Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada suatu saat kita semua pernah mengalami perasaan kuat yang menyertai pengalaman yang sangat
menyenangkan dan sangat tidak menyenangkan . mungkin kita pernah merasakan sensasi luar biasa
ketika berhasil mendapatkan pekerjaan sesuai yang kita impikan, perasaan senang ketika sedang jatuh
cinta, perasaan sedih ketika kematian seseorang atau perasaan menyesal karena telah melukai
seseorang. Terlebih lagi kita mengalami reaksi tersebut dalam tingkat yang tidak terlalu intens diseluruh
kehidupan sehari-hari kita terhadap hal-hal seperti kegembiraan karena memiliki teman, perasaan
senang menikmati sebuah film, dan merasa malu karena merusak barang pinjaman.

Terlepas dari berbagai penyebab munculnya perasaan tersebut, mereka semua mewakili emosi. banyak
orang yang beranggapan bahwasanya emosi itu adalah sesuatu hal yang buruk, sesuatu yang diidentikan
dengan amarah. Namun pada kenyataannya emosi itu tidaklah hanya berupa amarah, emosi juga bisa
dalam hal kebaikan. Lalu dari mana emosi itu muncul, apakah timbul dari pikiran atau dari tubuh,
agaknya tak seorangpun dapat menjawabnya dengan pasti. Ada yang mengatakan itu merupakan
tindakan dahulu (tubuh), baru muncul emosi, ada yang mengemukakan emosi dulu(pikiran), baru timbul
tindakan. Mana yang lebih dulu muncul agaknya tidaklah begitu penting untuk kita cari jawabannya,
yang terpenting bagaiman kita dapat memahami dan mengelola emosi kita sehingga menjadi factor atau
motivasi yang baik. Karena faktanya seseorang yang sukses baik sebagai wirausaha maupun yang
bercongkol di posisi penting dalam perusahaan ataupun pemerintahan merupakan orang-orang yang
katanya mampu memanage emosinya dengan baik, dengan kata lain memiliki EQ yang baik. Lalu
bagaimana emosi itu bisa disebut berpengaruh dalam kesuksesan seseorang? Lalu seberapa pentingkah
emosi itu? Itulah sedikit hal yang akan diuraikan dalam makalah ini yang bertujuan memperkaya
pengetahuan kita khususnya dalam materi psikologi.

B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa yang dimaksud dengan emosi?
2) Apa teori-teori tentang emosi?
3) Apa macam-macam emosi?
4) Bagaimana penjelasaan implikasi emosi dalam pendidikan?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian psikologi
2. Mengetahui macam-macam emosi
3. Mengetahui teori-teori yang bersangkutan dengan emosi
4. Mengetahui penjelasan implikasi emosi dalam pendidikan
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN EMOSI

Dalam mendefinisikan emosi, para psikolog berfokuspada tiga komponen utama yaitu: Perubahan
fisiologis pada wajah,otak dan tubuh, Proses kognitif seperti interpretasi suatu peristiwa,serta pengaruh
budaya yang membentuk pengalaman dan ekspresi emosi. Apabila kita menganalogikan emosi manusia
sebagai sebuah pohon, relasi antara kapasitas biologis dengan emosi dapat diumpamakan sebagai
batang dan akar, pemikiran dan penjelasan dapat diumpamakan sebagai cabang-cabangnya, dan budaya
adalah tukang kebun yang membentuk pohon tersebut, memotong bagian tertentu dan menumbuhkan
bagian lainnya. Jadi emosi adalah situasi stimulasi yang melibatkan perubahan pada tubuh, wajah, dan
aktivasi pada otak, penilaian kognitif, perasaan subjektif, dan kecenderungan melakukan suatu tindakan,
yang dibentuk seluruhnyaoleh peraturan – peraturan yang terdapat di suatu kebudayaan. 1

Emosi juga dapat diartikansebagai perasaan yang bergejolak,yang seakan akan menggetarkan dan
menggerakkan individu, sehingga hal itu tampak dari luar(menurut pendapat Woodworth & Marquis).
Misalnya orang yang sedang mengalami emosi marah, tampaklah mukannya berwarnamerah padam,
bibir gemetar, mata bersinar tajam, tangan mengepal-ngepal, dan sebagainya. Emosi juga disertai
dengan perubahan fisiologis tubuh, misalnya kontraksi-kontraksi otot,sekresi-sekresi kelenjar-kelenjar
tertentu, peredaran darah cepat,denyut jantung cepat. 2

2. MACAM-MACAM EMOSI

Emosi juga bermacam-macam antara lain :

a. Emosi Takut, merupakan emosi darurat yang disebabkan oleh situasi yang membahayakan.
Manifestasi takutini dapat tampak dari luarnya, misalnya roman mukanya jadi pucat,gemetar,
keluar keringat dingin.
b. Emosi Terkejut, emosiini terjadi karena apabila seseorang atau kelompok menghadapi situasi
baru dengantiba-tiba. Misalnya, anak yang sedang duduk membaca Koran tiba-tiba diberikabar
tentang kematian ayahnya,maka terjadilah emosi terkejut campur dengan sedih.
c. Emosi Marah, emosi ini terjadi karena keinginan seseorang terhalang atau terganggu oleh situasi
lain.
d. Emosi murung,hal ini sebagai variasi emosi marah. Misalnya keadaan mukanya yang suram atau
membrengut.
e. Emosi lega, sebagai emosi karenasesuatu yang diinginkan dapat tercapai. Misalnya dengan
belajar susah payah dan ternyata dapat lulus ujian. Maka hati merasa lega, puas,senang.
f. Emosi kecewa, emosi ini terjadi karena keinginangagal atau tertunda.
g. Emosi Sedih Nestapa, emosi ini terjadi karena peristiwa-peristiwa yang menyedihkan,misalnya
kecelakaan berat, kematian anggota keluarga. Tampak pada tangis , wajah yang tidak cerah,
kelihatan lesu.
h. Emosi Asmara, rasa dorongan seksual yang mempunyai bentuk-bentuk pelahiran tertentu,karena
situasi dan tingkah laku yang khusus.

1 Carole wade & carol tavris, Psikologi edisi ke 9 jilid 2,(Penerbit Erlangga:Jakarta),2007,hal 106
2 Ki Fudyartanta,Psikologi Umum,(Yogyakarta:pustaka pelajar),2011,hal 338-339
i. Emosi Benci, rasa tidak senang kepada orang lain. Gejalanya muka muram tanda rasa tidak
senang.
j. Emosi Gembira,Senang,Sukaria, tandanya muka berbinar-binar,tersenyum dan tertawa,menari-
nari bersorak sorai.3

3. TEORI EMOSI

Ada beberapa teori emosi diantaranya:

1) TEORI JAMES-LANGE

Wiliam James adalah psikolog dari USA, sedangkan Lange adalah seorang fisiolog dari Denmark. Dua
sarjana yang terpisah satu sama lainnya, dan memunculkan teorinya tahun 1880,dimana teori tersebut
sampai sekarang masih dalam perdebata. Pokok persoalannya teori tersebut ingin menjelaskan apakah
yang menjadi sebab-sebab timbulnya emosi. Kedua sarjana tersebut memikirkan pernyataan yang
disadari mengenai pelahiran perasaan dan ingin mengetahui bagaimana asal mula (genesis) perasaan itu.
Misalnya, kalau kita menghadapi situasi bahaya, mengapa kita tidak dengan cepat
mengindrainya,tanpakebingungan dan rasa takut? Umumnya orang berpendapat, bahwa situasi bahaya
menimbulkan rasa takut,dan hal menstir(mempergolakkan) badanbagian dalam dan menghasilkan
tingkah laku menghadapi atau melarikan diri dari bahaya. James dan Lange berpendapat yang
bertentangan dengan pendpat umum. James dan Lange mengatakan, bahwa rasa takut tidak disebabkan
oleh situasi bahaya melainkan oleh akibat(efek) dari keadaan badan yang bergolak –the effect of the
stirred - up bodily state. Rasa takut disebabkan oleh sensasi masal seluruh tubuh, terutama organ-organ
dalam. Oleh Karena itu emosi, menurut teori James –Lange adalah jalan badan untuk merasa (the way
the body feels) ketika dalam keadaan organis yang bergerak dan ketika membentuk gerakan – gerakan
karakteristikdari emosi. Untuk membuktikan teorinya, James mengadakan suatu eksperimen. Misalnya
rasa takut, sebagai sensasinya denyut jantung cepat , napas jarang, bibir gemetar, dan sebagainya,
apakah yang diperbuat? Hanyalah pengetahuan tentang Bahaya dan harapan untuk lari.

“without the body states” see the bear,and judge it best to run, receive the insult, and deem it right to
strike, but we should not actually feel, afraid or angry.

Jadi singkat kata menurut James-Lange dapat dirumuskan bahwa: “kita melarikan diri dan kemudian kita
takut, dan bukan kita takut lalu melarikan diri”. “Karena kita menangis, maka kita sedih dan bukan karena
kita sedih lalu kita menangis”. Teori James-Lange ini lebih bersifat teori ferifeer dari pada teori sentral,
artinya emosiadalah sebagai akibat sensasi ferifeer (bagian tubuh umumnya) dan bukan sebagai akibat
dari proses yang terjadi dalam otak (pusat syaraf sentral).

2) TEORI EMOSI Dari C.S. SHERRINGTON Dan W.B.CANNON.

3 Ki Fudyartanta,Psikologi Umum,(Yogyakarta:pustaka pelajar),2011,hal 338-339


Kedua sarjana ini adalah masing-masing sebagai fisiolog dan psikolog. Sherrington mengadakan
eksperimen dengan mengoprasi saraf –saraf yang membawa rangsang dari bagian bawah pada anjing,
tetapi anjing masih pula menunjukkan gejala-gejala emosi seperti mula-mula, misalnya rasa takut ,marah
senang dan sebagainya. Orang yang sebelumnya menyebabkan kemarahan anjing, tetap membuktikan
emosi marah,misalnya mata terbuka lebar melonjak-lonjak, mau menggigit, pupil terbuka, sebaliknya
orang yang memberi makanan diterima dengan emosisenang. Disini terbukti, bahwa sensasi ferifeer
bukanlah sumber satu satunya pada emosi.

Cannon menyelidiki lebih lanjut. Dia mengoprasi saraf symphatis pada kucing, dimana emosi marah
tergantung pada syaraf tersebut. Ternyata kucing masihmenunjukkan emosi marah, misalnya melonjak-
lonjak, mengisis giginya, telinganya tegak kebelakang, mencakar- cakar , semua emosi marah kucing
masih seperti sebelunya sebelum oprasi.

Dari penyelidikan-penyelidikan Sherrington dan Cannon tersebut, mereka menyimpulkan , bahwa gejala
emosi tidak berasal dari sensasi ferifeer tetapi dari sentral yaitu dari cortex otak. Pada manusia juga
mendukung pendapat terakhir ini. Ada seseorang pengendara kuda jatuh dan patah lehernya , sehinnga
saraf spinalisnya putus dan tidak dapat berfungsi lagi, tetapi penderita ini masih memperlihatkan gejala-
gejala emosi sepertiketika masih sehat.4

3) TEORI CANNON-BARD

Dalam teori yang dikenal sebagai teori emosi Cannon-Bard, mereka mengajukan model yang
diilustrasikan dalam bagian kedua dari figur 2 (cannon 1929). Teori tersebut menolakpandangan bahwa
ketergugahan fisiologis saja dapat mengarah pada persepsi terhadap emosi. Malah teori ini berasumsi
bahwa, baik ketergugahan fisiologis maupun pengalaman emosiaaonal dihasilkan secara simultan oleh
stimulus saraf yang sama yang menurut Cannon - Bard berasal dari talamus di otak.

Teoriini menyebutkan bahwa setelahkita memersepsi stimulus yang mengangkat emosi , talamus
merupakan tempat awal terbentuknya respon emosional.kemudian thalamus mengirimkan sinyal ke
system syaraf otonom, sehingga menghasilkan respon instingtif. Pada saat yang bersamaan, talamus juga
mengomunikasikanpesan ke selebral korteksmengenaiasal emosi yang dialami. Dengan demikian, setiap
emosi yang berbeda tidak selalu memiliki pola fisiologis unik yang menyertainya selama pesanyang
dikirimkan ke serebral korteks berbeda tergantung pada emosi yang spesifik tersebut.

Teori Cannon – Bard sepertinya telah akurat dalammenolak pandanganbahwa ketergugahan fisiologis
saja akan berpengaruh terhadap emosi. Meskipun demikian penelitian terbaru menyebutkan bahwa
hipotalamus dan system limbik, bukan thalamus,memainkan peran utama dalam pengalaman
emosional. Selain itu, terjadinya respon fisiologis dan emosional secara stimulan – yang merupakan
asumsi fundamental dari teori Cannon - Bard belum dapat disimpulkan secara pasti. Ambiguitas
tersebut telah memberikan ruang untuk teori emosiyang lain yaitu teori Schachter – singer.

4) TEORI SCHACHTER – SINGER: EMOSI SEBAGAI LABEL

4 Ki Fudyartanta,Psikologi Umum,(Yogyakarta:pustaka pelajar),2011,hal 341-342


Teorinya adalah kepercayaan bahwa emosi ditentukan oleh ketergugahan fisiologis yang tidak spesifik
dan intepretasinya, berdasarkan pertanda dari lingkungan.

Misalnya ketika anda diikuti oleh seseorang di suatu jalanan yang gelap pada malam tahun baru, anda
menyadari bahwa seseorang diikuti oleh bayangan lain pada sisi lain jalan tersebut. Sekarang, asumsikan
bahwa dari pada anda bereaksi dengan rasa takut, asumsikan orang itutertawa. Akankah reaksi dari
individu lain akan cukup untuk membuat membuat rasa takut anda hilang? Mungkinanda pada
kenyataan nya, memutuskan bahwa tidak ada halyang perlu ditakutkan dan kembali bersemangat di
malam itu dengan mulaimerasakan kebahagiaan.

Pendekatan untuk menjelaskan emosi ini menekankan bahwa kita mengidentifikasikan emosi yang kita
alami dengan mengobservasi lingkungan kita dan membandingkan dirikita dengan orang lain.

Eksperimen klasik Schachter – singer menemukan bukti bagi hipotesis ini. Dalam penelitian tersebut,
partisipan diberitahu bahwa mereka akan menerima suntikan vitamin. Pada kenyataan nya mereka diberi
epinefrin, obat yang menyebabkan respon yang biasanya terjadi pada saat reaksi emosional kuat, seperti
peningkatan ketergugahanfisiologis, termasuk tingkat detak jantung dan pernafasan yang lebih tinggi
serta wajah yang yang memerah. Anggota dari kedua kelompok kemudian secara individual ditempatkan
dalam situasi ketika seseorang asisten eksperimenter berperilaku tertentu. Dalam sebuah kondisi ia
berperilaku marah dan kasar, sementara pada kondisi lain ia berperilaku seolah olah ia sngat bergembira.

Tujuan dari eksperimen ini adalah untuk menentukan bagaimana partisipan tersebut akan bereaksi
secara emosional terhadap perilaku sang asisten. Ketika mereka diminta untuk menggambarkan emosi
mereka pada akhir eksperimen, partisipan yang dihadapkan pada asisten yang marah melaporkan bahwa
mereka merasa marah. Sementara pada partisipan yang dihadapkan pada asisten yang bergembira
melaporkan bahwa mereka merasa gembira. Secara keseluruhan, hasilini menunjukkan bahwa partisipan
terhanyut dalam lingkungan dan perilaku orang lain, sehingga haltersebut menjelaskan ketergugahan
fisiologis yang mereka alami.

Kemudian hasil dari eksperimen shcachter – singer ini mendukung pandangan kognitif mengenai emosi
ketika emosi ditentukan secara bersama-sama oleh jenis ketergugahan fisiologis yang tidakspesifik dan
pelabelan terhadap ketergugahan tersebut berdasarkan pertanda dari lingkungan. Meskipun penelitian
terbaru telah menemukan bahwa ketergugahan lebih spesifik dari yang dipercaya oleh schachter-
singer,mereka benar dalamm mengasumsikan bahwa ketika sumberdari ketergugahan fisiologis tidak
jelas, kita dapat melihat pada lingkungan sekitar kita untuk menentukan apayang sedang kita alami. 5

4. IMPLIKASI EMOSI DALAM PENDIDIKAN

Berbicara pendidikan tentu erat kaitannya dengan inteligensi yang dimiliki dalam individu pula. Pengaruh
inteligensi dalam perkembangan jiwa seseorang amat ditentukan dalam penggunaan alat pikirnya.
Namun perlu dicatat ia bukan satu-satunya alat yang menentukan tingkat perkembangan manusia. Pada
5 Robert S. Feldman,understanding psychology,(Jakarta:Salemba Humanika),2011,hal35-37
abad 19, orang-orang barat begitu mengagumi akan pentingnya IQ sebagai faktor penentu kesuksesan
hidup. Namun belakangan posisi IQ mulai bergeser dan digantikan dengan kecenderungan baru yakni
bahwa justru Emotional Quotient (EQ) lah yang dinilai sebagai kesuksesan seseorang.
Kemudian salah arti apabila emosi hanya berpengaruh pada hal negatif, karena emosi merupakan suatu
hal yang sangat berperan dalam segala aktifitas termasuk dalam pendidikan. dalam hal ini proses belajar
dalam upaya mencapai suatu keberhasilan dan prestasi dalam pendidikan. Dari fungsi emosi sendiri yaitu
kaitannya kemampuan manusia dalam bertahan hidup dan kaitannya dalam semangat dalam
kehidupannya, baik dalam bekerja, makan, dll.
Dari fungsi diatas terbukti bahwa emosi mempunyai suatu kekuatan yaitu energizer/spirit, maka jika
kekuatan ini dikaitkan dalam proses pendidikan maka emosi ini akan memicu prestasi serta keberhasilan
individu dalam pendidikan ketika individu tersebut menggunakan Emosinya dengan tepat. karena
menurut penelitian bahwa yang mempengaruhi keberhasilan bukanlah tingkat IQ yang tinggi saja namun
aspek lainnya yang justru berperan lebih besar daripada IQ, terbukti bahwa IQ hanya berpengaruh 20%
saja dalam keberhasilan, akan tetapi 80% lainnya dipengaruhi oleh kecerdasan yang lain termasuk
didalamnya peran emosi perlu dipertimbangkan.
Emosi berpengaruh besar pada kualitas dan kuantitas belajar. Emosi yang positif dapat mempercepat
proses belajar dan mencapai hasil belajar yang lebih baik, sebaliknya emosi yang negatif dapat
memperlambat belajar atau bahkan menghentikannya sama sekali. Oleh karena itu, pembelajaran yang
berhasil haruslah dimulai dengan menciptakan emosi positif pada diri pembelajar. Untuk menciptakan
emosi positif pada diri siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan
menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan dengan penciptaan kegembiraan belajar.
kegembiraan belajar seringkali merupakan penentu utama kualitas dan kuantitas belajar yang dapat
terjadi. Kegembiraan bukan berarti menciptakan suasana kelas yang ribut dan penuh hura-hura. Akan
tetapi, kegembiraan berarti bangkitnya pemahaman dan nilai yang membahagiakan pada diri si
pembelajar. Selain itu, dapat juga dilakukan pengembangan kecerdasan emosi pada siswa. Kecerdasan
emosi merupakan kemampuan seseorang dalam mengelola emosinya secara sehat
terutama dalam berhubungan dengan orang lain.
Maka dari hal tersebut dapat kita simpulkan bahwa dalam proses pendidikan, emosi sangat berperan
dan perlu untuk dilibatkan dalam proses pembelajaran karena emosi mempunyai suatu kekuatan yang
dapat memicu kita dalam mencapai suatu prestasi belajar. Maka dengan ini keberhasilan sangatlah keliru
jika dianggap factor utamanya adalah IQ yang tinggi karena banyak orang yang berhasil dalam sisi
akademik namun tidak bisa melakukan apapun dengan keberhasilannya dalam kehidupan yang nyata,
oleh karena itu keterlibatan emosi sangat penting dalam segala aktifitas, apalagi jika kita dapat
mengelola emosi itu dengan tepat.6

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. pengertian

6 www.wordpress.com/implikasiemosidalampendidikan.
Emosi adalah situasi stimulasi yang melibatkan perubahan pada tubuh, wajah, dan aktivasi pada otak,
penilaian kognitif, perasaan subjektif, dan kecenderungan melakukan suatu tindakan, yang dibentuk
seluruhnyaoleh peraturan – peraturan yang terdapat di suatu kebudayaan.Emosi juga dapat
diartikansebagai perasaan yang bergejolak,yang seakan akan menggetarkan dan menggerakkan individu,
sehingga hal itu tampak dari luar(menurut pendapat Woodworth & Marquis).

2. MACAM-MACAM EMOSI

Ada banyak macam-macam emosi misalnya, takut,terkejut, marah, murung,lega,kecewa,sedih nestapa,


asmara,benci, gembira.

3. TEORI-TEORIEMOSI
 TEORI JAMES-LANGE

Jalan badan untuk merasa (the way the body feels) ketika dalam keadaan organis yang bergerak dan
ketika membentuk gerakan – gerakan karakteristikdari emosi. Untuk membuktikan teorinya, James
mengadakan suatu eksperimen.

 TEORI EMOSI Dari C.S. SHERRINGTON Dan W.B.CANNON.

Bahwa gejala emosi tidak berasal dari sensasi ferifeer tetapi dari sentral yaitu dari cortex otak.

 TEORI CANNON-BARD

Bahwa setelahkita memersepsi stimulus yang mengangkat emosi , talamus merupakan tempat awal
terbentuknya respon emosional.kemudian thalamus mengirimkan sinyal ke system syaraf otonom,
sehingga menghasilkan respon instingtif.

 TEORI SCHACHTER – SINGER: EMOSI SEBAGAI LABEL

Kepercayaan bahwa emosi ditentukan oleh ketergugahan fisiologis yang tidak spesifik dan intepretasinya,
berdasarkan pertanda dari lingkungan.

4. IMPLIKASI EMOSI DALAM PENDIDIKAN

Emosi sangat berperan dan perlu untuk dilibatkan dalam proses pembelajaran karena emosi mempunyai
suatu kekuatan yang dapat memicu kita dalam mencapai suatu prestasi belajar. Maka dengan ini
keberhasilan sangatlah keliru jika dianggap factor utamanya adalah IQ yang tinggi karena banyak orang
yang berhasil dalam sisi akademik namun tidak bisa melakukan apapun dengan keberhasilannya dalam
kehidupan yang nyata, oleh karena itu keterlibatan emosi sangat penting dalam segala aktifitas, apalagi
jika kita dapat mengelola emosi itu dengan tepat.

Anda mungkin juga menyukai