Anda di halaman 1dari 17

AKHLAK

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

EVA AYUDYA MAHARANI (1804101010032)

HADIAN ADLI (1804101010061)

VIRA MAWADDAH (1804101010073)

AFZAL RISKY (1804105010031)

MUHAMMAD ZACKY ALKAHFI (1804108010043)

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SYIAH KUALA


2019

2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan Rahmat,Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam dan
juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang
semoga bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin.
Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan.Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini
mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata
Kuliah Pendidikan Agama Islam yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.
Wa’alaikumsalam Wr.Wb

Banda Aceh, 17 Maret 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................ 1
C. Tujuan ............................................................................................................................ 1
D. Manfaat Penulisan .......................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
A. Pengertian Akhlak .......................................................................................................... 2
B. Dasar Akhlak ................................................................................................................. 2
C. Pembagian Akhlak .......................................................................................................... 4
1. Akhlak Terpuji ........................................................................................................... 4
2. Akhlak tercela ............................................................................................................ 5
D. Akhlak Kepada Allah ........................................................................................................ 7
E. Akhlak Kepada Rasul ........................................................................................................ 7
F. Akhlak Kepada Orangtua ................................................................................................... 8
G. Pembentukan dan Pembinaan Akhlak ............................................................................. 9
BAB III .................................................................................................................................... 12
PENUTUP................................................................................................................................ 12
A. Kesimpulan................................................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai
individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung
pada bagaimana akhlaknya. Apabila baik akhlaknya, maka sejahteralah lahir batinnya, apabila
rusak akhlaknya, maka rusaklah lahir batinnya.
Konsep akhlaqul karimah adalah konsep hidup yang lengkap dan tidak hanya mengatur
hubungan antara manusia, alam sekitarnya tetapi juga terhadap penciptaannya. Allah
menciptakan ilmu pengetahuan bersumber dari Al-Quran. Namun, tidak semua orang
mengetahui atau percaya akan hal itu. Ini dikarnakan keterbatasan pengetahuan manusia
dalam menggali ilmu-ilmu yang ada dalam Al-Quran itu sendiri . Oleh karna itu, permasalahan
ini diangkat, yakni keterkaitan akhlak islam dengan ilmu yang berdasarkan Al-Quran dan
Hadits.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian akhlak ?
2. Bagaimana pembagian akhlak ?
3. Bagaimana akhlak kepada Allah, Rasul, dan orangtua?
4. Bagaimana pembentukan dan pembinaan akhlak?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan pembagian akhlak
2. Mengetahui bagaimana akhlak terhadap Allah, Rasul, dan orangtua
3. Mengetahui pembentukan dan pembinaan akhlak

D. Manfaat Penulisan
Pembaca dapat mengetahui tentang akhlak dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak
Sebelum mempelajari akhlak secara lengkap, terlebih dahulu kita harus mengerti apakah arti
Akhlak itu? Akhlak berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak dari khuluqun yang berarti budi
pekerti, sopan santun, atau tata krama. Sedangkan menurut istilah akhlak adalah sifat yang
tertanam didalam diri kita yang mendorong untuk melakukan perbuatan dengan mudah tanpa
perlu berfikir dan pertimbangan terlebih dahulu.(al-ghazali,t.t.:56)

B. Dasar Akhlak
Dasar akhlak adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Tingkah laku nabi Muhammad saw merupakan
contoh suri teladan bagi umat manusia. Allah berfirman
َّ ‫ٱَّللَ َو ۡٱليَ ۡو َم ۡٱۡل ٓ ِخ َر َوذَ َك َر‬
٢١ ‫ٱَّللَ َكثِ ٗيرا‬ َ ‫ٱَّللِ أ ُ ۡس َوة ٌ َح‬
َّ ْ‫َة ِل َمن َكانَ يَ ۡر ُجوا‬ٞ ‫سن‬ ُ ‫لَّقَ ۡد َكانَ لَ ُك ۡم فِي َر‬
َّ ‫سو ِل‬
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah” (QS. Al-Ahzab: 21)

Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang mengandung pesan akhlak yang mulia. Misalnya pesan
akhlak yang terdapat pada perintah sholat, yaitu agar manusia dapat menjauhkan diri dari
perbuatan keji dan munkar
َّ ‫شا ٓ ِء َو ۡٱل ُمن َك ِۗ ِر َولَذ ِۡك ُر‬
َّ ‫ٱَّللِ أ َ ۡك َب ِۗ ُر َو‬
‫ٱَّللُ َيعۡ َل ُم‬ َ ‫ع ِن ۡٱلفَ ۡح‬ َّ ‫صلَ َٰو َۖة َ ِإ َّن ٱل‬
َ ‫صلَ َٰوة َ ت َۡن َه َٰى‬ ِ َ ‫ي ِإلَ ۡيكَ ِمنَ ۡٱل ِك َٰت‬
َّ ‫ب َوأَقِ ِم ٱل‬ ِ ُ ‫ٱ ۡت ُل َما ٓ أ‬
َ ‫وح‬
٤٥ َ‫َما ت َصۡ نَعُون‬
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan
sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat
yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS Al-Ankabut: 45)

Selain itu dalam hadits nabi juga dijelaskan bahwa sholat yang diterima oleh Allah adalah
sholat yang mendorong pelakunya merendahkan diri dihadapan Allah, tidak bersikap sombong
terhadap sesama manusia, tidak keras menentang perintah Allah, melainkan sholat yang
menghasilkan sikap ingat kepada Allah, menaruh rasa kasih sayang kepada orang miskin, orang
terlantar dalam perjalanan, janda, dan orang yang ditimpa kesusahan (HR. Muslim)

2
Pesan akhlak yang terdapat pada perintah puasa, yaitu agar manusia senantiasa bertaqwa keada
Allah, dapat mengendalikan diri dari dorongan hawa nafsu, menimbulkan sifat iba dan kasih
sayang kepada orang yang hidupnya dalam kekurangan, menjaga dirinya dari perbuatan yang
keji, tidak mau mengadakan pertengkaran, dan lain sebagainya. Dalam hadits nabi juga
dijelaskan bahwa orang yang tidak meninggalkan kata-kata bohong dan senantiasa berdusta,
maka nilai pahala puasa orang yang demikian itu tidak ada disisi Allah. (HR. Bukhari –
Muslim)

Pesan akhlak yang terdapat perintah zakat, yaitu agar seseorang dapat menyucikan dirinya dari
sikap kikir dan tidak mau bersyukur.
١٠٣ ‫ع ِلي ٌم‬
َ ‫س ِمي ٌع‬ َّ ‫ن لَّ ُه ِۡۗم َو‬ٞ ‫س َك‬
َ ُ‫ٱَّلل‬ َ ‫علَ ۡي ِه َۡۖم إِ َّن‬
َ َ‫صلَ َٰوتَك‬ َ ‫ط ِه ُر ُه ۡم َوتُزَ ِكي ِهم بِ َها َو‬
َ ‫ص ِل‬ َ ‫ُخ ۡذ ِم ۡن أَمۡ َٰ َو ِل ِه ۡم‬
َ ُ ‫صدَقَ ٗة ت‬
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. At-
Taubah: 103)
Zakat juga mengandung ajaran agar kita peduli pada orang yag tidak mampu

Pesan akhlak yang terdapat pada perintah ibadah haji, yaitu agar selama mengerjakan ibadah
haji tidak melakukan perbuatan yang tercela seperti berkata yang tidak sopan, mencaci maki
dan bertengkar
‫سوقَ َو ََل ِجدَا َل فِي ۡٱل َح ِۗجِ َو َما ت َۡفعَلُواْ ِم ۡن خ َۡي ٖر‬
ُ ُ‫ث َو ََل ف‬ َ َ‫ض فِي ِه َّن ۡٱل َح َّج فَ ََل َرف‬ َ ‫ت فَ َمن فَ َر‬ٞۚٞ ‫ر َّمعۡ لُو َٰ َم‬ٞ ‫ۡٱل َح ُّج أ َ ۡش ُه‬
١٩٧ ‫ب‬ ِ َ‫ون َٰيَٓأ ُ ْو ِلي ۡٱۡل َۡل َٰب‬
ِ ُ‫ٱلزا ِد ٱلت َّ ۡق َو ََٰۖى َوٱتَّق‬ ِۗ َّ ُ‫يَعۡ لَمۡ ه‬
َّ ‫ٱَّللُ َوت َزَ َّود ُواْ فَإ ِ َّن خ َۡي َر‬
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya
dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-
bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan,
niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa
dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal” (QS. Al-Baqarah: 197)
Selain itu ibadah haji juga dapat mendidik seseorang agar menunjukkan kecintaannya kepada
Allah melebihi kecintaannya kepada yang lainnya

3
C. Pembagian Akhlak
Jika dilihat dari sifatnya, akhlak dibagi menjadi dua, yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela.

1. Akhlak Terpuji
Akhlak terpuji dalam bahasa Arab sering disebut dengan Al-akhlaqul Mahmudah.
Akhlak terpuji merupakan perbuatan yang dilakukan menurut akal dan syariat Islam. Sebagai
seorang muslim, kita harus mempunyai akhlak terpuji, karena akhlak terpuji merupakan sifat
Rasulullah yang harus kita teladani. Dengan meneladani akhlak terpuji, kita bisa menjaga harga
diri dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah. Akhlak terpuji misalnya cinta Allah dan
Rasul-Nya, berbakti kepada orang tua, menyantuni fakir miskin, menyantunni anak yatim,
bersikap jujur, sabar, tawakal, rajin, ramah, hemat, optimis, ridla terhadap pemberian Allah,
pemaaf, kasih sayang, menepati janji, menjauhkan diri dari makanan haram, menyayangi
binatang, dan lain sebagainya. Sifat-sifat terpuji inilah yang harus dibiasakan dalam kehidupan
sehari-hari. Allah berfirman:
‫ت فَلَ ُه ۡم أ َ ۡج ٌر‬ َّ َٰ ‫ع ِملُواْ ٱل‬
ِ ‫ص ِل َٰ َح‬ َ َٰ ‫ ث ُ َّم َردَ ۡد َٰنَهُ أ َ ۡسفَ َل‬٤ ‫س ِن ت َۡق ِو ٖيم‬
َ ‫ إِ ََّل ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ َو‬٥ َ‫س ِفلِين‬ َ ‫سنَ فِ ٓي أ َ ۡح‬ ِ ۡ ‫لَقَ ۡد َخلَ ۡقنَا‬
َ َٰ ‫ٱۡلن‬
ٖ ُ‫غ َۡي ُر َممۡ ن‬
٦ ‫ون‬
“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya
Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka) kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-
putusnya.” (QS. At-Tin: 4-6)

Adapun akhlak yang terpuji sebagai berikut :


1) Taubat adalah suatu sikap yang menyesali perbuatan buruk yang pernah dilakukannya dan
berusaha menjauhinya serta melakukan perbuatan baik. Sifat ini dikategorikan sebagai taat
lahir dilihat dari sikap dan tingkah laku seseorang, namun penyesalannya merupakan taat batin.
Bertaubat merupakan tahapan pertama dalam perjalanan menuju Allah. Taubat adalah kata
yang mudah diucapkan, karena mudah dan terbiasa, inti makna yang dikandungnya menjadi
tidak nampak, padahal kandungan maknanya tidak akan dapat direalisasikan hanya dengan
perkataan lisan dan kebiasaan menyebutkannya.
2) Amar Ma’ruf Nahi Munkar, yaitu perbuatan yang dilakukan kepada manusia untuk
menjalankan kebaikan dan meninggalkan kemaksiatan dan kemungkaran sebagai implementasi
perintah Allah.
3) Syukur, yaitu berterimakasih kepada Allah tanpa batas dengan sungguh-sungguh atas segala
nikmat dan karunianya dengan ikhlas serta mentaati apa yang diperintahkan-Nya.

4
memanfaatkan dengan sebaik-baiknya nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT
kepadanya, baik yang bersifat fisik maupun non fisik, lalu disertai dengan peningkatan
pendekatan diri kepada Allah SWT.
4) Tawakkal, yaitu menyerahkan segala persoalan kepada Allah setelah berusaha. Apabila kita
telah berusaha sekuat tenaga dan masih saja mengalami kegagalan maka hendaklah bersabar
dan berdoa kepada Allah agar Dia membuka jalan keluarnya.
5) Sabar, yaitu suatu sikap yang betah atau dapat menahan diri pada kesulitan yang dihadapinya.
Tetapi tidak berarti bahwa sabar itu langsung menyerah tanpa upaya untuk melepaskan diri dari
kesulitan yang dihadapi oleh manusia. Maka sabar yang dimaksud adalah sikap yang diawali
dengan ikhtiar, lalu diakhiri dengan ridha dan ikhlas bila seseorang dilanda suatu cobaan dari
Tuhan. Sabar merupakan kunci segala macam persoalan.
6) Qana’ah, yaitu menerima dengan rela apa yang ada atau merasa cukup dengan apa yang
dimiliki.
7) Tawadhu’, yaitu sikap merendahkan diri terhadap ketentuan Allah SWT. Bagi manusia tidak
ada alasan lagi untuk tidak bertawadhu’, mengingat kejadian manusia yang diciptakan dari
bahan (unsur) yang paling rendah yaitu tanah.

2. Akhlak tercela
Akhlak tercela dalam bahasa Arab sering disebut dengan Al-Akhlaqul Mazmumah.
Akhlak tercela merupakan segala perilaku atau perbuatan yang tidak terpuji. Sebagai seorang
muslim, kita tidak patut berakhlak tercela. Sebaliknya, kita sepatutnya berakhlak terpuji dan
mulia. Untuk itu kita perlu mengetahui apa saja yang termasuk akhlak tercela.
Akhlak tercela itu banyak sekali macamnya. Ada yang bersifat buruk bagi diri sendiri maupun
buruk bagi orang lain. Dalam Al-Qur’an Allah SWT menyatakan bahwa manusia ditunjuki dua
pilihan jalan, yaitu fujur(jahat) dan taqwa.

َ ‫فَأ َۡل َه َم َها فُ ُج‬


٨ ‫ورهَا َوت َۡق َو َٰى َها‬
“maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya” (QS. Asy-
Syams: 8)

Orang-orang yang memilih jalan fujur akan mencerminkan akhlak tercela dalam hidupnya.
Sebaliknya, orang-orang yang mengambil jalan taqwa akan menampakan akhlak terpuji
disetiap perangai dan tingkah laku.

5
Selain itu, ada pula akhlak terccela yang bersifat merugikan orang lain atau buruk bagi
kehidupan dalam masyarakat dan negara. Oleh karena itu, Allah SWT memperingatkan kita
dalam Al-Qur’an
ْ‫ء َوٱتَّقُوا‬ٞۚٗ ٓ ‫سا‬ َّ ‫اس ٱتَّقُواْ َربَّ ُك ُم ٱلَّذِي َخلَقَ ُكم ِمن نَّ ۡف ٖس َٰ َو ِحدَ ٖة َو َخلَقَ ِم ۡن َها زَ ۡو َج َها َو َب‬
َ ِ‫ث ِم ۡن ُه َما ِر َج ٗاَل َكثِ ٗيرا َون‬ ُ َّ‫َٰ َيٓأَيُّ َها ٱلن‬
١ ‫ع َل ۡي ُك ۡم َرقِيبٗ ا‬ َ ٞۚ ‫سا ٓ َءلُونَ ِبِۦه َو ۡٱۡل َ ۡر َح‬
َّ ‫ام ِإ َّن‬
َ َ‫ٱَّللَ َكان‬ َ َ ‫ٱَّللَ ٱلَّذِي ت‬
َّ
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu” (QS. An-Nisa: 1)
Pada dasarnya sifat dan perbuatan tercela dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1) Maksiat lahir
Maksiat berasal dari bahasa Arab, yaitu ma’siyah yang artinya pelanggaran oleh orang
yang berakal baligh (mukallaf), karena melakukan perbuatan yang dilarang dan meninggalkan
pekerjaan yang diwajibkan oleh syari’at Islam, dan pelanggaran tersebut dilakukan dengan
meninggalkan alat-alat lahiriyah.
Maksiat lahir dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :

a) Maksiat lisan, seperti berkata-kata yang tidak bermanfaat, berlebih-lebihan dalam percakapan,
berbicara hal yang batil, berkata kotor, mencacimaki atau mengucapkan kata laknat, baik
kepada manusia maupun binatang, menghina, menertawakan, merendahkan orang lain,
berdusta, dan lain- lain.
b) Maksiat telinga, seperti mendengarkan pembicaraan orang lain, mendengarkan orang yang
sedang mengumpat, mendengarkan orang yang sedang adu domba, mendengarkan nyanyian-
nyanyian atau bunyi-bunyian yang dapat melalaikan ibadah kepada Allah.
c) Maksiat mata, seperti melihat aurat wanita yang hikan mahramnya, melihat aurat laki-laki yang
bukan mahramnya, melihat orang lain dengan gaya menghina, melihat kemungkatan tanpa
beramar ma’ruf nahi munkar.
d) Maksiat tangan, seperti mencuri, merampok, mencopet, merampas, mengurangi timbangan dan
lain-lain.

6
2) Maksiat batin
Maksiat batin berasal dari dalam hati manusia atau digerakkan oleh tabiat hati. Sedangkan hati
memiliki sifat yang tidak tetap, berbolak balik, berubah-ubah, sesuai dengan keadaan atau
sesuatu yang mempengaruhinya. Hati terkadang baik, simpati dan kasih sayang, tetapi di sisi
lainnya hati terkadang jahat, pemdendam, dan sebagainya. Contoh dari maksiat batin adalah
takkabur, syirik, dengki, dan marah.

D. Akhlak Kepada Allah


Akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara berhubungan dengan Allah melalui media
– media yang telah disediakan Allah, yaitu ibadah yang langsung kepada Allah seperti sholat,
puasa dan haji. Pelaksanaan ibadah- ibadah itu secara benar menurut ketentuan syariat serta
dilakukan dengan ikhlas mengharap ridho allah Saw, merupakan akhlak yang baik terhadap-
Nya.
Berakhlak kepada Allah diajarkan pula oleh Rasul dengan bertahmid, takbir, tasbih,
dan tahlil. Takmid adalah membaca hamdallah yang merupakan tanda terimakasih kepada
Allah atas nikmat yang telah diberikan-Nya. Takbir adalah mengucap Allahu Akbar yang
merupakan ungkapan pengakuan akan kemahabesaran Allah yang tiada taranya. Tasbih adalah
menbaca subhanallah sebagai ungkapan kekaguman atas kekuasaan Allah yang tak terbatas
yang ditampakkan dalam seluruh ciptaan-Nya. Tahlil adalah membaca la ilaaha illa llahu yaitu
suatu ungkapan pengakuan dan janji seorang muslim yang hanya mengakui Allah sebagai sutu-
satunya Tuhan. Berakhlak terhadap Allah diungkapkan pula melalui berdo’a. Berdo’a
merupakan bukti ketakberdayaan manusia dihadapan Allah, karena itu orang yang tidak pernah
berdo’a dipandang sebagai oran yang sombong.

E. Akhlak Kepada Rasul


Yang dimaksud dengan akhlak kepada rasul adalah sikap dan perilaku terhadap nabi
Muhammad sebagai rasulullah, yang membawa ajaran islam dimuka bumi ini.
Adapun sikap dan perilaku tersebut antara lain adalah:
1. Mencintai dan Memuliakan Rasul
Allah memutuskan rasulnya untuk menjelaskan aturan-aturan mana yang halal atau
haram, manfaat atau mudharat, baik atau buruk terpuji atau tercela, yang semua itu supaya

7
manusia berbuat baik dan menjauhi perbuatan yang tercela, sehingga selamat dunia sampai ke
akhirat.
Dengan keberadaan rasul sebagai pemberi petunjuk itu, maka semua persoalan menjadi
jelas. Oleh karena itu tidak ada alasan untuk membenci rasulullah, sebaliknya kita wajib
mencintainya, yaitu dengan cara mentaati kepada seluruh sunahnya baik perkataan, perbuatan,
taqrir dan sifatnya. [Umary 1986: 70].

2. Mengikuti dan Mentaati Rasul


Sebagai wujud rasa cinta kepada rasul, kita harus taat kepada gerak langkah Beliau,
seperti di perintahkan Allah dalam firmannya dalam surah al-A’raf:158, yang artinya:
Berimanlah kamu kepada Allah dan RasulNya, nabi dan ummi, yang beriman kepada
Allah dan kalimat kalimatNya, dan ikutilah Dia supaya kamu mendapat petunjuk.

3. Mengucapkan Shalawat dan Salam


Mengucapkan kalimat shalawat dan salam atas nabi, merupakan wujud nyata dari rasa
cinta kepada rasul. Bahkan Allah dan para malaikat juga bershalawat dan salam kepada nabi.
Sebagaimana firmannya dalam surah al-Ahzab:56, yang artinya: sesungguhnya Allah dan para
malaikat bershalawat atas nabi, wahai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk
nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.

F. Akhlak Kepada Orangtua


Ada tiga kelompok yang disebut orang tua dalam ajaran Islam. Pertama, bapak-ibu yang
melahirkan, yaitu bapak-ibu kandung. Kedua, bapak-ibu yang mengawinkan, yaitu bapak-ibu
mertua. Ketiga, bapak-ibu yang mengajarkan, yaitu bapak-ibu guru. Ketiga kelompok inilah
yang diwajibkan atas kita untuk menghormati dan berbuat baik kepadanya.
Akhlak terhadap orang tua (Birrul Walidain), antara lain:
a. Mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat lainnya.
b. Merendahkan diri kepada keduanya diiringi perasaan kasih sayang.
c. Berkomunikasi dengan orang tua dengan khidmat, mempergunakan kata-kata lemah
lembut.
d. Berbuat baik kepada ibu bapak dengan sebaik-baiknya, dengan mengikuti nasihatn
baiknya, tidak menyinggung perasaan dan menyakiti hatinya, membuat ibu bapak ridho.

8
e. Mendoakan keselamatan dan keampunan bagi mereka kendatipun seorang atau kedua-
duanya telah meninggal dunia.

G. Pembentukan dan Pembinaan Akhlak


1. Pengertian Pembinaan Ahklak
Pembinaan secara etimologi berasal dari kata bina. Pembinaan adalah
proses, pembuatan, cara pembinaan, pembaharuan, usaha dan tindakan atau
kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan baik.8
Dalam pelaksanaan konsep pembinaan hendaknya didasarkan pada hal
bersifat efektif dan pragmatis dalam arti dapat memberikan pemecahan persoalan
yang dihadapi dengan sebaik-baiknya, dan pragmatis dalam arti mendasarkan
fakta-fakta yang ada sesuai dengan kenyataan sehingga bermanfaat karena dapat
diterapkan dalam praktek.

2. Pengertian Pembentukan Akhlak


Berbicara masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan
pendidikan, karena banyak sekali dijumpai pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan
pendidikan adalah pembentukan akhlak.
Akhlak manusia itu sebenarnya boleh diubah dan dibentuk. Orang yang jahat tidak akan
selamanya jahat, seperti halnya seekor binatang yang ganas dan buas bisa dijinakkan dengan
latihan dan asuhan. Maka manusia yang berakal bisa diubah dan dibentuk perangainya atau
sifatnya. Oleh sebab itu usaha yang demikian memerlukan kemauan yang gigih untuk menjamin
terbentuknya akhlak yang mulia.
Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan dan pembentukan Aqidah
Akhlak antara lain adalah:
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang datang dari diri sendiri yaitu fitrah yang suci yang
merupakan bakat bawaan sejak manusia lahir dan mengandung pengertian tentang kesucian
anak yang lahir dari pengaruh-pengaruh luarnya. Setiap anak yang lahir ke dunia ini telah
memiliki naluri keagamaan yang nantinya akan mempengaruhi dirinya seperti unsur-unsur
yang ada dalam dirinya yang turut membentuk akhlak atau moral, diantaranya adalah ;

a) Instink (naluri)

9
Instink adalah kesanggupan melakukan hal-hal yang kompleks tanpa latihan sebelumnya,
terarah pada tujuan yang berarti bagi si subyek, tidak disadari dan berlangsung secara mekanis.
Ahli-ahli psikologi menerangkan berbagai naluri yang ada pada manusia yang menjadi
pendorong tingkah lakunya, diantaranya naluri makan, naluri berjodoh, naluri keibu-bapakan,
naluri berjuang, naluri bertuhan dan sebagainya.
b) Kebiasaan
Salah satu faktor penting dalam pembentukan akhlak adalah kebiasaan atau adat istiadat. Yang
dimaksud kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga menjadi mudah
dikerjakan. Kebiasaan dipandang sebagai fitrah yang kedua setelah nurani. Karena 99%
perbuatan manusia terjadi karena kebiasaan. Misalnya makan, minum, mandi, cara berpakaian
itu merupakan kebiasaan yang sering diulang-ulang.
c) Keturunan
Ahmad Amin mengatakan bahwa perpindahan sifatsifat tertentu dari orang tua kepada
keturunannya, maka disebut al- Waratsah atau warisan sifat-sifat. Warisan sifat orang tua
terhadap keturunanya, ada yang sifatnya langsung dan tidak langsung. Artinya, langsung
terhadap anaknya dan tidak langsung terhadap anaknya, misalnya terhadap cucunya. Sebagai
contoh, ayahnya adalah seorang pahlawan, belum tentu anaknya seorang pemberani bagaikan
pahlawan, bisa saja sifat itu turun kepada cucunya.
d) Keinginan atau kemauan keras
Salah satu kekuatan yang berlindung di balik tingkah laku manusia adalah kemauan keras atau
kehendak. Kehendak ini adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu. Kehendak ini
merupakan kekuatan dari dalam. Itulah yang menggerakkan manusia berbuat dengan sungguh-
sungguh. Seseorang dapat bekerja sampai larut malam dan pergi menuntut ilmu di negeri yang
jauh berkat kekuatan „azam (kemauan keras).
Demikianlah seseorang dapat mengerjakan sesuatu yang berat dan hebat memuat pandangan
orang lain karena digerakkan oleh kehendak. Dari kehendak itulah menjelma niat yang baik
dan yang buruk, sehingga perbuatan atau tingkah laku menjadi baik dan buruk karenanya.
d) Hati nurani
Pada diri manusia terdapat suatu kekuatan yang sewaktu-waktu memberikan peringatan
(isyarat) apabila tingkah laku manusia berada di ambang bahaya dan keburukan. Kekuatan
tersebut adalah “suara batin” atau “suara hati” yang dalam bahasa arab disebut dengan
“dhamir”. Dalam bahasa Inggris disebut “conscience”. Sedangkan “conscience” adalah sistem
nilai moral seseorang, kesadaran akan benar dan salah dalam tingkah laku. Fungsi hati nurani
adalah memperingati bahayanya perbuatan buruk dan berusaha mencegahnya. Jika seseorang

10
terjerumus melakukan keburukan, maka batin merasa tidak senang (menyesal), dan selain
memberikan isyarat untuk mencegah dari keburukan, juga memberikan kekuatan yang
mendorong manusia untuk melakukan perbuatan yang baik. Oleh karena itu, hati nurani
termasuk salah satu faktor yang ikut membentuk akhlak manusia.

2. Faktor ekstern
Adapun faktor ekstern adalah faktor yang diambil dari luar yang mempengaruhi kelakuan atau
perbuatan manusia, yaitu meliputi ;
a. Lingkungan
Salah satu faktor yang turut menentukan kelakuan seseorang atau suatu masyarakat adalah
lingkungan (milleu). Milleu adalah suatu yang melingkupi suatu tubuh yang hidup.30 Misalnya
lingkungan alam mampu mematahkan/mematangkan pertumbuhan bakat yang dibawa oleh
seseorang ; lingkungan pergaulan mampu mempengaruhi pikiran, sifat, dan tingkah laku.
b. Pengaruh keluarga
Setelah manusia lahir maka akan terlihat dengan jelas fungsi keluarga dalam pendidikan yaitu
memberikan pengalaman kepada anak baik melalui penglihatan atau pembinaan menuju
terbentuknya tingkah laku yang diinginkan oleh orang tua. Dengan demikian orang tua
(keluarga) merupakan pusat kehidupan rohani sebagai penyebab perkenalan dengan alam luar
tentang sikap, cara berbuat, serta pemikirannya di hari kemudian. Dengan kata lain, keluarga
yang melaksanakan pendidikan akan memberikan pengaruh yang besar dalam pembentukan
akhlak.
c. Pengaruh sekolah
Sekolah adalah lingkungan pendidikan kedua setelah pendidikan keluarga dimana dapat
mempengaruhi akhlak anak. Sebagaimana dikatakan oleh Mahmud Yunus sebagai berikut ;
“Kewajiban sekolah adalah melaksanakan pendidikan yang tidak dapat dilaksanakan di rumah
tangga, pengalaman anakanak dijadikan dasar pelajaran sekolah, kelakuan anak-anak yang
kurang baik diperbaiki, tabiat-tabiatnya yang salah dibetulkan, perangai yang kasar diperhalus,
tingkah laku yang tidak senonoh diperbaiki dan begitulah seterunya.
Di dalam sekolah berlangsung beberapa bentuk dasar dari kelangsungan pendidikan. Pada
umumnya yaitu pembentukan sikap-sikap dan kebiasaan, dari kecakapankecakapan pada
umumnya, belajar bekerja sama dengan kawan sekelompok melaksanakan tuntunan-tuntunan
dan contoh yang baik, dan belajar menahan diri dari kepentingan orang lain.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akhlak merupakan sifat-sifat yang mencerminkan diri manusia. Akhlak dibagi menjadi 2, yatu
akhlak terpuji atau akhlak baik dan akhlak tercelak atau bisa disebut akhlak yang tidak baik.
Manusia di dunia ini adakalanya manusia tersebut perbuatannya baik, berarti ia mempunyai
akhlak yang baik, namun sebaliknya, jika perbiatannya itu jelek maka ia mempunyai akhlak
yang tidak baik atau akhlak tercela

B. Saran
Sebaiknya sebagai seorang muslim yang baik kita harus mempunyai akhlak yang terpuji agar
orang-orang lain dapat menghormati dan menghargai kita, dan juga derajat dari orang tersebut
akan diangkat oleh Allah SWT

12
DAFTAR PUSTAKA
Hikmatillah, Asep dan Zakky, Ahmad, Akhlak Anak, Bogor: Lini Zikrul Kids, 2010
Abu Ahmadi, et.al., Psikologi Sosial, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), hlm. 269.
http://senyumkudakwahku.blogspot.com/2013/12/memahami-ruang-lingkup-akhlak.html
http://andriwirana.blogspot.com/.

13

Anda mungkin juga menyukai