Anda di halaman 1dari 10

TEKNIK PELEDAKAN

Peledakan adalah salah satu metode/ cara yang digunakan untuk


pengupasan lapisan tanah penutup atau memecahkan batuan dalam kegiatan
penambangan. Peledakan dilakukan pada kegiatan pembongkaran lapisan tanah
penutup yang keras untuk memudahkan lapisan tanah itu dimuat oleh alat mekanis.

Gambar 1. Peledakan

Bahan peledak adalah suatu rakitan bahan-bahan padat atau cair atau
campuran dari keduanya yang apabila terkena aksi (panas, gesekan, benturan)
akan bereaksi dengan kecepatan tinggi menimbulkan gas yang disertai efek panas
dan tekanan tinggi.
Salah satu dasar pemilihan alat atau peledakan adalah index rippability,
berdasarkan cepat rambat gelombang pada batuan. Menurut Singh (1986)
klasifikasi rippability ada lima parameter yang yang diperhitungkan yaitu kuat tarik
batuan, tingkat pelapukan, cepat rambat gelombang pada massa batuan,
abrasivitas batuan dan spasi kekar.
Secara garis besarnya, jenis bahan peledak diklasifikasikan menjadi 3
bagian, yaitu :
1. Bahan peledak mekanis (mechanical explosives)
Bahan peledak mekanis contohnya Cordox yaitu bahan peledak yg trdiri dari
sbuah tabung atau selongsong dengan penutup yang mudah retak dan berisi
CO2 cair
2. Bahan peledak kimia (chemical explosives)
Bahan peledak kimia merupakan suatu campuran zat yang terdiri dari suatu
campuran zat, yang terdiri dari pemicu ledakan, bubuk peledak/mesiu
(gunpower), dan beberapa zat penghambur (blasting)
3. Bahan peledak nuklir (nuclear explosives)
Bahan peledak nuklir umumnya terbuat dari plutonium, uranium 235, atau
bahan-bahan sejenis yang mempunyai sifat atom aktif. Bahan peledak nuklir
pada umumnya terbuat dari plutonium, uranium, atau bahan-bahan yang
mempunyai sifat atom aktif.

Bahan peledak Industri (Mike Smith,1988)

Berdasarkan lapangan penggunaannya, bahan peledak dibagi atas :


1. Bahan peledak militer (untuk kepentingan militer)
Mempunyai kekuatan yang maksimum/unit volume, berat yang
minimum/unit powder, kecepatan detonasi yang tinggi, tingkat kesetabilan
yang besar, sensitivitas yang bergantung kebutuhan
2. Bahan peledak komersil / industri (untuk keperluan pekerjaan sipil, tambang,
dll), umumnya dari bahan peledak kimia.

Berdasarkan kecepatan reaksinya, bahan peledak dibagi 2 jenis, yaitu:


1. Bahan peledak kuat (high explosives)
Bahan peledak ini memiliki kecepatan reaksi sangat tinggi, yaitu
5.000 – 24.000 fps (1-6 mil perdetik). Tekanan yang dihasilkan juga sangat
tinggi 50.000 – 4.000.000 psi. Sifat reaksinya adalah detonasi, yaitu
penyebaran gelombang kejut (shock wave). Bahan peledak kuat ini dibagi 2
macam lagi, yaitu:
- “primary explosives”, yaitu bahan peledak yang mudah meledak bila
terkena api, benturan, atau gesekan, misalnya PbN6, Hg(ONC)2, yaitu
untuk bahan isi detonator
- “secondary explosives” , yaitu bahan peledak yang hanya akan
meledak apabila ada ledakan yang mendahuluinya, misalnya ledakan
dari sebuah detonator atau primer. Contohnya adalah TNT (Tri Nitro
Toluene) dan PETN.
2. Bahan peledak lemah (low explosives)
Bahan peledak ini (low explosives) memiliki kecepatan reaksi rendah
(<5.000 fps). Tekanan yang dihasilkan <50.000 psi. Umumnya dipakai di
tambang batubara

Bahan peledak dapat juga diklasifikasikan berdasarkan fungsi denotasi dalam


amunisi :
1. Primer : Bahan yang dapat terbakar dengan adanya pukulan, biasanya
primer adalah campuran KCLO3 dan bahan yang mudah terbakar
2. Igniter : Bahan yang mudah menyala tetapi tidak segera meledak dalam
amunisi igneter biasanya adalah black gun powder (C + S + KNO3.)
3. Propelan : Bahan yang tidak berasap, dapat merusak dalam kondisi tertentu
dalam amunisi, propelan berisi dalam jumlah yang cukup besar energinya
dipergunakan untuk mendorong proyektil.

Gambar 2. Bahan peledak

4. Detonator : Bahan yang segera meledak jika kena sasaran.


5. Booster : Bahan yang segera meledak dari pengaruh detonator dan
diteruskan ke bursting charge.
6. Bursting charge : Bahan yang dapat meledak disertai pengrusakkan daerah
yang terkena

Gambar 3. Kembang Api

Gambar 4. Electric Detonator

Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi hasil peledakan


1. Faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia
2. Faktor yang dapat dikendalikan manusia

Faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia:


1. Karakteristik massa batuan
2. Struktur geologi
3. Pengaruh air tanah
Adanya pengaruh air tanah akan menyebabkan larutnya unsur-unsur bahan
peledak khusunya ANFO sehingga kurang optimal dan akan terjadi fly rock
4. Kondisi cuaca

Faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh manusia


1. Arah dan kemiringan lubang ledak
2. Arah dan Pola pemboran
a. Pola pemboran sejajar (Paralel Pattern ), pola ini lebih mudah
dilapangan

Keuntungan:
1. Untuk menentukan lubang yang akan dibor lebih mudah karena ukuran
burden sama dengan ukuran spasing ( B = S ). Pada baris yang sama
dan baris yang berlainan dibuat sejajar dengan lubang yang akan dibor
sehingga waktu untuk menempatkan alat bor lebih cepat
2. Pengaturan waktu tunda (delay) peledakan pada pola ini adalah
berbentuk V, sehingga hasil peledakannya terkumpul pada tempat
tertentu
Kerugian:
1. Volume batuan yang tak terkena pengaruh penyebaran energi bahan
peledak lebih banyak sehingga memungkinkan terjadinya bongkahan (
boulder ) pada batuan hasil peledakan
2. Secara teoritis, makin banyak lubang ledak yang dibuat makin banyak
pula nomor delay.

b. Pola pemboran selang seling (stragged pattern), pola ini hasilnya lebih
baik dan seragam
Keuntungan:
1. Dapat memberikan keseimbangan tekanan yang baik, sehingga volume
batuan yang tak terkena pengaruh penyebaran energi bahan peledak
lebih kecil
2. Secara teoritis, delay yang digunakan pada pola ini tidak terlalu banyak,
karena dalam satu baris lubang ledak nomor delay yang digunakan sama
Kerugian:
1. Waktu untuk menempatkan alat bor pada titik yang akan dibor lebih
lama, karena ukuran burden tidak sama dengan ukuran spacing dan
lubang bor yang akan dibuat tidak sejajar dengan baris yang berlainan
2. Batuan hasil peledakan akan menyebar karena peledakannya serentak
pada baris yang sama dan beruntun pada baris berikutnya

Arah pemboran
a. Arah lubang bor vertikal

Keuntungan :
1. Pada ketinggian jenjang yang sama, maka kedalaman lubang bor vertikal
lebih pendek dari pada lubang bor miring, sehingga waktu pemboran
yang diperoleh lebih cepat
2. Untuk menempatkan alat pada titik atau posisi batuan yang akan dibor
tidak memerlukan ketelitian yang cermat sehingga waktu untuk
melakukan manuver lebih cepat
3. Kecepatan penetrasi alat bor akan lebih cepat karena kurangnya gesekan
yang timbul dari dinding lubang bor terhadap batang bor
4. Pelemparan batuan hasil peledakan lebih dekat
Kerugian :
1. Mudah terjadi kelongsoran pada jenjang
2. Kemungkinan adanya bongkahan yang besar
3. Kemungkinan terjadi tonjolan pada lantai jenjang

b. Arah lubang bor miring

Keuntungan:
1. Memperkecil bahaya longsor pada jenjang
2. Memperbaiki fragmentasi batuan
3. Hasil peledakan mempunyai permukaan yang lebih rata
Kerugian:
1. Kemungkinan terjadinya pelemparan batuan yang lebih jauh
2. Pada ketinggian jenjang yang sama maka kedalaman lubang bor yang
dibuat lebih panjang dari pada lubang bor vertikal, sehingga
membutuhkan waktu pemboran yang lebih lama
3. sembutuhkan ketelitian yang cermat untuk menempatkan alat bor pada
titik atau posisi dengan kemiringan tertentu, sehingga membutuhkan
waktu manuver yang agak lama.

3. Pola peledakan
Pola peledakan berdasarkan arah runtuh
a. Box Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan
dan membentuk kotak
b. Corner cut (echelon cut) , yaitu pola peledakan yang arah runtuhan
batuannya ke salah satu sudut dari bidang bebasnya.
c. “V” cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kedepan
dan membentuk huruf V.

Pola peledakan berdasarkan urutan waktu peledakan


a. Pola peledakan serentak, yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan
secara serentak untuk semua lubang tembak.
b. Pola peledakan beruntun, yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan
dengan waktu tunda antara baris yang satu dengan baris lainnya.
Peledakan ini menggunakan detonator delay, untuk mengurangi getaran,
overbreak dan flyrock dan improved fragmentasi
4. Diameter lubang ledak
5. Geometri peledakan
a. Burden
Burden adalah jarak terdekat antara bidang bebas (free face) dengan
lubang tembak atau ke arah mana batuan yang diledakkan akan
terlempar (Fragmentasi atau arah hamburan material yang diledakkan)
b. Spasi
Spasi adalah jarak antara lubang-lubang bor dirangkai dalam satu baris
(row) dan diukur sejajar terhadap pit wall, biasanya spacing tergantung
pada burden, kedalaman lubang bor, letak primer, dan delay.
c. Stemming
Stemming adalah bagian dari lubang ledak yang tidak diisi dengan bahan
dengan material hasil pemboran (Cutting). Fungsi stemming adalah
untuk mengurung gas yang terbentuk pada saat peledakan dan untuk
mencegah terjadinya ”flyrock“ (batuan yang beterbangan dari suatu
peledakan) yang tinggi pada saat peledakan.
d. Powder charge
e. Sub drilling
Sub Drilling adalah penambahan kedalaman pada suatu lubang bor di
luar rencana lantai jenjang. Penggunaan sub drilling dimaksudkan agar
batuan dapat terbongkar tepat pada suatu kedalaman yang ditentukan
atau dengan kata lain batuan dapat terbongkar secara “ full face “
sebagaimana yang diharapkan. Apabila batuan tidak terbongkar secara “
full face “ akan mengakibatkan lantai jenjang yang tidak rata atau
adanya tonjolan – tonjolan (toes) akan menyulitkan setelah dilakukan
peledakan terutama pada kegiatan pemuatan dan pengangkutan.
f. Tinggi jenjang
g. Kedalaman lubang bor
6. Arah peledakan
7. Pengisian bahan peledak
8. Waktu tunda
9. Ketelitian pemboran
Karakteristik bahan peledak yang sangat mempengaruhi operasi peledakan pada
tambang terbuka adalah kekuatan, kecepatan detonasi, kepekaan, bobot isi,
tekanan detonasi, sifat gas beracun, dan ketahanan bahan peledak terhadap air

Kecepatan detonasi (Velocity Of Detonation = VOD) adalah kecepatan gelombang


yang menerobos panjang kolom isian bahan peledak, dinyatakan dalam meter per
detik, bervariasi dengan diameter isian bahan peledak, density bahan peledak, dan
tingkat keterkungkungan bahan peledak, kecepatan detonasi ANFO dapat berkisar
dari 2500 – 4500 m/s bergantung pada diameter lubang. kecepatan detonasi
merupakan komponen utama energi kejut (shock energi) yang berperan thd proses
pecahnya batuan. Dan dapat diukur untuk menentukan efisiensi bahan peledak.

Proses peledakan
1. Detonasi
Proses detonasi dalam suatu ledakan, bergantung dari besarnya gelombang
getar yang ditimbulkan, atau dengan perkataan lain suatu proses yang mendorong
terjadinya penyebaran pemecahan keseluruh massa benda
2. Defagrasi
Deflagrasi adalah suatu proses yang mendorong terjadinya penyebaran
reaksi keseluruhan massa bahan, reaksi yang terjadi pada suatu tempat akan
segera menyebar keseluh massa bahan dengan jalan perambatan panas dari lapisan
ke lapisan massa bahan tersebut. Kecepatan rambatan perubahan bervariasi antara
0,02 mm/det hingga
400 m/det.
3. Thermol explosive
Proses dimana pertama kali ada sejumlah panas yang diberikan, sehingga
terjadi reaksi eksoterm, kemudian pemberian panas dihentikan, tetapi suhu benda
akan naik secara terus-menerus namun tidak ada panas yang dilepanskan ke
sekelilingnya, sehingga akan menyebabkan panas dengan sendirinya (Self Heating),
sampai pada suatu saat menimbulkan (anto ingnition) nyala dengan sendirinya yang
terjadi ditengah massa benda, peristiwa ini disebut thermal eksplosion

Setelah melakukan peledakan pada batuan induk (primary blasting) kadang-


kadang hasil bongkaran (fragmentasinya) tidak mulus seperti apa yang diharapkan,
tetapi terdapat bongkaran yang lebih besar (boulder). Untuk mengecilkan ukuran
perlu dilakukan secondary blasting. Ada 3 cara yang dilakukan :
 Mud capping” atau ”Plaster shooting”
 “Blok holling” atau “ Popping”
 “Snake holling”

Anda mungkin juga menyukai