Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

ARTHRITIS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Clinical Study 1

Disusun oleh :

Rara Prastika Wibawa

155070207111013

REGULER 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG
1. Latar Belakang

Arthritis atau rematik merupakan penyakit yang menyerang bagian sendi. Penyakit
rematik biasanya ditandai dengan nyeri, bengkak, dan peradangan pada sendi. Penyakit
rematik tidak asing di Indonesia. Data menunjukkan bahwa prevalensi penyakit rematik di
Indonesia (2008) mencapai 23.6-31.3%.

Prevalensi osteoartritis di Eropa dan America lebih besar dari pada prevalensi di
negara lainnya. The National Arthritis Data Workgroup (NADW) memperkirakan penderita
osteoartritis di Amerika pada tahun 2005 sebanyak 27 juta yang terjadi pada usia 18 tahun
keatas (Murphy dan Helmick, 2013). Estimasi insiden osteoartritis di Australia lebih besar
pada wanita dibandingkan pada laki-laki dari semua kelompok usia yaitu 2,95 tiap 1000
populasi dibanding 1,71 tiap 1000 populasi (Woolf dan Pfleger, 2003). Di Asia, China dan
India menduduki peringkat 2 teratas sebagai negara dengan epidemiologi osteoartritis
tertinggi yaitu berturut-turut 5.650 dan 8.145 jiwa yang menderita osteoartritis lutut (Fransen
et. al, 2011). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 hasil dari wawancara
pada usia ≥ 15 tahun rata-rata prevalensi penyakit sendi/rematik sebesar 24,7%. Provinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi dengan prevalensi OA tertinggi yaitu
sekitar 33,1% dan provinsi dangan prevalensi terendah adalah Riau yaitu sekitar 9%
sedangkan di Jawa Timur angka prevalensinya cukup tinggi yaitu sekitar 27% (Riskesdas,
2013). 56, 7% pasien di poliklinik Reumatologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
didiagnosis menderita osteoartritis (Soenarto, 2010).

Studi kohort di Framingham, 6,8% orang berusia 26 tahun ke atas memiliki gejala
osteoartritis pada tangan dengan rata-rata laki-laki 3,8% dan wanita 9,2%. NADW
memperkirakan 13 juta populasi di Amerika yang berusia 26 tahun keatas memiliki gejala
OA pada tangan, OA pada lutut diperkirakan sebanyak 9,3 juta (4,9%) dan OA pada panggul
sebanyakv6,7%. Johnston Country Osteoarthritis (JoCo OA) Project, sebuah studi tentang
OA pada lutut dan panggul 43,3% pasien mengeluhkan rasa nyeri dan kekakuan pada
sendi. Hal ini disebabkan penebalan pada kapsul sendi dan perubahan bentuk pada osteofit
(Murphy dan Helmick, 2012). Dampak langsung dari manifestasi OA lutut dapat
mempengaruhi kehidupan pasien sehari-hari seperti interaksi sosial, fungsi mental serta
kualitas tidur (Miller et. al, 2013).

Pada kasus ini ibu S merasakan nyeri di lutut dan linu-linu di kaki, terutama setelah
melakukan aktivitas. Ibu s juga mengatakan bahwa lutut terasa nyeri dan kaku saat berjalan.
Linu dirasakan sejak 2 tahun lalu, terutama pada pagi hari. Ibu S merasa terganggu dalam
melakukan aktivitas sehari-hari apalagi saat mengasuh cucunya. Hal ini juga berpengaruh
terhadap pola tidur, dimana klien mengalami susah tidur akibat nyeri yang dirasakan dari
penyakit osteoartritisnya ini. Maka dari itu saya mengambil topic osteoarthritis sebagai topik
penyuluhan. Diharapkan setelah dilakukan penyuluhan pasien lebih paham mengenai
kondisinya.

2. Tujuan

a. Tujuan umum : setelah di lakukan penyuluhan kepada keluarga, keluarga di harapkan


dapat mengetahui konsep dasar osteoartritis

b. Tujuan khusus :

 Mengetahui definisi dan faktor resiko artritis


 Mengetahui gejala dari hipertensi
 Mengetahui penanganan hipertensi
 Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi

3. Implementasi

Topik penyuluhan : Penyakit osteoartritis

Pokok bahasan : Konsep dasar penyakit osteoartritis

Metode : Ceramah dan diskusi

Media dan alat : Lembar balik

Waktu : 35 menit

Tempat : Ruangan klien

Sasaran : Individu

Kegiatan penyuluhan :

No Susunan Kegiatan pengajar Kegiatan peserta Waktu Media


Kegiatan didik
1 Pembuka  Mengucapkan salam  Menjawab salam 5 menit
 Memperkenalkan diri:  Mendengarkan dan
menyebutkan nama memperhatikan
 Menjelaskan maksud  Menjawab mengerti
dan tujuan dari akan tujuan dan
penyuluhan: maksud dari kegiatan
Menjelaskan tentang penyuluhan
konsep dasar  Menyetujui kontrak
penyakit osteoartritis waktu yang telah
 Menjelaskan kontrak disebutkan
waktu yang
dibutuhkan (35
menit)
2 Isi  Menjelaskan tentang  Mendengarkan dan 20 menit Lembar
definisi dan faktor menyimak balik
risiko osteoartritis  Mendengarkan dan
 Menjelaskan gejala menyimak
dari osteoartritis  Mendengarkan dan
 Menjelaskan cara menyimak
penanganan dari  Mendengarkan dan
osteoartritis menyimak
 Menjelaskan
komplikasi
osteoartritis
3 Penutup  Memberi kesempatan  Menanyakan 10 menit
kepada anggota pertanyaan jika
keluarga untuk mempunyai
bertanya pertanyaan
 Menanyakan kembali  Berkomentar apakah
apakah sudah keluarga sudah
mengerti dan dapat mengerti dan
mengulangi hal yang mengulangi poin poin
telah disampaikan penting yang telah
 Menyimpulkan hasil disampaikan
materi yang
disampaikan

4. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi struktur
- Sebelum melakukan penyuluhan kepada keluarga, perawat terlebih dahulu
memastikan kelengkapan untuk penyuluhan sudah siap untuk digunakan, antara lain
SAP dan media yang akan digunakan.
- Selain dari kelengkapan media untuk penyuluhan, perawat juga memastikan
lingkungan untuk penyuluhan sudah siap dan sesuai untuk melakukan penyuluhan,
seperti lingkungan yang kondusif dan nyaman. Karena keadaan lingkungan keluarga
juga akan mempengaruhi keefektifan dalam penyuluhan.
b. Evaluasi proses
- Proses penyuluhan berjalan sesaui dengan kontrak waktu.
- Keluarga mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan yang diberikan dengan
baik.
- Keaktifan pasien dalam penyuluhan. Jika anggota keluarga cenderung pasif maka
perawat akan memberikan motivasi atau dorongan agar anggota keluarga menjadi
lebih terbuka dan tidak ragu untuk bertanya.
c. Evaluasi hasil
Keberhasilan penyuluhan ini dinilai dari kemampuan individu mengulang apa yang
telah disampaikan oleh penyuluh

5. Lampiran

Materi

Definisi

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang melibatkan


kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan nyeri dan kekakuan
pada sendi (Center for Disease Control and Prevention (CDC), 2014). Perhimpunan
Reumatologi Indonesia secara sederhana mendefinisikan osteoartritis sebagai suatu
penyakit sendi degeneratif yang terjadi karena proses inflamasi kronis pada sendi dan tulang
disekitar sendi tersebut (Hamijoyo, 2007).

Faktor Resiko

 Perbedaan ras

Perbedaan ras menunjukkan distribusi sendi OA yang terkena, misalnya rata-rata


wanita dengan Ras Afrika-Amerika terkena OA lutut lebih tinggi daripada wanita ber ras
Kaukasia. Ras Afrika hitam, China, dan Asia-Hindia menunjukkan prevalensi OA panggul
dari pada ras Eropa-Kaukasia.

 Usia

Gejala dan tanda pada radiologi OA lutut sangat banyak dideteksi sebelum usia 40
tahun. Bertambahnya usia, insiden OA juga semakin meningkat. Insiden meningkat tajam
pada usia sekitar 55 tahun.

 Faktor genetik

Faktor genetik merupakann faktor penting. Anak perempuan dengan ibu yang memiliki OA
berisiko lebih tinggi dari pada anak laki-laki karena OA diwariskan diwariskan kepada anak
perempuan secara dominan sedangkan pada laki-laki diwariskan secara resesif. Selain itu
genetik menyumbang terjadinya OA pada tangan sebanyak 65%, OA panggul sebanyak
50%, OA lutut sebanyak 45%, dan 70% OA pada cervical dan spina lumbar.

 Obesitas

Obesitas merupakan faktor penting terkait perkembangan OA pada lutut tetapi hubungan ini
lebih kuat pada wanita. Risikoterjadinya OA dua kali lebih besar pada orang dengan berat
badan berlebih dari pada kelompok orang dengan berat badan normal. Selain itu dilihat dari
perubahan radiologis, obesitas merupakan prediktor ketidakmampuan yang progresif. Tetapi
hubungan ini tidak jelas pada OA panggul dan OA tangan.

 Riwayat bedah lutut atau trauma

Trauma pada sendi merupakan faktor risiko berkembangnya penyakit OA. Hal ini
dikarenakan kemungkinan adanya kerusakan pada mayor ligamen, tulang pada sekitar
sendi tersebut. Trauma merupakan faktor risiko pada OA lutut karena kerusakannya bisa
menyebabkan perubahan pada meniskus, atau ketidakseimbangan pada anterior ligamen
krusial dan ligamen kolateral.

 Aktivitas berat yang berlangsung lama

Penggunaan sendi dalam aktivitas berat yang berlangsung lama menjadi faktor risiko
berkembangnya penyakit OA. Pekerjaan seperti kuli angkut barang, memanjat
menyebabkan peningkatan OA lutut, hal ini biasanya terjadi pada laki-laki. Selain itu
kebiasaan yang membungkuk terlalu lama seperti petani, atau tukang cuci meningkatkan
risiko terjadinya OA panggul. Altet olahraga wanita ataupun lelaki menunjukkan faktor risiko
besar terjadinya OA lutut dan panggul (Sambrook et. al, 2005)
Gejala

OA dapat mengenai sendi-sendi besar maupun kecil. Distribusi OA dapat mengenai sendi
leher, bahu, tangan, kaki, pinggul, lutut.

- Nyeri : Nyeri pada sendi berasal dari inflamasi pada sinovium, tekanan pada
sumsum tulang, fraktur daerah subkondral, tekanan saraf akibat osteofit, distensi,
instabilnya kapsul sendi, serta spasme pada otot atau ligamen. Nyeri terjadi ketika
melakukan aktifitas berat. Pada tahap yang lebih parah hanya dengan aktifitas
minimal sudah dapat membuat perasaan sakit, hal ini bisa berkurang dengan
istirahat.
- Kekakuan sendi : kekakuan pada sendi sering dikeluhkan ketika pagi hari ketika
setelah duduk yang terlalu lama atau setelah bangun pagi.
- Krepitasi : sensasi suara gemeratak yang sering ditemukan pada tulang sendi rawan.
- Pembengkakan pada tulang biasa ditemukan terutama pada tangan sebagai nodus
Heberden (karena adanya keterlibatan sendi Distal Interphalangeal (DIP)) atau
nodus Bouchard (karena adanya keterlibatan sendi Proximal Phalangeal (PIP)).
Pembengkakan pada tulang dapat menyebabkan penurunan kemampuan
pergerakan sendi yang progresif.
- Deformitas sendi : pasien seringkali menunjukkan sendinya perlahan-lahan
mengalami pembesaran, biasanya terjadi pada sendi tangan atau lutut (Davey,
2006).

Penanganan

Pengobatan penyakit sendi osteoarthritis dapat dilakukan dengan beberapa terapi,


antaranya adalah:

a. Terapi Non Farmakologis

1). Edukasi atau penerangan

Langkah pertama adalah memberikan edukasi pada pasien tentang penyakit,


prognosis, dan pendekatan manajemennya. Selain itu, diperlukan konseling diet untuk
pasien osteoarthritis yang mempunyai kelebihan berat badan (Elin dkk, 2008). Ahli bidang
kesehatan harus memberikan informasi pada pasien dengan penyakit osteoarthritis
mengikut kesesuaian keadaan dan keselesaan pasien (Anonim, 2008).

2). Terapi fisik dan rehabilitasi


Terapi fisik dapat dilakukan dengan pengobatan panas atau dingin dan program
olahraga bagi membantu untuk menjaga dan mengembalikan rentang pergerakan sendi
dan mengurangi rasa sakit dan spasmus otot. Program olahraga dengan menggunakan
teknik isometric didesain untuk menguatkan otot, memperbaiki fungsi sendi dan pergerakan,
dan menurunkan ketidakmampuan, rasa sakit, dan kebutuhan akan penggunaan analgesik
(Elin dkk, 2008). Alat bantu dan ortotik seperti tongkat, alat pembantu berjalan, alat bantu
gerak, heel cups, dan insole dapat digunakan selama olahraga atau aktivitas harian (Elin,
dkk, 2008). Pasien osteoarthritis lutut yang memakai sepatu dengan sol tambahan yang
empuk yang bertujuan untuk meratakan pembagian tekanan akibat berat, dengan demikian
akan mengurangi tekanan di lutut (Bethesda, 2013).

Kompres hangat atau dingin serta olahraga dapat dilakukan untuk memelihara sendi,
mengurangi nyeri, dan menghindari terjadinya kekakuan (Priyanto, 2008). Kompres hangat
atau dingin ini dilakukan pada bagian sendi yang mengalami nyeri.

3). Penurunan berat badan

Penurunan berat badan d dapat diterapkan dengan mempunyai gaya hidup yang
sehat (Iskandar, 2012). Penurunan berat badan dapat membantu mengurangi beban atau
mengurangi gejala pada bagian yang mengalami penyakit osteoarthritis terutamanya pada
lutut dan pinggul (Felson, 2008).

4). Istirahat

Istirahat yang cukup dapat mengurangi kesakitan pada sendi. Selain itu juga istirahat
dapat menghindari trauma pada persendian secara berulang (Priyanto, 2008).

b. Terapi Farmakologi

Terapi obat pada osteoarthritis ditargetkan pada penghilangan rasa sakit. Karena
osteoarthritis sering terjadi pada individu lanjut usia yang memiliki kondisi medis lainnya,
diperlukan suatu pendekatan konservatif terhadap pengobatan obat, antaranya (Elin dkk,
2008):

1). Golongan Analgesik

a). Golongan Analgesik Non Narkotik

(1). Asetaminofen (Analgesik oral)

Asetaminofen menghambat sintesis prostaglandin pada sistem saraf pusat (SSP).


Asetaminofen diindikasikan pada pasien yang mengalami nyeri ringan ke sedang dan juga
pada pasien yang demam. Obat yang sering digunakan sebagai lini pertama adalah
parasetamol.

(2). Kapsaisin (Analgesik topikal)

Kapsaisin merupakan suatu estrak dari lada merah yang menyebabkan pelepasan
dan pengosongan substansi P dari serabut syaraf. Obat ini juga bermanafaat dalam
menghilangkan rasa sakit pada osteoarthritis jika digunakan secara topikal pada sendi yang
berpengaruh. Kapsaisin dapat digunakan sendiri atau kombinasi dengan analgesic oral atau
NSAID. Kapsaisin ini diberikan dalam bentuk topikal, yaitu dioleskan pada bagian nyeri
sendi.

b). Analgesik Narkotika

Analgesik narkotika dapat mengatasi rasa nyeri sedang sampai berat. Penggunaan
dosis obat analgesik narkotika dapat berguna untuk pasien yang tidak toleransi terhadap
pengobatan asetaminofen, NSAID, injeksi intra-artikular atau terapi secara topikal.
Pemberian narkotika analgesik merupakan intervensi awal, dan sering diberikan secara
kombinasi bersama asetaminofen. Pemberian narkotika ini harus diawasi karena dapat
menyebabkan ketergantungan.

2). Golongan NSAID

Dalam dosis tunggal antiinflamasi nonsteriod (NSAID) mempunyai aktivitas analgesik


yang setara dengan parasetamol, tetapi parasetamol lebih banyak dipakai terutamanya
pada pasien lanjut usia. Dalam dosis penuh yang lazim NSAID dapat sekaligus
memperlihatkan efek analgesik yang bertahan lama yang membuatnya sangat berguna
pada pengobatan nyeri berlanjut atau nyeri berulang akibat radang. NSAID lebih tepat
digunakan daripada parasetamol atau analgesik opioid dalam arthritis rematoid dan pada
kasus osteoarthritis lanjut.

3). Kortikosteroid

Kortikosteroid berfungsi sebagai anti inflamasi dan digunakan dalam dosis yang
beragam untuk berbagai penyakit dan beragam individu, agar dapat dijamin rasio manafaat
dan risiko setinggitingginya. Kortikosteroid sering diberikan dalam bentuk injeksi intra-
artikular dibandingkan dengan penggunaan oral.

4). Suplemen makanan


Pemberian suplemen makanan yang mengandung glukosamin, kondroitin yang
berdasarkan uji klinik dapat mengurangi gangguan sendi atau mengurangi simptom
osteoarthritis (Priyanto, 2008). Suplemen makanan ini dapat digunakan sebagai obat
tambahan pada penderita osteoarthritis terutamanya diberikan pada pasien lanjut usia.

5). Obat osteoarthritis yang lain

a). Injeksi Hialuronat

Asam hialuronat membantu dalam rekonstitusi cairan sinovial, meningkatkan


elastisitas, viskositas dan meningkatkan fungsi sendi. Obat ini diberikan dalam bentuk
garamnya (sodium hialuronat) melalui injeksi intra-artrikular pada sendi lutut jika
osteoarthritis tidak responsif dengan terapi yang lain (Priyanto, 2008). Dua agen intra-
artrikular yang mengandung asam hialuronat tersedia untuk mengobati rasa sakit yang
berkaitan dengan osteoarthritis lutut. Injeksi asam hialuronat diberikan pada pasien yang
tidak lagi toleransi terhadap pemberian obat anti nyeri dan anti inflamasi yang lainnya
(Hansen & Elliot, 2005). Injeksi asam hialuronat diberikan oleh tenaga medis yang
mempunyai keahlian karena kesalahan dalam memberikan injeksi ini akan memperparah
kondisi lutut pasien.

c. Pembedahan

Terapi pembedahan dapat dilakukan pada pasien dengan rasa sakit parah yang
tidak memberikan respon terhadap terapi konservatif atau rasa sakit yang menyebabkan
ketidakmampuan fungsional substansial dan mempengaruhi gaya hidup (Elin dkk, 2008).
Beberapa sendi, terutama sendi pinggul dan lutut, dapat diganti dengan sendi buatan.
Biasanya, dengan pembedahan dapat memperbaiki fungsi dan pergerakan sendi serta
mengurangi nyeri. Terdapat beberapa jenis pembedahan yang dapat dilakukan. Antara
pembedahan yang dapat dilakukan jika terapi pengobatan tidak dapat berespon dengan baik
atau tidak efektif pada pasien adalah Arthroscopy, Osteotomy, Arthroplasty dan Fusion
(Lozada, 2013)

Komplikasi

- Penurunan kualitas hidup karena adanya hambatan melakukan aktivitas sehari-hari


akibat nyeri dan peradangan
- Gangguan/kesulitan gerak
- Kelumpuhan yang menurunkan kualitas hidup penderita.
- Resiko jatuh dan patah tulang
Daftar Pustaka

Hunter D.J. 2009. Insights from Imaging on the Epidemiology and Pathophysiology of
Osteoarthritis, Radiol Clin N Am. 47: 539–551.

Loeser, RF. 2010. Osteoarthritis Age-Related Changes in the Musculoskeletal System and
the Development of Osteoarthritis, Clinics in Geriatric Medicine. 26(3): 371-386.

Soeroso dkk J., Isbagio H., Kalim H., Broto R., Pramudiyo R. 2009. Osteoartritis, Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi pertama. Internal Publishing. Jakarta. h.2539-2549

Zhang Y., Jordan J.M. 2010. Osteoarthritis Epidemiology of Osteoarthritis. Clinics in


Geriatric Medicine. 26(3): 355-369.

Anda mungkin juga menyukai