DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
FAKULTAS TEKNIK
2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan Rahmat,Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam dan
juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang
semoga bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin.
Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan.Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini
mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata
Kuliah Pendidikan Agama Islam yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.
Wa’alaikumsalam Wr.Wb
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai
individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung
pada bagaimana akhlaknya. Apabila baik akhlaknya, maka sejahteralah lahir batinnya, apabila
rusak akhlaknya, maka rusaklah lahir batinnya.
Konsep akhlaqul karimah adalah konsep hidup yang lengkap dan tidak hanya mengatur
hubungan antara manusia, alam sekitarnya tetapi juga terhadap penciptaannya. Allah
menciptakan ilmu pengetahuan bersumber dari Al-Quran. Namun, tidak semua orang
mengetahui atau percaya akan hal itu. Ini dikarnakan keterbatasan pengetahuan manusia
dalam menggali ilmu-ilmu yang ada dalam Al-Quran itu sendiri . Oleh karna itu, permasalahan
ini diangkat, yakni keterkaitan akhlak islam dengan ilmu yang berdasarkan Al-Quran dan
Hadits.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian akhlak ?
2. Bagaimana pembagian akhlak ?
3. Bagaimana akhlak kepada Allah, Rasul, dan orangtua?
4. Bagaimana pembentukan dan pembinaan akhlak?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan pembagian akhlak
2. Mengetahui bagaimana akhlak terhadap Allah, Rasul, dan orangtua
3. Mengetahui pembentukan dan pembinaan akhlak
D. Manfaat Penulisan
Pembaca dapat mengetahui tentang akhlak dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Sebelum mempelajari akhlak secara lengkap, terlebih dahulu kita harus mengerti apakah arti
Akhlak itu? Akhlak berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak dari khuluqun yang berarti budi
pekerti, sopan santun, atau tata krama. Sedangkan menurut istilah akhlak adalah sifat yang
tertanam didalam diri kita yang mendorong untuk melakukan perbuatan dengan mudah tanpa
perlu berfikir dan pertimbangan terlebih dahulu.(al-ghazali,t.t.:56)
B. Dasar Akhlak
Dasar akhlak adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Tingkah laku nabi Muhammad saw merupakan
contoh suri teladan bagi umat manusia. Allah berfirman
َّ ٱَّللَ َو ۡٱليَ ۡو َم ۡٱۡل ٓ ِخ َر َوذَ َك َر
٢١ ٱَّللَ َكثِ ٗيرا َ ٱَّللِ أ ُ ۡس َوة ٌ َح
َّ َْة ِل َمن َكانَ يَ ۡر ُجواٞ سن ُ لَّقَ ۡد َكانَ لَ ُك ۡم فِي َر
َّ سو ِل
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah” (QS. Al-Ahzab: 21)
Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang mengandung pesan akhlak yang mulia. Misalnya pesan
akhlak yang terdapat pada perintah sholat, yaitu agar manusia dapat menjauhkan diri dari
perbuatan keji dan munkar
َّ شا ٓ ِء َو ۡٱل ُمن َك ِۗ ِر َولَذ ِۡك ُر
َّ ٱَّللِ أ َ ۡك َب ِۗ ُر َو
ٱَّللُ َيعۡ َل ُم َ ع ِن ۡٱلفَ ۡح َّ صلَ َٰو َۖة َ ِإ َّن ٱل
َ صلَ َٰوة َ ت َۡن َه َٰى ِ َ ي ِإلَ ۡيكَ ِمنَ ۡٱل ِك َٰت
َّ ب َوأَقِ ِم ٱل ِ ُ ٱ ۡت ُل َما ٓ أ
َ وح
٤٥ ََما ت َصۡ نَعُون
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan
sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat
yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS Al-Ankabut: 45)
Selain itu dalam hadits nabi juga dijelaskan bahwa sholat yang diterima oleh Allah adalah
sholat yang mendorong pelakunya merendahkan diri dihadapan Allah, tidak bersikap sombong
terhadap sesama manusia, tidak keras menentang perintah Allah, melainkan sholat yang
menghasilkan sikap ingat kepada Allah, menaruh rasa kasih sayang kepada orang miskin, orang
terlantar dalam perjalanan, janda, dan orang yang ditimpa kesusahan (HR. Muslim)
2
Pesan akhlak yang terdapat pada perintah puasa, yaitu agar manusia senantiasa bertaqwa keada
Allah, dapat mengendalikan diri dari dorongan hawa nafsu, menimbulkan sifat iba dan kasih
sayang kepada orang yang hidupnya dalam kekurangan, menjaga dirinya dari perbuatan yang
keji, tidak mau mengadakan pertengkaran, dan lain sebagainya. Dalam hadits nabi juga
dijelaskan bahwa orang yang tidak meninggalkan kata-kata bohong dan senantiasa berdusta,
maka nilai pahala puasa orang yang demikian itu tidak ada disisi Allah. (HR. Bukhari –
Muslim)
Pesan akhlak yang terdapat perintah zakat, yaitu agar seseorang dapat menyucikan dirinya dari
sikap kikir dan tidak mau bersyukur.
١٠٣ ع ِلي ٌم
َ س ِمي ٌع َّ ن لَّ ُه ِۡۗم َوٞ س َك
َ ُٱَّلل َ علَ ۡي ِه َۡۖم إِ َّن
َ َصلَ َٰوتَك َ ط ِه ُر ُه ۡم َوتُزَ ِكي ِهم بِ َها َو
َ ص ِل َ ُخ ۡذ ِم ۡن أَمۡ َٰ َو ِل ِه ۡم
َ ُ صدَقَ ٗة ت
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. At-
Taubah: 103)
Zakat juga mengandung ajaran agar kita peduli pada orang yag tidak mampu
Pesan akhlak yang terdapat pada perintah ibadah haji, yaitu agar selama mengerjakan ibadah
haji tidak melakukan perbuatan yang tercela seperti berkata yang tidak sopan, mencaci maki
dan bertengkar
سوقَ َو ََل ِجدَا َل فِي ۡٱل َح ِۗجِ َو َما ت َۡفعَلُواْ ِم ۡن خ َۡي ٖر
ُ ُث َو ََل ف َ َض فِي ِه َّن ۡٱل َح َّج فَ ََل َرف َ ت فَ َمن فَ َرٞۚٞ ر َّمعۡ لُو َٰ َمٞ ۡٱل َح ُّج أ َ ۡش ُه
١٩٧ ب ِ َون َٰيَٓأ ُ ْو ِلي ۡٱۡل َۡل َٰب
ِ ُٱلزا ِد ٱلت َّ ۡق َو ََٰۖى َوٱتَّق ِۗ َّ ُيَعۡ لَمۡ ه
َّ ٱَّللُ َوت َزَ َّود ُواْ فَإ ِ َّن خ َۡي َر
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya
dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-
bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan,
niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa
dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal” (QS. Al-Baqarah: 197)
Selain itu ibadah haji juga dapat mendidik seseorang agar menunjukkan kecintaannya kepada
Allah melebihi kecintaannya kepada yang lainnya
3
C. Pembagian Akhlak
Jika dilihat dari sifatnya, akhlak dibagi menjadi dua, yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela.
1. Akhlak Terpuji
Akhlak terpuji dalam bahasa Arab sering disebut dengan Al-akhlaqul Mahmudah.
Akhlak terpuji merupakan perbuatan yang dilakukan menurut akal dan syariat Islam. Sebagai
seorang muslim, kita harus mempunyai akhlak terpuji, karena akhlak terpuji merupakan sifat
Rasulullah yang harus kita teladani. Dengan meneladani akhlak terpuji, kita bisa menjaga harga
diri dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah. Akhlak terpuji misalnya cinta Allah dan
Rasul-Nya, berbakti kepada orang tua, menyantuni fakir miskin, menyantunni anak yatim,
bersikap jujur, sabar, tawakal, rajin, ramah, hemat, optimis, ridla terhadap pemberian Allah,
pemaaf, kasih sayang, menepati janji, menjauhkan diri dari makanan haram, menyayangi
binatang, dan lain sebagainya. Sifat-sifat terpuji inilah yang harus dibiasakan dalam kehidupan
sehari-hari. Allah berfirman:
ت فَلَ ُه ۡم أ َ ۡج ٌر َّ َٰ ع ِملُواْ ٱل
ِ ص ِل َٰ َح َ َٰ ث ُ َّم َردَ ۡد َٰنَهُ أ َ ۡسفَ َل٤ س ِن ت َۡق ِو ٖيم
َ إِ ََّل ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ َو٥ َس ِفلِين َ سنَ فِ ٓي أ َ ۡح ِ ۡ لَقَ ۡد َخلَ ۡقنَا
َ َٰ ٱۡلن
ٖ ُغ َۡي ُر َممۡ ن
٦ ون
“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya
Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka) kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-
putusnya.” (QS. At-Tin: 4-6)
4
memanfaatkan dengan sebaik-baiknya nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT
kepadanya, baik yang bersifat fisik maupun non fisik, lalu disertai dengan peningkatan
pendekatan diri kepada Allah SWT.
4) Tawakkal, yaitu menyerahkan segala persoalan kepada Allah setelah berusaha. Apabila kita
telah berusaha sekuat tenaga dan masih saja mengalami kegagalan maka hendaklah bersabar
dan berdoa kepada Allah agar Dia membuka jalan keluarnya.
5) Sabar, yaitu suatu sikap yang betah atau dapat menahan diri pada kesulitan yang dihadapinya.
Tetapi tidak berarti bahwa sabar itu langsung menyerah tanpa upaya untuk melepaskan diri dari
kesulitan yang dihadapi oleh manusia. Maka sabar yang dimaksud adalah sikap yang diawali
dengan ikhtiar, lalu diakhiri dengan ridha dan ikhlas bila seseorang dilanda suatu cobaan dari
Tuhan. Sabar merupakan kunci segala macam persoalan.
6) Qana’ah, yaitu menerima dengan rela apa yang ada atau merasa cukup dengan apa yang
dimiliki.
7) Tawadhu’, yaitu sikap merendahkan diri terhadap ketentuan Allah SWT. Bagi manusia tidak
ada alasan lagi untuk tidak bertawadhu’, mengingat kejadian manusia yang diciptakan dari
bahan (unsur) yang paling rendah yaitu tanah.
2. Akhlak tercela
Akhlak tercela dalam bahasa Arab sering disebut dengan Al-Akhlaqul Mazmumah.
Akhlak tercela merupakan segala perilaku atau perbuatan yang tidak terpuji. Sebagai seorang
muslim, kita tidak patut berakhlak tercela. Sebaliknya, kita sepatutnya berakhlak terpuji dan
mulia. Untuk itu kita perlu mengetahui apa saja yang termasuk akhlak tercela.
Akhlak tercela itu banyak sekali macamnya. Ada yang bersifat buruk bagi diri sendiri maupun
buruk bagi orang lain. Dalam Al-Qur’an Allah SWT menyatakan bahwa manusia ditunjuki dua
pilihan jalan, yaitu fujur(jahat) dan taqwa.
Orang-orang yang memilih jalan fujur akan mencerminkan akhlak tercela dalam hidupnya.
Sebaliknya, orang-orang yang mengambil jalan taqwa akan menampakan akhlak terpuji
disetiap perangai dan tingkah laku.
5
Selain itu, ada pula akhlak terccela yang bersifat merugikan orang lain atau buruk bagi
kehidupan dalam masyarakat dan negara. Oleh karena itu, Allah SWT memperingatkan kita
dalam Al-Qur’an
ْء َوٱتَّقُواٞۚٗ ٓ سا َّ اس ٱتَّقُواْ َربَّ ُك ُم ٱلَّذِي َخلَقَ ُكم ِمن نَّ ۡف ٖس َٰ َو ِحدَ ٖة َو َخلَقَ ِم ۡن َها زَ ۡو َج َها َو َب
َ ِث ِم ۡن ُه َما ِر َج ٗاَل َكثِ ٗيرا َون ُ ََّٰ َيٓأَيُّ َها ٱلن
١ ع َل ۡي ُك ۡم َرقِيبٗ ا َ ٞۚ سا ٓ َءلُونَ ِبِۦه َو ۡٱۡل َ ۡر َح
َّ ام ِإ َّن
َ َٱَّللَ َكان َ َ ٱَّللَ ٱلَّذِي ت
َّ
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu” (QS. An-Nisa: 1)
Pada dasarnya sifat dan perbuatan tercela dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1) Maksiat lahir
Maksiat berasal dari bahasa Arab, yaitu ma’siyah yang artinya pelanggaran oleh orang
yang berakal baligh (mukallaf), karena melakukan perbuatan yang dilarang dan meninggalkan
pekerjaan yang diwajibkan oleh syari’at Islam, dan pelanggaran tersebut dilakukan dengan
meninggalkan alat-alat lahiriyah.
Maksiat lahir dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
a) Maksiat lisan, seperti berkata-kata yang tidak bermanfaat, berlebih-lebihan dalam percakapan,
berbicara hal yang batil, berkata kotor, mencacimaki atau mengucapkan kata laknat, baik
kepada manusia maupun binatang, menghina, menertawakan, merendahkan orang lain,
berdusta, dan lain- lain.
b) Maksiat telinga, seperti mendengarkan pembicaraan orang lain, mendengarkan orang yang
sedang mengumpat, mendengarkan orang yang sedang adu domba, mendengarkan nyanyian-
nyanyian atau bunyi-bunyian yang dapat melalaikan ibadah kepada Allah.
c) Maksiat mata, seperti melihat aurat wanita yang hikan mahramnya, melihat aurat laki-laki yang
bukan mahramnya, melihat orang lain dengan gaya menghina, melihat kemungkatan tanpa
beramar ma’ruf nahi munkar.
d) Maksiat tangan, seperti mencuri, merampok, mencopet, merampas, mengurangi timbangan dan
lain-lain.
6
2) Maksiat batin
Maksiat batin berasal dari dalam hati manusia atau digerakkan oleh tabiat hati. Sedangkan hati
memiliki sifat yang tidak tetap, berbolak balik, berubah-ubah, sesuai dengan keadaan atau
sesuatu yang mempengaruhinya. Hati terkadang baik, simpati dan kasih sayang, tetapi di sisi
lainnya hati terkadang jahat, pemdendam, dan sebagainya. Contoh dari maksiat batin adalah
takkabur, syirik, dengki, dan marah.
7
manusia berbuat baik dan menjauhi perbuatan yang tercela, sehingga selamat dunia sampai ke
akhirat.
Dengan keberadaan rasul sebagai pemberi petunjuk itu, maka semua persoalan menjadi
jelas. Oleh karena itu tidak ada alasan untuk membenci rasulullah, sebaliknya kita wajib
mencintainya, yaitu dengan cara mentaati kepada seluruh sunahnya baik perkataan, perbuatan,
taqrir dan sifatnya. [Umary 1986: 70].
8
e. Mendoakan keselamatan dan keampunan bagi mereka kendatipun seorang atau kedua-
duanya telah meninggal dunia.
a) Instink (naluri)
9
Instink adalah kesanggupan melakukan hal-hal yang kompleks tanpa latihan sebelumnya,
terarah pada tujuan yang berarti bagi si subyek, tidak disadari dan berlangsung secara mekanis.
Ahli-ahli psikologi menerangkan berbagai naluri yang ada pada manusia yang menjadi
pendorong tingkah lakunya, diantaranya naluri makan, naluri berjodoh, naluri keibu-bapakan,
naluri berjuang, naluri bertuhan dan sebagainya.
b) Kebiasaan
Salah satu faktor penting dalam pembentukan akhlak adalah kebiasaan atau adat istiadat. Yang
dimaksud kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga menjadi mudah
dikerjakan. Kebiasaan dipandang sebagai fitrah yang kedua setelah nurani. Karena 99%
perbuatan manusia terjadi karena kebiasaan. Misalnya makan, minum, mandi, cara berpakaian
itu merupakan kebiasaan yang sering diulang-ulang.
c) Keturunan
Ahmad Amin mengatakan bahwa perpindahan sifatsifat tertentu dari orang tua kepada
keturunannya, maka disebut al- Waratsah atau warisan sifat-sifat. Warisan sifat orang tua
terhadap keturunanya, ada yang sifatnya langsung dan tidak langsung. Artinya, langsung
terhadap anaknya dan tidak langsung terhadap anaknya, misalnya terhadap cucunya. Sebagai
contoh, ayahnya adalah seorang pahlawan, belum tentu anaknya seorang pemberani bagaikan
pahlawan, bisa saja sifat itu turun kepada cucunya.
d) Keinginan atau kemauan keras
Salah satu kekuatan yang berlindung di balik tingkah laku manusia adalah kemauan keras atau
kehendak. Kehendak ini adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu. Kehendak ini
merupakan kekuatan dari dalam. Itulah yang menggerakkan manusia berbuat dengan sungguh-
sungguh. Seseorang dapat bekerja sampai larut malam dan pergi menuntut ilmu di negeri yang
jauh berkat kekuatan „azam (kemauan keras).
Demikianlah seseorang dapat mengerjakan sesuatu yang berat dan hebat memuat pandangan
orang lain karena digerakkan oleh kehendak. Dari kehendak itulah menjelma niat yang baik
dan yang buruk, sehingga perbuatan atau tingkah laku menjadi baik dan buruk karenanya.
d) Hati nurani
Pada diri manusia terdapat suatu kekuatan yang sewaktu-waktu memberikan peringatan
(isyarat) apabila tingkah laku manusia berada di ambang bahaya dan keburukan. Kekuatan
tersebut adalah “suara batin” atau “suara hati” yang dalam bahasa arab disebut dengan
“dhamir”. Dalam bahasa Inggris disebut “conscience”. Sedangkan “conscience” adalah sistem
nilai moral seseorang, kesadaran akan benar dan salah dalam tingkah laku. Fungsi hati nurani
adalah memperingati bahayanya perbuatan buruk dan berusaha mencegahnya. Jika seseorang
10
terjerumus melakukan keburukan, maka batin merasa tidak senang (menyesal), dan selain
memberikan isyarat untuk mencegah dari keburukan, juga memberikan kekuatan yang
mendorong manusia untuk melakukan perbuatan yang baik. Oleh karena itu, hati nurani
termasuk salah satu faktor yang ikut membentuk akhlak manusia.
2. Faktor ekstern
Adapun faktor ekstern adalah faktor yang diambil dari luar yang mempengaruhi kelakuan atau
perbuatan manusia, yaitu meliputi ;
a. Lingkungan
Salah satu faktor yang turut menentukan kelakuan seseorang atau suatu masyarakat adalah
lingkungan (milleu). Milleu adalah suatu yang melingkupi suatu tubuh yang hidup.30 Misalnya
lingkungan alam mampu mematahkan/mematangkan pertumbuhan bakat yang dibawa oleh
seseorang ; lingkungan pergaulan mampu mempengaruhi pikiran, sifat, dan tingkah laku.
b. Pengaruh keluarga
Setelah manusia lahir maka akan terlihat dengan jelas fungsi keluarga dalam pendidikan yaitu
memberikan pengalaman kepada anak baik melalui penglihatan atau pembinaan menuju
terbentuknya tingkah laku yang diinginkan oleh orang tua. Dengan demikian orang tua
(keluarga) merupakan pusat kehidupan rohani sebagai penyebab perkenalan dengan alam luar
tentang sikap, cara berbuat, serta pemikirannya di hari kemudian. Dengan kata lain, keluarga
yang melaksanakan pendidikan akan memberikan pengaruh yang besar dalam pembentukan
akhlak.
c. Pengaruh sekolah
Sekolah adalah lingkungan pendidikan kedua setelah pendidikan keluarga dimana dapat
mempengaruhi akhlak anak. Sebagaimana dikatakan oleh Mahmud Yunus sebagai berikut ;
“Kewajiban sekolah adalah melaksanakan pendidikan yang tidak dapat dilaksanakan di rumah
tangga, pengalaman anakanak dijadikan dasar pelajaran sekolah, kelakuan anak-anak yang
kurang baik diperbaiki, tabiat-tabiatnya yang salah dibetulkan, perangai yang kasar diperhalus,
tingkah laku yang tidak senonoh diperbaiki dan begitulah seterunya.
Di dalam sekolah berlangsung beberapa bentuk dasar dari kelangsungan pendidikan. Pada
umumnya yaitu pembentukan sikap-sikap dan kebiasaan, dari kecakapankecakapan pada
umumnya, belajar bekerja sama dengan kawan sekelompok melaksanakan tuntunan-tuntunan
dan contoh yang baik, dan belajar menahan diri dari kepentingan orang lain.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak merupakan sifat-sifat yang mencerminkan diri manusia. Akhlak dibagi menjadi 2, yatu
akhlak terpuji atau akhlak baik dan akhlak tercelak atau bisa disebut akhlak yang tidak baik.
Manusia di dunia ini adakalanya manusia tersebut perbuatannya baik, berarti ia mempunyai
akhlak yang baik, namun sebaliknya, jika perbiatannya itu jelek maka ia mempunyai akhlak
yang tidak baik atau akhlak tercela
B. Saran
Sebaiknya sebagai seorang muslim yang baik kita harus mempunyai akhlak yang terpuji agar
orang-orang lain dapat menghormati dan menghargai kita, dan juga derajat dari orang tersebut
akan diangkat oleh Allah SWT
12
DAFTAR PUSTAKA
Hikmatillah, Asep dan Zakky, Ahmad, Akhlak Anak, Bogor: Lini Zikrul Kids, 2010
Abu Ahmadi, et.al., Psikologi Sosial, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), hlm. 269.
http://senyumkudakwahku.blogspot.com/2013/12/memahami-ruang-lingkup-akhlak.html
http://andriwirana.blogspot.com/.
13