Bertempat di UPH Graduate Campus – Plaza Semanggi, Ir. Sulistijo Sidarto Mulyo, MT –
Dosen Program Studi Magister Teknik Sipil UPH – memberikan sebuah seminar yang berjudul
‘Tantangan dan Harapan Industri Konstruksi di Indonesia’.
Lebih dari 50 peserta menghadiri seminar 'Tantangan dan Harapan Industri Konstruksi di Indonesia'
Bertempat di UPH Graduate Campus – Plaza Semanggi, Ir. Sulistijo Sidarto Mulyo, MT – Dosen Program
Studi Magister Teknik Sipil UPH – memberikan sebuah seminar yang berjudul ‘Tantangan dan Harapan
Industri Konstruksi di Indonesia’. Topik ini menjadi pembahasan yang penting mengingat dalam waktu
dekat Indonesia akan menyambut era globalisasi dan pasar bebas, apalagi pertumbuhan penduduk, ekonomi
dan investasi semakin membuka banyak peluang di industri konstruksi. Namun, sangat disayangkan
kesempatan tersebut bisa tidak digunakan sepenuhnya karena industri konstruksi di Indonesia masih
terbilang tidak mantap.
Menurutnya birokrasi industri konstruksi Indonesia masih belum sesuai dengan visi dan misi konstruksi
yang sudah ada karena banyak dirundung masalah. Hal ini bisa terlihat dari para pemegang saham yang
masih belum memahami sektor-sektor yang terlibat dalam bidang konstruksi, misalnya seperti sektor
pemerintah dan sektor masyarakat. Ketidakpahaman ini bukan tanpa alasan mengingat sistem birokrasi
Indonesa yang masih belum terlalu jelas dan bersih. Kondisi ini diperburuk dengan tidak adanya dukungan
dan pembenahan sehingga kelompok palsu (pseudo-kontraktor dan pseudo-konsultan) serta tindakan KKN
semakin merajalela. Tindakan KKN serta sistem birokrasi yang tidak jelas akhirnya menyebabkan
konstruksi di Indonesia dikenakan dengan biaya yang sangat tinggi dan implementasi pasar konstruksi
menjadi tidak efektif.
Maka, menjadi sebuah tantangan untuk menata pasar konstruksi Indonesia. Ir. Sulistijo berpendapat perlu
ada kolaborasi antara lembaga riset pemerintahan dengan dunia pendidikan baik dari sisi swasta maupun
pemerintah. Hal ini dikarenakan konstruksi Indonesia masih sangat kekurangan SDM yang berkualitas
sementara tuntutan dunia konstruksi semakin meningkat tiap tahunnya. Selain itu, kolaborasi ini juga
penting untuk menciptakan penerapan hukum yang konsisten, sosialisasi birokrasi konstruksi yang
menyeluruh, serta pembentukan lembaga pengawasan dan pendukung seperti permodalan dan asuransi.
Menyongsong era pasar bebas dan AFTA yang semakin dekat, Ir. Sulistijo yakin diperlukan konstruksi
yang aman, nyaman dan tertib di Indonesia. Apalagi di era terbuka, inovasi, solusi, efesiensi dan
produktifitas menjadi faktor penting untuk bertahan di pasar dengan kompetisi yang luas. Untuk mencapai
hal itu, Ir. Sulistijo memberi sebuah saran yaitu untuk meningkatkan kualitas program pendidikan sehingga
dapat memenuhi tuntutan pasar. (lau)
1. Perencanaan
Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Utama Fakultas Teknik Undip ini untuk penentuan tujuan,
penentuan sasaran, dan penyusunan langkah untuk mencapai tujuan sudah dilakukan dengan baik
namun untuk pengkajian posisi awal terhadap tujuan dan pemilihan alternatif belum dilakukan
dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan pelakasana proyek PT Teduh Karya Utama yang
sering tidak mengindahkan peringatan dari pihak Unit Layanan Pengadaan (ULP). Seharusnya
ketika perencaan pada aspek tersebut berjalan baik, hal ini tidak akan terjadi.
2. Penjadwalan
Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Utama Fakultas Teknik Undip dimulai pada tanggal 10
Juni 2010 dan direncanakan selesai pada tanggal 31 Desember 2010. Pada kenyataanya jadwal
ini tidak berjalan dengan baik dan menimbulkan masalah sampai sekarang.
Masalah timbul sejak tanggal 19 Juli 2010 saat proses pembangunan baru berlngsung satu bulan.
Pada saat evaluasi dari pihak dekanat dengan PT Gatra Upanyasa selaku pihak pengawas
pembangunan terungkap bahwa proses pelaksanaannya mengalami keterlambatan suplay logistik
dan tenaga kerja. Alhasil pihak kontraktor pun mendapat teguran I dari Teknik Undip dan
menyatakan kesanggupannya untuk menyelesaikan proyek pembangunan tersebut dan memenuhi
suplay logistik serta menambah tenaga kerja. Ternyata mereka hanya memberi janji tanpa ada
perbaikan hingga tanggal 29 Nopember 2010 keluarlah teguran III. Semakin lama, “sumbu
kesabaran” pihak Teknik Undip mulai habis, hingga saat deadine pada tanggal 21 Desember
2010 proses pembangunannya hanya sekitar 47%. Karena itulah pada ytanggal 23 Desember
2010 pihak Teknik Undip memutus kontrak secara sepihak dengan kontraktor sesuai dengan
kepres No. 80/2003 yang memperbolehkan pemutusan kontrak secara sepihak jika pihak
kontraktor yang menyalahi kontrak kesepakatan dan terlambat dalam pelaksanaanya. (Sumber:
Majalah Momentum FT Undip)
3. Pengendalian
Aspek pengendalian paling disoroti pada proyek ini karena di sinilah banyak timbul masalah.
Pengawasan yang kurang baik dari pihak ULP dan pengkajian yang kurang baik juga dari pihak
PT Teduh Karya Utama menjadi pemicu penjadwalan menjadi terbengkelai. Pada prakteknya
proses perencanaan dan pengendalian harus berkaitan erat. Hal ini dijelaskan dengan langkah
pertama, yaitu menentukan sasaran proyek yang merupakan hasil dari perencanaan dasar,
dilanjutkan dengan merancang sistem informasi. Ketika perencanaan sudah dilaksanakan maka
kemudian diikuti dengan langkah-langkah pengendalian.
Simpulan
Perencanaan merupakan salah satu unsur penting dari konsep manajemen konstruksi berdasarkan
fungsinya. Perencanaan mencoba meletakkan dasar dan tujuan serta menyusun langkah-langkah
kegiatan untuk mencapainya. Sementara itu, pengendalian bertujuan memantau dan menuntun
agar pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai dengan perencanaan. Di sini terlihat eratnya hubungan
antara kedua fungsi tersebut. Ketika perencanaan dan pengendalian terkondisikan maka
penjadwalan akan menjadi hal penting selanjutnya.
Pada Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Utama Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
dilihat dari aspek perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian belum dilaksanakan dengan baik.
Dari berbagai prosesnya terjadi banyak masalah dan ketidakjelasan sehingga mengakibatkan
proyek ini berhenti sampai sekarang.
Sumber:
https://wisuda.unud.ac.id/pdf/1004105061-2-6%20-
%20BAB%20I%20PENDAHULUAN%20FIX.pdf
http://www.mnursholeh.com/2014/04/peran-perencanaan-penjadwalan-dan.html
https://www.researchgate.net/publication/265864745_INDUSTRI_KONSTRUKSI_INDONESI
A_MASA_DEPAN_DAN_TANTANGANNYA
https://bungastnuraini.wordpress.com/2016/01/31/permasalahan-yang-dihadapi-dunia-
konstruksi/
http://beta.lecture.ub.ac.id/files/2014/01/makalah-reini-d-wirahadikusumah.pdf
Selain menjadi tuan rumah bagi ratusan perusahaan manufaktur lokal dan internasional untuk
produk-produk konstruksi, The Big 5 Construct Indonesia 2016 juga telah menarik ratusan
peserta ke berbagai workshop bebas biaya dalam dua hari pertama. Sekitar 20-an sesi workshop
Continuing Professional Development (CPD) bersertifikasi yang diselenggarakan The Big 5
Construct Indonesia 2016 memberikan kesempatan bagi para profesional industri untuk
meningkatan pengetahuan dan keahlian mereka.
Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) juga berpartisipasi di Konstruksi Indonesia dan The Big 5
Construct Indonesia. Sesi ini membahas tentang perumahan milenia, desain arsitektur untuk kota
yang berkelanjutan, dan perubahan pada perencanaan kota
https://isafetynews.com/2016/11/12/konstruksi-indonesia-2016-bahas-isu-isu-penting-dalam-
konferensi-di-jcc/
Asean Free Trade Area (AFTA) tidak lama lagi akan dimulai yaitu pada
tahun 2015. Semua perdagangan baik barang maupun jasa negara di kawasan ASEAN akan
bersaing secara bebas. Khusus untuk pekerja konstruksi, Indonesia akan bersaing ketat dengan
negara seperti Malaysia, Singapura, Filipina, Vietnam, dan Thailand. Siapkah industri konstruksi
Indonesia menghadapi AFTA tersebut?
“Pelaku konstruksi kita bisa bersaing di Pasar ASEAN karena memang berkualitas,” kata
Menteri Pekerjaan Umum (PU), Djoko Kirmanto pada acara pameran Indonesia
International Infrastructure Conference and Exhibition (IIICE) 2013. Untuk meningkatkan
daya saing konstruksi Indonesia di mata dunia, industri konstruksi Indonesia harus lebih
efisien dan memiliki daya tahan secara berkelanjutan. Pemerintah akan mendorong
konsolidasi nasional untuk memperbesar kapasitas dan transformasi industri konstruksi
melalui restrukturisasi sistem industri konstruksi, perkuatan rantai pasok konstruksi,
pemberdayaan usaha konstruksi skala mikro, kecil dan menengah dan pengembangan
kompetensi SDM konstruksi para arsitek, insinyur, teknisi dan tenaga kerja konstruksi.
Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa, pada tempat yang sama mengatakan, saat
memasuki AEC 2015, maka ASEAN akan menjadi kawasan yang berdaya menuju integrasi
ekonomi global. Daya saing menjadi kata kunci keberhasilan, sedangkan pada lingkup
nasional, tantangan yang dihadapi adalah memperkuat kinerja perekonomian domestik,
perbaikan daya beli masyarakat, inflasi, dan mendorong investasi.
Kepala Badan Pembinaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum Hediyanto Husaeni
menyatakan optimistis sektor pekerja konstruksi Indonesia akan mampu memimpin kawasan
ASEAN. Ia beralasan rekem jejak para pekerja konstruksi Indonesia cukup baik saat bekerja
di luar negeri maupun di dalam negeri. Dikatakan bahwa pekerja konstruksi terampil
Indonesia itu long the best di Asia Tenggara ini. Tetapi untuk sektor tenaga ahli konstruksi,
Indonesia perlu waspada, karena Indonesia justru kekurangan tenaga ahli. Menurutnya tenaga
ahli yang akan ketat persaingannya.
Ir. Sulistijo Sidarto Mulyo, MT – Dosen Program Studi Magister Teknik Sipil UPH – dalam
seminar ‘Tantangan dan Harapan Industri Konstruksi di Indonesia’. Menurutnya, Industri
konstruksi di Indonesia masih terbilang tidak mantap. Masalahnya adalah birokrasi industri
konstruksi Indonesia banyak dirundung masalah. Ketidaksepahaman stakeholder di
Indonesia, tidak adanya dukungan dan pembenahan sehingga kelompok palsu (pseudo-
kontraktor dan pseudo-konsultan) serta tindakan KKN semakin merajalela. Tindakan KKN
serta sistem birokrasi yang tidak jelas akhirnya menyebabkan konstruksi di Indonesia
dikenakan dengan biaya yang sangat tinggi dan implementasi pasar konstruksi menjadi tidak
efektif. Dia berpendapat perlu ada kolaborasi antara lembaga riset pemerintahan dengan
dunia pendidikan baik dari sisi swasta maupun pemerintah. Hal ini dikarenakan konstruksi
Indonesia masih sangat kekurangan SDM yang berkualitas sementara tuntutan dunia
konstruksi semakin meningkat. Menyongsong era pasar bebas dan AFTA diperlukan
konstruksi yang aman, nyaman dan tertib di Indonesia. Apalagi di era terbuka, inovasi,
solusi, efesiensi dan produktifitas menjadi faktor penting untuk bertahan di pasar dengan
kompetisi yang luas. Untuk mencapai hal itu, diperlukan peningkatan kualitas program
pendidikan sehingga dapat memenuhi tuntutan pasar.
Herman Halim – Ketua Perbanas Jatim mengatakan bahwa dalam menyambut kedatangan
AFTA tersebut, Indonosia harus menumbuhkan market nasional lebih berkualitas, agar
mampu bersaing dengan komoditi impor. Akan tetapi, dia khawatir indonesia tidak berhasil
menjalankan AFTA, kerana sistem birokrasi yang rumit. Sedangkan ekspansi dalam dunia
industri ini tidak bisa menunggu keputusan yang lama dari pemerintah.
Di era ini, maka hanya bagi pemegang sertifikat yang hanya bisa bersaing. Sertifikat inipun
sertifikat yang sudah diakui atau sesuai dengan yang ditetapkan. Baik untuk tingkat regional
maupun internasional. “Sepandai apapun seseorang, tanpa bisa menunjukkan sertifikat
keahlian sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan, tentu akan mengalami kesulitan
dalam memperoleh pekerjaan,“ kata Ir. Wisnu Suharto, Dipl, HE Wakil Ketua II LPJK Prov
Jateng.
Pembahasan
Memang ada dua pendapat berdasarkan p enjelasan di atas. Ada yang bilang bahwa Indonesia
siap dengan syarat tertentu dan ada yang bilang tidak siap karena permasalahan khusus. Menurut
penulis pendapat diatas lebih menitik beratkan pada penilaian secara internal yang kurang
komplit. Mengapa? karena yang dibahas hanyalah di wilayah kulit luar, dan tidak fokus pada
pembahasan komparatif daya saing tenaga ahli konstruksi Indonesia terhadap negara ASEAN
lain. Ini tentu perlu riset tersendiri. Mestinya jika secara relatif tingkat daya saing konstruksi
Indonesia lebih baik, tentunya akan dinyatakan siap menghadapi AFTA dan demikian pula
sebaliknya.
http://manajemenproyekindonesia.com/?p=2865
http://aeccenter.kemendag.go.id/media/177237/buku-konstruksi-oktober-2015.pdf