Politik Ekonomi Pertanian
Politik Ekonomi Pertanian
DISUSUN OLEH
KELOMPOK V
KHADIJA 170510049
JUHARNI 1705
KOLAKA
2019
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas limpahan
makalah Politik Ekonomi Pertanian dengan pokok pembahasan “Desa dan Manusia
Pembangunan”. Tak lupa pula shalawat serta salam tetap penulis curahkan kepada
Nabi besar Muhammad Salallahu Alaihi wassallam yang telah membawa kita dari alam
Juliatmaja ,SP,.MP Selaku dosen matakuliah Politik Ekonomi Pertanian yang telah
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dalam perbaikan makalah ini.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
HALAMAN
SAMPUL ..................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Gambaran Desa.................................................................................. 3
A. Kesimpulan ........................................................................................ 11
B. Saran ................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan produktif. Hal ini
tampaknya merupakan suatu kekayaan yang sederhana. Tetapi hal ini seringkali
terlupakan oleh berbagai kesibukan jangka pendek untuk mengumpulkan harta dan
uang.
pilihan bagi penduduk (enlarging the choices of people), yang dapat dilihat sebagai
proses upaya ke arah “perluasan pilihan” dan sekaligus sebagai taraf yang dicapai dari
upaya tersebut. Pada saat yang sama pembangunan manusia dapat dilihat juga
kemampuan/ketrampilan mereka.
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati
hidup bergotong-royong, memiliki adat istiadat yang sama, dan mempunyai tata cara
wilayah desa terdiri atas daerah pertanian, sehingga mata pencahariannya sebagian
besar petani.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
pembangun.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gambaran Desa
yang tinggal di daerah perkotaan dan 3.440,30 jiwa masyarakat yang tinggal di
perdesaan pada tahun 2012 artinya jumlah masyarakat miskin yang tinggal di
perdesaan lebih banyak dari pada jumlah masyarakat yang tinggal di perkotaan. Angka
daerah yang diberikan kepada pemerintah desa untuk lebih mengoptimalkan potensi
sebagai langka-langkah yang akan ditempuh oleh seluruh perangkat organisasi, yang
berisi program indikatif untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan yang ditetapkan. Salah
satu bentuk kebijakan pembangunan desa yakni dengan adanya Badan Usaha Milik
Desa (BUMDES). Salah satu daerah yang memiliki BUMDes yaitu Kabupaten Madium.
Keberadaan BUMDes di Kabupaten Madium salah satunya terletak pada Desa Sareng
Kecamatan Geger dengan nama Badan Usaha Milik Desa”Mekar Sari”. Pengelolaan
BUMDes Mekar Sari mengacu pada PerDes Desa Sareng Kecamatan Geger
7
Kabupaten Madium Nomor 09 Tahun 2012. BUMDes Makae Sari memiliki empat
pengentasan kemiskinan (UPK Gardu Taskin) dan pasar desa. Keberadaan BUMdes
dalam menaungi unit PUAP diharapkan mampu menjawab permasalahan yang muncul
dalam manajemen pengelolaan terdahulu. Maka dari itu peneliti ingin mengetahuai
badan usaha milik desa (BUMdes) Studi Pada Unit Program usaha agrobisnis
desa yang aslinya dapat mewujudkan persekutuan rangkah, darah dan warah
serta manusia penghuninnya dari kehidupan yang miskin menjadi masyarakat yang
perubahan sosial yang terjadi di desa diharapkan dapat menjamin kehidupan desa
lebih baik lagi, sehingga dapat mengikis kesan tentang keberadaan orang-orang di
desa selama ini. Perubahan sosial yang diusahakan dalam membangun demi
Utilisasi
Ekualisasi
8
Apresiasi
desapun diarahkan kesitu agar para siswa tamatannya akan lebih mampu melihat,
membuka dan mengolah sumber daya yang mungkin masih tersembunyi. Ekualisasi
bertalian erat dengan pemerataan hasil material dan nilai sosial seperti ilmu
pengetahuan, seni dan interaksi manusia seperti kewajiban, kesempatan kerja dan
manusia akan adanya tiga subproses di atas. Proses ketiga barulah muncul jika telah
hadir secara jelas sub proses pertama dan kedua. Utulisasi dan ekualisasi kita hayati
Untuk itu peran manusia dalam pembangunan sangat penting menurut Antun
membangun tapi juga harus mampu mengatasi hambatan pembangunan itu sendiri,
Manusia pembangun yang ingin kita bina perlu disadarkan akan pertaliannya
dengan tiga jenis lingkungan yang mengepungnya: ekologi desa, budaya dan
berdasarkan kepentingan atau respon dan dapat di tingkatkan terus. Tiga jenis
9
lingkungan yang menantang tadi dapat digambarkan sebagai segitiga. Kondisi sosial
ekonomi, latar belakang sejarah dan lingkungan alam, yang sudut-sudutnya berturut-
turut adalah perjuangan hidup, peranan tradisi dan adaptasi ekologis. Pada sisi-sisinya
dapat dipasangkan budaya, teknologi dan pengupa jiwa. Jelaskan bahwa manusia
sebagai kelompok yang berbudaya dengan kelestariannya dari masa kemasa, hidup
jiwaannya dengan senjata teknologi yang dimiliki. Tindakan manusia desa dalam
sikap pasrah kepada arus zaman atau “narimu ing pandum” merupakan indikasi
kurang sadarnya manusia desa akan adanya tiga lingkungn yang menantangnya.
yang dapat memajukan desa, melainkan lebih dihayati sebagai wadah yang
demikian perencanaan terhadap masa depan dalam jangka waktu lama perlu di
perlukan. Segalanya ini berubah setelah penduduk desa mmadat, kondisi sosial
ekonomi memburuk sedangkan bagi recycling taka da kesempatan yang cukup lagi.
didampingi oleh penyadaran ekologi yang rasional. Sekarang kondisi sosial ekonomi
entah baik, entah sedang, maupun jelek, semuanya itu bertalian erat dengan fasilitas
10
ekologi termasuk sumber daya desa dan perkembangan sumber daya desa, termasuk
kehidupan manusia di dalam wadah, ruang dan waktu. Kondisi yang ada kini bukan
hasil ciptaan manusia kontemporer melainkan campur tangan yang yang diwariskan
bawah, jika pada manusia desa unsur-unsur mentalitas atas didasarkan absen atau
berlatar belakang faktor sejarah, lingkungan alam dan kondisi sosial ekonomi. Memang
unsur-unsur yang mengisi masing-masing sudut dalam segitiga itu yakni adaptasi
ekologi, peranan tradisi dan perjuangan hidup. Adapun latar bekang dari suatu
kelemahan mental tertentu dapat berwujud kombinasi dari berbagai unsur tadi yang
pengupa jiwa. Memang dalam menggerakan manusia kearah mentalitas yang ideal
kecil yang terletak dalam segi tiga besar, yakni budaya, teknologi, dan pengupa jiwa.
Dengan menyadari peranan dan makna masing-masing itu bagi kelestarian hidup,
merupakan senjata ampuh dalam melakukan adaptasi ekologis, sedang mengupa jiwa
dengan pola perkembangannya menentukan taraf sosial teknologi yang ada karena
ketiganya itu diwariskan oleh masa lampau dan telah diuji kemampuannya dan
manfaat oleh tradisi, lewat proses diakhronis, maka setiap usaha untuk mengubahnya
atau memperbaharui lewat proses sinkronis demi meningkatkan taraf hidup selalu
demi perubahan yang membangun perlu didampingi dengan kesadaran meski inipun
berjalan dengan secara bertahap. Sehubungan dengan itu untuk meratakan jalan
contoh yang baik, perangsangan yang cocok, persuasi dan penerangan yang tepat
memerlukan waktu dan ada aspek-aspek tertentu yang baru akan dapat dihasilkan
pada generasi yang berikut. Mengenai latar belakang dari kelemahan mental perlu
dicatat bahwa ekologi yang murah dan perjuangan hidup lewat semangat gotng royong
dapat saja menipiskan tanggung jawab pribadi. Pandangan terhadap waktu sebagai
kemasa depan.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa hambatan pembangunan bersumber baik pada
perlu dilengkapi ini dengan dorongan secara tidak langsung lewat penyajian fasilitas
Perjuangan
X hidup
pengupajiwa teknologi
.
Peranan tradisi
X X Adaptasi ekologi
lingkungan alam
Latar belakang
sejarah
budaya
wadah, peranan dan adaptasi ini merupakan rangkaian keberhasilan pembaruan. Tiga
Pembaruan secara bertahap memerlukan pula tiga fase yang terdiri atas
discovery,unvention, dan planning. Dua yang terdahulu meski dalam bahasa kita
kebetulan sedang yang kedua mewujudkan hasil dari kerja otak yang sadar
13
kegiatan manusia yang terarah. Discovery dan invention sudah hampir sepanjang
merupakan kekuatan yang dating dari luar, sehingga dapat menimbulkan kecurigaan
sebagai tindakan yang digunakan tidak lagi menajdi sarana pembaharuan karena
sudah luntur menjadi tujuannya sendiri. Masyarakat desa digiring ke suatu arah tanpa
pembangunan diperlukannya pengertian mengenai radius aksi dan radius prospek dari
pembaharuan ini dapat disingkat menjadi radius aksi dalam ruang dan waktu. Di sini
pihak pembaruan ingin mengontrol artinya ingin mengatur dan mengendalikan sebagai
tindakan pembangunan beserta akibat-akibatnya untuk jangka waktu tertentu dan yang
meliputi luas wilayah tertentu pula memang perencanaan sendiri berarti penyetiran
proses mengenai bahwa bentuk dan isi masa depan itu amat beraneka karena selalu
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Angka kemiskinan di provinsi jawa timur mencapai 1.630,60 jiwa masyarakat yang
tinggal di daerah perkotaan dan 3.440,30 jiwa masyarakat ytang tinggal di perdesaan
pada tahun 2012 artinya jumlah masyarakat miskin yang tinggal di perdesaan lebih
Manusia pembangun yang ingin kita bina perlu disadarkan akan pertaliannya
dengan tiga jenis lingkungan yang mengepungnya: ekologi desa, budaya dan
sesamanya.
masa depan, mampu berinovasi, menghargai karya, percaya akan kemampuan sendiri,
Pembaruan secara bertahap memerlukan pula tiga fase yang terdiri atas
discovery,unvention, dan planning. Dua yang terdahulu meski dalam bahasa kita
kebetulan sedang yang kedua mewujudkan hasil dari kerja otak yang sadar
kegiatan manusia yang terarah. Discovery dan invention sudah hampir sepanjang
merupakan kekuatan yang dating dari luar, sehingga dapat menimbulkan kecurigaan
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini
tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
konstruktif akan senantiasa penyusun nanti dalam upaya evaluasi diri. Akhirnya penulis
makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau bahkan
DAFTAR PUSTAKA