TBC
TBC
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
o Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru
selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru,
dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih
tinggi, maka setiap orang yang datang ke Fasyankes dengan gejala tersebut
diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan
perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
DIAGNOSA TUBERKULOSIS
Semua orang dengan batuk produktif dua sampai tiga minggu yang tidak dapat dijelaskan
sebaiknya dievaluasi untuk TB. Standar 1 International Standards for Tuberculosis Care
Tersangka pasien TB adalah seseorang yang mempunyai keluhan atau gejala klinis
mendukung TB ( sebelumnya dikenal sebagai suspek TB )
Pasien TB berdasarkan konfirmasi hasil pemeriksaan bakteriologis:
Adalah seorang pasien TB yang hasil pemeriksaan sediaan biologinya positif
dengan pemeriksaan mikroskopis, biakan atau diagnostik cepat yang diakui oleh
WHO (misal : GeneXpert ).
4. status HIV.
Kasus TB dengan status HIV tidak diketahui adalah kasus TB konfirmasi bakteriologis
atau klinis yang tidak memiliki hasil tes HIV dan tidak memiliki bukti dokumentasi telah
terdaftar dalam register HIV.
PENGOBATAN TB
Pengobatan TB berdasarkan diagnosis klinis hanya dianjurkan pada pasien dengan dengan
pertimbangan sebagai berikut :
• Kondisi pasien perlu segera diberikan pengobatan misal : pada TB meningen, TB milier,
pasien dengan HIV positif dsb.
• Tindakan pengobatan untuk kepentingan pasien dan sebaiknya diberikan atas persetujuan
tertulis dari pasien atau yang diberi kuasa.
WHO merekomendasi pemeriksaan apusan dahak BTA pada akhir fase intensif pengobatan
untuk pasien yang diobati dengan OAT lini pertama baik kasus baru dan pengobatan ulang.
Apusan dahak BTA dilakukan pada akhir bulan kedua (2RHZE/4RH) untuk kasus baru.
Pemeriksaan dahak tambahan (pada akhir bulan ketiga fase intensif sisipan) diperlukan untuk
pasien TB kasus baru dengan apusan dahak BTA positif pada akhir fase intensif.
Efek tidak diinginkan OAT dapat diklasiikasikan mayor dan minor. Pasien yang mengalami efek
samping OAT minor sebaiknya melanjutkan pengobatan dan diberikan terapi simptomatik. Pada
pasien yang mengalami efek samping mayor maka paduan OAT atau OAT penyebab sebaiknya
dihentikan pemberiannya. Ketaatan pasien pada pengobatan TB sangat penting untuk mencapai
kesembuhan, mencegah penularan dan menghindari kasus resisten obat. mengawasi dan
mendukung pasien untuk minum OAT. Pengobatan dengan pengawasan membantu pasien untuk
minum OAT secara teratur dan lengkap. Pengawas menelan obat (PMO) harus mengamati setiap
asupan obat bahwa OAT yang ditelan oleh pasien adalah tepat obat, tepat dosis dan tepat interval
CARA PENULARAN
Cara penularan
o Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
o Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
o Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak
berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah
percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh
kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan
yang gelap dan lembab.
o Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil
pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.
o Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan
oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara
tersebut.