Dosen Pembimbing :
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
1. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Ibu hamil memiliki kebutuhan makanan yang berbeda dengan ibu
yang tidak hamil, karena ada janin yang tumbuh dirahimnya. Kebutuhan
makanan dilihat bukan hanya dalam porsi tetapi harus ditentukan pada
mutu zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi.
Untuk pertumbuhan maupun aktivitas janin memerlukan makanan yang
disalurkan melalui plasenta. Untuk itu ibu hamil harus mendapat gizi yang
cukup untuk dirinya sendiri maupun bagi janinnya. Maka bagi ibu hamil,
kualitas maupun jumlah makanan yang biasanya cukup untuk
kesehatannya harus ditambah dengan zat-zat gizi dan energi agar
pertumbuhan janin berjalan dengan baik. Selama hamil ibu akan
mengalami banyak perubahan dalam tubuhnya agar siap membesarkan
janin yang dikandungnya, memudahkan kelahiran, dan untuk
memproduksi ASI bagi bayi yang akan dilahirkannya (Francin, 2005).
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan
menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin yang dikandungnya,
antara lain : anemia, perdarahan dan berat badan ibu tidak bertambah
secara normal, kurang gizi juga dapat mempengaruhi proses persalinan
dimana dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, premature,
perdarahan setelah persalinan, kurang gizi juga dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, cacat
bawaan dan berat janin bayi lahir rendah (Zulhaida, 2005).
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas SDM.
Pemenuhan asupan gizi bagi ibu hamil dipengaruhi oleh banyak faktor.
Salah satu faktor yang mempengaruhi asupan gizi ibu hamil antara lain
faktor pengetahuan. Masih banyak ibu hamil dengan tingkat pengetahuan
rendah tentang gizi seimbang selama masa kehamilan, bahkan masih
banyak ibu hamil yang mempunyai pendapat yang salah tentang jumlah
asupan gizi yang harus diperoleh, misalnya pendapat yang menyatakan
bahwa ibu hamil tidak boleh terlalu banyak mengkonsumsi makanan
karena dapat membuat janin terlalu besar sehingga menyulitkan proses
persalinan (Muliarini, 2010).
Kebutuhan zat gizi selama hamil lebih besar dibandingkan dengan
pada sebelum hamil, terutama untuk zat gizi tertentu. Pada setiap tahap
kehamilan, seorang ibu hamil membutuhkan gizi yang seimbang, yaitu
makanan dengan kandungan zat-zat gizi yang berbeda dan disesuaikan
dengan kondisi tubuh dan perkembangan janin (Karyadi, 2001).
Berdasarkan penelitian (Rahayuningsih, 2007) dijelaskan bahwa
kurangnya pengetahuan ibu yang sedang hamil di trimester pertama
tentang makanan bergizi disebabkan karena di pengaruhi oleh lingkungan
keluarga, adanya tradisi turun temurun dalam keluarga, kebiasaan-
kebiasaan makanan yang harus dipantang yang mengakibatkan tidak
terpenuhi makanan bergizi saat hamil
Berdasarkan penelitian (Muliarini, 2010) trimester pertama
kehamilan merupakan masa penyesuaian ibu hamil terhadap
kehamilannya. Karena pertumbuhan janin masih lambat, maka
penambahan kebutuhan zat-zat gizinya pun masih relative kecil, bahkan
boleh dikatakan pada periode ini kebutuhan gizi calon ibu masih sama
dengan wanita dewasa biasa. Namun nilai gizi harus tetap diperhatikan,
mengingat semakin menjamurnya makanan siap saji dan pola makan yang
cenderung kurang asupan dan variasi gizi serta digunakannya zat aditif.
Trimester pertama kehamilan merupakan saat yang penting karena terjadi
pembentukan dan pertumbuhan otak, syaraf, jantung dan organ-organ
reproduksi. Kekurangan gizi pada ibu hamil mempunyai dampak yang
cukup besar terhadap proses pertumbuhan janin dan anak yang akan
dilahirkan.
WHO melaporkan bahwa setengah ibu hamil mengalami anemia,
secara global 55% dimana secara bermakna trimester pertama lebih tinggi
mengalami anemia. Masalah ini disebabkan kurangnya defesiensi zat besi
dengan defisiensi zat gizi lainnya (Mc Carthy dan Maine, 1992).
Di Indonesia prevalensi anemia tahun 1970-an, wanita hamil
sekitar 46,5-70% pada Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
1992 dengan angka anemia ibu hamil sebesar 63,5% sedangkan data
SKRT turun menjadi 50,9%. Pada tahun 1999 didapatkan anemia gizi
pada ibu hamil sebesar 39,5%, tahun 2001, didapatkan anemia zat gizi
pada ibu hamil mencapai 40,1%, banyak faktor yang terkait dengan status
anemia ibu hamil yaitu status sosial ekonomi, serta perolehan tablet zat
besi (Fe) (Pasaribu, 2006).
Di Sumatera Utara tahun 2001 terdapat 77,9% ibu hamil yang tidak
memenuhi asupan gizi yang benar terutama dalam mengkonsumsi zat besi
(Fe), sehingga menyebabkan ibu menderita anemia (Amiruddin, 2007).
Selain itu di daerah pedesaan banyak dijumpai ibu hamil dengan
malnutrisi atau kekurangan gizi sekitar 33%.
Secara umum penyebab kekurangan gizi pada ibu hamil ini adalah
konsumsi makanan yang tidak memenuhi syarat gizi yang dianjurkan.
Jarak kehamilan dan persalinan yang berdekatan dengan ibu hamil dengan
tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah, sehingga menyebabkan
ibu tidak mengerti cara pemenuhan nutrisi yang dibutuhkan si ibu selama
kehamilannya (Depkes RI, 2002).
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk memberikan
pendidikan dan pelatihan gizi pada ibu hamil di desa X Kecamatan Y
Kabupaten Z.
B. Filosofi
Peserta pelatihan peningkatan gizi pada ibu hamil ini diselenggarakan
dengan memperhatikan :
1. Prinsip Andragogy, yaitu bahwa selama pelatihan peserta berhak
untuk:
a. Didengarkan dan dihargai pengetahuannya mengenai gizi pada
masa kehamilan.
b. Dipertimbangkan setiap pendapat mengenai kebiasaan dan adat
istiadat setempat pada pengetahuan gizi ibu hamil.
c. Tidak dipermalukan, dilecehkan ataupun diabaikan.
2. Sasaran
a. Jenis tenaga yang mengikuti pendidikan dan pelatihan ini adalah Ibu
Hamil.
b. Jumlah peserta yang mengikuti pendidikan dan pelatihan yaitu semua
ibu hamil yang ada di wilayah Desa X.
c. Tingkat pendidikan terakhir Ibu hamil yang mengikuti pendidikan dan
pelatihan ini dimulai dari Tidak sekolah sampai dengan sarjana.
5. Tujuan
Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan ibu hamil dapat memahami gizi selama
kehamilan.
Tujuan Khusus
a) Setelah mengikuti pelatihan ibu hamil dapat menjelaskan
pengertian gizi pada masa kehamilan tanpa membuka buku sesuai
dengan Pedoman Gizi Seimbang.
b) Setelah mengikuti pelatihan ibu hamil dapat menyebutkan manfaat
gizi pada masa kehamilan tanpa membuka buku sesuai dengan
Pedoman Gizi Seimbang.
c) Setelah mengikuti pelatihan ibu hamil dapat membuat makanan
yang sesuai dengan kebutuhan selama kehamilan tanpa bantuan
ahli gizi berdasarkan dengan Pedoman Gizi Seimbang.
6. Struktur Program
a) Kelompok Materi Dasar
Masalah gizi yang terjadi pada masa kehamilan
Pembukaan
1. Perkenalan,
2. Penyampaian maksud dan tujuan
Materi Inti
Materi Dasar - Curah Pendapat
-Ceramah - Ceramah
-Tanya Jawab - Tanya Jawab
- Pre post test
Praktek Lapangan
- Demonstrasi (Demo
masak dari Ahli Gizi)
Review
Penutup
8. GBPP (Garis-garis Besar Program Pembelajaran)
9. Evaluasi
Evaluasi dalam bentuk pre test dan post test. Bentuk soal untuk bahan
evaluasi sebagai berikut :
Amiruddin, R., Wahyuddin (2007). Studi kasus kontrol faktor biomedis terhadap
kejadian anemia ibu hamil di Puskesmas Bantimurung. Jurnal
Medika Nusantara Vol. 25 No. 2.
Depkes RI. (2002). Standar Acuan Pemeriksaan Kehamilan. Jakarta: Depkes RI.
Lubis, Zulhaida. 2005. Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi
Muliarini. 2010. Pola Makan & Gaya Hidup Sehat Selama Kehamilan,
Yogyakarta.
Paath, Erna Francin. 2005. Gizi dalam kesehatan reproduksi. Jakarta : EGC
Yang Dilahirkan.