Sele-Sele Proosal
Sele-Sele Proosal
daerah iklim arid dan semiarid dan juga ditemukan diareal dimana iklim dan mobilitas garam
menyebabkan air dan tanah menjadi salin ditambah dengan faktor penyebab salinitas seperti
tingkat evapotranspirasi tinggi, drainase yang buruk, kualitas air irigasi yang buruk, dan
garam-garam terlarut dari dalam yang tidak mampu tercuci oleh air akibat rendahnya curah
oleh garam. Hal ini akan berakibat buruk pada tanaman padi karena dapat bersifat toksik
(racun).
Kadar garam yang tinggi menyebabkan pemupukan pada lahan sawah akan sia-sia
karena pengaruh ion Na+ dan Cl-. Kadar garam NaCl pada tanah salin berkisar antara 2-6%
(FAO, 2005). Hal ini tentu menjadi masalah bagi petani padi lahan pasang surut. Hasil
perlakuan salinitas 6 mmhos cm-1 menurun drastis dengan bobot kering 0,1006 g sedangkan
perlakuan 0 mmhos cm-1 yaitu sebesar 0,2091 g. Hal ini membuktikan bahwa kadar garam
dengan konsentrasi tinggi dapat menurunkan pertumbuhan tanaman padi. Tidak hanya itu,
Nitrogen sebagai unsur hara esensial bagi tanaman padi yang diserap dalam bentuk NO3- dan
NH4+ akan terhambat akibat pengaruh ion Cl- (Nugraheni et al., 2003). Semakin tinggi kadar
garam pada tanah, maka kandungan N pada jaringan akar tanaman semakin menurun (Hakim
et al., 2014). Ditambah dengan kondisi tanah sawah dominan berpasir menyebabkan unsur
hara N dan unsur hara lain ikut tercuci atau tidak tersedia akibat berkurangnya kompleks
disebabkan oleh serapan natrium (Na) yang berlebihan, dan klorida, yang
Deteksi cedera akibat salinitas, bagaimanapun, sangat kompleks bahkan dalam kondisi
terkendali. Selain itu, dibutuhkan analisis jaringan yang mahal dan memakan waktu. Gejala visual
dari stres garam mungkin masih paling tepat untuk skrining massa. Cedera garam dimulai dengan
pengurangan luas daun efektif. Daun tertua mulai bergoyang-goyang yaitu diikuti oleh yang lebih
tua, dan seterusnya. Akhirnya, yang selamat memiliki daun tua yang kehilangan vitalitas dengan
warna hijau termuda.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa padi toleran selama perkecambahan, menjadi sangat
sensitif selama tahap pembibitan awal (2-3 tahap daun), mendapatkan toleransi selama vegetatif
tahap pertumbuhan, menjadi sensitif selama penyerbukan dan pembuahan, dan kemudian menjadi
semakin toleran pada saat jatuh tempo (Pearson et al, 1966, IRRl 1967). Namun, beberapa
Penelitian melaporkan bahwa pada saat berbunga, beras tidak sensitif terhadap salinitas (Kaddah et al, 1975).
Oleh karena itu, untuk mengetahui respon tanaman padi terhadap salinitas secara keseluruhan, sangat penting
Efeknya bisa diamati pada semua tahapan perkembangannya, yaitu pada awal
tahap pembibitan, vegetatif dan reproduksi