menjadi gambaran dalam pengembangan penelitian

pendekatan saintifik yang berkaitan dengan aspek pemahaman

guru dalam konsep yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai